Anda di halaman 1dari 5

Air merupakan sumber daya alam yang penting bagi semua makhluk hidup.

Manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan air untuk berbagai keperluan


mulai dari air minum, mencuci, mandi, dan kegiatan-kegiatan vital lainnya. Oleh
karena itu pengolahan air menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan
apakah sumber air yang telah diolah menjadi sumber air yang dapat digunakan
atau tidak. Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti air
minum, air mandi dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah
ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional.
Dalam hal ini kualitas air minum di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
(Mastiani et al., 2018).
Air adalah unsur yang sangat penting yang dperlukan mahkhluk hidup
terutama manusia. Air yang diperlukan manusia merupakan air bersih yang layak
pakai yang dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari terutama
untuk keperluan air minum. Menurut peraturan menteri kesehatan nomor 492
tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum menjelaskan bahwa air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Banyak masyarakat
mencukupi kebutuhan air minum dengan mengkonsumsi air minum dalam
kemasan (AMDK). Hal ini dilakukan karena AMDK memiliki kepraktisan dan
higienis dalam mengkonsumsinya. Akan tetapi, secara ekonomis AMDK dirasa
mahal dalam mencukupi kebutuhan masyarakat, sehingga sebagai alternatif
banyak masyarakan menggunakan air minum isi ulang (AMIU) yang dapat
diperoleh di depot air minum isi ulang (DAMIU) (Kesumaningrum et al., 2019).
Seiring dengan perkembangan kota dan kemajuan industri yang semakin
pesat ternyata dapat memberi pengaruh buruk terhadap lingkungan terutama
lingkungan laut yang banyak orang anggap sebagai tempat pembuangan akhir
berbagai jenis limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Limbah
yang masuk ke laut tersebut mengandung berbagai macam polutan termasuk
logam berat seperti timbal (Pb), besi (Fe), kromium (Cr), kadmium (Cd) dan lain-
lain. Logam ini pada mulanya berada dalam konsentrasi kecil namun apabila
limbah yang masuk semakin banyak, maka secara perlahan-lahan logam-logam
tersebut akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan laut (Fiskanita et
al., 2015).
Buangan industri yang mengandung persenyawaan logam berat Fe bukan
hanya bersifat toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan manusia.
Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yang sulit didegradasi, sehingga
mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami
sulit dihilangkan, dapat terakumulasi dalam biota perairan termasuk kerang, ikan
dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi dalam tubuh biota laut serta
memiliki nilai factor konsentrasi yang besar dalam tubuh organisme. Logam Fe
merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun (Supriyantini and Endrawati, 2015).
Kandungan Fe dan Pb yang tinggi dalam tanah maupun air akan
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem di lingkungan tersebut dan
memiliki potensi cemaran yang dapat menyebabkan penyakitterhadap manusia
yang berada di sekitar daerah cemaran.Kandungan anion sulfida yang terdapat
dalam air memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan senyawa sulfat sebagai
anion utama penyebab terjadinya air asam tambang melalui proses oksidasi.
Proses pengurangan kadar sulfida di dalam air diasumsikan dapat mengurangi
potensi terbentuknya air asam tambang (Kurniawan et al., 2015). Besi terlarut
dalam air dapat terbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini
tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat
berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe(OH) 3, FeO,
Fe2O3dan lain-Iain. Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas akan
menyebabkan berbagai masalah yaitu gangguan teknis berupa endapan korosif,
gangguan fisik berupa timbul warna, bau, dan rasa yang tidak enak, serta
gangguan kesehatan berupa menimbulkan rasa mual, merusak dinding usus, dan
iritasi pada mata dan kulit (Firmansyaf et al., 2013).
Logam mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi. Logam berat
merupakan unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3.
Logam berat dalam toksisitasnya merupakan logam berat essensial (dalam jumlah
tertentu dibutuhkan tubuh) dan non essensial (bersifat racun dalam tubuh). Upaya
pemulihan perlu dilakukan untuk mengurangi kadar logam berat dengan salah satu
metode yang mampu menangani masalah pencemaran logam berat pada tanah
yaitu fitoremediasi (Ariyani et al., 2014).
Keberadaan logam berat di air atau air limbah dengan konsentrasi melebihi
ambang batas dapat memberikan dampak negatif bagi siklus biologi yang normal
di lingkungan. Diantara ion logam pencemar lingkungan yang berbahaya adalah
cadmium, timbal, seng, merkuri, tembaga, dan besi.Berbagai teknik pengambilan
logamberat dari air telah dikembangkan, misalnya filtrasi, pengendapan secara
kimia, adsorpsi pertukaran ion, electrodeposition, dan sistem membran .Salah
satuteknik yang banyak dikembangkan adalah prinsip ekstraksi fasa padat (solid
phase extraction) dengan menggunakan adsorben tertentu karena tidak
membutuhkan pelarut yang berbahaya. Usaha-usaha pengendalian limbah ion
logam belakangan ini semakin berkembang yang mengarah pada upaya pencarian
metode-metode baru yang murah, efektif dan efisien.Salah satunya dengan
menggunakan arang aktif sebagai media untuk menyerap logam (Hardyanti et al.,
2017).
Penelitian nanoteknologi di bidang lingkungan khususnya penanggulangan
pencemaran logam berat menaruh perhatian besar pada adsorben berbasis
nanopartikel karena adsorben berbasis nanopartikel lebih murah dari sisi biaya,
lebih efisien waktu, mudah diproduksi serta terbukti mampu menanggulangi
pencemaran air oleh logam berat. Adsorpsi merupakan metode yang efektif untuk
mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Metode adsorpsi bergantung pada
kemampuan permukaan adsorben untuk menarik molekul-molekul gas, uap atau
cairan. Berbagai jenis adsorben karbon aktif telah berhasil dikembangkan dan
terbukti mampu mengadsorpsi ion logam berat, hanya saja tergolong mahal dan
sulit untuk diproduksi (Nurdila et al., 2015).
Karbon aktif merupakan salah satu bahan alternative yang digunakan untuk
mengurangi kadar logam besi dan mangan pada air. Karbon aktif atau sering juga
disebut sebagai arang aktif adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas
permukaan yang sangat besar. Hal ini bias dicapai dengan mengaktifkan karbon
atau arang tersebut. Hanya dengan satu gram dari karbon aktif, akan didapatkan
suatu material yang memiliki luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat
dari pengukuran adsorpsi gas nitrogen) (Nunik and Okayadnya, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

ARIYANI, D., SYAM, R., UTAMI, U. B. L. & NIRTHA, R. I. 2014. Kajian absorpsi logam Fe
dan Mn oleh tanaman purun tikus (Eleocharis dulcis) pada air asam tambang
secara fitoremediasi. Sains dan Terapan Kimia, 8, 87-93.
FIRMANSYAF, D., YULIANTO, B. & SEDJATI, S. 2013. Studi kandungan logam berat besi
(Fe) dalam air, sedimen dan jaringan lunak kerang darah (Anadara granosa Linn)
di Sungai Morosari dan Sungai Gonjol Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.
Journal of Marine Research, 2, 45-54.
FISKANITA, F., HAMZAH, B. & SUPRIADI, S. 2015. Analisis logam timbal (Pb) dan besi (Fe)
dalam air laut di Pelabuhan Desa Paranggi Kecamatan Ampibabo. Jurnal
Akademika Kimia, 4, 175-180.
HARDYANTI, I. S., NURANI, I., APRILIANI, E. & WIBOWO, E. A. P. 2017. Pemanfaatan Silika
(SiO2) dan Bentonit sebagai Adsorben Logam Berat Fe pada Limbah Batik. JST
(Jurnal Sains Terapan), 3.
KESUMANINGRUM, F., ISMAYANTI, N. A. & MUHAIMIN, M. 2019. Analisis Kadar Logam
Fe, Cr, Cd dan Pb dalam Air Minum Isi Ulang Di Lingkungan Sekitar Kampus
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA). Indonesian Journal of Chemical Analysis, 2, 41-46.
KURNIAWAN, F., HANIFAH, T. A. & BALI, S. 2015. Analisis Logam (Fe, Pb), Nitrat (No3-),
dan Sulfida (S2-) pada Limbah Tambang Batubara PT. Tri Bakti Sarimas di Desa
Pangkalan Kuansing. Riau University.
MASTIANI, N., AMALIA, V. & ROSAHDI, T. D. 2018. Potensi penggunaan tempurung
kelapa sebagai adsorben ion logam Fe (III). al-Kimiya: Jurnal Ilmu Kimia dan
Terapan, 5, 42-47.
NUNIK, P. & OKAYADNYA, D. 2013. Penyisihan logam besi (Fe) pada air sumur dengan
karbon aktif dari tempurung kemiri. Envirotek: Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan,
5, 33-41.
NURDILA, F. A., ASRI, N. S. & SUHARYADI, E. 2015. Adsorpsi Logam Tembaga (Cu), Besi
(Fe), dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Nanopartikel
Cobalt Ferrite (CoFe2O4)(Halaman 23 sd 27). Jurnal Fisika Indonesia, 19.
SUPRIYANTINI, E. & ENDRAWATI, H. 2015. Kandungan logam berat besi (Fe) pada air,
sedimen, dan kerang hijau (Perna Viridis) di perairan Tanjung Emas Semarang.
Jurnal Kelautan Tropis, 18.

Anda mungkin juga menyukai