KESEHATAN MASYARAKAT
OLEH:
NAMA: HUSNIATI
NIM: 20282114
1
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................3
Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian, Tujuan, Fungsi, Sejarah Surveilans..........................................5
a. Pengertian Surveilans ..............................................................................5
b. Tujuan Surveilans kesehatan Masyarakat................................................7
c. Fungsi surveilans kesehatan Masyarakat.................................................7
d. Sejarah Surveilans....................................................................................8
B. Jenis –Jenis Surveilans Epidemiologi .........................................................9
C. Elemen dalam surveilans Kesehatan Masyarakat........................................12
BAB III PENUTUP
A. Saran............................................................................................................13
B. Kesimpulan..................................................................................................13
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Sistem Surveilans Epidemiologi mempunyai peran yang sangat penting se
bagai intelijen penyakit dan mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi e
pidemiologi untuk manajemen kesehatan, mendukung pengambilan keputusan dan
penyusunan perencanaan, monitoring dan evaluasi, serta sistem kewaspadaan dini
kejadian luar biasa (SKD-KLB). Dalam konteks desentralisasi, daerah dituntut
untuk dapat mandiri dan mampu melaksanakan surveilansepidemiologi secara
profesional.
Dasar hukum terbaru berkaitan dengan kegiatan surveilans epidemiologi
yaitu, UU No.36/2009 tentang Kesehatan pada Bab 10 tentang penyakit menular
dan tidak menular Pasal 154 ayat 1 yang berbunyi “pemerintah secara berkala
menetapkan dan mengumumkan jenis dan persebaran penyakit yang berpotensi
menular dan/atau menyebar dalam waktu yang singkat,serta menyebutkan daerah
yang dapat menjadi sumber penularan”. Pasal 156 ayat 1 yang berbunyi “dalam
melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
penyakitmenular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat (1), Pemerintah
dapat menyatakan wilayahdalam keadaan wabah, letusan, atau kejadian luar biasa
(KLB)”. Pasal 156 ayat 2 berbunyi“penentuan wilayah dalam keadaan wabah,
letusan, atau kejadian luar biasa (KLB) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang diakuikeakuratannya”.
Dasar hukum yang sudah ada antara lain, UU No. 4/1984 tentang Wabah
Penyakit Menular, Permenkes No. 949/Menkes/SK/VII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan SKD-KLB, Kepmenkes No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi, dan
Kepmenkes No. 1479/Menkes/SK/X/2003 tentang Sistem Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu.
Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)
berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan
Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan
beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria,
3
penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran pernapasan dan lain
sebagainya.
b. Tujuan
- Mengetahui pengertian surveilans kesehatan masyarakat
- Mengetahui rumusan tujuan surveilans kesehatan Masyarakat
- Mengetahui jenis surveilans
- Mengetahui pendekatan atau sumber data surveilans kesehatan Masyarakat
- Mengetahui kegunaan surveilans kesehatan Masyarakat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan demikian, agar data dapat berguna,
data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.
6
b. Tujuan Surveilans kesehatan Masyarakat
7
d. Sejarah Surveilans
8
kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini. Dokter atau tenaga kesehatan
yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan
kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang
semestinya.
9
program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari
sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak
terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan
biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel
antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang
masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan
memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.
c. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan
laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh
konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat
dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan
surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip
influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS.
Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining
pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit
tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah
kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus
yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang
menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen untuk
memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,
2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu
dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi
tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans
sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas.
d. Surveilans Berbasis Laboratorium
10
Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan
melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral
untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit
dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan
pelaporan sindroma dari klinik-klinik
e. Surveilans terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/
kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu
menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi
mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit.
Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan
kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al.,
2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
· Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
· Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
· Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;
· Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan,
pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni,
pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber
daya);
· Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang penyakit
yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002).
f. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global
Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi
manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi
lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti,
pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
11
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul
(newemergingdiseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi .
12
1) Sumber data menyediakan data yg diperlukan utk surveilans termasuk RS,
puskesmas, laboratorium, unit peneliti, unit statistik dan lain2
2) Data direkomendasikan sbg hasil kegiatan surveilans disampaikan kpd pihak2 yg
dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit/upaya peningkatan kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Surveilans kesehatan masyarakat adalah proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga
melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi
kesehatan
b. Dikenal beberapa jenis surveilans: Surveilans Individu, surveilan penyakit,
surveilans sinromik dll
c. Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang masalah
kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan
dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif
d. Menurut cara memperolehnya, sumber data surveilans dapat dibagi menjadi dua
jenis: Surveilans pasif; Surveilans aktif
B. Saran
Surveilans kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan dan
penanggulangan penyakit terutama dalam penanggulangan wabah (KLB). Maka dari
itu dalam pengoperasian data surveilans haruslah relevan dan akurat sehingga dalam
pengambilan keputusan menjadi tepat sasaran.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://agus34drajat.files.wordpress.com/2011/03/elemen-elemen-se.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Atfabeta. Bandung. Hal.
14