Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH – PERATURAN


PRESIDEN

Dosen Pengampu:
Dwi Nurma Heitasari

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Anggota:
1. Aulia Rahmah 191450007
2. Belia Ginovina Sriwinarno 191450011
3. Ichsan Rayazen 191450031
4. Lie Ing C. Salay 191450037
5. Martinus Andri Matruty 191450041
6. Muhammad Thariq Goldyan 191450049

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS


PEM AKAMIGAS

Cepu, Maret 2020


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii


BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Subjek Pengadaan Barang/Jasa 2
2.2 Jenis-jenis Pengadaan Barang/Jasa 8
2.3 E-Purchasing 9
2.4 Pengadaan Langsung 12
2.5 Penunjukan Langsung 15
2.6 Tender Cepat 18
2.7 Tender...........................................................................................................21
2.8 Pelaksanaan Kontrak 22
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 33
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik
dan pengembangan perekonomian baik secara nasional maupun daerah.
Untuk mewujudkan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, perlu pengaturan
Pengadaan Barang/Jasa yang memberikan pemenuhan nilai manfaat yang
sebesar-besarnya (value for money) dan kontribusi dalam peningkatan
penggunaan produk dalam negeri, peningkatan peran Usaha Mikro, Usaha
Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan
Dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan telah direvisi menjadi Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah masih
terdapat kekurangan dan belum menampung perkembangan kebutuhan
Pemerintah mengenai pengaturan atas Pengadaan Barang/Jasa yang baik,
sehingga perlu adanya penetapan Peraturan Presiden tentang Pengadaan
Barang/Jasa dalam pemerintahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa subjek dari pengadaan barang/jasa dalam pemerintahan?
2. Jenis-jenis metode pengadaan apa saja yang digunakan oleh
pemerintah?
3. Bagaimana metode pengadaan pemerintah dilakukan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja subjek dari pengadaan barang/jasa dalam
pemerintah
2. Untuk mengetahui jenis-jenis metode pengadaan yang digunakan oleh
pemerintah
3. Untuk mengetahui rincian metode yang dilakukan oleh pemerintah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Subjek pengadaan


1. PA (Pengguna Anggaran)
Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga/Perangkat Daerah. PA sendiri memiliki tugas dan
wewenang sebagai berikut:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran
belanja;
b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
belanja yang telah ditetapkan;
c. menetapkan perencanaan pengadaan;
d. menetapkan dan mengumumkan RUP;
e. melaksanakan Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa;
f. menetapkan Penunjukan Langsung untuk Tender/ Seleksi ulang
gagal;
g. menetapkan PPK;
h. menetapkan Pejabat Pengadaan;
i. menetapkan PjPHP/PPHP;
j. menetapkan Penyelenggara Swakelola;
k. menetapkan tim teknis;
l. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan melalui
Sayembara/Kontes;
m. menyatakan Tender gagal/Seleksi gagal; dan
n. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode pemilihan:
1. Tender/ Penunjukan Langsung/ E-purchasing untuk paket
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan
nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah); atau

2
2. Seleksi/Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa
Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran paling sedikit di atas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
PA untuk pengelolaan APBN dapat melimpahkan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPA sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.
PA untuk pengelolaan APBD dapat melimpahkan kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf f
kepada KPA.
2. KPA (Kuasa Pengguna Anggaran)
Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBN yang
selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari
PA untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggUnaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan. Kuasa Pengguna Anggaran pada Pelaksanaan APBD
yang selanjutnya disingkat KPA adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan pengguria anggaran dalam
melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Perangkat Daerah. KPA
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. KPA dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf b melaksanakan pendelegasian sesuai dengan
pelimpahan dari PA.
2. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), KPA
berwenang menjawab Sanggah Banding peserta Tender Pekerjaan
Konstruksi.
3. KPA dapat menugaskan PPK untuk melaksanakan kewenangan
yang terkait dengan:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja; dan/atau
b. mengadakan perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran
belanja yang telah ditetapkan.
c. KPA dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.

3
4. Dalam hal tidak ada personel yang dapat ditunjuk sebagai PPK,
KPA dapat merangkap sebagai PPK.
3. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen)
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya ‘disingkat PPK
adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/ KPA untuk
mengambil keputusan dan/ atau melakukan tindakan yang dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran be1anja negara/anggaran belanja
daerah. Berikut adalah tugas dan wewenang PPK:
1. PPK dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf c memiliki tugas:
a. menyusun perencanaan pengadaan;
b. menetapkan spesifikasi teknis/Kerangka Acuan Kerja (KAK);
c. menetapkan rancangan kontrak;
d. menetapkan HPS;
e. menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada
Penyedia;
f. mengusulkan perubahan jadwal kegiatan;
g. menetapkan tim pendukung;
h. menetapkan tim atau tenaga ahli;
i. melaksanakan E-purchasing untuk nilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
j. J. menetapkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
k. mengendalikan Kontrak;
l. melaporkan pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan kepada PA/
KPA;
m. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada PA/
KPA dengan berita acara penyerahan;
n. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan; dan
o. menilai kinerja Penyedia.
2. Selain melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
PPK melaksanakan tugas pelimpahan kewenangan dari PA/ KPA,

4
meliputi: a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja; dan b. mengadakan dan menetapkan perjanjian
dengan pihak lain dalam batas anggaran belanja yang telah
ditetapkan.
3. PPK dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dibantu oleh Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
4. Pejabat Pengadaan
Pejabat Pengadaan adalah pejabat administrasi/pejabat
fungsional/personel yang bertugas melaksanakan Pengadaan Langsung,
Penunjukan Langsung, dan/atau E-purchasing.
Pejabat Pengadaan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d memiliki tugas:
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Pengadaan Langsung;
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung
untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan Penunjukan Langsung
untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan
d. melaksanakan E-purchasing yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
5. Pokja Pemilihan
Pokja Pemilihan; Kelompok Kerja Pemilihan yang selanjutnya
disebut Pokja Pemilihan adalah sumber daya manusia yang ditetapkan
oleh pimpinan UKPBJ untuk mengelola pemilihan Penyedia.
1. Pokja Pemilihan dalam Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf e memiliki tugas:
a. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia;
b. melaksanakan persiapan dan pelaksanaan pemilihan Penyedia
untuk katalog elektronik; dan
c. menetapkan pemenang pemilihan/Penyedia untuk metode
pemilihan:

5
1. Tender/Penu.njukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai Pagu
Anggaran banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus rupiah);
dan
2. Seleksi/ Penunjukan Langsung untuk paling miliar paket
Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai Pagu Anggaran
paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2. Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beranggotakan 3 (tiga) orang.
3. Dalam hal berdasarkan pertimbangan kompleksitas pemilihan
Penyedia, anggota Pokja Pemilihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat ditambah sepanjang berjumlah gasal.
4. Pokja Pemilihan dapat dibantu oleh tim atau tenaga ahli.
6. Agen Pegadaan
Agen Pengadaan adalah UKPBJ atau Pelaku Usaha yang
melaksanakan sebagian atau seluruh pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
yang diberi kepercayaan oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah
sebagai pihak pemberi pekerjaan.
a. Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf f dapat
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa.
b. Pelaksanaan tugas Agen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mutatis mutandis dengan tugas Pokja Pemilihan. dan/atau
PPK.
c. Pelaksanaan tugas Pokja Pemilihan dan/atau PPK dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Agen Pengadaan diatur dengan
Peraturan Kepala Lembaga.
7. PjPPH/PPHP
Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya disingkat
PjPHP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personel yang
bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa. Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan yang selanjutnya

6
disingkat PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil
pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa.
a. PjPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g memiliki tugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
b. PPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf g memiliki tugas
memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling sedikit di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan Jasa Konsultansi yang
bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
8. Penyelenggara Swakelola
Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang menyelenggarakan
kegiatan secara Swakelola.
a. Penyelenggara Swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf h terdiri atas Tim Persiapan, Tim Pelaksana, dan/atau Tim
Pengawas.
b. Tim Persiapan memiliki tugas menyusun sasaran, rencana kegiatan,
jadwal pelaksanaan, dan rencana biaya.
c. Tim Pelaksana memiliki tugas melaksanakan, mencatat,
mengevaluasi, dan melaporkan secara berkala kemajuan pelaksanaan
kegiatan dan penyerapan anggaran.
d. Tim Pengawas memiliki tugas mengawasi persiapan dan
pelaksanaan fisik maupu.n administrasi Swakelola.
9. Penyedia
Penyedia. Penyelenggara Swakelola adalah Tim yang
menyelenggarakan kegiatan secara Swakelola.
1. Penyedia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf i wajib
memenuhi kualifikasi sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

7
2. Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab
atas: a. pelaksanaan Kontrak; b. kualitas barang/jasa; c. ketepatan
perhitungan jumlah atau volume; d. ketepatan waktu penyerahan;
dan e. ketepatan tempat penyerahan.
2.2 Jenis-Jenis Pengadaan
1. E-purchasing; E-purchasing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
sudah tercantum dalam katalog elektronik.
2. Pengadaan Langsung; Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilaksanakan untuk Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah).
3. Penunjukan Langsung; Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dilaksanakan untuk Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu. Kriteria Barang/ Pekerj
aan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk keadaan tertentu sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) meliputi:
a. penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak untuk
menindaklanjuti komitmen internasional yang dihadiri oleh
Presiden/Wakil Presiden;
b. barang/jasa yang bersifat rahasia untuk kepentingan Negara meliputi
intelijen, perlindungan saksi, pengamanan Presiden dan Wakil
Presiden, Mantan Presiden dan Mantan Wakil Presiden beserta
keluarganya serta tamu negara setingkat kepala negara/ kepala
pemerintahan, atau barang/jasa lain bersifat rahasia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan sistem
konstruksi dan satu kesatuan tanggung jawab atas risiko kegagalan
bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya;
d. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang hanya dapat
disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang mampu;

8
e. pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih padi,
jagung, dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK, dan ZA
kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan benih dan pupuk
secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan peningkatan ketahanan
pangan;
f. pekerjaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan
perumahan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang
dilaksanakan oleh pengembang yang bersangkutan;
g. Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifik dan hanya
dapat dilaksanakan oleh pemegang hak paten, atau pihak yang telah
mendapat izin dari pemegang hak paten, atau pihak yang menjadi
pemenang tender untuk mendapatkan izin dari pemerintah; atau
h. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang setelah dilakukan
Tender ulang mengalami kegagalan.
4. Tender Cepat; dan Tender Cepat sebagaimana dimaksud pada ayat ( I)
huruf d dilaksanakan dalam hal:
a. spesifikasi dan volume pekerjaannya sudah dapat ditentukan secara
rinci; dan
b. Pelaku Usaha telah terkualifikasi dalam Sistem Informasi Kinerja
Penyedia.
5. Tender; Tender sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
dilaksanakan dalam hal tidak dapat menggunakan metode pemilihan
Penyedia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan
huruf d.
2.3 E-Purchasing

9
1. Definisi E-Purchasing
E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia
Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik
dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang
telah ditentukan.
E-Purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui
sistem katalog elektronik.
2. Kriteria E-Purchaing
E-purchasing dilaksanakan untuk barang/pekerjaan konstruksi/jasa
lainnya yang sudah tercantum dalam katalog elektronik. Pelaksanaan e-
purchasing wajib dilakukan untuk barang/jasa yang sudah tercantum
dalam katalog elektronik.
3. Pengecualian E-Purchasing
Kewajiban K/L/D/I melakukan e-Purchasing sebagaimana
dimaksud pada angka 1, dikecualikan dalam hal:
a. Barang/Jasa belum tercantum dalam e-Catalogue;
b. Spesifikasi teknis barang/jasa yang tercantum pada e-Catalogue tidak
sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan oleh K/L/D/I;
c. Penyedia barang/jasa tidak menanggapi pesanan sedangkan kebutuhan
terhadap barang/jasa tersebut mendesak dan tidak dapat ditunda lagi;
d. Penyedia barang/jasa tidak mampu menyediakan barang baik sebagian
maupun keseluruhan dalam jangka waktu yang ditentukan dalam

10
rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa karena kelangkaan
ketersediaan barang (stock);
e. Penyedia barang/jasa tidak mampu melayani pemesanan barang/jasa
karena keterbatasan jangkauan layanan penyedia barang/jasa;
f. Penyedia barang/jasa tidak dapat menyediakan barang/jasa sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan setelah Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK)/Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi
menyetujui pesanan barang/jasa;
g. Penyedia barang/jasa dikenakan sanksi administratif berupa
penghentian sementara dalam sistem transaksi e-Purchasing; dan/atau
h. Harga Katalog Elektronik pada komoditas online shop dan hasil
negosiasi harga barang/jasa melalui e-Purchasing untuk komoditas
online shop pada periode penjualan, jumlah, merek, tempat,
spesifikasi teknis,dan persyaratan yang sama, lebih mahal dari harga
barang/jasa yang diadakan selain melaluie-Purchasing.
4. Tata cara E-Purchasing
Tata cara E-Purchasing diatur pada angka 5 Surat Edaran Kepala
LKPP nomor 5 tahun 2015 yang tahapannya mulai dari penyampaian
permintaan secara tertulis dari PPK yang mengacu pada spesifikasi teknis
barang, harga barang, dan penyedia yang tercantum dalam katalog
elektronik, sampai penerbitan bukti pembelian. Proses pelaksanaan E-
Purchasing tersebut cukup sederhana sehingga memungkiknya K/L/D/I
untuk memenuhi kebutuhan barang secara efektif dan efisien tanpa
melalui proses lelang. Pelaksanaan E-Purchasing dapat dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Pengadaan, atau oleh Pejabat yang
ditetapkan oleh pimpinan institusi.
a. E-Purchasing melalui Pejabat Pengadaan
1. PPK menyampaikan permintaan secara tertulis kepada Pejabat
Pengadaan dengan mengacu pada spesifikasi teknis, harga, dan
penyedia barang/jasa yang tercantum pada e-Catalogue untuk
melaksanakan proses pengadaan barang/jasa;

11
2. Pejabat Pengadaan melakukan negosiasi dan membuat Berita Acara
Negosiasi terhadap barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi;
3. Pejabat Pengadaan mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa
kepada penyedia barang/jasa yang tercantum pada e-Catalogue;
4. Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan pembelian
barang/jasa;
5. PPK menyetujui pembelian barang/jasa; dan
6. Penerbitan tanda bukti perjanjian.
b. E-Purchasing langsung dilaksanakan oleh PPK
1. PPK melakukan negosiasi terhadap barang/jasa yang tercantum
pada e-Catalogue dan membuat Berita Acara Negosiasi terhadap
barang/jasa yang memerlukan proses negosiasi;
2. PPK mengirimkan permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis
kepada penyedia barang/jasa yang terdaftar pada e-Catalogue;
3. Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas
permintaan pembelian barang/jasa; dan
4. Penerbitan tanda bukti perjanjian.
c. E-Purchasing melalui Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi
1. Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi melakukan
negosiasi terhadap barang/ jasa yang tercantum pada e-Catalogue
dan membuat Berita Acara Negosiasi terhadap barang/jasa yang
memerlukan proses negosiasi;
2. Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi mengirimkan
permintaan pembelian barang/jasa secara tertulis kepada penyedia
barang/jasa yang terdaftar pada e-Catalogue;
3. Penyedia barang/jasa memberikan persetujuan secara tertulis atas
permintaan pembelian barang/jasa; dan
4. Penerbitan tanda bukti perjanjian.
Berdasarkan ketentuan angka 3 Surat Edaran Kepala LKPP nomor
3 tahun 2015 tersebut di atas, jika dalam satu komoditas dan/atau
spesifikasi barang/jasa terdapat lebih dari satu penyedia maka
pengecualian sebagaimana dimaksud pada pengecualian e purchasing

12
Surat Edaran Kepala LKPP tersebut tidak diberlakukan. Hal ini berarti
jika dalam satu komoditas dan/atau spesifikasi barang terdapat lebih dari
satu penyedia, adanya penyedia yang tidak bersedia atau tidak mampu
memenuhi permintaan K/L/D/I, tetap mengharuskan K/L/D/I
melaksanakan pengadaan untuk barang yang terdapat dalam katalog
elektronik dengan cara E-Purchasing.
Pengadaan barang/jasa lainnya dengan nilai lebih dari
Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) harus dilaksanakan melalui
pelelangan dengan mengikut sertakan lebih dari satu penyedia
barang/jasa. Penunjukan Langsung terhadap 1 (satu) Penyedia
Barang/Jasa.
2.4 Pengadaan Langsung
Pengadaan Langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya adalah
metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling banyak Rp200.000.000,00
(dua rates juta rupiah). Pelaksanaan Pengadaan Langsung dilakukan
sebagai berikut:
a. pembelian/pembayaran langsung kepada Penyedia untuk Pengadaan
Barang/Jasa Lainnya yang menggunakan bukti pembelian atau kuitansi;
atau
b. permintaan penawaran yang disertai dengan klarifikasi serta negosiasi
teknis dan harga kepada Pelaku Usaha untuk Pengadaan Langsung yang
menggunakan SPK.
Pengadaan Langsung untuk Barang/Jasa Lainnya yang harganya
sudah pasti dengan nilai paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah), dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pejabat Pengadaan melakukan pemesanan Barang/Jasa Lainnya ke
Penyedia;
2. Penyedia dan PPK melakukan serah terima Barang/Jasa Lainnya;
3. Penyedia menyerahkan bukti pembelian/pembayaran atau kuitansi
kepada PPK; dan/atau
4. PPK melakukan pembayaran.

13
PPK dalam melaksanakan tahapan Pengadaan Langsung dapat dibantu oleh
tim pendukung.
Pengadaan Langsung untuk :
1. Jasa Konsultansi dengan nilai paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
2. Barang/Jasa Lainnya dengan nilai di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah); dan
3. Pekerjaan Konstruksi dengan nilai paling banyak Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah);
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pejabat Pengadaan mencari informasi terkait pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan harga, antara lain melalui media elektronik dan/atau
non-elektronik.
2. Dalam hal informasi sebagaimana dimaksud dalam butir 1 tersedia,
Pejabat Pengadaan membandingkan harga dan kualitas paling sedikit dari
2 (dua) sumber informasi yang berbeda.
3. Pejabat Pengadaan mengundang calon Penyedia yang diyakini mampu
untuk menyampaikan penawaran administrasi, teknis, harga dan
kualifikasi.
4. Undangan dilampiri spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-
dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
5. Calon Penyedia yang diundang menyampaikan penawaran administrasi,
teknis, harga dan kualifikasi secara langsung sesuai jadwal yang telah
ditentukan dalam undangan.
6. Pejabat Pengadaan membuka penawaran dan mengevaluasi administrasi,
teknis dan kualifikasi dengan sistem gugur, melakukan klarifikasi teknis
dan negosiasi harga untuk mendapatkan Penyedia dengan harga yang
wajar serta dapat dipertanggungjawabkan.
7. negosiasi harga dilakukan berdasarkan HPS dan/atau informasi lain

14
8. dalam hal negosiasi harga tidak menghasilkan kesepakatan, Pengadaan
Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan Pengadaan Langsung ulang
dengan mengundang Pelaku Usaha lain.
9. Pejabat Pengadaan membuat Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung
yang terdiri dari:
a. nama dan alamat Penyedia;
b. harga penawaran terkoreksi dan harga hasil negosiasi;
c. unsur-unsur yang dievaluasi (apabila ada);
d. hasil negosiasi harga (apabila ada);
e. keterangan lain yang dianggap perlu; dan
f. tanggal dibuatnya Berita Acara.
10. Pejabat Pengadaan melaporkan hasil Pengadaan Langsung kepada PPK.

2.5 Penunjukkan Langsung

1. Syarat dan Kriteria Khusus Penunjukan Langsung

15
a. Dalam penunjukan langsung tidak seperti proses tender yang ada
persaingan harga antar penyedia barang/jasa. Penunjukan Langsung
dapat diikuti oleh penyedia yang lulus kualifikasi dan diundang untuk
menyampaikan penawaran. Metode yang digunakan cukup dengan
memilih penyedia yang mampu dan melakukan negosiasi lalu
penyedia bekerja dan dibayar. Jika pengadaan langsung dibatasi oleh
harga, maka penunjukan langsung dibatasi keadaan tertentu.
b. Sesuai regulasi, Pejabat Pengadaan menjalankan Penunjukan
Langsung untuk pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya yang bernilai paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah) dan untuk pengadaan Jasa Konsultansi bernilai paling
banyak Rp.100.000.000,00.
c. Sedangkan Pokja Pemilihan menjalankan Penunjukan langsung untuk
pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang nilai pagu
Anggaran paling banyak Rp.100.000.000.000,00 (seratus milyar
rupiah) dan untuk pengadaan Jasa Konsultansi yang nilai pagu
Anggaran paling banyak Rp.10.00.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah).
d. Selain itu pelaksanaan Penunjukan Langsung dibatasi oleh karakter
barang/jasa yang khusus. Kriteria khusus yang menjadi aturan
penunjukan langsung telah ditetapkan sesuai regulasi sebagai berikut:
1. Kriteria barang/pekerjaan konstruksi atau jasa lainnya yang dapat
dilaksanakan dengan metode pemilihan Penunjukan Langsung
sebagai berikut:
a) Pengadaan penyelenggaraan penyiapan kegiatan yang mendadak
untuk menindaklanjuti komitmen internasional yang dihadiri
oleh Presiden/Wakil Presiden
b) Pengadaan yang sifatnya rahasia seperti kepentingan Negara
dalam pengamanan presiden dan wakil presiden, mantan
presiden dan wakil presiden beserta keluarganya serta tamu
negara setingkat kepala negara/kepala pemerintahan;

16
c) Pengadaan dan penyaluran benih unggul yang meliputi benih
padi, jagung dan kedelai, serta pupuk yang meliputi Urea, NPK,
dan ZA kepada petani dalam rangka menjamin ketersediaan
benih dan pupuk secara tepat dan cepat untuk pelaksanaan
peningkatan ketahanan pangan;
d) Pengadaan prasarana, sarana, dan fasilititas umum di lingkungan
perumahan bagi masyarakat penghasilan rendah
e) Pekerjaan konstruksi bangunan yang merupakan satu kesatuan
sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggungjawab atas risiko
kegagalan bangunan yang secara keseluruhan tidak dapat
direncanakan/diperhitungkan sebelumnya
f) Pengadaan yang sudah dilakukan tender ulang, namun
mengalami kegagalan tender lagi; Pengadaan yang hanya dapat
disediakan oleh 1 (satu) Pelaku Usaha yang mampu;
g) Pengadaan yang hanya dapat dilaksanakan oleh pemegang hak
paten, atau pihak yang telah mendapat izin dari pemegang hak
paten;
2. Mekanisme Penunjukkan Langsung
Penunjukkan langsung melalui aplikasi SPSE 4.3 dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara transaksional dan non transaksional atau
pencatatan.
Perbedaan penunjukkan langsung transaksional dan pencatatan
terdapat pada proses pemilihan penyedia. Penunjukkan langsung
transaksional, pemilihan penyedianya dilakukan melalui SPSE yang
sudah terintegrasi dengan penyedia yang terdaftar di aplikasi SiKAP.
Untuk penunjukkan langsung non transaksional (pencatatan),
pemilihan penyedianya dilakukan secara manual kemudian hasil
pemilihan penyedia beserta realisasinya diinput ke dalam aplikasi.
3. Pihak-pihak yang terlibat dalam Penunjukkan Langsung
Pelaksanaan penunjukkan langsung harus dilakukan dengan
akurasi dan akuntabilitas yang harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sehingga pihak-pihak yang terlibat harus benar-benar menguasai

17
mekanisme dan ketentuan-ketentuan penunjukan langsung. Pihak-pihak
tersebut diantaranya, PA/KPA, Pejabat Pengadaan dan Pokja Pemilihan.
Untuk penyedia barang/jasa yang menggunakan metode pemilihan
Penunjukan Langsung harus diserahkan pada penyedia yang kompeten
dan mengetahui pasar. Bahkan, apabila terjadi kesalahan dalam
pelaksanaan pengadaan, PPK berhak memutus kontrak kemudian
menunjuk langsung pemenang cadangan yang telah memenuhi syarat.
Jadi bagi Penyedia yang masih coba-coba dan belum mempunyai
pengalaman di dalam proyek pengadaan barang/jasa, jangan terlebih
dahulu menjalankan pengadaan dengan metode pemilihan Penunjukan
Langsung.
Dengan melihat proses pelaksanaan penunjukan langsung maka
sangat dimungkinkan terjadinya persekongkolan di dalamnya, oleh
karena itu penunjukan langsung membutuhkan pengawasan dari berbagai
pihak baik dari instansi pemerintah maupun pelaku usaha.
Selain itu, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus
mengawasi dengan serius praktik pengadaan barang/jasa pemerintah
khususnya yang melalui metode pemilihan Penunjukan Langsung.
2.6 Tender Cepat

18
Tender Cepat dilakukan untuk metode pemilihan Penyedia
Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya dengan menggunakan Sistem Informasi
Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) yang tidak memerlukan penilaian
kualifikasi, evaluasi penawaran administrasi, evaluasi penawaran teknis,
sanggah dan sanggah banding. Tender Cepat dapat dilakukan untuk
Pengadaan Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya dengan kriteria:
1. spesifikasi teknis/KAK dan volume pekerjaan telah ditentukan secara
rinci sehingga persyaratan teknis tidak dikompetisikan;
2. dimungkinkan penyebutan merek dalam spesifikasi
teknis/KAKsebagaimana dalam ketentuan pasal 19 ayat (2) Peraturan

19
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah; dan
3. peserta telah terkualifikasi dalam SIKaP.
Metode penyampaian penawaran dalam Tender Cepat menggunakan
penyampaian penawaran harga berulang (E-reverse Auction).
E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara berulang.E-
reverse Auction dapat dilaksanakan:
a. sebagai tindak lanjut tender yang hanya terdapat 2 (dua) penawaran yang
lulus evaluasi teknis untuk berkompetisi kembali dengan cara
menyampaikan penawaran harga lebih dari 1 (satu) kali dan bersifat lebih
rendah dari penawaran sebelumnya.
b. Sebagai metode penyampaian penawaran harga berulang dalam Tender
Cepat yang ditetapkan dalam Dokumen Pemilihan.
E-reverse Auction dapat digunakan antara lain:
a. Barang/Jasa rutin, volume besar, dan resikonya rendah;
b. Barang/Jasa yang memiliki spesifikasi sederhana dan tidak ada
perbedaan spesifikasi antar Pelaku Usaha;
c. Tidak ada tambahan layanan atau pekerjaan lain yang spesifik, misalnya
tidak ada penambahan pekerjaan instalasi; dan/atau
d. Pada pasar persaingan kompetitif dengan jumlah sekurang-kurangnya 2
(dua) peserta yang mampu dan bersedia berpartisipasi pada E-reverse
Auction
Penyusunan jadwal pelaksanaan Tender Cepat diserahkan kepada
Pokja Pemilihan berdasarkan hari kalender, dengan waktu proses pemilihan
paling cepat 3 (tiga) hari dengan batas akhir penyampaian penawaran pada
hari dan jam kerja. Pelaksanaan Tender Cepat dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Persiapan Pemilihan Tender Cepat
1. Pokja Pemilihan menyusun jadwal pelaksanaan pemilihan berdasarkan
hari kerja, dengan waktu proses pemilihan paling cepat 3 (tiga) hari
pada hari kerja.

20
2. Pokja Pemilihan dapat melakukan perubahan jadwal tahap pemilihan
dan wajib mengisi alasan perubahan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Pokja Pemilihan menyusun kriteria kualifikasi dan/atau kinerja Pelaku
Usaha.
4. Penyusunan dokumen pemilihan secara elektronik melekat pada
aplikasi SPSE dan diunggah (upload) pada aplikasi SPSE.
b. Undangan
1. Peserta yang terkualifikasi dalam SIKaP dan memenuhi
kriteriamenerima undangan untuk mengikuti pelaksanaan Tender
Cepat.
2. Apabila diperlukan Pokja Pemilihan dapat melakukan pemberian
penjelasan setelah undangan dikirimkan sampai dengan sebelum batas
akhir penyampaian penawaran.
3. Proses pemberian penjelasan dilakukan secara daring tanpa tatap
muka melalui aplikasi SPSE.
c. Penyampaian dan Pembukaan Penawaran
1. Peserta menyampaikan penawaran harga melalui fitur penyampaian
penawaran pada aplikasi SPSE atau sistem pengaman dokumen
berdasarkan alokasi waktu (batch) atau secara real time sebagaimana
yang ditetapkan dalam dokumen.
2. Setelah masa penyampaian penawaran berakhir maka sistem akan
menginformasikan peringkat dapat berdasarkan Urutan Posisi
Penawaran (positional bidding) secara real timesebagaimana yang
ditetapkan dalam dokumen.
3. Peserta diberikan kesempatan menyampaikan penawaran berulang (e-
reverse auction) dalam kurun waktu yang telah ditetapkan dalam
dokumen pemilihan. Penyampaian penawaran berulang dapat
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali selama kurun waktu yang telah
ditetapkan tersebut.
4. Pengumuman pemenang dengan penawaran harga terendah.

21
5. Dalam hal setelah batas akhir penyampaian penawaran tidak ada
peserta yang memasukkan penawaran, Pokja Pemilihan dapat
memperpanjang batas akhir jadwal penyampaian penawaran.
Perpanjangan jangka waktu jadwal penyampaian penawaran dilakukan
pada hari yang sama dengan batas akhir penyampaian penawaran.
2.7 Tender
Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018, Tender adalah metode
pemilihan untuk mendapatkan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya. Sedangkan di luar proyek pemerintahan, tender bisa diartikan
sebagai tawaran resmi dan terstruktur untuk mengajukan harga, memborong
pekerjaan, atau menyediakan barang dan jasa yang diberikan oleh
perusahaan swasta besar kepada perusahaan-perusahaan lain. Dalam sektor
pemerintahan, tender resmi diatur secara rinci oleh Peraturan Presiden
(Perpres) dan peraturan turunannya untuk memastikan bahwa proyek yang
menggunakan dana negara dilakukan dengan bebas, adil, serta terlepas dari
suap atau nepotisme.
Proses seleksi dalam tender dilaksanakan dengan mengundang vendor
(penjual atau penyedia) untuk mempresentasikan harga dan kualitas
barang/jasa yang dibutuhkan dengan sistem konvensional ataupun dengan
sistem online.
Tender Pada metode ini, pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan
melalui proses seleksi dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kualifikasi
b. Undangan kepada penyedia barang/jasa
c. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pemilihan
d. Rapat pemerian penjelasan
e. Pemasukan dokumen penawaran
f. Evaluasi dokumen penawaran
g. Pengumuman pemenang
h. Masa sanggah
2.8 Pelaksanaan Kontrak

Pelaksanaan Kontrak

22
Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa
(SPPBJ)
Penandatanganan Kontrak
Penyerahan Lokasi Kerja
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP )
Pemberian Uang Muka
Penyusunan Program Mutu
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Mobilisasi
Pemeriksaan Bersama
Pengendalian Kontrak
Inspeksi pabrikasi
Pembayaran prestasi pekerjaan
Perubahan kontrak
Penyesuaian Harga
Keadaan Kahar
Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak
Pemutusan Kontrak
Pemberian Kesempatan
Denda dan Ganti rugi

a. Penetapan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)


Pejabat Penandatangan Kontrak sebelum menetapkan SPPBJ
melakukan reviu atas laporan hasil pemilihan Penyedia dari Pokja
Pemilihan/Pejabat Pengadaan untuk memastikan:
a. bahwa proses pemilihan Penyedia sudah dilaksanakan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan; dan
b. bahwa pemenang pemilihan/calon Penyedia memiliki kemampuan
untuk melaksanakan Kontrak.
Berdasarkan hasil reviu, Pejabat Penandatangan Kontrak
memutuskan untuk menerima atau menolak hasil pemilihan Penyedia
tersebut.
b. Penandatanganan Kontrak

23
Penandatanganan Kontrak dapat dilakukan setelah DIPA/DPA
disahkan. Dalam hal penandatangan kontrak dilakukan sebelum tahun
anggaran, maka Kontrak mulai berlaku dan dilaksanakan setelah
DIPA/DPA berlaku efektif. Kontrak ditandatangani dengan ketentuan:
a. DIPA/DPA telah ditetapkan;
b. penandatangan kontrak dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja setelah diterbitkan SPBBJ, kecuali apabila DIPA/DPA belum
disahkan; dan
c. ditandatangani oleh Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak.
Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak atas nama
Penyedia adalah Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus
Koperasi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran
Dasar, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan atau Penyedia perorangan. Selain pihak yang disebut di atas,
pihak lain yang dapat menandatangani Kontrak adalah pihak yang
mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direktur
Utama/Pimpinan Perusahaan/Pengurus Koperasi atau pihak yang sah
berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani
Kontrak sepanjang pihak lain tersebut merupakan pengurus/karyawan
perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap.
c. Penyerahan Lokasi Kerja
Apabila diperlukan Pejabat Penandatangan Kontrak menyerahkan
lokasi kerja kepada Penyedia. Penyerahan lokasi kerja dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan peninjauan lapangan oleh para pihak dan pihak
terkait yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan Lokasi
Kerja.Penyerahan lokasi kerja dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima Lokasi Kerja yang ditandatangani oleh para pihak. Apabila
Pejabat Penandatangan Kontrak tidak dapat menyerahkan seluruh lokasi
kerja sesuai kebutuhan Penyedia yang tercantum dalam rencana kerja
untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak, maka Pejabat
Penandatangan Kontrak menetapkan kondisi ini sebagai Peristiwa
Kompensasi dan dibuat Berita Acara.

24
d. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)/Surat Perintah Pengiriman (SPP)
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) adalah surat perintah dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya/Jasa Konsultansi untuk segera memulai
pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak.SPMK diterbitkan selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerjasetelah tandatangan Kontrak atau
14 (empat belas) hari kerja sejak penyerahan lokasi pekerjaan.Dalam
SPMK dicantumkan seluruh lingkup pekerjaan dan tanggal mulai kerja
yang merupakan waktu dimulainya pelaksanaan pekerjaan sesuai
Kontrak.
Surat Perintah Pengiriman (SPP) adalah surat perintah tertulis dari
Pejabat Penandatangan Kontrak kepada Penyedia Barang untuk mulai
melaksanakan pekerjaan penyediaan barang sesuai Kontrak. Pejabat
Penandatangan Kontrak menerbitkan SPP selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari kerja sejak tanggal penandatanganan Kontrak. SPP harus
sudah disetujui/ditandatangani oleh Penyedia sesuai dengan yang
dipersyaratkan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
penerbitan SPP. Tanggal penandatanganan SPP oleh Penyedia ditetapkan
sebagai tanggal awal perhitungan waktu pelaksanaan pekerjaan sampai
dengan serah terima Barang.Untuk pekerjaan yang pengiriman barangnya
dijadwalkan tidak dilaksanakan sekaligus tetapi secara berkala/bertahap
sesuai rencana kebutuhan, harus dinyatakan dalam Kontrak.
e. Pemberian Uang Muka
Penyedia dapat mengajukan permohonan uang muka secara tertulis
kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai Kontrak
dan rencana pengembaliannya. Nilai besaran uang muka paling tinggi
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kontrak. Uang Muka dibayar
setelah Penyedia menyerahkan Jaminan Uang Muka senilai uang muka
yang diterima. Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai uang muka
yang diterima Penyedia.
f. Penyusunan Program Mutu

25
Program mutu disusun oleh Penyedia sebelum rapat persiapan
pelaksanaan Kontrak, yang paling sedikit berisi:
a. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
b. organisasi kerja Penyedia;
c. jadwal pelaksanaan pekerjaan;
d. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. prosedur instruksi kerja; dan/atau
g. pelaksana kerja.
Program mutu disesuaikan dengan jenis barang/jasa, karakteristik dan
kompleksitas pekerjaan.
h. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak
Sebelum melaksanakan Kontrak yang bernilai besar atau kompleks,
Pejabat Penandatangan Kontrak dan Penyedia harus melakukan rapat
secara tatap muka untuk mendiskusikan kesamaan pemahaman dan
administrasi Kontrak. Hal-hal yang dibahas dalam rapat persiapan
pelaksanaan kontrak:
a. reviu kontrak, dan pembagian tugas dan tanggung jawab dari kedua
belah pihak;
b. pemutakhiran/pembaharuan rencana pekerjaan seperti tanggal efektif
pelaksanaan, dan tahapan pelaksanaan kontrak;
c. reviu rencana penilaian kinerja pekerjaan sebagai dasar melakukan
evaluasi kemajuan pekerjaan;
d. diskusi bagaimana dan kapan dilakukan pelaporan pekerjaan;
e. Tata cara, waktu dan frekuensi pengukuran dan pelaporan yang
disesuaikan dengan kondisi pekerjaan;
f. melakukan klarifikasi hal-hal yang masih kurang jelas dan
mendiskusikan prosedur untuk manajemen perubahan; dan
g. melakukan klarifikasi rencana koordinasi antar para pihak selama
pelaksanaan pekerjaan.
i. Mobilisasi
a. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan sesuai waktu
yang ditetapkan.

26
b. Untuk Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, mobilisasi dilakukan
sesuai dengan lingkup pekerjaan, meliputi:
1. mendatangkan bahan/material dan peralatan terkait yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan;
2. mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan sebagainya; dan/atau
3. mendatangkan personil.
c. Untuk Jasa Konsultansi, mobilisasi dilakukan sesuai dengan lingkup
pekerjaan, meliputi:
1. mendatangkan tenaga ahli;
2. mendatangkan tenaga pendukung; dan/atau
3. menyiapkan peralatan pendukung.
d. Mobilisasi bahan/material, peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
j. Pemeriksaan Bersama
1. Apabila diperlukan,pada tahap awal pelaksanaan Kontrak, para pihak
bersama-sama melakukan pemeriksaan lokasi pekerjaan dengan
melakukan pengukuran dan pemeriksaan detail kondisi lokasi
pekerjaan untuk setiap tahapan pekerjaan dan rencana mata
pembayaran.
2. Untuk pemeriksaan bersama ini, PA/KPA dapat menetapkan tim
teknis dan PPK dapat menetapkan tim atau tenaga ahli.
3. Hasil pemeriksaan bersama dituangkan dalam Berita Acara. Apabila
dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi Kontrak,
maka harus dituangkan dalam adendum Kontrak.
k. Pengendalian Kontrak
Para pihak melakukan pengawasan/pengendalian terhadap
pelaksanaan Kontrak baik secara langsung atau melalui pihak lain yang
ditunjuk. Pengawasan/pengendalian Kontrak dapat dilaksanakansecara
sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh :
1. Pejabat Penandatangan Kontrak;
2. pihak ketiga yang independen;

27
3. Penyedia; dan/atau
4. pengguna akhir.
l. Inspeksi Pabrikasi
Para pihak dapat melakukan inspeksi atas proses pabrikasi
barang/peralatan khusus. Jadwal, tempat dan ruang lingkup inspeksi
harus sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak.
m. Pembayaran Prestasi Pekerjaan
Penyedia mengajukan permohonan pembayaran prestasi pekerjaan
secara tertulis kepada Pejabat Penandatangan Kontrak disertai laporan
kemajuan/output pekerjaan sesuai Kontrak. Pembayaran prestasi
pekerjaan dilakukan dengan ketentuan:
a. Pembayaran dilakukan dengan mengacu ketentuan dalam Kontrak dan
tidak boleh melebihi kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai dan
diterima oleh Pejabat Penandatangan Kontrak.
b. Pembayaran dilakukan terhadap pekerjaan yang sudah terpasang,tidak
termasuk bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan.
c. Pembayaran dilakukan dengan sistem bulanan atau sistem termin atau
pembayaran secara sekaligus setelah kemajuan hasil pekerjaan
dinyatakan diterima sesuai ketentuan dalam Kontrak.
d. Pembayaran bulanan/termin dipotong angsuran uang muka, uang
retensi (untuk pekerjaan yang mensyaratkan masa pemeliharaan)dan
pajak. Untuk pembayaran akhir, dapat ditambahkan potongan denda
apabila ada.
e. Untuk pekerjaan yang di subkontrakkan, permintaan pembayaran
dilengkapi bukti pembayaran kepada subpenyedia/subkontraktor
sesuai dengan kemajuan hasil pekerjaan.
f. Dikecualikan pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan
diterima/terpasang untuk:
1. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dibayar terlebih
dahulu sebelum Barang/Jasa diterima;

28
2. pembayaran bahan/material dan/atau peralatan yang menjadi
bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan, namun
belum terpasang; atau
3. pembayaran pekerjaan yang belum selesai 100% (seratus persen)
pada saat batas akhir pengajuan pembayaran dengan menyerahkan
jaminan atas pembayaran.
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran termasuk
bentuk jaminan diatur oleh peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan negara
n. Perubahan Kontrak
Perubahan Kontrak karena perbedaan kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK dalam
dokumen kontrak diberlakukan untuk Kontrak Lumsum, Kontrak Harga
Satuan, Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga Satuan, dan Kontrak
Terima Jadi (Turnkey).
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang
ditentukan dalam dokumen Kontrak, Pejabat Penandatangan
Kontrakbersama Penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, yang
meliputi:
a. menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak;
b. menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan;
c. mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan; dan/atau
d. mengubah jadwal pelaksanaan.
Perubahan Kontrak yang disebabkan masalah administrasi, dapat
dilakukan sepanjang disepakati kedua belah pihak. Masalah administrasi
yang dimaksud antara lain pergantian PPK, perubahan rekening
penerima. Pekerjaan tambah dilaksanakan dengan ketentuan:
a. tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari harga yang tercantum dalam
perjanjian/Kontrak awal; dan
b. tersedia anggaran untuk pekerjaan tambah.Untuk pemeriksaan dalam
rangka perubahan kontrak, Pejabat Penandatangan Kontrak dapat

29
menetapkan tim atau tenaga ahli. Perubahan Kontrak tidak dapat
dilakukan pada masa tambahan waktu penyelesaian pekerjaan (masa
denda) akibat dari keterlambatan setelah waktu pelaksanaan kontrak
berakhir.
o. Penyesuaian Harga
Penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak
yang berbentuk Kontrak Harga Satuan atau berdasarkan Waktu
Penugasanyang masa pelaksanaan pekerjaannya lebih dari 18 (delapan
belas) bulan
p. Keadaan Kahar
Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak
para pihak dalam Kontrak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat
dipenuhi.
Tidak termasuk keadaan kahar adalah hal-hal merugikan yang
disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian para pihak.
Dalam hal terjadi keadaan kahar, Pejabat Penandatangan Kontrak atau
Penyedia memberitahukan tentang terjadinya Keadaan kahar kepada
salah satu pihak secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender sejak menyadari atau seharusnya menyadari atas
kejadian atau keadaan yang merupakan keadaan kahar. Dalam hal terjadi
keadaan kahar, pelaksanaan Kontrak dapat dihentikan atau dilanjutkan
setelah kondisi kahar berakhir.
Dalam hal pelaksanaan Kontrak dilanjutkan, para pihak dapat
melakukan perubahan kontrak. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan
dapat diperpanjang sekurang-kurangnya sama dengan jangka waktu
terhentinya Kontrak akibat keadaan kahar. Perpanjangan waktu untuk
penyelesaian Kontrak dapat melewati Tahun Anggaran. Dalam hal
pelaksanaan Kontrak dihentikan, para pihak menyelesaikan kewajiban
yang telah dilaksanakan. Penyedia berhak untuk menerima pembayaran
sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah
dicapai.

30
Selama masa keadaan kahar, jika Pejabat Penandatangan Kontrak
memerintahkan secara tertulis kepada Penyedia untuk sedapat mungkin
meneruskan pekerjaan, maka Penyedia berhak untuk menerima
pembayaran sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan mendapat
penggantian biaya yang wajar sesuai dengan kondisi yang telah
dikeluarkan untuk bekerja dalam keadaan kahar. Penggantian biaya ini
harus diatur dalam suatu adendum Kontrak.
Kegagalan salah satu pihak memenuhi kewajiban yang disebutkan
dalam Kontrak bukan merupakan cidera janji/wanprestasi jika
disebabkan oleh karena keadaan kahar.
Contoh keadaan kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
tidak
terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial,
pemogokan, kebakaran, kondisi cuaca ekstrim, dan gangguan industri
lainnya
q. Penghentian Kontrak atau Berakhirnya Kontrak
Kontrak berhenti apabila terjadi keadaan kahar. Penghentian
Kontrak karena keadaan kahar dilakukan secara tertulis oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak dengan disertai alasan penghentian pekerjaan.
Penghentian kontrak karena keadaan kahar dapat bersifat:
a. sementara hingga Keadaan Kahar berakhir; atau
c. permanen apabila akibat keadaan kahar tidak memungkinkan
dilanjutkan/diselesaikannya pekerjaan.

Dalam hal Kontrak dihentikan karena keadaan kahar, maka Pejabat


Penandatangan Kontrak wajib membayar kepada Penyedia sesuai dengan
kemajuan hasil pekerjaan yang telah dicapai setelah dilakukan
pemeriksaan bersama atau berdasarkan hasil audit.
Kontrak berakhir apabila pekerjaan telah selesai dan hak dan
kewajiban para pihak yang terdapat dalam Kontrak sudah terpenuhi.
Terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak adalah terkait dengan
pembayaran yang seharusnya dilakukan akibat dari pelaksanaan kontrak.
Sebagai contoh meskipun kontrak telah berhenti karena pekerjaan telah

31
selesai 100% (seratus persen) namun kontrak belum berakhir apabila
masih terdapat sisa pembayaran yang belum dibayarkan oleh PPK kepada
Penyedia. Misalnya pembayaran atas sisa pekerjaan akibat keterlambatan
yang melewati tahun anggaran atau pembayaran atas penyesuaian harga.
r. Pemutusan Kontrak
Pemutusan Kontrak adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat
Penandatangan Kontrak atau Penyedia untuk mengakhiri berlakunya
Kontrak karena alasan tertentu.
s. Pemberian Kesempatan
Dalam hal Penyedia gagal menyelesaikan pekerjaan sampai masa
pelaksanaan kontrak berakhir, namun Pejabat Penandatangan Kontrak
menilai bahwa Penyedia mampu menyelesaikan pekerjaan, Pejabat
Penandatangan Kontrak memberikan kesempatan Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan pengenaan sanksi denda keterlambatan.
Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk menyelesaikan
pekerjaan dituangkan dalam adendum kontrak yang didalamnya
mengatur pengenaan sanksi denda keterlambatan kepada Penyedia dan
perpanjangan masa berlaku Jaminan Pelaksanaan (apabila ada).
Pemberian kesempatan kepada Penyedia menyelesaikan pekerjaan
sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya
pelaksanaan pekerjaan. Pemberian kesempatan kepada Penyedia untuk
menyelesaikan pekerjaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
t. Denda dan Ganti Rugi
1. Sanksi finansial yang dikenakan kepada Penyedia sesuai ketentuan
yang berlaku karena terjadinya cidera janji/wanprestasi yang
tercantum dalam Kontrak.
2. Sanksi finansial dapat berupa sanksi ganti rugi atau denda
keterlambatan.
3. Cidera janji/wanprestasi dapat berupa kegagalan bangunan,
menyerahkan jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan
dalam perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit,
menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan

32
Kontrak berdasarkan hasil audit, dan keterlambatanpenyelesaian
pekerjaan.
4. Sanksi ganti rugi apabila terjadi; kegagalan bangunan, menyerahkan
jaminan yang tidak bisa dicairkan, melakukan kesalahan dalam
perhitungan volume hasil pekerjaan berdasarkan hasil audit,
menyerahkan barang/jasa yang kualitasnya tidak sesuai dengan
Kontrak berdasarkan hasil audit. Besarnya sanksi ganti rugi adalah
sebesar nilai kerugian yang ditimbulkan.
5. Denda keterlambatan apabila terjadi keterlambatan penyelesaian
pekerjaan. Besarnya denda keterlambatan adalah:
a. 1‰ (satu permil) per hari dari harga bagian Kontrak yang
tercantum dalam Kontrak; atau
b. 1‰ (satu permil) per hari dari harga Kontrak.
6. Bagian Kontrak adalah bagian pekerjaan dari satu pekerjaan yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan
7. Tata cara pembayaran denda diatur di dalam Dokumen Kontrak.

33
BAB III
KESIMPULAN
Pengadaan barang/jasa pemerintah mempunyai peran penting dalam
pelaksanaan pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan
pengembangan perekonomian nasional dan daerah. Dalam melakukan pengadaan
barang dan jasa dapat dilakukan dengan banyak metode, pemilihan metode yang
akan digunakan tergantung pada kondisi, kriteria/syarat, jumlah besarnya nominal
pengadaan, perusahaan terkait, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Adapun
metode yang digunakan dalam melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah
berdasarkan Perpres No 16 tahun 2018 terdiri dari beberapa metode yaitu :

1. E-purchasing
2. Pengadaan Langsung
3. Penunjukan Langsung
4. Tender Cepat
5. Tender
6. Metode Pengadaan

Dari metode-metode diatas maka kita dapat mengetahui lebih jelas dan lebih
banyak mengenai alur dari pengadaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan
Perpres no 16 tahun 2016

34
DAFTAR PUSTAKA

PERPRES. (2018). Peraturan presiden nomor 16 tahun 2018 tentang pengadaan


barang/ jasa pemerintah.

LKPP. (2018). Peraturan lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah


nomor 9 tahun 2018 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan
barang/jasa melalui penyedia
LAMPIRAN
Lampiran 1: LPSE

Lampiran 2: Pengumuman Tender


Lampiran 3: Pengadaan Non Tender

Anda mungkin juga menyukai