Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MATA KULIAH

KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN


OLEH SUMARYONO 260

1. analisis dari sisi budaya


terdapat sejumlah kejanggalan dalam pertimbangan putusan kasasi yang berujung
pada silang sengkarut tanah di meruya selatan. ma dinilai kurang berhati-hati karena
beresiko semestinya lebih detail cara pandang pembuat putusan yang mengakui
adanya pemilik bangunan, namun dalam pertimbangan justru mendasarkan dari
keterangan jurusita yang tidak mencatatkan adanya bangunan di atas tanah
sengketa. sudah terlihat keanehan di sini, ma terlalu agresif dengan pertimbangan
pn jakbar yang menyatakan gugatan kurang pihak. bisa jadi si jurusita juga
melakukan kesalahan tambahnya.madalam pengambilan keputusan banyak asumsi
yang tersembunyise seharusnya tetap memperhitungkan moral karena arah dan
tindakan pengambilan keputusan kurang kurang mempertimbangkan orang banyak

2 analisisdarii sisi etika

di satu sisi, ma mempertimbangkan bahwa jurusita tidak mencatatkan adanya


bangunan. di sisi lain ma menyalahkan pn jakbar yang mengakui adanya bangunan
beserta pemiliknya yang berakhir pada putusan no karena gugatan kurang pihak.
namun melihat putusan yang dihasilkan,  ma terkesan mengakui keberadaan pihak
ketiga. hal ini terbukti dalam putusan ma yang mengabulkan gugatan penggugat,
seperti tercantum dalam kalimat 'menghukum para tergugat dan semua orang yang
mendapat hak daripadanya untuk mengosongkan tanah-tanah tersebut dan
menyerahkan dalam keadaan kosong kepada penggugat'semestinya gugatan
tersebut tidak dikabulkan. pun kalau mau mengabulkan sebagian gugatan,--dengan
pengakuan  atas keberadaan pihak ketiga, semestinya ma cukup memutus yang
sifatnya menyatakan siapa pemilik dari tanah itu sesuai bukti yang disodorkan
penggugat. lebih dari itu akan menjagdi ganjil. ini kan pertimbangan yang saling
kontradiktif utilisasi role, mestinya yang menyangkut kepemilikan, sebagai
pengadilan yang menghasilkan keputusan tertinggi, ma lebih cermat dan hati-hatihal
itu kurang memperhatikan nilai moral rights rule
pada tanggal 29 mei 2006, lumpur menyembur dari dalam tanah di desa siring,
sidoardjo, jawa tengah. persitiwa ini dikenal dengan persitiwa lumpur lapindo.
empat belas tahaun berlalu sejak kejadian itu berlangsung, berbagai upaya di
bidang hukum juga telah ditempuh walaupun hasil yang didapati tidak
memuaskan berujung menimbulkan masalah apada manusia . pada 27
desember 2007, gugatan walhi ditolak seluruhnya oleh putusan pn jakarta
selatan.  pada 27 oktober 2008, gugatan walhi di tingkat banding juga ditolak
berdasarkan putusan pt jakarta yang menguatkan putusan pn jakarta selatan
yang menyatakan bahwa semburan lumpur panas lapindo disebabkan karena
bencana alam. kasus lapindo adalah masalah serius. kini tiap tahun negara
harus mengeluarkan triliunan rupiah untuk penyelesaian kasus tersebut. di sisi
lain masih terlihat dominasi korporasi atas negara. Untuk itu diperlukan
moralrights rule

sisi etika
kasus bencana alam, banjir. Apakah banjir benar-benar merupakan kasus cana
alam? Menurut saya tidak, banjir bukan merupakan bencana alam. Ada
campur tangan manusia di situ yang menyebabkan terjadinya banjir. Sehingga
tidak pat dikatakan banjir merupakan 100% bencana alam. Sama halnya
dengan Lapindo, ada campur tangan manusia, yakni PT. Lapindo Brantas,
dalam hal ini sebagai u pengeboran, yang baik secara langsung maupun tidak
langsung, lkansemburan lumpur yang mengakibatkan terjadinya kasus lumpur
Lapindo ini. Ini yang saya maksud bahwa negara sebenarnya bukan
akpertamangeharusnyabertanggung jawab

kesimpulan
dari kedua kasussetelah dianalisis terjadi penyimpangan dalam pembuat kebijakan dari sisi
moral rights rule maupun sisi etika karena keduanya tidak melihat kepentingan orang
banyak dan saling kontradiktif dalam putusanya

Anda mungkin juga menyukai