Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Oleh :

AFIF AGUNG PURNOMO

1811010027

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
1. PENGERTIAN FRAKTUR
Pengertian fraktur menurut beberapa sumber yaitu:
a. Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur ulang. (Apley, A.
Graham, alihbahasa Edi Nugroho, 1995: 338).
b. Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh benturan
tubuh, jatuh atau kecelakaan (Long, B. C., alih bahasa Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, 1996: 356).
c. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, A. et al,
2000: 346).
d. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan
sesuai tipe dan tempatnya (Sapto Harnowo & Fitri H. Susanto, alih bahasa
Monika Ester, 2001: 97).
e. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer and Bare, 2001).
f. Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doengoes, 2000).

2. ETIOLOGI FRAKTUR
Fraktur dapat terjadi akibat:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau
penarikan.
1. Bila terkena kekuatan langsung.
Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.
2. Bila terkena kekuatan tak langsung
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktu rmungkin tidak
ada.
b. Fraktur kelelahan atau tekanan
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan
retak yang terjadi pada tulang.
c. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh. (Apley, A.
Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 238-239)
Penyebab fraktur menurut Sjamsu hidayat (1998) adalah:
1. Ruda paksa
2. Trauma
3. Proses patologis
Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan kekuatan
tulang yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.
4. Beban lama atau trauma ringan yang terusmenerus yang disebutfraktur

3. TANDA DAN GEJALA


a. Deformitas (perubahan bentuk atau struktur) yaitu akibat adanya
pergeseran fragmen tulang.
b. Krepitasi yaitu suara derik tulang yang dapat didengar atau dirasakan
ketika fraktur digerakkan.
c. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat
karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan fraktur.
d. Kurangnya sensasi karena adanya gangguan saraf yang terjepit atau
terputus oleh fragmen tulang.
e. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.
f. Pergerakan abnormal karena pergeseran fragmen tulang.
g. Bengkak pada sekitar fraktur sebagai trauma dan perdarahan sekitar
fraktur.
4. PATOFISIOLOGI
Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan seseorang
mempunyai keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan berat badan. Fraktur
yang terjadi dapat berupa fraktur tertutup ataupun fraktur terbuka. Fraktur
tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak disekitarnya sedangkan fraktur
terbuka biasanya disertai kerusakan jarigan lunak seperti otot, tendon,
ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat atau berlebihan dapat mengakibatkan fraktur
terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit
sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan
dan memungkinkan untuk terjadinya infeksi.
Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan
bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot
pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang, sebab tulang berada
pada posisi yang kaku.
5. PATHWAY

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi kadar leukosit pada
klien, karena pada klien dengan luka terbuka resiko tinggi terjadi
peningkatan kadar leukosit, hematokrit kemungkinan meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
grauma multiple, kreatinin dapat meningkatkan beban kreatinin untuk
kelainan ginjal.
b. Pemeriksaan Radiologi
Tampak jelas pada pemeriksaan rongent terlihat lokasi dan luas
fraktur. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
7. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Fraktur femur
Penatalaksanaan fraktur femur ini mengalami banyak
perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan
spicacasting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal
memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meski pun
merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh
karena itu tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang dewasa.
Bila penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat di
imobilisasi dengan salah satu dari cara-cara berikut:
1) Traksi
Comminuted fracture dan fraktur yang baik tidak sesuai untuk
intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di
bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang
dipasang melaluitibial pin.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam
untuk mengatasi spameotot dan mencegah pemendekan dan
fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah
pelengkungan.
2) Fiksasi Interna
Intra medullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk
fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan
lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi
mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing
diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologis memberi kesan
bahwa jaringan lunak mengalami interposisi diantara ujung
tulang karena hal ini hamper selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan
stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta
membuat penderita dapat diimobilisasikan cukup cepat untuk
meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah
fraktur. Kerugian meliputi anestesi, trauma bedah tambahan
dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan
trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur
transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling
baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan
panjang dan rotasi.
3) FiksasiEksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus
terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada
minggu keenam, cast brace dapat dipasang. Frakturdengan
intramedullary nail yang tidak memberifiksasi yang rigid juga
cocok untuk tindakan ini.
2) Perawatan Klien Fraktur
1) Perawatan klien dengan fraktur tertutup
Klien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali
keaktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan
pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin
memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Klien diajari
bagaimana mengontrol.
Pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan
trauma jaringan lunak. Mereka didorong untuk aktif dalam
batasi mobilisasi fraktur. Tirah baring diusahakan seminimal
mungkin. Latihan segera dimulai untuk mempertahankan
kesehatan otot yang sehat, dan untuk meningkatkan kekuatan
otot yang dibutuhkan untuk pemindahan, menggunakan alat
bantu (misalnya: tongkat, walker).
Klien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat tersebut
dengan aman. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien
menyesuaikan lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan
bantuan keamanan pribadi, bila perlu. Pengajaran klien
meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan.
2) Perawatan klien fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka
memanjang sampai permukaan kulit dan kedaerah cedera
tulang) terdapat resiko infeksi seperti: osteomielitis, gas
gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah
meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan
tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
Luka dibersihkan, didebridemen (benda asing dan jaringan mati
diangkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka untuk biakan dan
kepekaan.

8. FOKUS PENGKAJIAN

a. Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang


digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis
medis.

Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah


rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
mengenai rasa nyeri klien, perawat mengunakan PQRST.

P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri


adalah trauma bagian pada

Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.

` R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha


yang mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi
atau istirahat.
S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien
antara 2-4 pada skala pengukuran 0-4

T (Treatment)

b. Riwayat penyakit sekarang

Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang


paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah berobat
ke dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaaan,
perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang lain.

c. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget


menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk menyambung.
Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko terjadi
osteomielitis akut dan kronis dan penyaklit diabetes melitus menghambat
proses penyembuhan tulang.

d. Riwayat penyaklit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha


adalah faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik.

e. Riwayat psiko spiritual

Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya,


peran klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun masyarakat.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status


gheneral) untuk mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan
setempat (lokal)
1) Keadaan umum

Keadaan baik dan buruknya klien. Tanda-tanda gejala yang perlu


dicatat adalah kesadaran diri pasien (apatis, sopor, koma, gelisah,
komposmetis yang bergantung pada keadaan klien), kesakitan atau
keadaaan penyakit (akut, kronis, berat, ringan, sedang, dan pada kasus
fraktur biasanya akut) tanda vital tidak normal karena ada gangguan lokal
baik fungsi maupun bentuk.

2) B1(Breathing)

Pada pemeriksaan sistem pernafasan, didapatkan bahwa klien fraktur


femur tidak mengalami kelainaan pernafasan. Pada palpasi thorak,
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak
terdapat suara tambahan.

3) B2(Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak teraba,
auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4) B3(Brain)

a. Tingkat kesadaran biasanya komposmentis.

 Kepala: Tidak ada gangguan, yaitu normosefalik, simetris.,


tidak ada penonjolan, tidak ada sakitkepala.
 Leher: Tidak ada gangguan, simetris, tidak ada penonjolan,
reflek menelanada.
 Wajah : Wajah terlihat menahan sakit dan bagian wajah yang
lain tidak mengalami perubahan fungsi dan bentuk. Wjah
simetris, tidak ada lesi danedema.
 Mata: Tidak ada gangguan, konjungtiva tidak anemis (pada
klien dengan patah tulang tertutup tidak terjadi perdarahan).
Klien yang mengalami fraktur femur terbuka biasanya
mengfalami perdarahan sehingga konjungtiva nya anemis.
 Telinga : Tes bisik dan weber msih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi dan nyeritekan.
 Hidung: Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.

b. Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.Pemeriksaan fungsi serebral

Status mental, observasi penampilan, dan tingkah laku klien.


Biasanya status mental tidak mengalami perubahan.

c. Pemeriksaan sarafkranial

 Saraf I: fungsi pendiuman tidak ada gangguan.


 Saraf II: ketajaman penglihatan normal
 Saraf III, IV, VI: tidak ada gangguan mengangkat kelopak
mata, pupilisokor
 Saraf V: tidak mengal;ami paralisis pada otot wajah dan reflek
kornea tidak ada kelainan
 Saraf VII: persepsi pengecapan dalam batas normal dan
wajahsimetris.
 Saraf VIII: tidak ditemukan tuli konduktif dan tulipersepsi.
 Saraf IX dan X: kemampuan menelan baik
 Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
 Saraf XII: ;idah simeteris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada faskulasi. Indra pengecapan normal.

d. Pemeriksaanrefleks

Biasnya tidak ditemukan reflek patologis.

e. Pemeriksaan sensori

Daya raba klien fraktur femur berkurang terutama pada bagian


distal fraktur, sedangkan indra yang lain dan kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Selian itu, timbul nyeri akibat fraktur.
B4(Bladder)

Kaji urine yang meliputi wana, jumlah dan karakteristik urine,


termasuk berat jenis urine. Biasanya klien fraktur femur tidak
mengalami gangguan ini.

B5(Bowel)

Inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.


Palpasi: turgor baik, tidak ada defans muskular dan hepar tidk
teraba. Perkusi: suiara timpani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi peristaltik normal. Inguinal,genital: hernia tidak
teraba, tidak ada pembesaran limfe dan tidak ada kesulitan BAB.
B6(Bone)

Adanmya fraktur femur akan mengganggu secara lokal, baik


fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah.

LOOK

Pada sistem integumen terdapat eritema, suhu disekitar daerah


trauma meningkat, bengkak, edema dan nyeri tekan. Perhatikan
adanya pembengklakan yang tidak biasa (abnormal) dan
deformitas. Perhatikan adanya sindrom kompartemen pada bagian
distal fraktur femur. Apabila terjadi fraktur terbuka, perawat dapat
menemukan adanya tanda-tanda trauma jaringan lunak sam[pai
kerusakann intergritas kulit. Fraktur obli, spiral atau bergeser
mengakibatkan pemendekan batang femur. Ada tanmda cedera
dan kemungkinan keterlibatan berkas neurovaskular (saraf dan
pembuluh darah) paha, sepertoi bengkak atau edema.
Ketidakmampuan menggerakkantungkai.

FEEL

Kaji adnya nyeri tekan dan krpitasi pada daerah paha.

MOVE
Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang
gerak. Dilakukan pemeriksaan gerak aktif dan pasif. Berdasar
pemeriksaan didapat adanya gangguan / keterbatasan gerak
tungkai, ketidakmampuan menggerakkan tungkai, penurunan
kekuatanotot.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal,


kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.

c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal, hambatan mobilitas.

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi interna.

f. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.


10. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
. KEPERAWATAN HASIL
1. Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri pasien dengan  Agar mengetahui nyeri pasien
Nyeri akut
keperawatan selama 3x 24 jam pengkajian nyeri PQRST  Agar mampu mengendalikan
berhubungan dengan
diharapkan nyeri akut dapat menurun  Kendalikan faktor lingkungan faktor yang mempererat nyeri
agen cedera fisik
Kriteria hasil A T yang dapat mempengaruhi respon  Agar mampu melakukan teknik
Keluhan nyeri 2 4
pasien terhadap ketidaknyamanan relaksasi
Gelisah 2 4
Meringis 2 4 (misal suhu ruangan,  Agar mampu mengatasi nyeri
pencahayaan, dan kegaduhan)  Agar mampu mengurangi nyeri
 Berikan teknik relaksasi menggunakan obt yang diberikan
 Ajarkan manajemen nyeri (misal perawat
nafas dalam)
 Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik

1
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan  Kaji mobilitas yang ada dan  Agar mengetahui mobilitas fisik
fisik berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam observasi terhadap peningkatan  Agar pasien tetap melakukan gerak
dengan gangguan diharapkan hambatan mobilitas fisik kerusakan aktif di tempat tidur
muskuloskeletal, dapat teratasi dengan  Ubah posisi pasien yang  Agar pasien mampu melakukan
kerusakan integritas Kriteria hasil A T imobilisasi minimal setiap 2 jam. gerak aktif
struktur tulang, Melakukan ROM 3 4
Peningkatan ROM 2 4  Ajarkan klien untuk melakukan  Agar pasien mampu dilatih oleh
penurunan kekuatan gerak aktif pada ekstremitas yang ahli fisioterapi
otot. tidak sakit.  Agar pasien mampu menggunakan
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi alat bantu
untuk latihan fisik klien
 Kaji kemampuan penggunaan alat
bantu
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan  Pantau kulit bagian distal setiap  Agar kulit tetap terpantau
kulit berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam hari terhadap adanya iritasi,  Agar mengetahui penyebab
dengan tonjolan diharapkan kerusakan integritas kulit kemerahan kerusakan integritas kulit
tulang. dapat menurun  Kaji adanya faktor resiko yang  Agar mengetahui perubahan kulit
Kriteria hasil A T menyebabkan kerusakan yang ada
Integritas kulit dapat 2 4
integritas kulit
meningkat
Melindungi dan 3 4  Observasi kulit setiap hari dan
catat sirkulasi dan sensori serta

2
kelembapan kulit perubahan yang terjadi
meningkat

3
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan  Berikan bantalan pada ujung dan  Agar sambungan pada ujung
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam sambungan traksi terjaga
prosedur pemasangan diharapkan resiko infesi dapat  Jika memungkinkan ubah posisi  Agar kulit tetap terjaga
fiksasi interna. teratasi dengan 1-2 jam secara rutin  Agar kebutuhan pasien terjaga
Kriteria hasil A T  Konsultasikan dengan ahli gizi
Tidak ada tanda tanda 2 4
untuk makanan tinggi protein
infeksi
untuk membantu penyembuhan
luka
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan dokumentasikan tingkat  Agar mampu mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam kecemasan klien kecemasan pasien
stres, krisis diharapkan ansietas dapat teratasi  Kaji cara pasien untuk mengatasi  Agar mengetahui cara mengatasi
situasional. dengan kecemasan kecemasan
Krietia hasil A T  Sediakan informasi yang aktual  Agar mampu menyediakan
Mengontrol tingkat stres 2 4
Menerima status 3 4 tentang diagnosa medis dan informasi aktual tentang diagnosa

kesehatan prognsis medis


 Ajarkan ke pasien tentang  Agar mampu melakukan teknik
peggunaan teknik relaksasi relaksasi
6. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan  Kaji kondisi kulit saat mandi  Agar mengetahui kondisi kulit
(mandi, eliminasi) keperawatan selama 3x 24 jam  Berikan bantuan sampai pasien ketika mandi
berhubungan dengan diharapkan defsit peraawatan diri mampu secara mandiri untuk  Agar melatih pasien supaya

4
gangguan dapat teratasi dengan melakukan peraawatan diri mampu melakukan secara mandiri
muskuloskeletal, Kriteria hasil A T  Letakan sabun, handuk, peralatan  Agar pasien mampu menjangkau
hambatan mobilitas. Mampu melakukan 2 4
mandi, peralatan BAK/BAB di dengan mudah
aktivitas perawatan diri
dekat pasien  Agar pasien atau keluarga
Mampu 3 5
 Ajarkan pasien atau keluarga mengetahui alternatif dalam
mendemonstrasikan
untuk menggunakan metode mandi
perubahan gaya hidup
untuk memenuhi
alternatif dalam mandi, hygiene  Mampu berkolaborasi dengan
mulut, BAB/BAK dokter untuk pemberian
kebutuhan perawatan diri
 Kolaborasi dengan dokter untuk supositoria
pemberian supositoria apabila
terjadi konstipasi

Anda mungkin juga menyukai