Anda di halaman 1dari 7

1.

Penilaian Acuan Norma (PAN)


Norm referenced measurement pada umumnya disebut pula sebagai penilaian acuan
normatif (PAN), adalah penilaian yang mengacu pada norma kelompok. Pada penilaian
acuan norma (PAN) siswa diuji terlebih dahulu lalu skor ketuntasannya dapat dihitung
dengan membandingkan skor setiap siswa dalam satu kelompoknya (rata-rata kelompok).
Tujuan penilaian acuan norma (PAN) adalah untuk membedakanpeserta didik atas
kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulaidari yang terendah sampai dengan
tertinggi. Secara ideal, pendistribusiantingkat kemampuan dalam satu kelompok
menggambarkan suatu kurva normal.
2. Pengolahan Penilaian Acuan Norma
Standar yang digunakan dalam PAN adalah skor ratarata kelompok yang mengikuti
tes, sehingga penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik
tidak dapat menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP. Langkah-langkah yang
ditempuh untuk mengolah nilai dengan menggunakan PAN sebagai berikut :

A. Memberi Skor Mentah


Cara memberi skor masing-masing bentuk adalah :
1. Tes objektif bentuk benar-salah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan koreksi
atau tanpa koreksi.
Penskoran benar-salah dengan menerapkan metode tanpa koreksi dengan menggunakan
rumus :

s=B

Contoh :
Dari 10 soal yang telah dikerjakan, Ahmad menjawab benar = 7, dan salah = 3. Dengan
demikian skor Ahmad adalah 7.

Rumus penskoran benar-salah dengan menerapkan koreksi adalah :

s=B–S

Keterangan :
s = skor
B = jumlah jawaban benar
S = jumlh jawaban salah

Contoh :
Dari 10 soal yang telah dikerjakan, Ahmad menjawab benar = 7, dan salah = 3. Dengan
demikian skor Ahmad adalah 7 – 3 = 4.
2. Tes objektif pilihan ganda dapat dilakukan penskoran dengan dua cara yaitu dengan
koreksi dan tanpa koreksi.
Penskoran pilihan ganda menerapkan metode tanpa koreksi dengan rumus :
B
s= x 100
N

Keterangan :
s = skor
B = jumlah jawaban benar
N = jumlah soal pilihan ganda

Contoh :
Dari 10 soal yang telah dikerjakan, Ahmad menjawab benar = 7, dan salah = 3. Dengan
demikian skor Ahmad adalah

7
s= x 100 = 70
10

Penskoran pilihan ganda menerapkan metode koreksi dengan rumus :

S
[
s = ( ∑ B−
P−1 ]
)/30 x 100

Keterangan :
s = skor
B = banyaknya jawaban benar
S = banyaknya jawaban salah
P = banyaknya alternatif jawaban
N = jumlah soal pilihan ganda

Contoh :
Dari 30 soal pilihan ganda dengan 4 alternatifp pilihan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik, si Ahmad menjawab benar 20 soal dan menjawab salah 10 soal. Tentukan
skor yang diperoleh Ahmad.

10
[
s = (20−
4−1 ]
)/30 x 100

= 55,56
= 56
3. Tes objektif bentuk menjodohkan dapat dilakukan dengan rumus :

s = B −¿
∑S
( n1−1 ) ( n 2−1 )

Keterangan :
s = skor
B = jumlah jawaban benar
S = jumlah jawaban salah
n1 = jumlah item pada lajur kiri (soal)
n2 = jumlah item pada lajur kanan (jawaban)

Contoh :
Dari 10 soal menjodohkan dengan 12 alternatif pilihan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik, si Ahmad menjawab benar 8 soal dan menjawab salah 2 soal. Tentukan
skor yang diperoleh Ahmad.

2
s = 8 −¿
( 10−1 ) ( 12−1 )
2
= 8 −¿
99
= 8 −¿ 0,020
= 7,98
=8

B. Menentukan Mean (Rata-Rata)


Terdapat berbagai cara untuk melakukan penghitungan nilai ratarata sebagai berikut:

a. Penghitungan nilai rata-rata dengan jumlah peserta didik relatif kecil jumlahnya, yaitu
menggunakan rumus :

M=
∑X
N
Keterangan :
M = mean atau rata-rata
X = jumlah nilai
N = jumlah peserta tes

Contoh :
Hasil ujian 6 orang siswa adalah

siswa Nilai
Aden 60
Bimbi 50
Cinta 40
Dea 35
Ella 70
Fio 45
jumlah 300

Dari tabel diatas, dapat diketahui :


N =6
∑X = 300

Sehingga dapat dilakukan perhitungan mean sebagai berikut :

300
M= = 50
6

b. Penghitungan nilai rata-rata dengan jumlah peserta didik relatif banyak jumlahnya.
Formula yang digunakan untuk melakukan penghitungan nilai rata-rata dengan
jumlah peserta didik relatif banyak jumlahnya yang disusun berdasarkan distribusi
frekuensi tunggal yaitu :

M=
∑ fX
N

Keterangan :
M = mean atau rata-rata
X = nilai x frekuensi
N = jumlah peserta tes

Contoh :
Nilai Mata Pelajaran B. Daerah
NO. Nilai f fx
1. 20 3 60
2. 22 4 88
3. 23 2 46
4. 24 5 120
5. 25 5 125
6. 26 6 156
7. 27 3 81
8. 28 8 224
9. 39 6 174
10. 30 4 120
11. 31 2 62
12. 34 2 68
13. 35 1 35
N = 51 ∑ fX = 1359
Dari tabel diatas dapat diketahui :
N = 51
∑ fX = 1359
Sehingga dapat dilakukan perhitungan mean (rata-rata) sebagai berikut :
1359
M= = 26,65
51

C. Menentukan standar deviasi (SD)


a. Perhitungan standar deviasi data tungal yang memiliki frekuensi tunggal, yaitu sebagai
berikut :
∑ (x)2
SD =
√ N
Tabel perhitungan standar deviasi.

Siswa X (x) (x)2


Aden 60 10 100
Bimbi 50 0 0
Cinta 40 -10 100
Dea 35 -15 225
Ella 70 20 400
Fio 45 -5 25
850
∑ ( x)2 = 850
850
SD =
√ 6
=√ 141,67 = 11,9 =12

b. Perhitungan standar deviasi data kelompok yaitu dengan rumus :

∑ f (x )2
SD =
√ N

Contoh :

Nilai F X FX x f (x)2
30-39 5 34,5 172,5 -22,82 2603,76
40-49 7 44,5 311,5 -12,82 1150,47
50-59 10 54,5 545 -2,82 79,52
60-69 9 64,5 580,5 7,18 463,97
70-79 5 74,5 372,5 17,18 1475,76
80-89 3 84,5 253,5 27,18 2216,26
N = 39 ∑ FX = ∑ = 7989, 74
2235,5

Keterangan :
X = median
(x) = X-M
M = 2235,5/39 = 57,32
Dari tabel dapat dihitung simpangan baku sebagai berikut :
7989,74
SD =
√ 39
=√ 204,86
= 14,31

D. Menentukan pedoman konversi


Langkah berikutnya setelah dilakukan penghitungan mean dan simpangan baku adalah
menentukan pedoman konversi. Untuk menentukan pedoman konversi harus memperhatikan
skala penilaian yan digunakan, dan menghitung dan menetapkan tabel konversi nilai untuk
menentukan besar kecilnya nilai yang diperoleh peserta didik. Skala penilaian yang dapat
digunakan antara lain :
a. Pedoman konversi dengan skala lima sebagai berikut :
M + (1,5 SD) ke atas =A
M + (0,5 SD) ke atas =B
M - (0,5 SD) ke atas =C
M - (1,5 SD) ke atas =D
M - (1,5 SD) ke bawah =E

b. Pedoman konversi dengan skala sepuluh sebagai berikut :


M + (2,25 SD) ke atas = 10
M + (1,75 SD) ke atas =9
M + (1,25 SD) ke atas =8
M + (0,75 SD) ke atas =7
M + (0,25 SD) ke atas =6
M - (0,25 SD) ke atas =5
M - (0,75 SD) ke atas =4
M - (1,25 SD) ke atas =3
M - (1,75 SD) ke atas =2
M - (2,25 SD) ke atas =1

c. Pedoman konversi skala seratus :

T skor = 50 + ( X −M
s )
x 10

Keterangan:
X = skor mentah yang diperoleh peserta didik
M = rata-rata
s = simpangan baku

d. Pedoman konversi Z score


X−M
Z=
s

Keterangan:
X = skor mentah yang diperoleh peserta didik
M = rata-rata
s = simpangan baku

3. Kelebihan dan Kekurangan PAN (Penilaian Acuan Norma)


Ada beberapa kelebihan yang dimiliki PAN, yaitu :
1. Kebiasaan penggunaan penilaian berdasarkan referensi norma atau kelompok di
perguruan tinggi.
2. Bermanfaat untuk membandingkan siswa/mahasiswa lintas mata pelajaran/kuliah
dan memberikannya sebuah penghargaan atau hadiah.
3. Mudah menilai karena tidak ada patokan tertentu yang harus dicapai.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki PAN, yaitu :
1. Sedikit menyebutkan kompetensi atau tujuan pembelajaran serta kualitas
pembelajaran siswa apa yang mereka ketahui atau yang dapat mereka lakukan.
2. Tidak fair karena peringkat siswa tidak hanya bergantung pada tingkatan prestasi,
tetapi juga atas prestasi siswa lainnya.
3. Tidak dapat diandalkan siswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus tahun
berikutnya.
4. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para siswa.

Anda mungkin juga menyukai