LP Fraktur Femur
LP Fraktur Femur
FRAKTUR FEMUR
Oleh :
1811010027
2. ETIOLOGI FRAKTUR
Fraktur dapat terjadi akibat:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan,
yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau
penarikan.
1. Bila terkena kekuatan langsung.
Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.
2. Bila terkena kekuatan tak langsung
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat
yang terkena itu, kerusakan jaringan lunak pada fraktu rmungkin tidak
ada.
b. Fraktur kelelahan atau tekanan
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan
retak yang terjadi pada tulang.
c. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh. (Apley, A.
Graham, alih bahasa Edi Nugroho, 1995: 238-239)
Penyebab fraktur menurut Sjamsu hidayat (1998) adalah:
1. Ruda paksa
2. Trauma
3. Proses patologis
Misalnya: tumor, infeksi atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan kekuatan
tulang yang berkurang dan disebut patah tulang patologis.
4. Beban lama atau trauma ringan yang terusmenerus yang disebutfraktur
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi kadar leukosit pada
klien, karena pada klien dengan luka terbuka resiko tinggi terjadi
peningkatan kadar leukosit, hematokrit kemungkinan meningkat atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
grauma multiple, kreatinin dapat meningkatkan beban kreatinin untuk
kelainan ginjal.
b. Pemeriksaan Radiologi
Tampak jelas pada pemeriksaan rongent terlihat lokasi dan luas
fraktur. Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
7. PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan Fraktur femur
Penatalaksanaan fraktur femur ini mengalami banyak
perubahan dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan
spicacasting atau cast bracing mempunyai banyak kerugian dalam hal
memerlukan masa berbaring dan rehabilitasi yang lama, meski pun
merupakan penatalaksanaan non-invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh
karena itu tindakan ini tidak banyak dilakukan pada orang dewasa.
Bila penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat di
imobilisasi dengan salah satu dari cara-cara berikut:
1) Traksi
Comminuted fracture dan fraktur yang baik tidak sesuai untuk
intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di
bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang
dipasang melaluitibial pin.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam
untuk mengatasi spameotot dan mencegah pemendekan dan
fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah
pelengkungan.
2) Fiksasi Interna
Intra medullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk
fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan
lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi
mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing
diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologis memberi kesan
bahwa jaringan lunak mengalami interposisi diantara ujung
tulang karena hal ini hamper selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan
stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta
membuat penderita dapat diimobilisasikan cukup cepat untuk
meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah
fraktur. Kerugian meliputi anestesi, trauma bedah tambahan
dan risiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan
trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur
transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling
baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan
panjang dan rotasi.
3) FiksasiEksterna
Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus
terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada
minggu keenam, cast brace dapat dipasang. Frakturdengan
intramedullary nail yang tidak memberifiksasi yang rigid juga
cocok untuk tindakan ini.
2) Perawatan Klien Fraktur
1) Perawatan klien dengan fraktur tertutup
Klien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali
keaktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan
pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin
memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Klien diajari
bagaimana mengontrol.
Pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan
trauma jaringan lunak. Mereka didorong untuk aktif dalam
batasi mobilisasi fraktur. Tirah baring diusahakan seminimal
mungkin. Latihan segera dimulai untuk mempertahankan
kesehatan otot yang sehat, dan untuk meningkatkan kekuatan
otot yang dibutuhkan untuk pemindahan, menggunakan alat
bantu (misalnya: tongkat, walker).
Klien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat tersebut
dengan aman. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien
menyesuaikan lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan dan
bantuan keamanan pribadi, bila perlu. Pengajaran klien
meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan.
2) Perawatan klien fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka
memanjang sampai permukaan kulit dan kedaerah cedera
tulang) terdapat resiko infeksi seperti: osteomielitis, gas
gangren, dan tetanus. Tujuan penanganan adalah
meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan
tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
Luka dibersihkan, didebridemen (benda asing dan jaringan mati
diangkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka untuk biakan dan
kepekaan.
8. FOKUS PENGKAJIAN
a. Identitas klien
T (Treatment)
Pemeriksaan Fisik
2) B1(Breathing)
3) B2(Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat iktus tidak teraba,
auskultasui suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4) B3(Brain)
b. Mulut dan Faring: Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.Pemeriksaan fungsi serebral
c. Pemeriksaan sarafkranial
d. Pemeriksaanrefleks
e. Pemeriksaan sensori
B5(Bowel)
LOOK
FEEL
MOVE
Pemeriksaan dengan menggerakkan eksteremitas apakh terdapat
keluhan nyeri pada pergerakan. Dilakukan pencatatan rentang
gerak. Dilakukan pemeriksaan gerak aktif dan pasif. Berdasar
pemeriksaan didapat adanya gangguan / keterbatasan gerak
tungkai, ketidakmampuan menggerakkan tungkai, penurunan
kekuatanotot.
1
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Kaji mobilitas yang ada dan Agar mengetahui mobilitas fisik
fisik berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam observasi terhadap peningkatan Agar pasien tetap melakukan gerak
dengan gangguan diharapkan hambatan mobilitas fisik kerusakan aktif di tempat tidur
muskuloskeletal, dapat teratasi dengan Ubah posisi pasien yang Agar pasien mampu melakukan
kerusakan integritas Kriteria hasil A T imobilisasi minimal setiap 2 jam. gerak aktif
struktur tulang, Melakukan ROM 3 4
Peningkatan ROM 2 4 Ajarkan klien untuk melakukan Agar pasien mampu dilatih oleh
penurunan kekuatan gerak aktif pada ekstremitas yang ahli fisioterapi
otot. tidak sakit. Agar pasien mampu menggunakan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi alat bantu
untuk latihan fisik klien
Kaji kemampuan penggunaan alat
bantu
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Pantau kulit bagian distal setiap Agar kulit tetap terpantau
kulit berhubungan keperawatan selama 3x 24 jam hari terhadap adanya iritasi, Agar mengetahui penyebab
dengan tonjolan diharapkan kerusakan integritas kulit kemerahan kerusakan integritas kulit
tulang. dapat menurun Kaji adanya faktor resiko yang Agar mengetahui perubahan kulit
Kriteria hasil A T menyebabkan kerusakan yang ada
Integritas kulit dapat 2 4
integritas kulit
meningkat
Melindungi dan 3 4 Observasi kulit setiap hari dan
catat sirkulasi dan sensori serta
2
kelembapan kulit perubahan yang terjadi
meningkat
3
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Berikan bantalan pada ujung dan Agar sambungan pada ujung
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam sambungan traksi terjaga
prosedur pemasangan diharapkan resiko infesi dapat Jika memungkinkan ubah posisi Agar kulit tetap terjaga
fiksasi interna. teratasi dengan 1-2 jam secara rutin Agar kebutuhan pasien terjaga
Kriteria hasil A T Konsultasikan dengan ahli gizi
Tidak ada tanda tanda 2 4
untuk makanan tinggi protein
infeksi
untuk membantu penyembuhan
luka
5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan Kaji dan dokumentasikan tingkat Agar mampu mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 jam kecemasan klien kecemasan pasien
stres, krisis diharapkan ansietas dapat teratasi Kaji cara pasien untuk mengatasi Agar mengetahui cara mengatasi
situasional. dengan kecemasan kecemasan
Krietia hasil A T Sediakan informasi yang aktual Agar mampu menyediakan
Mengontrol tingkat stres 2 4
Menerima status 3 4 tentang diagnosa medis dan informasi aktual tentang diagnosa
4
gangguan dapat teratasi dengan melakukan peraawatan diri mampu melakukan secara mandiri
muskuloskeletal, Kriteria hasil A T Letakan sabun, handuk, peralatan Agar pasien mampu menjangkau
hambatan mobilitas. Mampu melakukan 2 4
mandi, peralatan BAK/BAB di dengan mudah
aktivitas perawatan diri
dekat pasien Agar pasien atau keluarga
Mampu 3 5
Ajarkan pasien atau keluarga mengetahui alternatif dalam
mendemonstrasikan
untuk menggunakan metode mandi
perubahan gaya hidup
untuk memenuhi
alternatif dalam mandi, hygiene Mampu berkolaborasi dengan
mulut, BAB/BAK dokter untuk pemberian
kebutuhan perawatan diri
Kolaborasi dengan dokter untuk supositoria
pemberian supositoria apabila
terjadi konstipasi