Disusun Oleh :
Aga Widyantoro NI 18312244008
Pendidikan IPA D 2018
c. Kegiatan 3
E. Data Hasil
1. Kegiatan 1
Naracoba Telinga Kanan Telinga Kiri
1 64 80 65 46
90 82 50 60
98 85 52 50
2 72 82 80 70
60 110 68 62
64 100 78 78
3 54 30 60 85
37 36 90 76
39 37 75 72
2. Kegiatan 2
Naracoba Telinga Kanan Telinga Kiri
1 12 4 9 16
13 6 11 11
11 10 10 20
2 11 16 6 25
10 19 6 25
9 24 8 27
3 16 16 14 10
12 16 12 9
11 18 8 10
3. Kegiatan 3
Naracoba Telinga Kanan Ditutup Telinga Kiri Ditutup
1 + - - +
+ - - +
+ - - +
2 + - - +
+ - - +
+ - - +
3 + - - +
+ - - +
+ - - +
Keterangan :
(-) = Tidak terdengar nyaring
(+) = Terdengar nyaring
F. Analisis Data
1. Kegiatan 1
a. Naracoba 1
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
64+90+98
𝑙 = 3
𝑙 = 84 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
80+82+85
𝑙 = 3
𝑙 = 82, 33 𝑐𝑚
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
65+50+52
𝑙 = 3
𝑙 = 55, 67 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
46+60+50
𝑙 = 3
𝑙 = 52 𝑐𝑚
b. Naracoba 2
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
72+60+64
𝑙 = 3
𝑙 = 65, 33 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
82+110+100
𝑙 = 3
𝑙 = 97, 33 𝑐𝑚
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
80+68+78
𝑙 = 3
𝑙 = 75, 33 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
70+62+78
𝑙 = 3
𝑙 = 70 𝑐𝑚
c. Naracoba 3
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
54+37+39
𝑙 = 3
𝑙 = 43, 33 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
30+36+37
𝑙 = 3
𝑙 = 34, 33 𝑐𝑚
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata jarak bunyi pergi
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
60+90+75
𝑙 = 3
𝑙 = 75 𝑐𝑚
b) Rata - rata jarak bunyi datang
Σ𝑙
𝑙 = 𝑛
85+76+72
𝑙 = 3
𝑙 = 77, 67 𝑐𝑚
2. Kegiatan 2
a. Naracoba 1
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
12+13+11
𝑡 = 3
𝑡 = 12 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
4+6+10
𝑡 = 3
𝑡 = 6, 67 𝑠
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
9+11+10
𝑡 = 3
𝑡 = 10 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
16+11+20
𝑡 = 3
𝑡 = 15, 67 𝑠
b. Naracoba 2
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
11+10+9
𝑡 = 3
𝑡 = 10 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
16+19+24
𝑡 = 3
𝑡 = 19, 67 𝑠
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
6+6+8
𝑡 = 3
𝑡 = 6, 67 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
25+25+27
𝑡 = 3
𝑡 = 25, 67 𝑠
c. Naracoba 3
1) Telinga Kanan
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
16+12+11
𝑡 = 3
𝑡 = 13 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
16+16+18
𝑡 = 3
𝑡 = 16, 67 𝑠
2) Telinga Kiri
a) Rata - rata t di atas kepala
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
14+12+8
𝑡 = 3
𝑡 = 11, 33 𝑠
b) Rata - rata t disamping telinga
Σ𝑡
𝑡 = 𝑛
10+9+10
𝑡 = 3
𝑡 = 9, 67 𝑠
G. Pembahasan
Praktikum dengan judul “Perambatan Bunyi Melalui Tulang Tengkorak” ini
bertujuan untuk menerangkan mekanisme perambatan bunyi melalui tulang tengkorak
dengan menggunakan garpu tala dan menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
perambatan bunyi melalui tulang tengkorak dengan menggunakan garpu tala.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat dibagi fokus pembahasan
sesuai dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Kegiatan 1
Kegiatan 1 bertujuan untuk menguji ketajaman telinga naracoba. Praktikum ini
dilakukan dengan menutup salah satu telinga naracoba menggunakan kapas,
menyuruh naracoba untuk menutup mata agar lebih fokus kepada penerimaan
suara, lalu memasang arloji di dekat telinga yang tidak ditutup kapas dan jauhkan
sampai naracoba tidak mendengar lagi. Langkah selanjutnya adalah mencatat
jarak antara arloji dengan telinga. Kemudian, mendekatkan arloji kembali sampai
suara kembali terdengar serta mengukur jarak lagi antara arloji dengan telinga.
Berdasarkan pengulangan pengambilan data terhadap jarak, ditemukan rata -
rata jarak sebagai berikut
Rata - Rata Rata - Rata Jarak Rata - Rata Jarak Rata - Rata Jarak
Jarak Bunyi Bunyi Datang Bunyi Pergi (cm) Bunyi Datang
Pergi (cm) (cm) (cm)
1 84 82,33 55,67 52
Tingkat kepekaan berbanding lurus dengan jarak. Artinya semakin besar nilai
jarak maka semakin besar nilai kepekaan telinga atau semakin jauh jarak bunyi
yang didengar, maka semakin peka telinga. Berdasarkan hasil analisis didapatkan
naracoba dengan telinga kanan paling peka dan paling tidak peka berturut - turut
adalah naracoba 1 dan naracoba 3. Sementara itu, pada telinga kiri naracoba
dengan telinga paling tidak peka adalah naracoba 1. Terdapat kerancuan data
untuk menentukan naracoba mana yang memiliki telinga kiri paling peka. Pada
naracoba 3 memiliki nilai rata - rata jarak bunyi datang yang lebih tinggi
dibandingkan rata - rata jarak bunyi pergi, padahal seharusnya apabila meninjau
langkah kerja, jarak rata - rata bunyi datung lebih kecil dari jarak rata - rata bunyi
pergi. Apabila data yang rancu tersebut dihilangkan/diabaikan, maka naracoba
dengan telinga kiri paling peka adalah naracoba 2. Kerancuan data yang sama
juga ditemukan pada telinga kanan naracoba 2, namun kerancuan tersebut
diabaikan karena data naracoba 1 dan 3 sudah pasti. Adapun kesalahan ini dapat
dikarenakan faktor kesalahan praktikan dalam mengukur jarak dan kondisi yang
tidak benar - benar hening sehingga praktikan tidak fokus dalam menangkap
bunyi.
2. Kegiatan 2
Kegiatan 2 (tes rinne) ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat tuli
sensorineural dan tuli konduktif pada naracoba. Kegiatan ini dilakukan dengan
memposisikan garpu tala di atas kepala lalu digetarkan dan mencatat waktu dari
mulai naracoba mendengarkan sampai tidak terdengar lagi. Ulangi langkah ini
dengan memindah posisi di depan telinga kanan dan kiri.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan data rata rata waktu
mendengar masing - masing naracoba sebagai berikut :
1 12 6,67 - 10 15,67 +
Nilai tes rinne dikatakan positif apabila lama waktu suara yang terdengar di
samping telinga lebih lama daripada lama waktu suara yang terdengar di atas
kepala. Hal ini dikarenakan waktu konduksi tulang lebih pendek daripada waktu
konduksi udara. Pada telinga kanan, naracoba 1 mendapatkan hasil tes rinne
negatif (-) yang artinya naracoba 1 memiliki tuli hantaran. Naracoba 2 dan 3
mendapatkan nilai tes rinne positif (+), namun waktu rata - rata konduksi tulang
kurang dari 45 s dan waktu rata - rata konduksi udara kurang dari 85-90 s
sehingga bisa dikatakan naracoba 2 dan 3 menderita tuli sensorineural. Pada
telinga kiri, ditemukan bahwa naracoba 1 dan 2 mendapatkan hasil nilai tes rinne
positif (+), namun waktu rata - rata konduksi tulang kurang dari 45 s dan waktu
rata - rata konduksi udara kurang dari 85-90 s sehingga bisa dikatakan naracoba 1
dan 2 menderita tuli sensorineural. Sementara naracoba 3 menderita tuli hantaran
karena mendapatkan hasil tes rinne negatif (-)
3. Kegiatan 3
Kegiatan ini (tes weber) berfungsi untuk menentukan ada tidaknya lateralisasi
pada telinga. Lateralisasi adalah kondisi apabila bunyi penala terdengar lebih
keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila
tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut
tidak ada lateralisasi (Hafiz, 2017). Berdasarkan tabel data hasil kegiatan 3,
ditemukan bahwa semua naracoba merasakan bunyi yang nyaring pada telinga
yang ditutup baik telinga kanan atau kiri sehingga dapat dikatakan bahwa semua
naracoba tidak ada lateralisasi karena tidak dapat dibedakan ke arah mana bunyi
terdengar lebih keras. Pada telinga yang ditutup terdengar lebih keras karena
tidak semua gelombang suara yang masuk ke dalam telinga akan ditransmisikan,
sebagian dipantulkan kembali, sehingga ketika telinga ditutup maka suara yang
dipantulkan akan kembali masuk ke dalam telinga yang mengakibatkan suara
yang didengar lebih keras.
Suara garpu tala yang diletakkan di atas kepala dapat terdengar di telinga
karena adanya getaran yang merambat melalui tulang tengkorak. Ketika garpu tala
digetarkan, maka akan tercipta suatu bunyi nyaring. Konsep bunyi adalah bunyi dapat
didengar apabila ada perantara rambat yang pada konteks ini, medium
rambat/perantara rambatnya merupakan tulang tengkorak. Gelombang bunyi tersebut
dapat merambat ke koklea dikarenakan tertanamnya koklea dalam labirin tulang
pada kavitas tulang belakang. Bunyi tersebut kemudian diteruskan sampai ke otak.
Sementara itu faktor perambatan suara dapat berupa faktor internal dan eksternal.
Faktor internal dapat berupa kerusakan pada organ pendengaran pada telinga ataupun
faktor usia dan faktor eksternal dapat berupa banyaknya sumber bunyi yang masuk ke
telinga sehingga sumber suara yang ingin kita dengar tidak maksimal dapat didengar
dan frekuensi sumber bunyi.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Bunyi dapat merambat dari sumber suara melalui tulang yang kemudian menuju
koklea karena tertanamnya koklea pada labirin kavitas tulang belakang yang
kemudian bunyi ini di teruskan ke pusat pendengaran di otak.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi perambatan bunyi garpu tala pada tengkorak
dapat berupa faktor internal (kerusakan organ telinga dan usia) dan faktor
eksternal (kebisingan tempat dan frekuensi sumber suara).
I. Daftar Pustaka
Campbell. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Diana, dkk. 2020. Gangguan Tuli Sensorineural Akibat Paparan Bising Kereta Api
pada Penduduk di Sekitar Perlintasan Rel Turirejo Lawang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. Diunduh melalui e-journal.unair.ac.id pada 23 April 2021 pukul
20:33 WIB.
Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Hafiz, dkk. 2017. Indera Khusus (THT). Padang : Universitas Andalas.
Katrin, Roosita, dkk. 2020. Fisiologi Manusia. Bandung : IPB Press.
Lili, Irawati. 2012. Fisika Medik Proses Pendengaran. Majalah Kedokteran Andalas
No.2 Vol. 36. Diunduh melalui jurnalmka.fk.unand.ac.id pada 23 April 2021
pukul 20:11 WIB.
Novi, Primadewi, dkk. 2019. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Pemeriksaan
Dasar Telinga Hidung Tenggorok. Surakarta : UNS.
Puguh, S. N. 2009. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer. Jurnal THT-KL Vol.2
No.2. Diunduh melalui journal.unair.ac.id pada 23 April 2021 pukul 19:56
WIB.
J. Jawaban Pertanyaan
1. Tes rinne dikatakan negatif apabila waktu konduksi tulang lebih lama daripada
waktu konduksi udara. Tes rinne dikatakan positif apabila waktu konduksi
tulang lebih sebentar/cepat daripada waktu konduksi udara.
2. Laterilasi kanan terjadi apabila pada telinga kanan yang ditutup terdegnar
suara yang lebih nyaring daripada ketika telinga kiri ditutup. Lateralisasi kiri
sebaliknya.