Oleh
Kelas B
Kelompok 5 :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Stroke”
dengan baik dan tepat waktu.Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan
nilai tugas dari mata kuliah Keperawatan Kritis. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar.Selain itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya kami dapat memberikan karya yang
lebih baik dan sempurna.Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pengetahuan para pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................
STROKE....................................................................................................................
A. Konsep Medis..........................................................................................................
B. Konsep Keperawatan................................................................................................
BAB V........................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembukuh darah otak)
karena kematian jaringan otak (infark serebral).Penyebab stroke yaitu
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya
sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Pudiastuti,
2011).
Stroke menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat.
Hampir di seluruh dunia stroke menjadi masalah yang serius dengan
angka morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
angka kejadian penyakit kardiovaskuler. Serangan stroke yang
mendadak dapat menyebabkan kecacatan fisik dan mental serta
kematian, baik pada usia produktif maupun lanjut usia (Dewi & Pinzon,
2016).
Stroke dapat dibedakan menjadi dua yaitu Stroke Hemoragik dan
Stroke Non Hemoragik. Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang
terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hampir 83% pasien
mengalami stroke jenis ini. Stroke Non Hemoragik dibedakan menjadi
tiga yaitu Stroke Trombotik adalah proses terbentuknya thrombus
hingga menjadi gumpalan. Stroke Embolik adalah pembuluh arteri yang
tertutup oleh bekuan darah. Hipoperfusion Sistemik adalah gangguan
denyut jantung yang disebabkan oleh aliran darah ke seluruh bagian
tubuh berkurang (Pudiastuti, 2011).
Setiap tahunnya di dunia, terdapat sekitar 795.000 kasus stroke, baik
itu kasus baru maupun rekuren. 610.000 diantaranya adalah kasus yang
baru dan 185.000 adalah kasus rekuren. Setiap 40 detik, seseorang di
Amerika Serikat terkena serangan stroke dan setiap 4 menit seseorang
di Amerika meninggal akibat stroke. Sebanyak 8,7% kasus stroke yang
terjadi merupakan stroke iskemik (Stroke Non Hemoragik) yang terjadi
akibat tersumbatnya aliran darah menuju ke otak. Pasien stroke iskemik
memiliki risiko kematian 20%. Angka kelangsungan hidup setelah
stroke iskemik pertama sekitar 65% pada tahun pertama, sekitar 50%
pada tahun kelima, 30% pada tahun ke delapan dan 25% pada tahun ke
sepuluh (Eka & Wicaksana, 2017).
Masalah keperawatan yang muncul akibat stroke non hemoragik
sangat bervariasi tergantung dari luas daerah otak yang mengalami
infark atau kematian jaringan dan lokasi yang terkena.Salah satu
masalah keperawatan yang muncul pada pasien stroke non hemoragik
yaitu gangguan kamunikasi verbal.Pasien stroke non hemoragik yang
mengalami gangguan komunikasi verbal berarti otak sebelah kiri pasien
mengalami gangguan (Johan & Susanto, 2018).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep medis dari stroke?
2. Apakah konsep keperawatan dari stroke?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis dari stroke.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari stroke.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Medis
1. Pengertian
3. Manifestasi Klinis
Black & Hawks (2014) menjelaskan peringatan dini tanda gejala
stroke berhubungan dengan penyebabnya.Manifestasi dari stroke iskemik
yang terjadi termasuk hemiparesis transient (tidak permanen), kehilangan
kemampuan bicara dan kehilangan sensori setengah. Manifestasi karena
trombosis berkembang dalam hitungan menit ke hitungan jam sampai
hari. Serangan yang lambat terjadi karena ukuran trombus terus
meningkat.Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan
manifestasi berkembang dalam beberapa menit sampai jam.Manifestasi
yang terjadi yaitu sakit kepala dari bagian belakang leher, vertigo, atau
kehilangan kesadaran karena hipotensi, parastesia, paralisis sementara,
epistaksis, dan perdarahan pada retina.
4. Patofisiologi
Black & Hawks (2014) menjelaskan otak sangat sensitif terhadap
kondisi berkurangnya suplai darah sebab otak diperfusi dengan jumlah
yang cukup banyak dibanding organ lain untuk mempertahankan
metabolisme serebral.
LeMone et al., (2016) menjelaskan ketika aliran darah dan oksigenasi
neuron serebral menurun akibat stroke, patofisiologi berubah pada tingkat
seluler yang berlangsung 4-5 menit. Setiap menit selama stroke, 2 juta sel
otak mati.Kematian sel dimulai karena suplai darah berkurang ke otak,
menyebabkan iskemik di area inti jaringan otak yang terlibat.Anoksia dan
kurang nutrien ke sel mengenai mitokondria sehingga menjadi rusak,
kemudian mitokondria melepaskan radikal bebas berupa glutamat ke
dalam sitoplasma dan menghancurkan struktur intrasel. Saluran membran
sel terbuka, memungkinkan kalsium, natrium, dan kalium masuk ke sel.
Pada saat yang sama, sel yang terkena melepaskan asam amino eksitatori
ke dalam ruang intrasel. Homeostatis hilang dan air masuk ke sel (edema
sitotoksik) sehingga secara cepat terjadi infark dan nekrotik. Proses ini
dimulai dalam waktu 4-5 menit dan dapat berlangsung selama 2 hingga 3
jam. Sel di area kerusakan awal, memiliki suplai darah yang cukup untuk
tetap hidup selama beberapa jam.Jika suplai darah disimpan kembali ke sel
ini dalam 2 hingga 3 jam, beberapa sel dapat hidup dan berfungsi. Jika
aliran darah tidak direperfusi, terjadi kerusakan yang tidak dapat
diperbaiki pada jaringan otak dan dalam waktu singkat pasien akan
mengalami manifestasi dari gangguan neurologis sesuai lokasi kerusakan
dan biasanya mengenai sisi tubuh yang berlawanan dengan sisi otak yang
rusak. Efek ini dikenal sebagai defisit kontralateral.
Merokok Obesitas DM Hipertensi
Peredarahan
Sehingga dinding pembuluh darah menjadi kaku menyebar ke sel
otak dan medula
spinalis
Terjadi penyempitan pada pembuluh darah Terganggunya
sistem Herniasi jaringan
otak & menekan TIK meningkat
Resiko Perfusi Serebral pernepasan pada
Suplai darah ke otak menurun saraf fernikus batang otak
Tidak Efektif
Pelepasan
mediator kimia
Iskemik jaringan otak Merangsang Meningkat
inspirasi dengan penggunaan otot
kontrasi bantu pernapasaan Dan lain-lain
Stroke Iskemik
diafragma
Pola Napas
Penurunan sirkulasi darah ke otak Tidak Efektif
Penurunan aktivitas otot, rangka, dan Terjadinya gangguan Hipoksia jaringan di
keseimbangan tubuh kesadaran otak
a. Defisit sensoripersepsi.
Stroke dapat melibatkan perubahan patologis pada jaras neurologis yang
mengganggu kemampuan untuk mengintegrasikan, menginterpretasikan, dan
menghadirkan data sensori.Kehilangan kemampuan sensori ini meningkatkan risiko
cedera. Defisit dapat mencakup:
1) Gangguan persepsi visual (Hemianopia): kehilangan seluruh lapang penglihatan
pada satu atau kedua mata.
2) Agnosia: ketidakmampuan untuk mengenali satu benda atau lebih yang
sebelumnya familiar. Agnosia dapat visual, auditoria tau taktil.
3) Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan beberapa pola motorik (misal
berpakaian) walaupun kekuatan dan koordinasi adekuat.
b. Perubahan kognitif dan perilaku.
1) Perubahan pada kesadaran, rentang dari konfusi ringan hingga koma, merupakan
manifestasi stroke yang lazim. Perubahan kesadaran juga dapat menjadi akibat
edema serebral atau peningkatan TIK.
2) Perubahan perilaku mencakup kelabilan emosi (pasien dapat tertawa atau
menangis pada kondisi yang tidak sesuai), kehilangan kontrol diri, dan penurunan
toleransi terhadap stress (marah atau depresi).
3) Perubahan intelektual mencakup kehilangan memori, penurunan perhatian,
penilaian yang buruk, dan ketidakmampuan berpikir secara abstrak.
c. Gangguan Komunikasi.
Komunikasi adalah proses kompleks, melibatkan fungsi motorik, bicara,
bahasa, memori, alasan dan emosi.
Gangguan komunikasi biasanya akibat stroke yang mengenai hemisfer
dominan. Di antara gangguan ini adalah sebagai berikut :
1) Disartria: semua gangguan dalam pengendalian otot bicara akibatnya artikulasi
yang diucapkan menjadi tidak sempurna dan kesulitan dalam berbicara.
2) Afasia: ketidakmampuan untuk menggunakan atau memahami bahasa. Afasia
mungkin ekspresif (afasia motorik/afasia Broca); dapat memahami apa yang
dikatakan, tetapi merespon hanya dalam frase pendek, Afasia reseptif (afasia
sensorik/afasia Wernicke); dapat memahami kata yang diucapkan, bicara fasih
tetapi dengan konten yang tidak tepat, dan Afasia global/campuran; disfungsi
bahasa dalam hal memahami maupun ekspresi.
d. Defisit Motorik
Gerakan tubuh hasil dari interaksi yang kompleks antara otak, korda spinal,
dan saraf perifer.Stroke dapat mengganggu komponen SSP dalam sistem interaksi ini
dan menghasilkan efek pada sisi kontralateral dengan rentang kelemahan hingga berat.
Defisit mencakup hal berikut ini: Hemiplegia (paralisis setengah tubuh kanan atau
kiri). Hemiparese (kelemahan setengah tubuh kanan atau kiri).Flasiditas (tidak adanya
tonus otot) dan Spatisitas (peningkatan tonus otot).
e. Gangguan Eliminasi
Gangguan eliminasi kandung kemih dan usus lazim terjadi.Stroke dapat
menyebabkan kehilangan sebagian sensasi yang memicu eliminasi kandung kemih,
sering berkemih, urgensi, atau inkontinensia. Pengendalian urinasi dapat berubah
sebagai akibat defisit kognitif, imobilitas dan dehidrasi.
7. Pemeriksan Penunjang
Menurut Bahrudin (2012), pemeriksaan penunjang untuk ketepatan dan kecepatan
diagnosis stroke yang dapat dilakukan diantaranya :
a. CT scan.
CT scan dapat memberikan informasi tentang lokasi, ukuran infark, perdarahan
dan apakah perdarahan menyebar ke ruang intravesikuler, serta dapat membantu
perencanaan operasi.
b. MRI.
MRI dapat menunjukkan infark pada fase akut dalam beberapa saat setelah
serangan yang dengan pemeriksaan CT scan belum tampak.Pemeriksaan ini cukup
rumit sert amemerlukan waktu yang lama sehingga kurang bijaksana dilakukan pada
pasien stroke perdarahan akut.
c. EKG
Iskemia dan aritmia jantung, serta penyakit jantung lainnya sebagai penyebab
stroke, maka pemeriksaan EKG harus dilakukan pada semua penderita stroke akut
d. Kadar gula darah.
Pemeriksaan kadar gula darah sangat diperlukan karena diabetes melitus adalah
salah satu faktor risiko utama terjadinya stroke. Tingginya Kadar gula darah pada
stroke akut berkaitan pula dengan tingginya angka kecacatan dan kematian. Selain itu,
pemeriksaan kadar gula darah ini dapat mengetahui adanya hipoglikemia yang
memberikan gambaran klinik menyerupai stroke.
e. Elektrolit serum dan faal ginjal.
Pemeriksaan ini diperlukan terutama berkaitan dnegan pemberian obat
osmoterapi pada penderita stroke yang disertai peningkatan tekanan intracranial, dan
keadaan dehidrasi.
f. Darah lengkap.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan keadaan hematologik yang dapat
mempengaruhi terjadinya stroke iskemik, misalnya anemia, polisitemia, dan keganasan.
g. Faal hemostatis.
Pemeriksaan jumlah trombosit, waktu protrombin (PT) dan tromboplastin
(aPTT) diperlukan terutama berkaitan dengan pemakaian obat antikoagulan dan
trombolitik.
8. Penatalaksaan Fase Akut
Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat berdasarkan Guideline Strokes
(PERDOSSI, 2011) sebagai berikut :
a. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek, maka
evaluasi dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan cermat.
Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi:
1) Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat
serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang,
cegukan, gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke
(hipertensi, diabetes, dan lain-lain).
2) Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu
tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher dan tanda-tanda distensi vena jugular.
3) Pemeriksaan neurologis meliputi kesadaran, 12 saraf kranialis, dan skala stroke
menggunakan NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale).
b. Terapi umum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
b. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Respirasi
2. Dokumentasi sangat
diperlukan setelah
melakukan tindakan
Edukasi :
1. Agar pasien mengetahui
tujuan dan prosedur
pemantauan yang
dilakukan perawat
3. Risiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan 1. Untuk mengetahui apa-
Efektif (D.0017) Definisi Tekanan Intrakranial (I.06194) apa saja yang dapat
Kategori : Fisiologis Keadekuatan aliran darah Definisi : menyebabkan
Subkategori : Sirkulasi serebral untuk menunjang fungsi Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan TIK pada
Definisi : otak. peningkatan tekanan dalam rongga pasien
Beresiko mengalami penurunan Setelah dilakukan tindakan kranial. 2. Untuk mengetahui
sirkulasi darah ke otak. keperawat 3x24 jam maka Tindakan: tanda dan gejala yang
Faktor Risiko : kriteria hasil yang didapatkan : observasi : ada pada pasien terkait
1. Penurunan kinerja 1. Tingkat kesadaran 1. Identifikasi penyebab dengan peningkatan
ventrikel kiri meningkat peningkatan TIK (mis. TIK sehingga tindakan
2. Aterosklerosis aorta 2. Kognitif meningkat Lesi, gangguan yang akan diberikan
3. Diseksi arteri 3. Sakit kepala menurun metabolisme, edema sesuai dengan keadaan
4. Fibrilasi atrium 4. Gelisah menurun serebral) dari pasien
5. Tumor otak 5. Kecemasan menurun 2. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui
6. Stenosis karotis 6. Agitasi menurun peningkatan TIK ( mis. tekanan darah rata-rata
7. Miksoma atrium 7. Demam menurun Tekanan darah meningkat, dari pasien sehingga
8. Aneurisma serebri 8. Tekanan arteri rata-rata tekanan nadi melebar, tindakan yang akan
9. Dilatasi Kardiomiopati membaik bradikardi, pola nafas diberikan sesuai dengan
10. Embolisme 9. Tekanan intrakranial ireguler, kesadaran keadaan dari pasien
11. Cedera kepala membaik menurun) 4. Untuk mengetahui CVP
12. Hiperkolesteronemia 10. Tekanan darah sistolik 3. Monitor MAP dari pasien sehingga
13. Hipertensi membaik 4. Monitor CVP , jika perlu tindakan yang akan
14. Endokardetis infektif 11. Takanan darah diastolic 5. Monitor PAWP diberikan sesuai dengan
15. Stenosis mitral membaik 6. Monitor ICP keadaan dari pasien
16. Neplasma otak Refkeks saraf membaik 7. Monitor CPP 5. Untuk mengetahui
17. Infark miokard akut 8. Monitor status pernafasan PAWP dari pasien
Kondisi Klinis Terkait : 9. Monitor intake dan output sehingga tindakan yang
1. Stroke cairan akan diberikan sesuai
10. Monitor cairan serebro- dengan keadaan dari
spinalis (mis. Warna, pasien
konsistensi) 6. Untuk mengetahui
Terapeutik : tekanan intrakranial dari
1. Minimalkan stimulus pasien sehingga
dengan menyediakan tindakan yang akan
lingkungan yang tenang diberikan sesuai dengan
2. Berikan posisi semifowler keadaan dari pasien
3. Cegah terjadinya kejang 7. Untuk mengetahui
Kolaborasi : tekanan perfusi serebral
1. Kolaborasi pemberian dari pasien, sehingga
diuretik osmosis, jika perlu tindakan yang akan
diberikan sesuai dengan
keadaan dari pasien
8. Untuk mengetahui
status pernafasan dari
pasien sehingga ketika
ada kelainan pada status
pernafasan pasien,
perawat dapat
melakukan tindakan
sesuai dengan
kebutuhan pasien
9. Untuk mengetahui
intake dan output cairan
dari pasien
10. Untuk mengetahui
karakteristik dari cairan
serebrospinalis
sehingga jika
mengalami kelainan
maka perawat dapat
memberikan tindakan
yang sesuai dengan
keadaan pasien
11. Untuk meminimalisir
kemungkinan yang
dapat menyebabkan
kondisi pasien menjadi
lebih buruk
12. Mengurangi
kemungkinan tekanan
pada tubuh akibat posisi
yang menetap
13. Untuk menghindari
kemungkinan yang
dapat memperburuk
keadaan pasien
14. meningkatkan jumlah
cairan tubuh yang
disaring keluar oleh
ginjal, sekaligus
menghambat
penyerapan cairan
kembali oleh ginjal
4. Risiko Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119) Observasi
(D.0032) Setelah dilakukan intervensi Definisi : 1) Untuk mengetahui
Kategori: Fisiologis selama 3 jam maka Status kekurangan nutrisi klien
Subkategori: Nutrisi dan Nutrisimeningkat, denga kriteria Observasi 2) Untuk menegtahui masukan
Cairan hasil: 1) Identifikasi status nutrisi oral selama 24 jam dan
Definisi: beresiko mengalami 1. Porsi makanan yang riwayat makan klien
asupan nutrisi tidak cukup dihabiskan meningkat 2) Monitor asupan makanan 3) Untuk mengertahui
untuk memenuhi kebutuhan 2. Kekuatan otot mengunyah perkembangan klien
metabolisme. meningkat 4) Untuk mengetahui keadaan
Faktor Risiko 3. Kekuatan otot menelan umum klien
1. Ketidakmampuan menelan meningkat 3) Monitor berat badan Terapeutik
makanan 4. Berat badan membaik 1. Untuk mengajarkan kepada
2. Ketidakmampuan mencerna 5. Indeks Masa Tubuh 4) Monitor hasil pemeriksaan klien kebiasaan untuk
makanan membaik laboratorium menjaga kebersihan mulut
3. Ketidakmampuan 6. Frekuensi makan membaik Terapeutik sebelum dan sesudah makan
mengabsorbsi nutrien 7. Nafsu makan membaik 1. Lakukan oral hygiene sebelum 2. Untuk mencegah konstipasi
4. Peningkatan kebutuhan makan, jika perlu
metabolisme 3. Ketika asupan nutrisi dapat
5. Faktor ekonomi (mis. dilakukan melalui oral maka
Finansialtidak mencukupi) penggunaan selang
6. Faktor psikologis (mis. 2. Berikan makanan tinggi serat nasogastrik tidak diperlukan
Strees, keengganan untuk untuk mencegah konstipasi lagi, karena asupan nutrisi
makan) 3. Hentikan pemberian makan klien sudah bisa diberikan
Kondisi Klinis Terkait melalui selang nasogastrik jika melalui oral atau bisa
1. Stroke asupan oral dapat ditoleransi dilakukan secara mandiri
2. Parkinson tanpa menggunakan alat
3. Mobius syndrome bantu.
4. Cerebral palsy Edukasi
5. Cleft lip 1. Untuk memudahkan proses
6. Cleft palate menelan dan menurunkan
7. Amyotropic lateral resiko terjadinya aspirasi
sclerosis Kolaborasi
8. Kerusakan Edukasi 1. Untuk pemenuhan nuitrisi
neuromuskular 1. Anjurkan posisi duduk, jika yang sesuai
9. Luka bakar mampu
10. Kanker
11. Infeksi Kolaborasi
12. AIDS 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
13. Penyakit crohn’s untuk menentukan jumlah kalori
14. Enterokolitis dan jenis nutrien yang
15. Fibrosis kistik dibutuhkan, jika perlu
5. Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan ambulasi ( I. 06171) 1. Untuk mengetahui apa
(D.0054) Definisi : Definisi : pasien merasakan nyeri
Definisi : Kemampuan dalam gerakan fisik Memfasilitasi pasien untuk atapun keluhan fisik
Keterbatasan dalam pergerakan dari satu atau lebih ekstremitas meningkatkan aktivitas berpindah lainnya sehingga
fisik dari satu atau lebih secara mandiri. Tindakan : tindakan keperawatan
ekstremitas secara mandiri. Setelah dilakukan tindakan Observasi: yang diberikan sesuai
Penyebab : keperawat 3x24 jam maka 1. Identifikasi adanya nyeri dengan kondisi dan
1. Penurrunan kendali otot kriteria hasil yang didapatkan : atau keluhan fisik lainnya kebutuhan pasien
2. Penurunan masa otot 1. Pergerakan ekstremitas 2. Monitor frekuensi jantung 2. Agar perawat
3. Penurunan kekuatan meningkat dan tekanan darah sebelum mengetahui frekuensi
otot 2. Kekuatan otot meningkat memulai ambulasi jantung pasien sehingga
4. Kekakuan sendi 3. Rentang gerak 3. Monitor keandaan umum setalah melakukan
5. Kontraktur meningkat (ROM) selama melakukan ambulasi perawat dapat
6. Gangguan 4. Nyeri menurun ambulasi mengetahui apakah
neuromuskular 5. Kecemasan menurun Terapeutik : terdapat peningkatan
7. Indeks masa tubuh di 6. Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi ambulasi dengan dari tekanan darah
atas persentil ke 75 7. Gerakan tidak alat bantu (mis. Tongkat, pasien atau tidak
sesuai usia terkoordinasi menurun kruk) 3. Agar perawat
8. Efek agen farmakologis 8. Gerakan terbatas 2. Fasilitasi melakukan mengetahui keadaan
9. Nyeri menurun mobilisasi fisik,jika perlu umum dari pasien
10. Gangguan kongnitif 9. Kelemahan fisik 3. Libatkan keluarga untuk sehingga jika terdapat
11. Gangguan melakukan menurun membantu pasien dalam tanda-tanda tertentu
pergerakan meningkatkan ambulasi seperti keaadaan umum
Gejala dan Tanda Mayor Edukasi : pasien menurun perawat
Subjektif : 1. Jelaskan tujuan dan dapat memberikan
1. Mengeluh sulit untuk prosedur ambulasi tindakan yang sesuai
menggerakan ekstremitas 2. Anjurkan melakukan dengan kebutuhan
Objektif : ambulasi dini pasien
1. Kekuatan otot menurun 3. Anjurkan ambulasi 4. Untuk membantu pasien
2. Rentang gerak menurun sederhana yang harus saat melakukan
Gejala dan Tnda Minor dilakukan (mis. Berjalan ambulasi
Subjektif : dari tempat tidur ke kursi 5. Untuk meningkatkan
1. Nyeri saat bergerak roda, berjalan dari tempat kondisi pasien
2. Enggan tidur ke kamar mandi, 6. Agar pasien lebih
melakukanpergerakan berjalan sesuai toleransi) termotivasi untuk
3. Merasa cemas saat bergerak melakukan tindakan
Objektif : ambulasi sehingga
1. Sendi kaku kondisi pasien semakin
2. Gerakan tidakterkoordinasi membaik
3. Gerakan terbatas 7. Agar pasien mengetahui
4. Fisik lemah rujuan serta prosedur
Kondisi Klinis Terkait apa saja yang akan
1. stroke dilakukan untuk
meningkatkan kondisi
pasien
8. Untuk meningkatkan
kondisi pasien
9. Sehingga pasien dapat
melakukan tehnik
ambulasi sederhana dan
kondisi pasien dapat
meningkat.
6. Konfusi Akut (D.0064) Tingkat Konfusi (L.06054) Manajemen Delirium (I.06189) 1. Mengidentifikasi faktor
Kategori : Fisiologi Definisi : Kesadaran, perhatian, Definisi : Mengidentifikasi dan risiko delirium untuk
Subkategori : Neurosensori kognitif dan persepsi yang mengelola lingkungan terapeutik mengetahui terjadinya
Definisi : Gangguan terganggu. dan aman pada status konfusi akut. disfungsi kognitif,
kesadaran, perhatian, kognitif Setelah melakukan tindakan Tindakan : gangguan pada pengelihatan
dan persepsi yang reversibel, keperawatan selama 3x24 jam Observasi : atau pendengaran,
berlangsung tiba-tiba dan maka tingkat konfusi pada 1. Identifikasi factor risiko mengetahui penurunan
singkat. pasien dapat menurun, dengan delirium (mis. usia >75 tahun, kemampuan fungsional,
Penyebab : Kriteria hasil : disfungsi kognitif, gangguan atau untuk mngetahui
1. Delirium 1. Fungsi kognitif meningkat penglihatan/pendengaran, terjadinya infeksi,
2. Demensia 2. Tingkat kesadaran penurunan kemampuan hipo/hipertemia, hipoksia,
3. Fluktuasi siklus tidur- meningkat fungsional, infeksi, malnutrisi, efek obat, toksin
bangun 3. Aktivitas psikomotorik hipo/hipertermia, hipoksia, dan gangguan tidur.
4. Usia lebih dari 60 tahun meningkat malnutrisi, efek obat, toksin, 2. Untuk mengidentifikasi tipe
5. Penyalahgunaan zat 4. Motivasi gangguan tidur, stres) delirium seperti hipoaktif,
Gejala dan Tanda Mayor memulai/menyelesaikan 2. Identifikasi tipe delirium (mis. hiperaktif, campuran.
Subjektif : perilaku terarah meningkat hipoaktif, hiperaktif, 3. Untuk memonitor status
1. Kurang motivasi untuk 5. Memori jangka pendek campuran) neurologis dan tingkat
memulai/menyelesaikan meningkat 3. Monitor status neroligis dan delirium dimana sebagai
perilaku berorientasi 6. Memori jangka panjang tingkat delirium tindak lebih lanjut mengenai
tujuan. meningkat Terapeutik : hubungan tingkat keparahan
2. Kurang motivasi untuk 7. Perilaku halusinasi menurun 1. Berikan pencahayaan yang dengan kejadian delirium
memulai/menyelesaikan 8. Gelisah menurun baik pada pasien stroke.
perilaku terarah. 9. Interpretasi membaik 2. Sediakan jam dan kalender Terapeutik
Objektif : 10. Fungsi sosial membaik yang mudah terbaca 1. Untuk memberikan
1. Fluktuasi fungsi kognitif 11. Respons terhadap stimulus 3. Hindari stimulus sensorik pencahyaan yang baik pada
2. Fluktuasi tingkat kesadaran membaik berleihan (mis. televisi, pasien
3. Fluktuaasi aktivitas 12. Persepsi membaik pengumuman interkom) 2. Untuk menyediakan jam
psikomotorik 13. Fungsi otak membaik 4. Lakukan pengekangan fisik, dan kalender yang mudah
Gejala dan Tanda Minor sesuai indikasi terbaca agar pasien terbantu
Subjektif : 5. Sediakan informasi tentang apa saat melihat jam dan
1. Salah presepsi yang terajadi dan apa yang kalender.
Objektif : dapat terjadi selanjutnya 3. Untuk menghindari
1. Halusinasi 6. Batasi pembuatan keputusan stimulus sensorik
2. Gelisah 7. Hindari memvalidasi berlebihan agar pasien bisa
Kondisi Klinis Terkait mispersepsi atau interpretasi memilki waktu istirahat
1. Cedera kepala realita yang tidak akurat (mis. yang maksimal.
2. Stroke halusinasi, waham) 4. Untuk melalukan
3. Penyakit Alzheimer 8. Nyatakan persepsi dengan cara pengekangan atau
4. Penyalahgunaan zat tenang, meyakinkan, dan tidak pembatasan fisik pada
5. Demensia argumentatif pasien. Sesuai dengan
6. Delirium 9. Fokus pada apa yang dikenali indikasi yang dialami pasien
dan bermakna saat interaksi 5. Untuk menyediakan
personal informasi tentang apa yang
10. Lakukan reorientasi terajadi dan apa yang akan
11. Sediakan lingkungan fisik dan terjadi selanjutnya agar
rutinitas harian yang konsisten meminimalisir risiko yang
12. Gunakan isyarat lingkungan tidak diinginkan
untuk stimulus memori, 6. Untuk menghindari
reorientasi, dan meningkatkan memvalidasi mispersepsi
perilaku yang sesuai (mis. atau interpretasi realita yang
tanda, gambar, jam, kalender, tidak akurat agar tidak salah
dan kode warna pada dalam menentukan langkah
lingkungan) selanjutnya.
13. Berikan informasi baru secara 7. Untuk menyatakan persepsi
perlahan, sedikit demi sedikit, dengan cara tenang,
diulang-ulang meyakinkan, dan tidak
Edukasi : argumentatif agar pasien
1. Anjurkan kunjungan keluarga, dapat memahami penjelasan
jika perlu dengan jelas.
2. Anjurkan penggunaan alat 8. Untuk menyediakan
bantu sensorik (mis. kacamata, lingkungan fisik dan
alat bantu dengar, dan gigi rutinitas harian yang
palsu) konsisten agar pasien
Kolaborasi : merasa tidak jenuh karena
1. Kolaborasi pemberian obat berdiam diri.
ansietas atau agitasi, jika perlu 9. Untuk menggunakan isyarat
lingkungan agar stimulus
memori, reorientasi, dan
meningkatkan perilaku
pasien yang sesuai misalnya
tanda, gambar, jam,
kalender, dan kode warna
pada lingkungan
10. Untuk pemberian informasi
baru diberikan secara
perlahan, sedikit demi
sedikit, diulang-ulang agar
pasien memahami apa yang
di jelaskan.
Edukasi
1. Berikan kunjungan keluarga
agar pasien tidak merasa
sendiri, dan membuat
pasien lebih dukungan dari
keluarga.
2. Pemakaian penggunaan alat
bantu sensorik misalnya
kacamata, alat bantu dengar,
dan gigi palsu. Untuk
membantu aktivitas pasien.
Kolaborasi
Untuk pemberian obat ansietas
atau agitasi agar membantu
pasien saat mengalami masalah
7. Nyeri akut (D.0077) Tingkat Nyeri (08066) Manajemen Nyeri 2. Mengidentifikasi lokasi,
Setelah melakukan tindakan karakteristik, durasi,
Definisi :
Kategori : Psikologis keperawatan selama 3x24 jam frekuensi, kualitas,
Mengidentifikasi dan mengelola
intensitas nyeri
maka tingkat nyeri pada pasien
pengalaman sensorik atau 3. Mengidentifikasi skala
Subkategori : Nyeri dan dapat menurun, dengan Kriteria
emosional yang berkaitan dengan nyeri
Kenyamanan hasil : 4. Mengidentifikasi respon
kerusakan jaringan atau fungsional
Definisi : nyeri non verbal
dengan onset mendadak atau 5. Mengidentifikasi factor
Pengalaman sensorik atau 1. Kemampuan menuntaskan
lambat dan berintensitas ringan yang memperberat dan
emosional yang berkaitan aktivitas meningkat
memperingan nyeri
hingga berat dan konstan.
dengan kerusakan jaringan 6. Mengidentifikasi
2. Keluhan nyeri menurun Observasi :
aktual atau fungsional, dengan pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
onset mendadak atau lambat 3. Meringis dan kesulitan
1. Identifikasi lokasi, 7. Mengidentifikasi
dan berinteritas rungan hingga tidur menurun pengaruh nyeri pada
karakteristik, durasi,
berat yang berlangsung kurang kualitas hidup
4. Frekuensi nadi membaik frekuensi, kualitas,
8. Memonitor efek
dari 3 bulan intensitas nyeri samping penggunaan
Penyebab : 5. Pola napas membaik analgetik
2. Identifikasi skala nyeri
1. Agen pencedara 3. Identifikasi respon nyeri
fisiologis (mis. 6. Fungsi berkemih membaik non verbal Terapeutik
Inflamasi, 4. Identifikasi factor yang
1. untuk mengurangi rasa
iskemia,neoplasma) memperberat dan nyeri
2. Agen pencedera memperingan nyeri 2. Agar pasien terasa
kimiawi (mis. Terbakar, 5. Identifikasi pengetahuan nyaman sehingga pasien
bisa beristirahat
bahan kimia iritan ) dan keyakinan tentang Fasilitasi istirahat dan
3. Agen pencedera fisik nyeri tidur
(mis. Abses, amputasi, 6. Identifikasi pengaruh nyeri 3. Agar mengetahui jenis
dan sumber nyeri agar
terbakar, terpotong, pada kualitas hidup
bisa memodifikasi nyeri
mengangkat 7. Monitor efek samping dari sumber nyeri
berat,prosedur operasi, penggunaan analgetik
Edukasi
trauma, latihan fisik
berlebihan 2. Menjelaskan penyebab,
Terapeutik periode, dan pemicu
Gejala dan tanda mayor
nyeri
Subjektif 1. Berikan teknik non 3. Menjelaskan strategi
1. Mengeluh nyeri meredakan nyeri
farmakologis untuk
4. Menganjurkan
Objektif mengurangi rasa nyeri (mis. memonitor nyeri secara
1. Tampak meringis TENS, hypnosis, mandiri
2. Bersikap protektif (mis. akupresusr, terapi music, 5. Menganjurkan
menggunakan analgetik
Waspada, posisi biofeedback, terapi pijat, secara tepat
menghindari nyeri) aromaterapi, teknik 6. Mengajarkan teknik
3. Gelisah imajinasi terbimbing, nonfarmakologis untuk
4. Frekuensi nadi mengurangi rasa nyeri
compress hangat/dingin,
meningkat
terapi bermain)
5. Sulit tidur Kolaborasi :
2. Control lingkungan yang
Gejala dan tanda minor
memperberat rasa nyeri 1. Mengkolaborasi
Subjektif pemberian analgetik,
(mis. Suhu ruangan,
(tidak tersedia) jika perlu
pencahayaan, kebisingan)
Objektif
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
1. Nafsu makan berubah
4. Pertimbangkan jenis dan
2. Berfokus pada diri
sumber nyeri dalam
sendiri
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
8. Gangguan Komunikasi Komunikasi Verbal (L.13118) Promosi Komunikasi : Defisit Observasi :
Verbal (D.0119) Setelah dilakukan tindakan Bicara (I. 13492) 1. Untuk mengetahui
Kategori : Relasional keperawat 3x24 jam maka Definisi : kecepatan, tekanan,
Subkategori : Interaksi Sosial komunikasi verbal pasien Menggunakan tehnik komunikasi kuantitas, volume, dan
Definisi : meningkat, dengan kriteria hasil: tambahan pada individu dengan diksi bicara dari pasien
Penurunan, perlambatan, atau 1. Kemampuan bicara gangguan bicara 2. Untuk mengetahui proses
ketiadaan kemampuan untuk meningkat Tindakan : kognitif, anatomis, dan
menerima, memproses, 2. Kemampuan mendengar Observasi : fisiologis yang berkaitan
mengirim, dan/atau meningkat 1. Monitor kecepatan, tekanan, dengan bicara dari pasien
menggunakan sistem simbol. 3. Kesesuaian ekspresi kuantitas, volume , dan diksi Terapeutik :
Penyebab : wajah/tubuh meningkat bicara 3. Hal ini dilakukan untuk
1. Penurunan sirkulasi 4. Kontak mata meningkat 2. Monitor proses kognitif, mempermudah
serebral 5. Afasia menurun anatomis, dan fisiologis yang komunikasi antara
2. Gangguan neuromuskuler 6. Disfasia menurun berkaitan dengan bicara perawat dan pasien
3. Gangguan pendengaran 7. Apraksia menurun (mis. Memori, mendengar, 4. Untuk menghindari
4. Gangguan 8. Disleksia menurun dan bahasa) misskomunikasi
muskuloskeletal 9. Diartria menurun Terapeutik : 5. Mencegah dan
5. Kelainan palatum 10. Afonia menurun 3. Gunakan metode komunikasi mengurangi dampak
6. Hambatan fisik (mis. 11. Dislalia menurun alternatif (mis. Menulis, negatif dari suatu
terpasang trakheostomi, 12. Pelo menurun mata berkedip, papan masalah sekaligus
intubasi, 13. Gagap menurun komunikasi dengan gambar menunjang proses
krikotiroidektomi) 14. Respon perilaku membaik dan huruf, isyarat tangan dan pemulihan psikologis
7. Hambatan individu (mis. 15. Pemahaman komunikasi komputer) Edukasi :
ketakutan, kecemasan, membaik 4. Sesuaikan gaya komunikasi 6. Agar apa yang ingin
merasa malu, emosional, dengan kebutuhan ( mis. disampaikan oleh pasien
kurang privasi) Berdiri didepn pasien, dapat kita pahami
8. Hambatan psikologis dengarkan seksama, Kolaborasi :
(miss gangguan psikotik, tunjukkan satu gagasan atau 7. Untuk menunjang
gangguan konsep diri, pemikiran sekaligus, tindakan yang diberikan
harga diri rendah, bicaralah dengan perlahan sehingga tujuannya dapat
gangguan emosi). sambil menghindari dicapai
9. Hambatan lingkungan teriakkan, gunakan
(mis. ketidakcukupan komunikasi tertulis, atau
informasi, ketiadaan meminta bantuan keluarga
orang terdekat, untuk memahami ucapan
ketidaksesuaian budaya, pasien
bahasa asing) 5. Berikan dukungan spikologis
Gejala dan Tanda Mayor Edukasi :
Subjektif : 6. Anjurkan berbicara secara
(tidak tersedia) perlahan
Objektif : Kolaborasi :
1. Tidak mampu berbicara 7. Rujuk ke ahli patologi
atau mendengar
2. Menunjukkan respon
tidak sesuai
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia
5. Disartria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak ada kontak mata
11. Sulit memahami
komunikasi
12. Sulit mempertahankan
komunikasi
13. Sulit menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh
14. Tidak mampu
menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh
15. Sulit menyusun kalimat
16. Verbalisasi tidak tepat
17. Sulit mengungkapkan
kata-kata
18. Disorientasi orang,
ruang, waktu
19. Defisit penglihatan
20. Delusi
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
BAB 3
PENUTUP
3.1. Simpulan
Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan defisit neurologis serebral
fokal atau global yang berkembang secara cepat dan berlangsung selama minimal 24 jam
yang disebabkan oleh kejadian vaskular, baik perdarahan spontan pada otak (stroke
hemoragik) maupun suplai darah inadekuat pada bagian otak (stroke iskemik) sebagai
akibat aliran darah yang rendah, trombosis atau emboli yang berkaitan dengan penyakit
pembuluh darah (arteri dan vena), jantung dan darah.
Penyebab stroke dibagi menurut Black dan Hwaks (2014) adalah Trombosit,
Embolisme, Perdarahan Hemoragik dan Penyebab lain.Manifestasi dari stroke iskemik
yang terjadi termasuk hemiparesis transient (tidak permanen), kehilangan kemampuan
bicara dan kehilangan sensori setengah. Manifestasi karena trombosis berkembang dalam
hitungan menit ke hitungan jam sampai hari. Serangan yang lambat terjadi karena ukuran
trombus terus meningkat.Stroke hemoragik juga terjadi sangat cepat, dengan manifestasi
berkembang dalam beberapa menit sampai jam.Manifestasi yang terjadi yaitu sakit
kepala dari bagian belakang leher, vertigo, atau kehilangan kesadaran karena hipotensi,
parastesia, paralisis sementara, epistaksis, dan perdarahan pada retina.
3.2. Saran
Asuhan Keperawatan diatas diharapkan dapat digunakan sebagai bacaan atau
referensi untuk perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang dilakukan, dan
bagi klien dan keluarga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan serta
pemanfaatan fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Andra W & Yessie P. (2013).Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:Nuha Medika.
Arboix, A. (2015). Cardiovaskular Risk Factors Dor Acute Stroke: Risk Profiles In The Different
Subtypes Of Ischemic Stroke. World Journal of W J C C Clinical Cases.Volume 3. Issue 5
Eka, I., & Wicaksana, D. (2017).Perbedaan Jenis Kelamin Sebagai Faktor Risiko Terhadap
Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik.Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2), 655–662.
Robinson, J.M., & Saputra, L. 2014. Visual Nursing (Medikal-Bedah) Jilid 1 (Martha Ardiaria,
Penerjemah). Tangerang: Binarupa Aksara
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator
diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.VI.
Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015, h. 2014-1134
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.