Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR SURVEILANS

KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH:

NAMA: HUSNIATI
NIM: 20282114

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN


MASYARAKAT ( FIKKM )
UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA
(UNDIKMA) MATARAM 2021

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................3
Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan, Fungsi, Sejarah Surveilans..........................................5
a. Pengertian Surveilans ..............................................................................5
b. Tujuan Surveilans kesehatan Masyarakat................................................7
c. Fungsi surveilans kesehatan Masyarakat.................................................7
d. Sejarah Surveilans....................................................................................8
B. Jenis –Jenis Surveilans Epidemiologi .........................................................9
C. Elemen dalam surveilans Kesehatan Masyarakat........................................12
BAB III PENUTUP
A. Saran............................................................................................................13
B. Kesimpulan..................................................................................................13
Daftar Pustaka

2
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat penting se
bagai intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi e
pidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan dan 
penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut
untuk dapat mandiri dan mampu melaksanakan surveilansepidemiologi secara
profesional.
Dasar hukum terbaru berkaitan dengan kegiatan surveilans epidemiologi
yaitu, UU No.36/2009 tentang Kesehatan pada Bab 10 tentang penyakit menular
dan tidak menular Pasal 154 ayat 1 yang berbunyi “pemerintah secara berkala
menetapkan dan mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi
menular dan/atau menyebar dalam waktu yang singkat,serta menyebutkan daerah
yang dapat menjadi sumber penularan”. Pasal 156 ayat 1 yang berbunyi “dalam
melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
penyakitmenular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1), Pemerintah
dapat menyatakan wilayahdalam keadaan wabah, letusan, atau kejadian luar biasa
(KLB)”. Pasal 156 ayat 2 berbunyi“penentuan wilayah dalam keadaan wabah,
letusan, atau kejadian luar biasa (KLB) sebagaimana dimaksud pada 
ayat (1) harus dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang diakuikeakuratannya”.
Dasar hukum yang sudah ada antara lain, UU No. 4/1984 tentang Wabah
Penyakit Menular, Permenkes No. 949/Menkes/SK/VII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan SKD-KLB, Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi, dan
Kepmenkes No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu.
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan
beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria,

3
penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran pernapasan dan lain
sebagainya.

b. Tujuan
- Mengetahui pengertian surveilans kesehatan masyarakat
- Mengetahui rumusan tujuan surveilans kesehatan Masyarakat
- Mengetahui jenis surveilans
- Mengetahui pendekatan atau sumber data surveilans kesehatan Masyarakat
- Mengetahui kegunaan surveilans kesehatan Masyarakat

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, Fungsi, Sejarah Surveilans


a.   Pengertian Surveilans

Surveilans penting untuk pahami, khususnya terkait (elaborasi) dengan


teori simpul Ahmadi. surveilans menjadi vital juga karena pijakan pola fikir kita
sejauh menyangkut konsep dasar Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL). Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public
health surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus¬ menerus
berupa pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data
mengenai suatu peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam
tindakan kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan
kematian, dan meningkatkan status kesehatan.

Menurut German (2001), surveilans kesehatan masyarakat (public health


surveillance) adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus¬ menerus berupa
pengumpulan data secara sistematik, analisis dan interpretasi data mengenai suatu
peristiwa yang terkait dengan kesehatan untuk digunakan dalam tindakan
kesehatan masyarakat dalam upaya mengurangi angka kesakitan dan kematian,
dan meningkatkan status kesehatan.

Menurut Timmreck (2005), surveilans epidemiologi adalah pengumpulan,


analisis, dan interpretasi secara sistematik dan berkesinambungan pada data yang
berkaitan dengan kesehatan, penyakit, dan kondisi. Temuan dari kegiatan
surveilans epidemiologi digunakan untuk merencanakan, mengkaji, mengevaluasi,
dan menerapkan program pencegahan dan pengendalian di bidang kesehatan.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data


kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik,
tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan
informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status
kesehatan populasi guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan
mengevaluasi program kesehatan masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah

5
kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna,
data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.

Sementara menurut pendapat lain dikemukakan, surveilans merupakan


sebuah istilah umum yang mengacu pada observasi yang sedang berjalan,
pengawasan berkelanjutan, pengamatan menyeluruh, pemantauan konstan, serta
pengkajian perubahan dalam populasi yang berkaitan dengan penyakit, kondisi,
cedera, ketidakmampuan, atau kecenderungan kematian.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan


analisis data secara terusmenerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam pencegahan
penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan
penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan
biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans menghubungkan
informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last, 2001). Kadang digunakan
istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun
surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang
sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan
masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti kesehatan
masyarakat (core science of public health). Surveilans memungkinkan pengambil
keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan
masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan
dan manajer tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada
suatu populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrumen penting
untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika
penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga penting bagi kementerian
kesehatan, kementerian keuangan, dan donor, untuk memonitor sejauh mana
populasi telah terlayani dengan baik (DCP2, 2008).

6
b. Tujuan Surveilans kesehatan Masyarakat

Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah


kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. Tujuan khusus
surveilans:
1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit;
2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini
outbreak;
3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease
burden) pada populasi;
4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan;
5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan
6. Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002).

c. Fungsi surveilans kesehatan Masyarakat

Adapun fungsi surveilans kesehatan Masyarakat


1. Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan segera untuk kasus-kasus
penting  kesehatan masyarakat
2. Mengukur beban suatu penyakit atau terkait dengan kesehatan lainnya,
termasuk identifikasi populasi resiko tinggi
3. Memonitor kecenderungan beban suatu penyakit atau terkait dengan
kesehatan lainnya, termasuk mendeteksi terjadinya outbreak dan pandemic
4. Sebagai pedoman dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi program
5. Mengevaluasi kebijakan-kebijakan public
6. Memprioritaskan alokasi sumber daya kesehatan dan
7. Menyediakan suatu dasar untuk penelitian epidemiologi lebih lanjut.

7
d. Sejarah Surveilans

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis


dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta
kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah
kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif
dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Pada awalnya surveilans epidemiologi banyak dimanfaatkan pada upaya
pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat ini surveilans mutlak diperlukan
pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya kesehatan lainnya.
Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang
paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya
jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan
penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini
juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari
penyakit menular tertentu.
Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang
mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut
mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang
sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun
penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini
mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata
rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis
untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan
jaringan susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis
masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai
tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases telah
diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar
informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an. Bagaimanapun juga
deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada
kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali

8
kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan
yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan
kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang
semestinya.

B. Jenis –Jenis Surveilans Epidemiologi


a.    Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor
individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,
sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina
merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang
atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit
selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional
pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua
jenis karantina, yaitu:
·         Karantina total; Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang
yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak
dengan orang yang tak terpapar.
·         Karantina parsial. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak
secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya
transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan
penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan
tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya
tetap bekerja.
b.    Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit
dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans
penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh,

9
program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak
terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan
biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel
antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang
masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan
memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
c.    Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat
dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus
yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang
menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk
memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,
2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu
dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi
tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans
sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
d.    Surveilans Berbasis Laboratorium

10
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral
untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit
dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik
e.    Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/
kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.
Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan
kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
·  Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
·  Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
·  Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
·  Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber
daya);
·  Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.           Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit
yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
f.     Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi
lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-

11
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul
(newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi .

C. Elemen dalam surveilans Kesehatan Masyarakat


Terdapat 3 elemen dasar program Surveilans
1. Pengumpulan data
2. Analisis
3. Feedback atau diseminasi
1. Pengumpulan Data
1) Dikumpulkan scr sistematis & seragam
2) Petugas pengumpul data hrs terlatih & mempunyai motivasi agar dpt
menghasilkan data yg informatif
3) Pengumpulan data mempunyai format tersendiri yang akurat & objektif
4) Data dpt bersifat harian, mingguan, bulanan, & tahunan
5) Syarat data surveilans yang harus dikumpulkan :
1. Kejelasan data, shg dpt menyimpulkan informasi
2. Tidak ambigu apabila dibuat pertanyaan maupun pernyataan
3. Hanya informasi yg penting & esensial yg dibutuhkan
6) Berdasarkan pengumpulan data, maka surveilans yg dilaksanakan adl surveilans
Aktif dan SE Pasif
7) Data yg dikumpulkan tergantung dr beberapa faktor yg akan dilakukan surveilans,
misal : kesehatan anak, penyakit infeksi
2. Analisis & interprestasi
1) Melalui teknik analisis : epidemiologi, dan statistic
2) Analisis scr epidemiologi : orang, tempat, dan waktu
3) Analisis yg tidak lengkap akan menghasilkan interprestasi epidemiologi yg
kurang baik, misal data kejadian & distribusi penyakit tidak jelas
3. Pelaporan & diseminasi

12
1) Sumber data menyediakan data yg diperlukan utk surveilans termasuk RS,
puskesmas, laboratorium, unit peneliti, unit statistik dan lain2
2) Data direkomendasikan sbg hasil kegiatan surveilans disampaikan kpd pihak2 yg
dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit/upaya peningkatan kesehatan

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi
kesehatan
b. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit,
surveilans sinromik dll
c. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
d. Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua
jenis: Surveilans pasif; Surveilans aktif
B. Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan
penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka dari
itu dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam
pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta. Jakarta.

https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/elemen-elemen-se.

Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar. FKM. Unhas.

Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat Surveilans Epidermiologi Sebuah


Pengantar. FKM-UNHAS.

Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Atfabeta. Bandung. Hal.

Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi. PT. Dian Rakyat.


Jakarta.

UU No.36/2009 tentang Kesehatan.

Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa


Kebidanan, EGC. Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai