Disusun Oleh :
Emi Efrini ( F1F118041 )
Dosen Pengampu :
Diah Tri Utami, S. Si., M. Sc.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
- DESKRIPSI TANAMAN
Tanaman ini banyak digunakan sebagai obat tradisional, baik secara tunggal
maupun dicampur dengan obat tradisional lainnya. Daun mahkota dewa juga
sering direbus untuk menyembuhkan penyakit lemah syahwat, disentri, alergi dan
tumor. Selain memiliki khasiat sebagai obat, tanaman ini dapat menjadi racun
apabila dikonsumsi secara langsung. Telah diketahui bahwa biji mahkota dewa
bersifat toksik sedangkan buahnya tidak, dengan potensi penghambatan yang
lebih besar dibandingkan daunnya.
1. Pembuatan Simplisia
Sampel buah mahkota dewa segar dan berwarna merah dipetik langsung
kemudian dilakukan sortasi basah dan pencucian untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang masih menempel pada sampel. Sampel yang telah bersih
kemudian diiris halus dan dikeringkan dengan cara didiamkan pada suhu kamar.
2. Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 153,7 gram sampel buah mahkota dewa yang telah kering dan
dihaluskan, kemudian diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan
pelarut metanol. Ekstrak metanol dipekatkan dengan alat rotary evaporator R -
200 Buchi pada suhu 40°C. Pemanasan dilakukan pada suhu 40°C untuk
menghindari degradasi senyawa karena suhu tinggi.
Garam alkaloid sendiri akan terdistribusi dalam fase air asam. Fase
diklorometana asam akan berada di bagian bawah karena diklorometana
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air yaitu 1,318 g/mL ( 25 °C ).
Fraksi air asam dan fraksi diklorometana asam di uji kembali keberadaan alkaloid
nya dengan pereaksi Dragendorff.
Dari hasil uji dapat diketahui bahwa fraksi air asam mengandung alkaloid,
sedangkan fraksi diklorometana asam tidak mengandung alkaloid. Fraksi air asam
kemudian di basa kan dengan penambahan amonium hidroksida pekat sampai pH
9,88. Fraksi air basa lalu dipartisi dengan diklorometana agar alkaloid bebas
terekstraksi ke dalam fase diklorometana basa, sedangkan garam amonium klorida
yang terbentuk akan terekstraksi ke dalam fase air. Fraksi diklorometana basa dan
fraksi air basa diuji keberadaan alkaloidnya dengan pereaksi Dragendorrf.
Dari hasil uji berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa di dalam fraksi
diklorometana basa mengandung alkaloid, sedangkan di dalam fraksi air basa
tidak mengandung alkaloid. Fraksi diklorometana basa dipekatkan sehingga
diperoleh ekstrak pekat diklorometana basa sebanyak 77,3 mg.
Dari hasil KLT fraksi – fraksi pada kromatografi kolom, didapatkan bahwa
target yang diduga atropin terdapat hanya pada fraksi 3. Untuk menjelaskan
dugaan bahwa pada fraksi 3 terkandung atropin, selanjutnya fraksi 3 dipisahkan
dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Ekstrak diklorometana basa pekat dan
fraksi 2 – 5 pada kromatografi kolom pertama selanjutnya dibuktikan dan
dipisahkan dengan KCKT.
Selain itu udara terlarut dalam fase gerak juga dihilangkan agar tidak
terdapat puncak udara pada kromatogram yang mengganggu pemisahan. Udara
terlarut dihilangkan dengan proses sonifikasi menggunakan alat sonikator. Selain
itu udara terlarut juga dapat dihilangkan dengan mengalirkan gas inert seperti
helium.
Asam fosfat digunakan karena merupakan asam lemah dari garam KH2PO4
sehingga membentuk larutan buffer yang mempunyai pH stabil. Pengaturan pH
menjadi 3 dilakukan karena menurut literatur, senyawa alkaloid terelusi lebih
cepat pada pH rendah. Hal ini disebabkan amina yang terprotonasi menjadi lebih
polar pada pH rendah, sehingga tidak tertahan dalam kolom C18 (RP-18e) yang
nonpolar.
Untuk lebih memurnikan senyawa alkaloid yang diduga atropin dalam buah
mahkota dewa, dilakukan kembali fraksinasi dengan kromatografi kolom.
Kromatografi kolom dilakukan untuk fraksi 3 dengan menggunakan fase diam
ODS dan fase gerak metanol dan air ( 7:3 ) secara isokratis. Kromatografi kolom
yang kedua ini dilakukan dengan kolom fase terbalik, tidak seperti kromatografi
kolom yang pertama yang menggunakan kolom fase normal. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah memisahkan senyawa pada fraksi 3 yang massanya sudah
sangat sedikit dan juga agar pemisahan dapat berlangsung lebih baik. Pemilihan
fase gerak dilakukan dengan KLT menggunakan plat ODS.
Hal ini menunjukan bahwa ekstrak mahkota dewa dapat digunakan sebagai
antimikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Okzelia, S. D., D. Hendrati dan N. Iljas. 2017. Isolasi dan Pemisahan Senyawa
Alkaloid dari Buah Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa Boerl. )
dengan Metode Kromatografi Cair. Journal of Nursing and Health. 1
( 2 ) : 80 – 85.