GINEKOLOGI
Disusun oleh
Nama : Yoriska
NIM : 01073200024
Penguji:
dr. Dyana Safitri Velies, Sp. OG (K), M. Kes
I. Identitas Pasien
i. Nama : Ibu S
ii. Jenis Kelamin : Perempuan
iii. Usia : 44 tahun
iv. Status Perkawinan : Sudah kawin
v. Agama : Islam
vi. Alamat : Puri Nusa
vii. Pekerjaan : Guru
viii. Tanggal Masuk RS : 18 Maret 2021 (jam 08.00)
ix. Tanggal Pemeriksaan : 18 Maret 2021 (jam 10.00)
Anamnesis
i. Cara Anamnesis : Autoanamnesis
v. Riwayat Sosial
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol.
ii. Terapeutik
i. Asam traneksamat 3x1 gram/hari
iii. Edukasi
i. Mengedukasi pasien mengenai kondisi yang sedang dialami oleh pasien
- Penggunaan AKDR seperti pada pasien dapat menyebabkan efek
samping seperti durasi menstruasi yang lebih lama dari biasanya,
nyeri pada menstruasi meningkat, jumlah darah menstruasi
meningkat, dan terjadi spotting atau keluarnya flek. Hal ini dapat
menjadi alasan dari menstruasi berkepanjangan serta bercak
darah yang dikeluhkan oleh pasien. Kondisi ini wajar dan tidak
berbahaya. Pasien dapat melakukan cek berkala setiap enam
bulan untuk memastikan AKDR masih berada pada posisi yang
tepat dan melihat apakah keluhan bercak masih berlanjut.
Apabila keluhan mengganggu keseharian pasien dan bercak
serta menstruasi berkepanjangan masih berlanjut, pasien dapat
mempertimbangkan untuk melepas AKDR dan berganti dengan
metode KB lainnya.
ii. Mengedukasi pasien untuk metode KB lainnya yang dapat digunakan
oleh pasien apabila pasien memutuskan mengganti metode KB. Pasien
tidak merasa nyaman dengan metode pil, sehingga untuk metode pil
progestin dan kombinasi disingkirkan. Metode lainnya yang dapat
dipertimbangkan adalah AKDR hormonal, implan, suntik tiap bulan,
suntik tiap 3 bulan, kondom, coitus interruptus, menghitung masa subur,
dan steril.
- AKDR Hormonal (Mirena)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Hormonal atau dikenal dengan
Mirena bekerja dengan melepaskan hormone progestin sehingga
menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan
dinding rahim. Metode ini dapat menekan jumlah perdarahan
saat menstruasi. Namun, efek sampingnya adalah dapat
menyebabkan komplikasi seperti kehamilan ektopik, perforasi
dinding uterus atau serviks, dan penyakit radang panggul.
- Implan
Implan adalah metode kontrasepsi berbentuk batang kecil yang
akan dimasukkan ke bawah kulit, sehingga dikenal dengan
sebutan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK). Implan dapat
bertahan selama 3 tahun dan berfungsi untuk menekan ovulasi
dengan cara menekan LH, serta meningkatkan lendir serviks
agar sperma tidak dapat memasuki rahim. Proses tersebut terjadi
karena kandungan hormon progestin dalam metode implan ini.
Metode ini dapat digunakan untuk pasien apabila menginginkan
metode kontrasepsi yang dapat bertahan selama beberapa tahun
menjelang menopause. Efek sampingnya adalah perubahan pola
menstruasi bulanan, sakit kepala, nyeri kepala, dan rasa tidak
nyaman pada payudara.
- Suntik 3 bulan (Progestin)
Metode ini bekerja dengan menekan ovulasi dan mengentalkan
lendir serviks untuk mencegah sperma bertemu dengan sel telur
oleh karena kerja dari hormone progesteron. Efek sampingnya
adalah menstruasi berkurang/hilang, mual, tidak nyaman pada
bagian payudara.
- Suntik 1 bulan (Kombinasi)
Metode ini bekerja dengan menekan ovulasi oleh kerja dari
hormon estrogen dan progesteron yang mencegah pelepasan sel
telur sehingga tidak dapat bertemu dengan sperma,
mengentalkan lendir serviks, serta menipiskan dinding rahim
agar tidak dapat terjadi penempelan sel telur pada dinding rahim.
Efek samping dari metode ini adalah berat badan naik, sakit
kepala, dan kepekaan pada payudara.
- Kondom
Kondom adalah metode kontrasepsi dengan efektivitas 85% dan
dapat membantu dalam mencegah terjadinya infeksi menular
seksual. Cara kerja kondom adalah sebagai penghalang agar
sperma yang keluar dari penis pria tidak masuk ke dalam saluran
reproduksi wanita.
- Steril
Pada pasien yang tidak ingin memiliki anak dapat
mempertimbangkan untuk memiliki metode steril. Namun,
metode ini memerlukan tindakan pembedahan. Steril dapat
dilakukan pada pria atau wanita dengan efek samping yang
minimal. Namun, pada pasien Ibu S yang sudah berusia 44 tahun
dan sudah mendekati usia menopause, lebih baik steril menjadi
pilihan terakhir dalam metode kontrasepsi.
iii. Mengedukasi mengenai evaluasi kondisi pasien dan kapan harus
kembali
- Pasien dapat mencatat siklus menstruasi pasien selama 3 siklus
kedepan sesudah pengobatan untuk mengevaluasi apakah
perdarahan masih berlanjut. Pencatatan perdarahan dapat
dilakukan setiap pasien sedang mengalami perdarahan dan
dilaporkan jumlah, konsistensi, dan perubahan yang terlihat
dalam segi pola perdarahan.
- Setelah minimal 3 siklus menstruasi kedepan telah berlalu dan
perdarahan masih berlanjut, pasien dapat datang untuk kontrol
kembali ke dokter.
- Apabila terdapat perubahan pola perdarahan yang memburuk
atau gejala lainnya seperti terdapat perdarahan yang disertai
dengan rasa nyeri, nyeri pada perut bagian bawah, penurunan
berat badan, perut terasa membesar, nyeri saat berhubungan
seksual, dan perdarahan yang terjadi setelah berhubungan
seksual. Selain itu, gangguan saat BAK dan BAB, seperti nyeri
saat BAK dan/atau BAB, BAK yang tidak tuntas, sulit BAB.
iv. Mengedukasi mengenai higienitas alat kelamin pasien
- Pada pasien ditemukan adanya tinea kruris, yaitu dermafitosis
yang sering ditemukan pada kulit lipat paha, daerah pubis,
perineum, dan anus. Tinea kruris disebabkan oleh jamur dan
sering terjadi pada daerah yang hangat dan lembab serta
mengalami oklusi, seperti sela paha. Oleh karena itu, penting
untuk mengedukasi pasien mengenai higienitas, seperti menjaga
daerah lipat paha dan sekitarnya tetap kering dan tidak lembab.
Kemudian, membersihkan bagian pubis dan lipat paha dengan
air hangan kemudian dikeringkan dengan handuk pribadi
(hindari penggunaan handuk yang berbagi dengan orang lain),
menghindari pemakaian celana dalam yang terlalu sempit, dan
sering berganti celana apabila terasa lembab atau basah.
v. Mengedukasi mengenai tanda-tanda menopause
- Pasien telah memasuki usia >40 tahun dan dalam waktu
beberapa tahun akan mengalami menopause. Edukasi mengenai
apa itu menopause dan tanda-tanda menopause dapat diberikan
kepada pasien. Menopause sendiri adalah kondisi dimana siklus
menstruasi seorang wanita berhenti selama 12 bulan terakhir dan
tidak ada penyebab lainnya yang dapat menyebabkan
berhentinya siklus menstruasi (kondisi patologis). Gejala
menopause mulai dapat dirasakan sejak usia 40 tahun, yaitu:
- Siklus menstruasi yang tidak teratur, jumlah darah lebih
sedikit dari biasanya
- Sering merasa kepanasan dan berkeringat tanpa alasan
yang jelas
- Berdebar-debar
- Gangguan mood seperti mudah marah, gelisah, takut,
depresi, libido menurun
- Sakit kepala
- Nyeri sendi
- Berat badan naik
- Kulit menjadi lebih kering
BAB II
DISKUSI KASUS
Pasien datang dengan keluhan menstruasi terjadi sebanyak dua kali dalam sebulan.
Menstruasi adalah suatu fenomena fisiologis dengan karakteristik siklus perdarahan pada
vagina terjadi setiap 28 ± 7 hari dengan durasi 2-7 hari. Pada pasien ini, siklus menstruasi
terjadi tidak teratur dengan jarak antara menstruasi pertama dengan menstruasi kedua hanya
dalam 14 hari. Namun, pada menstruasi kedua yang dialami oleh pasien hanya berupa bercak
saja lalu dilanjutkan dengan siklus menstruasi yang berjarak 28 hari dari menstruasi pertama,
seperti siklus pada umumnya. Maka, sebenarnya dapat dikatakan juga bahwa pasien ini
mengalami intermenstrual bleeding, yaitu perdarahan di luar siklus menstruasi. Perdarahan
yang tidak normal dapat disebabkan oleh beberapa hal yang dibagi menjadi PALM COEIN,
yaitu polip, adenomiosis, leiomioma uteri, keganasan dan hyperplasia, gangguan koagulasi,
disfungsi ovarium, endometriosis, dan iatrogenik, dan penyebab lainnya yang tidak dapat
dimasukkan sesuai klasifikasi.
Pada pasien Ibu S, tidak ditemukan adanya keluhan nyeri pada saat menstruasi,
sehingga adenomiosis dan endometriosis dapat disingkirkan. Kemudian, tidak terdapat tanda-
tanda keganasan seperti nyeri perut, penemuan massa, berat badan menurun, dan perdarahan
saat berhubungan seksual, maupun nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia). Maka,
kemungkinan keganasan saat ini dapat disingkirkan. Selain itu, tidak ditemukan adanya mioma
dan polip pada pemeriksaan dalam dan penunjang (USG Transvaginal), sehingga kemungkinan
mioma dan polip saat ini masih belum dapat menjadi sumber penyebab dari masalah yang
dialami pasien. Kemungkinan yang terjadi pada pasien ini adalah iatrogenik, dikarenakan dari
penggunaan AKDR. Namun, diperlukan evaluasi lebih lanjut kedepannya apabila keluhan
masih berlanjut pada pasien atau jika ditemukan adanya temuan yang mengindikasi penyebab
lain dari keluhan pasien pada pemeriksaan berikutnya.
Pengobatan yang dapat diberikan pada pasien untuk saat ini adalah Asam traneksamat
1 gram 3 kali sehari sebagai antifibrolisis untuk mengurangi perdarahan yang terjadi pada
pasien. Asam traneksamat sendiri adalah obat golongan anti-fibrinolitik yang umum digunakan
untuk mengobati menorrhagia secara efektif. Asam traneksamat adalah lini kedua apabila
pengobatan menggunakan hormon tidak dapat digunakan. Selain itu, AKDR yang digunakan
oleh pasien saat ini dapat diganti menjadi AKDR yang hormonal atau dikenal sebagai IUD
Mirena. AKDR hormonal akan melepaskan hormon progestin ke dalam rahim dimana hormon
progesteron dapat menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan lapisan
dinding rahim sehingga mencegah terjadinya pertemuan sel telur dengan sperma. AKDR
hormonal dapat mengurangi jumlah darah saat menstruasi dan dapat mengurangi bahkan
menghilangkan siklus menstruasi. Selain AKDR, pasien dapat mempertimbangkan metode
kontrasepsi lainnya, yaitu implan, suntik progestin, kondom, coitus interruptus, dan steril.
Namun, pada pasien Ibu S, metode steril menjadi pilihan terakhir karena memerlukan prosedur
pembedahan dan mempertimbangkan bahwa usia pasien sudah mendekati usia menopause.
Dimana wanita Indonesia rata-rata mulai menopause di usia >50 tahun.
Evaluasi terhadap kondisi pasien perlu dilakukan baik oleh pasien dan dokter. Pasien
dapat mencatat pola perdarahan (terutama dalam 3 siklus kedepan) dan keluhan yang
dialaminya, apabila perdarahan masih terus berlanjut setelah pengobatan atau memburuk,
pasien dapat kembali kontrol ke dokter. Apabila ditemukan keluhan lain seperti nyeri pada
perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan seksual, perut membesar, berat badan menurun,
dan keluhan pada BAK dan BAB, maka dapat menandakan penyebab lain dari perdarahan yang
dialami pasien sesuai pembagian klasifikasi PALM COEIN. Jika kemudian dilakukan
pemeriksaan penunjang dan ditemukan adanya massa//kista/mioma/polip maka kemungkinan
penyebab dari perdarahan abnormal yang dialami pasien disebabkan oleh
kista/mioma/polip/keganasan.