KELOMPOK 6 :
Penentuan harga barang atau jasa yang ditransfer kepada antar pusat pertanggung-jawaban
dalam satu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawabannya.
Harga perpindahan barang antara dua pusat laba atau lebih. Untuk pembahasan lebih lanjut,
maka harga transfer ini digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
Organisasi yang melakukan desentralisasi dengan membentuk pusat laba, biasanya masih ada
kerjasama antar pusat laba yang dibentuknya. Bentuk kerjasamanya antara lain : Terjadinya
kegiatan secara bersama yang menyebabkan adanya Biaya bersama, pendapatan bersama dan
kegiatan produksi bersama yaitu produk suatu pusat laba yang digunakan sebagai salah satu
bahan baku /jasa yang digunakan pusat laba yang lainnya. Dalam bab ini akan dibicarakan
mengenai bagaimana penetapaan harga dari output suatu pusat laba yang digunakan sebagai
input pusat laba yang lainnya, yang disebut dengan harga transfer.
Jika dua atau lebih pusat laba bertanggungjawab bersama atas pengembangan, pembuatan,
dan pemasaran suatu produk, maka masing-masing harus membagi pendapatan yang
dihasilkan ketika produk tersebut terjual. Harga transfer merupakan mekanisme untuk
mendistribusikan pendapatan ini. Harga transfer harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat mencapai tujuan berikut :
Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu
transaksi di mana setidaknya salah satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba
karena suatu perusahaan yang independen tidak akan mentransfer barang dan jasa ke
perusahaan independen lain sebesar biaya produksi atau lebih rendah dari itu. Oleh karena
itu, unsur mekanik untuk mengalokasikan biaya dalam sistem akuntansi biaya akan
dikeluarkan, karena biaya-biaya semacam ini tidak memasukkan elemen laba. Istilah harga
memiliki arti yang sama dengan yang digunakan berkaitan dengan transaksi antar perusahaan
independen.
Prinsip dasar penetapan harga transfer
Prinsip dasarnya adalah harga transfer harus sama dengan harga yang akan dibebankan
apabila transaksi itu dilakukan dengan pihak luar. Yaitu nilai produk atau jasa yang
dipertukarkan antar pusat laba dalam suatu organisasi.
Prinsip dasar:
Harga transfer harus sama dengan harga apabila transaksi dengan luar
Keputusan yg diambil:
Sumber ( dari dalam atau luar)
Dalam – harga transfer
Ketika suatu pusat laba di suatu perusahaan membeli produk dari, dan menjual ke, satu sama
lain, maka dua keputusan yang harus diambil untuk setiap produk adalah :
Situasi Ideal
Harga transfer berdasarkan harga pasar akan menghasilkan goal congruence jika kondisi-
kondisi dibawah ini terpenuhi. Namun dalam prakterknya, kondisi-kondisi tersebut jarang
ada.
Idealnya setiap manajer harus memperhatikan kinerja jangka pendek dan jangka panjang.
Anggota organisasi yang terlibat pada kegiatan negosiasi dan arbitrase dalam penetapan
harga transfer harus kompeten.
Dalam melakukan kebijakan, setiap manajer harus memperhatikan laba sebagai tujuan
utamanya. Para manajer harus menjadikan profitabilitas, sebagaimana diukur dalam
laporan laba rugi mereka, sebagai goal congruence yang penting dan pertimbangan yang
signifikan dalam penilaian kinerja mereka dan harus memandang bahwa harga transfer
tersebut adil.
Harga Pasar
Harga pasar adalah harga untuk produk atau jasa yang identik dengan produk atau jasa
yang ditransfer tanpa ada batasan apapun baik jumlah, waktu dan mutunya. Harga
transfer mungkin dapat ditetapkan lebih kecil dari harga pasar untuk menunjukkan
penghematan karena terjadinya transaksi didalam organisasi. Hal ini disebabkan karena
biaya administrasi dan penjualan yang bisa dihemat.
Harga transfer yang ideal adalah berdasarkan harga pasar normal dan mapan dari produk
identik yang sedang ditransfer maksudnya harga pasar mencerminkan kondisi yang sama
dengan produk yang dikenakan harga transfer. Meskipun kurang ideal, harga pasar dari
produk yang serupa, tetapi tidak identik, adalah lebih baik daripada tidak ada harga pasar
sama sekali.
Para manajer sebaiknya diizinkan untuk memilih alternatif yang paling baik. Manajer
pembelian harus bebas untuk membeli dari pihak luar, dan manajer penjualan harus
bebas untuk menjual ke pihak luar. Dalam keadaan seperti ini, kebijakan harga transfer
tersebut akan memberikan hak kepada setiap manajer pusat laba untuk berurusan baik
dengan pihak di dalam maupun di luar perusahaan sesuai dengan penilaian mereka
masing-masing. Kemudian pasar akan membentuk suatu harga transfer.
Informasi lengkap
Para manajer harus mengetahui semua alternatif yang ada, serta biaya dan pendapatan
yang relevan dari masing-masing alternatif tersebut.
Negosiasi
Idealnya manajer divisi pembeli harus mempunyai kebebasan untuk membeli sumberdaya
yang diperlukan dari luar. Demikian juga manajer divisi penjual juga mempunyai kebebasan
untuk menjual produknya keluar. Tetapi pada kenyataannya seringkali kondisi tersebut tidak
dapat diperoleh karena adanya kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan. Berkut ini adalah
factor yang perlu dipertimbangkan yang menyebabkan kebebasan untuk melakukan transaksi
dengan pihak luar tidak diperoleh.
Keterbatasan Pasar
Pada beberapa perusahaan mungkin terdapat keterbatasan pasar yang disebabkan oleh
beberapa hal berikut ini:
Bahkan dalam kasus pasar terbatas, harga transfer yang paling memenuhi persyaratan sistem
pusat laba adalah harga kompetitif. Harga kompetitif mengukur kontribusi dari setiap pusat
laba terhadap laba perusahaan secara keseluruhan. Beberapa cara untuk dapat mengetahui
tingkat harga kompetitif jika perusahaan tersebut membeli atau menjual produknya ke pasar
bebas :
Jika ada harga pasar yang diterbitkan, maka harga tersebut dapat digunakan untuk
menentukan harga transfer.
Harga pasar mungkin ditentukan berdasarkan penawaran (bid).
Jika pusat laba produksi menjual produk yang serupa di pasar bebas, maka pusat laba
tersebut sering kali meniru harga kompetitif berdasarkan harga di luar.
Jika pusat laba pembelian membeli produk yang serupa dari pasar luar/bebas, maka pusat
laba tersebut dapat meniru harga kompetitif untuk produk-produk eksklusifnya.
Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli
produk dari pemasok luar sementara kapasitas produksi di dalam masih memadai. Jika
jumlah trannsfer dalam perusahaan adalah kecil atau jika situasi tersebut bersifat sementara,
banyak perusahaan membiarkan para pembeli dan penjual untuk saling bekerja sama tanpa
campur tangan kantor pusat. Beberapa perusahaan memberikan wewenang kepada pusat laba
pembelian/penjualan untuk menyerahkan keputusan perolehan sumber daya ke satu
orang/komite yang terpusat. Meskipun ada hambatan dalam perolehan sumber daya, harga
pasar tetap merupakan harga transfer yang baik. Jika harga pasar tersedia/dapat diperkirakan
maka gunakanlah itu. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan harga
kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan biaya ( cost-
based transfer price ).
Jika harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya
ditambah laba. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan
biaya :
1. Dasar biaya
Dasar yang umum adalah biaya standar karena lebih efisieen. Jika biaya standar yang
digunakan, maka dibutuhkan suatu intensif untuk menetapkan standar yang ketat dan
untuk meningkatkan standar tersebut.
2. Markup laba
Dalam menghitung markup laba juga terdapat dua keputusan :
• Apa dasar markup laba tersebut ( dasar yang paling mudah dan umum dipergunakan
adalah persentase dari biaya, namun tidak ada pertimbangan atas modal yang
diperlukan. dasar yang secara konsep lebih baik adalah persentase dari investasi,
tetapi untuk menghitung investasi yang akan dikenakan ke setiap produk yang
dihasilkan dapat menimbulkan permasalahan teknis ).
• Tingkat laba yang diperbolehkan ( persepsi manajemen senior atas kinerja keuangan
dari suatu pusat laba akan dipengaruhi oleh laba yang ditunjukkan oleh pusat laba
tersebut. solusi konseptual adalah membuat penyisihan laba berdasarkan investasi
yang dibutuhkan untuk memenuhi volume yang diminta oleh pusat laba pembelian,
nilai investasi tersebut dihitung pada tingkat “standar”, dengan aktiva tetap dan
persediaan pada tingkat biaya penggantian/replacement cost ).
BIAYA TETAP DAN LABA UPSTREAM (Upstream fixed cost & Profits)
Untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dilakukan dalam jumlah yang
sama dengan biaya variabel standar produksi
Pembebanan biaya berkala ( biasanya setiap bulan ) dilakukan dalam jumlah yang
sama dengan biaya tetap yang berkaitan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit
pembelian
Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan
metode penentuan harga dua langkah :
Pembebanan biaya per bulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegosiasikan secara
berkala dan bergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembelian
Dalam beberapa situasi, mengalokasikan biaya dan aset kepada produk secara
individual tidaklah sulit. Dalam kejadian manapun, keakuratan yang mendekati
adalah cukup memadai. Permasalahan utama bukan terletak pada teknik alokasi,
melainkan pada keputusan mengenai jumlah kapasitas yang akan disediakan untuk
berbagai produk
Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi
volume penjualan dari unit final
Mungkin terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan
perusahaan
Metode ini mirip dengan penentuan harga “ambil atau bayar (take or pay)”
Sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan
antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara
sebagai berikut :
Jumlah laba unit usaha akan lebih besar daripada laba perusahaan secara
keseluruhan
Sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan uang, pada
kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke
kantor pusat
Sistem ini memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal dimana
mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya penjualan ke pihak luar
Terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat
setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan
keuangan unit usaha dikonsolidasi
Fakta bahwa ada konflik diantara unit-unit bisnis akan membuat sistem ini terlihat
lemah
Untuk jasa pusat yang harus diterima oleh unit penerima dimana unit penerima dapat
mengendalikan jumlah yang digunakan paling tidak secara parsial
Untuk jasa pusat yang dapat diputuskan oleh unit usaha apakah akan digunakannya atau
tidak
Unit usaha mungkin diharuskan untuk menggunakan staf korporat untuk jasa-jasa seperti
teknologi informasi serta riset dan pengembangan. Dalam situasi seperti ini, manajer unit
usaha tidak dapat mengendalikan efisiensi kinerja dari kegiatan tersebut, namun ia dapat
mengendalikan jumlah jasa yang diterimanya. Ada tiga teori pemikiran mengenai jasa-jasa
seperti ini :
Teori pertama menyatakan bahwa suatu unit usaha harus membayar biaya variabel
standar dari jasa yang diberikan. Jika membayar kurang dari itu, maka unit usaha akan
termotivasi untuk menggunakan jasa-jasa dalam jumlah yang lebih banyak daripada
yang dibenarkan secara ekonomis
Teori pemikiran yang kedua menyarankan harga yang sama dengan biaya variabel
standar ditambah bagian yang wajar dan biaya tetap standar yaitu biaya penuh ( full
cost )
Teori pemikiran yang ketiga menyarankan harga yang sama dengan harga pasar, atau
biaya penuh standar ( standard full cost ) ditambah dengan margin labanya. Harga
pasar akan digunakan jika memungkinkan, jika tidak, maka harga sebesar biaya penuh
ditambah ROI yang akan digunakan
Jika pelayanan internal tidak kompetitif dibandingkan dengan penyedia jasa dari luar, maka
ruang lingkup dari aktivitas mereka akan dikontrakkan atau jasa-jasa mereka sepenuhnya
didapat dari luar perusahaan. Dalam situasi ini, para manajer unit usaha mengendalikan baik
jumlah maupun efisiensi dari jasa pusat. Pada kondisi ini, kelompok pusat tersebut
merupakan pusat laba. Harga transfernya harus berdasarkan pada pertimbangan yang sama
dengan pertimbangan yang mengendalikan harga transfer yang lain.
1. Negosiasi
Di hampir semua perusahaan, unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain,
maksudnya, harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat. Alasan yang
paling penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual
dan mencapai kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah
satu fungsi utama dari manajemen lini ( line management ). Unit-unit usaha harus
mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam melakukan negosiasi harga
tersebut. Para manajer lini tidak boleh banyak menghabiskan waktu mereka untuk
melakukan negosiasi harga transfer. Oleh karena itu, aturan tersebut harus mengatur
sedemikian rupa supaya penentuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh
keahlian individu dalam bernegosiasi.
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga ( pricing rules ), mungkin ada kasus
di mana unit-unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu.untuk alasan tersebut,
suatu prosedur harus dibuat untuk menengahi arbitase harga transfer. Contoh esktrem
adalah membentuk suatu komite yang biasanya memiliki tiga tanggung jawab :
Menyelesaikan arbitrase harga transfer
Meninjau alternatif perolehan sumber daya yang mungkin ada
Mengubah peraturan harga transfer bila perlu
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan
juga mempengaruhi efektivitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara untuk
menyelesaikan konflik :
Memaksa ( forcing )
Membujuk ( smoothing )
Menawarkan ( bargaining )
Penyelesaian masalah ( problem solving )
3. Klasifikasi produk
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
bergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar
serta harga pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka
semakin formal dan spesifik peraturan yang ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka
perolehan sumber daya dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas
keputusan buat atau beli ( make or buy decision ) yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya ke dalam dua kelas :
Kelas I, meliputi seluruh produk dimana manajemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya , biasanya produk-produk yang bervolume besar, tidak
memiliki sumber dari luar, dan produksinya tetap ingin dikendalikan manajemen
demi alasan kualitas atau tertentu
Kelas II, meliputi seluruh produk lainnya, yaitu produk yang dapat diproduksi di
luar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang sedang berjalan,
volumenya relatif kecil diproduksi dengan peralatan umum ( general purpose
equipment ), ditransfer pada harga pasar