Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

OLEH

KELOMPOK 8

Anggota Kelompok

Fitri Endini 1610536013

Siti Fatma Azrianori 1610536016

Febi Ramadhanni 1610536037

Siti Rima Mentari 1610536039

S1 AKUNTANSI INTAKE D3

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2017/2018
Porter’s Competitive Forces Model

Potential New Entrants:


Teh Gelas
Teh Rio
Teh Kotak

Bargaining Power of Intra Industry Rivalry Bargaining Power of


Supplier Buyer
“Teh Botol Sosro”

Rival : Teh Pucuk

Subtitutive Product
Buavita
Minute Maid Pulpy Orange
Milo
Nescafe Kotak
Analisa Five Forces “Teh Botol Sosro”
 The Intra Industry of Competitive Rivalry ( Melihat dengan pesaing utama )
Teh botol sosro memiliki pesaing yaitu the pucuk yang dimana masing- masig
perusahaan bersaing secara ketat. Persingan ini terjadi ditingkat harga, promosi / iklan.
Hal ini ditunjukan untuk menarik minat para konsumen agar mau membeli produknya
masing-masing.

 The Potential New Entrants ( Melihat bisnis baru yang sama dengan perusahaan
kita yang baru muncul

Masuknya pendatang baru dalam suatu usaha industry selain membawa kapasitas
produk baru juga ingin menguasai pangsa pasar / market leader serta ingin mengambil
alih sumber daya yang besar yang dimiliki oleh pesaingnya. Untuk ancaman pesaing baru
pada industry ini rendah karena dibutuhkan modal yang besar dalam indusrti minuman
teh dimulai dari pembelian bahan baku sampai kebutuhan membeli mesin-mesin
pengolah agar dapat menciptakan kualitas yang baik.

Barrier entry : Strategi penghambat yang dijalankan oleh pemerintah / orang yang
berkuasa.

Barrier entry untuk produk teh dapat dilihat :

a. Skala ekonomis

Skala ekonomis yaitu turunnya biaya produksi perunit apabila perusahaan


memproduksi produk dalam jumlah yang besar. Skala ekonomis menghalangi
masuknya pendatang baru dengan memaksa mereka masuk ke skala besar atau skala
kecil dengan tingkat biaya produksi yang tidak menguntungkan. Sehingga harga yang
dikeluarkan menjadi lebih tinggi the botol sosro dengan kapasitas produksi
200.000.000 pertahun dan memiliki harga jual produk lebih murah dibandingkan teh
pucuk 30.000 pertahun.

b. Kebutuhan modal

Untuk memproduksi minuman teh membutuhkan modal yang besar, karena untuk
menciptakan produk yang berkualitas membutuhkan riset dan alat produksi yang
berkualitas. Sehingga pendatang baru membutuhkan modal yang besar dan selain itu
harus memiliki perbedaan dari produk yang lama.
c. Switching cost (biaya peralihan) pemasok

Switching cost dalam industry teh relatif rendah karena pemasok menawarkan harga
bahan baku yang relative bersaing dengan kualitas yang sama, maka apabila produsen
ingin berpindah dari satu pemasok ke pemasok yang lain maka tidak memerlukan
switching cost.

d. Akses kesaluran distribusi

Apabila akses saluran industry telah memiliki oleh perusahaan maapan, perusahaan
baru tersebut harus membujuk saluran itu agar menerima produknya dengan harga
yang lebih rendah, periklanan dan lain-lain. Saat ini distribusi teh botol sostro hampir
mencakup seluruh wilayah nasional bahkan diekspor ke Australia, Vietnam, Brunai
Darusalam dan Amerika Serikat.

e. Kebijakan pemerintah

Peraturan pemerintah yangmemerintahkan semua produk harus memiliki lisensi dan


pembatasan hak akses produk.

 The Subtitutive Products or Services ( Apakah ada produk/layanan pengganti)

Pada industry teh botol sostro, konsumen dapat barang pengganti sangat mudah,
dan sorang penjual dapat menjual berbagai macam produk teh sejenis. Dan perbedaan
antara merek satu dengan yang lainnya hanya sedikit saja, dan hamper tidak ada
switching cost diantara satu dan lainnya. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan pada
produk ini harga dan kualitasnya. Contoh Teh botol sostro dengan Buavita, Minute Maid
Pulpy Orange, Milo serta Nescafe Kotak, pelanggan tidak sulit mendapatkan semua
merek ini dijual secara bersamaan, tetapi perbedaan Buavita,Minute Maid Pulpy Orange,
Milo serta Nescafe Kotak dengan switching cost yang sama tetapi pelanggan
mendapatkan botol yang lebih besar dan isi yang lebih banyak dibanndingkan teh botol
sostro dan cara ini tidak mudah diikuti teh botol sostro karena sudah banyaknya botol
yang diproduksi oleh teh botol sostro.

 The Bargaining Power of Suppliers ( Melihat kekuatan dan kelemahan daya tawar
perusahaan kita)

Terdapat banyak sekali pemasok bahan baku the sehingga membuat harga barang
baku teh menjadi sangat kompetitif. Hal ini membuat kekuatan tawar menawar pemasok
dengan industry minum teh rendah, karena bahan baku the dipasaran mempunyai harga
dan kualitas yang rata – rata bersaing. Dengan banyaknya pemasok bahan baku teh akan
membuat industry minuman the dapat memilih pemasok bahan baku dengan harrga
murah dan kualitas yang baik.

 The Bargaining Power of Buyers ( Melihat kekuatan dan kelemahan daya tawar
perusahaan lain)

Faktor yang mempengaruhi kekuatan pembeli untuk produk teh antara lain adalah
switching cost yang rendah, hal ini mengingat harga yang ditawarkan antara produk teh yang satu
dengan yang lain tidak jauh berbeda, sehingga kemungkinan pembeli untuk berpindah ke produk
lain besar. Konsumen akan lebih konsumtif dalam memilih produk yang dipilihnya karena
mereka akan lebih mengutamakan kualitas produk yang akan dibelinya. Kelompok pembeli yang
juga sering membeli dalam jumlah yang besar, akan menginginkan untuk mendapatkan potongan
harga serta pelayanan yg baik dari pihak perusahaan. Produk yang dibeli adalah produk standar
(tidak ada diferensiasi), biaya peralihan produk dari yang satu ke yang lainnya rendah, dan
pembeli mendapatkan informasi yang lengkap dari produk yang ingin dibelinya.

Anda mungkin juga menyukai