Anda di halaman 1dari 44

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

Kasus Dewasa Wanita

Dosen pengampu: Ns. Diah Ratnawati, S.Kep, M.Kep, Sp. Kep. Kom
Disusun oleh:

Rahmawati Eka Yulistyani 1810711020


Fitrianih Azzahra 1810711069
Frida Anindita Yuliyanti 1810711081
Dina Krismayanti 1810711103

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Kasus Dewasa Wanita yang ditulis guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan komunitas II.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan dorongan
kepada penulis dalam menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 28 Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 1
I.3 Tujuan Penulisan 1

BAB II TINJAUAN TEORI

II.1 Prevalensi Penyakit Kanker Payudara


II.2 Karakteristik dan Tumbuh Kembang Wanita Dewasa
II.3 Pengertian, etiologi, dan tanda gejala Kanker Payudara
II.4 Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan Kanker Payudara
II.5 Asuhan Keperawatan Terkait Kasus

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan
III.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan
yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-
jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah
pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara. Kanker payudara (Carcinoma mammae)
didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari
parenchyma. Kanker payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk
pria.

Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan
otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening dan
tumbuh di kelenjar getah bening.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Prevalensi Penyakit Kanker Payudara?
2. Bagaimana Karakteristik dan Tumbuh Kembang Wanita Dewasa?
3. Apa Pengertian, etiologi, dan tanda gejala Kanker Payudara?
4. Apa saja Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan Kanker Payudara?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Terkait Kasus.

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Prevalensi Penyakit Kanker Payudara.
2. Mengetahui Karakteristik dan Tumbuh Kembang Wanita Dewasa.
3. Mengetahui Pengertian, etiologi, dan tanda gejala Kanker Payudara.

iv
4. Mengetahui Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan Kanker Payudara.
5. Mengetahui Asuhan Keperawatan Terkait Kasus.

v
BAB II
TINJAUAN TEORI

II.1 Prevalensi Penyakit Kanker Payudara


II.3.1 Situasi Global Penyakit Kanker
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh
dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang.
Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar
kematian akibat kanker setiap tahunnya.

Gambar 1. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian Akibat


Kanker pada Penduduk di Dunia Tahun 2012.
Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on
Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru
kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1
menunjukkan bahwa kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan
jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur)
tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan
kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur)
tertinggi akibat kanker.
Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker
paru ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian

6
akibat kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk
perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan
kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%.

Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian


Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan di
Dunia Tahun 2012

II.3.2 Faktor Risiko Kanker


Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker
berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang seharusnya dapat dicegah. Faktor
risiko kanker yang terdiri dari faktor risiko perilaku dan pola makan, di antaranya
adalah:

 Indeks massa tubuh tinggi;

 Kurang konsumsi buah dan sayur;

 Kurang aktivitas fisik;

 Penggunaan rokok;

 Konsumsi alkohol berlebihan;

Faktor risiko kanker lainnya, adalah akibat paparan:

7
 Karsinogen fisik, seperti ultraviolet (UV) dan radiasi ion;

 Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin (kontaminan


makanan), dan serat contohnya asbes;

 Karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.

Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk


menurunkan kasus baru kanker, namun juga menurunkan kemungkinan penyakit
lainnya yang disebabkan faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit
kanker yang dapat dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a.,
2005 dalam WHO, 2007) adalah:

 Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker
setiap tahunnya (60% kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah-
menengah);

 Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang menyebabkan
274.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;

 Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar 351.000 kematian akibat


kanker setiap tahunnya;

 Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang


menyebabkan sekitar 235.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;

 Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar
71.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;

 Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya 152.000 kematian


akibat kanker setiap tahunnya.

Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda


pada negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa faktor risiko

8
penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan
rendah-menengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko
terbesar penyebab kematian akibat kanker di dunia, negara berpenghasilan rendah-
menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara
berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan
sayur, serta infeksi virus human papilloma (HPV) menyebabkan lebih banyak
kematian akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi.
Namun, merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko
yang lebih dominan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi.

Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di


Dunia, Negara Berpenghasilan Rendah-Menengah, dan Negara
Berpenghasilan Tinggi

Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa proporsi faktor risiko kanker yang
berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan perempuan adalah merokok dan obesitas
sentral. Penduduk laki-laki yang merokok sebesar 56,7%, sedangkan perempuan yang
merokok sebesar 1,9%. Namun, penduduk perempuan lebih banyak yang obesitas
dibandingkan dengan penduduk laki-laki, yaitu sebesar 42,1%.

9
Gambar 4. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Jenis Kelamin, Tahun 2013

Sementara itu, jika dilihat pada Gambar 5, faktor risiko tertinggi pada penduduk semua kelompok umur secara umum adalah
kurangnya konsumsi sayur dan buah. Proporsi tertinggi penduduk yang merokok, obesitas, dan sering mengonsumsi makanan
berlemak terdapat pada kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun. Sedangkan kebiasaan mengonsumsi makanan
dibakar/dipanggang dan mengonsumsi makanan hewani berpengawet cenderung lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih muda.
Oleh karena itu, karena terdapat perbedaan perilaku dan pola makan pada tiap kelompok umur, maka diperlukan upaya pencegahan
dan promosi kesehatan yang tepat.

Gambar 5. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kelompok Umur, Tahun 2013

10
Jika dilihat berdasarkan tingkat sosio ekonomi penduduk melalui pengukuran kuintil indeks kepemilikan (Gambar 6),
proporsi konsumsi makanan hewani berpengawet, kurangnya aktivitas fisik, dan obesitas pada kelompok kuintil indeks kepemilikan
terendah sampai dengan kelompok teratas cenderung meningkat. Sedangkan perilaku merokok serta konsumsi buah dan sayur
cenderung menurun.

Gambar 6. Proporsi Faktor Risiko Penyakit Kanker pada Penduduk di Indonesia menurut Kuintil Indeks Kepemilikan,
Tahun 2013

II.3.3 Situasi Penyakit Kanker di Indonesia


Pada kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, salah satu pertanyaan adalah apakah penduduk pernah didiagnosis oleh dokter.
Berdasarkan wawancara tersebut, didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4‰.
Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1‰, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka
nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1‰ dan 2,0‰. Informasi
mengenai prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Gambar 7. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia, Tahun 201

11
Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini yang telah dilakukan
oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat dan tepat
akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala
sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.

Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan kanker
payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian, dapat dilihat
bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6%.

Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui
bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara
terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh provinsi.

Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi dengan tingginya jumlah provider
(pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan) dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat
1.682 provider deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks sebanyak 98.692
kasus dan kanker payudara sebanyak 61.682 kasus. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa provider deteksi dini terbanyak berada
pada provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi tersebut cukup tinggi.

Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining kanker payudara di Puskesmas Penyelenggara Deteksi
Dini dilakukan dengan Clinical Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan tes IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Pada Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara belum terdapat skrining,
sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan kanker serviks pada provinsi-provinsi tersebut cukup banyak.

Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan pelatihan kepada provider deteksi dini di
masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan. Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh yang
belum memiliki trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer terbanyak, yaitu 36 orang.
Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga jumlah provider dan skrining akan semakin meningkat pula.

12
Tabel 1. Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining

Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013

Estimasi Jumlah
Kasus
Jumlah Jumlah
No Provinsi provider Skrining trainer
Kanker Kanker

Serviks Payudara

1 Aceh 1.401 1.869 0 0 0


2 Sumatera Utara 4.694 2.682 53 70.268 6
3 Sumatera Barat 2.285 2.285 40 507 6
4 Riau 894 894 34 0 12
5 Jambi 1.792 977 18 0 18
6 Sumatera Selatan 1.544 772 20 0 6
7 Bengkulu 705 705 20 498 15
8 Lampung 765 1.148 20 151 6
Kep. Bangka
9 Belitung 323 194 0 0 18
10 Kep. Riau 1.416 378 17 685 12
11 DKI Jakarta 5.919 3.946 249 82.615 10
12 Jawa Barat 15.635 6.701 86 129.538 6

13
13 Jawa Tengah 19.734 11.511 243 101.107 21
14 DI Yogyakarta 2,703 4.325
Estimasi Jumlah90 9.280 6
Kasus
15 Jawa Timur 21.313 9.688 118 92.345 6
16 Banten 2.252 2.252 35 600 5 Jumlah
No Provinsi Jumlah provider Skrining trainer
17 Bali 1.438 1.233 169 78.359 7
Kanker Kanker
Nusa Tenggara
18 Barat 958 479
Serviks Payudara83 3.059 36

Nusa Tenggara Kalimantan


19 Timur 21 Tengah 1.002 1.252335 31
112 322 21 18
1.119 23
20 Kalimantan22Barat 882
Kalimantan Selatan 441
2.087 91
1.328 2.655 0 24
38.213 15
23 Kalimantan Timur 752 1.879 51 486 6
24 Sulawesi Utara 1.615 346 0 21.833 6
25 Sulawesi Tengah 680 408 20 3.052 6
26 Sulawesi Selatan 3.400 2.975 83 8.469 6
27 Sulawesi Tenggara 354 590 70 51 16
Tabel 1. (Lanjutan)
28 Gorontalo 0 111 0 0 9
29 Sulawesi Barat 625 188 0 73 11
30 Maluku 824 165 0 0 23
Sumber : Diolah
berdasarkan 31 Maluku Utara 819 218 0 0 19 Data Riset
Kesehatan Dasar 2013,
32 Papua Barat 40 80 20 46 15
Badan Penelitian dan
34 Papua 2.018 466 0 105 12

INDONESIA 98.692 61.682 1.682 645.436 405


14
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan Data Rutin Subdit Pengendalian Penyakit Kanker Dit.
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan
RI.

II.4 Karakteristik dan Tumbuh Kembang Wanita Dewasa


II.4.1 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan
meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua
orang. Akan tetapi, laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
b) Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek perilaku
dari pertumbuhan.

II.4.2 Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa


Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan
latihan serta hobi-hobi aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat sehat, kuat, dan cekatan
dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan
hidup, kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
b. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam.
Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan,
dan informasi yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan berpikir.

15
c. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-
pemikiran moral menjadi perbuatan moral.
d. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan karakteristik utama dari masa dewasa.

II.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa adalah sebagai berikut:
a) Faktor genetik
 Faktor keturunan  — masa konsepsi;
 Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan;
 Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan
beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.
b) Faktor eksternal / lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
 Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai
masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan perilaku.
 Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan
memerlukan gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan
kegagalan, memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan
sebagai manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi
kebutuhan dan harapan.
 Pengalaman hidup

16
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari.
 Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan
prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan terganggu akan mengakibatkantumbuh
kembang juga terganggu.
 Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial ekonomi juga mempengaruhi perkembangan seseorang.

II.4.4 Tahap Perkembangan Dewasa Muda (20-40 tahun)


Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat memikul tanggung jawab terhadap diri mereka
sendiri dan mengharapkan hal uang sama dari orang lain. Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup dengan sikap
realistis dan dewasa, membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
1. Perkembangna Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20a-an. Semua sistem pada tubuh(seperi kardio vaskuler,
pengelihatan, pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi pada efesiensi puncak. Perubahan fisik pada tahap ini
minimal, berat badan dan massa otot dapat berubah akikab diet dan olah raga.
2. Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa,
mereka harus membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk
membesarkan anak. Tanggungjawab sosial meliputi membentuk hubungan pertemanan yang baru dan menjelani beberapa
kegiatan di masyarakat. Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa muda, yaitu:
Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan unutk mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu pada
teori Freud)
Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran Havighurst:

17
 Memilih pasangan;
 Belajar untuk hidup bersama pasangan;
 Membentuk sebuah keluarga;
 Membesarkan anak;
 Mengatur rumah tangga;
 Memulai suatu pekerjaan;
 Memikul tanggung jawab sebagai warga negara;
 Menemukan kelompok sosial yang cocok.
3. Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut,
operasi formal(contoh: membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama massa dewasa, egosentrismenya terus
berkurang. Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4. Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan
moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum masyarakat, mereka membuat
penilaian berdasarkan prinsip pribadi mereka.
5. Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan
pertanyaan yang bersifat filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual tersebut. Ajaran-ajaran agama
yang diperoleh semasa kecil, sekarang dapat diterima/didefenisikan kembali.

II.4.5 Tahap Perkembangan Dewasa Menengah/Paruh Baya (40-65 tahun)


1. Perkembangan Fisik
Pada perkambangan ini, banyak berubahan fisik yang terjadi, antara lain sebagai berikut:
a) Penampilan

18
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang, muncul kerutan pada kulit, jaringan lemak
diretribusikan kembali sehingga menyebabkan deposit lemak di area abdomen.
b) Sistem musculoskeletal
Massa otot skeletal berkurang sekitar usia 60-an. Penipisan diskus interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan
sekitar 1 inci. Kehilangan kalsium dari jaringan tulang lebih sering terjadi pada wanita pasca menstruasi. Otot tetap
tetap bertumbuh sesuai penggunaan.
c) Sistem kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebi tebal
d) Presepsi sensori
Ketajaman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40-an, khususnya untuk pengelihatan dekat(presbiopia).
Ketajaman pendengaran untuk suara frekuansi tinggijuga menurun(presbikusis), khususnya pada pria. Sensasi perasa
juga berkurang.
e) Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan
f) Sistem pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat menyebabkan kecendrungan terjadinya konstipasi pada individu.
g) Sistem perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi glomelurus menurun.
h) Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.

2. Perkembangan Psikososial
Menurut havighurst, individu paruh baya memiliki tugas perkembangan psikososial sebagai berikut:
a) Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan tanggung jawab sosial;
b) Membangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup;
c) Membantu anak yang beranjakremaja untuk menjadi individu dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab;

19
d) Mengembangkan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu luang;
e) Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu;
f) Menerima dan menyesuaikan perubahan fisk di masa paruh baya;
g) Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak banyak mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi
waktu rekreasi, memori, persepsi, pembelajaran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
4. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memiliki pengalaman yang luas tentang pilihan moral personal serta tanggung jawab.
5. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari sejumlah sudut pandang. Mereka cenderung tidak terlalu
fanatik terhadap keyakinan agam, dan agama seringkali membrikan lebih banyak kenyamanan pada diri individu di masa
ini dibandingkan sebelumnya. Individu kerap kali bergantung pad akeyakinan spiritual untuk membantu mereka
menghadapi penyakit, kematian, dan tragedi.

II.4.6 Tahap Perkembangan Dewasa Tua/Lansia (Lebih dari 65 tahun)


1. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa inia dalah integritas ego versus putus asa. Seseorang yang mencapai
integritas ego memandang kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan dari keberhasilan yang dicapai di masa
lalu. Mereka memandang kematian sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Sebaliknya, orang yang putus asa sering
kali merasa pilihannya salah dan berharap dapat mengulang kembali waktu.
Tugas perkembangan lansia menurut Peck tahun 1968, antara lain:
a. Usia 65-75 tahun

20
 Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang menurun
 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan yang menurun
 Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan, dan teman
 Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama anak-anak yang sudah dewasa
 Menyesuaikan diri dengan waktu luang
 Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang melambat
b. Usia 75 tahun atau lebih
 Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
 Menjaga kesehatan fisik dan mental
 Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti jompo
 Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
 Menemukan makna hidup
 Mengurus akan kematiannya kelak
 Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
 Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring penuaan
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya usia. Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron
yang progresif. Selain itu, aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak melambat. Penurunan intelektual umumnya
mnecerminkan proses penyakit, seperti arterosklerosis. Pada lansia, proses penarikan informasi dari memori jangka
panjang dapat menjadi lebih lambat. Lansia cenderung melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar.

3. Perkembangan Moral

21
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional perkembangan moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak
menyakiti atau menyusahkan orang lain. Sedangkan pada tingkat konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial yang
berlaku sebagai respons terhadap harapan orang lain.
4. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru bagi lansia, yang dapat memberikan kenyamanan,
penghiburan, dan penguatan dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki keyakinan agama yang kuat dan terus
menghadiri pertemuan atau ibadah keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap membantu mereka dalam
mengatasi berbagai masalah yang nerkaitan dengan makna hidup, kesengsaran, atau nasib baik.

II.5 Penegertian, etiologi, dan tanda gejala Kanker Payudara


II.5.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan
tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan
adalah pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti
payudara. Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal
dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan
kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.

Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak
terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran
maupun fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan otak melalui pembuluh darah.
Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh
getah bening dan tumbuh di kelenjar getah bening.

II.5.2 Etiologi Kanker Payudara

22
Penyebab persis dari kanker payudara masih belum jelas hingga saat ini. Kanker payudara biasanya berkembang pada
sel saluran susu atau sel lobular. Kemungkinan penyebab lainnya bisa mencakup riwayat keluarga dan genetik, penggunaan
kontrasepsi atau terapi penggantian hormon wanita, radiasi (sinar X) ke payudara, makanan yang kaya kandungan lemak,
merokok, minum minuman beralkohol, atau kurangnya olahraga.

Ada 3 pengaruh penting pada kanker payudara:

1. Faktor genetik

Faktor ini berpengaruh dalam peningkatan terjadinya kanker payudara. Pada percobaan tikus dengan galur sensitif kanker,
melalui persilangan genetik didapatkan tikus yang terkena kanker. Ada faktor turunan pada suatu keluarga yaitu di lokus
kecil kromosom 17q21 pada kanker payudara yang tumbuh di usia muda.

2. Hormon

Kelebihan estrogen endogen atau ketidakseimbangan hormon terlihat sangat jelas pada kanker payudara. Banyak faktor
resiko yang dapat disebutkan seperti masa reproduksi yang lama, nulipara dan usia tua yang memilii anak pertama. Wanita
post menopause dengan tumor ovarium fungsional dapat terkena tumor payudara karena kelebihan hormon estrogen. Suatu
penelitian menyebutkan bahwa kelebihan jumlah estrogen di air seni, frekuensi ovulasi dan usia saat menstruasi
dihubungkan dengan meningkatnya resiko terkena kanker payudara. Epitel payudara normal memiliki reseptor estrogen
dan progesteron. Kedua reseptor ditemukan pada sebagian besar kanker payudara. Berbagai bentuk growth promoters
( transforming growth factor-alpha/ epitelial growth factor, PDGF) disekresi oleh sel kanker payudara manusia.Banyak
penelitian mengatakan bahwa growth promoters terlibat dalam mekanisme autokrin dan tumor.Produksi GF tergantung
pada hormon estrogen, sehingga interaksi antara hormon di sirkulasi, reseptor hormon di sel kanker dan GF autokrin
merangsang tumor menjadi progresif.

3. Lingkungan

Pengaruh lingkungan diduga karena berbagai faktor antara lain : alkohol, diet tinggi lemak, kecanduan kopi dan infeksi
virus. Hal tersebut akan mempengaruhi onkogen dan gen supresi tumor dari sel kanker payudara.

23
II.5.3 Gejala Kanker Payudara

Tanda dan gejala kanker payudara menurut Gruendemann & Fernsebner (2005) antara lain yaitu terabanya benjolan
atau penebalan payudara, biasanya tidak nyeri, pengeluaran rabas dari puting payudara berdarah atau serosa, cekungan atau
perubahan kulit payudara, asimetris payudara, retraksi atau adanya skuama pada puting payudara, tanda-tanda stadium lanjut,
yaitu nyeri, pembentukan ulkus dan edema.

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak
dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada
tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium dini menyebabkan banyak penderita
yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang
untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda
yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri. Gejala yang timbul
saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak, seperti:

1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan
bentuknya tidak beraturan
2. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat payudara ditekan karena terbentuk
penebalan pada kulit payudara.
3. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi pembengkakan.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil dibawah ketiak.
5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan yang tadinya berwarna merah muda dan
akhirnya menjadi kecoklatan.
6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu
dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati.
7. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati

24
8. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga
terjadi edema dan pitting kulit.

II.6 Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan Kanker Payudara


II.6.1 Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi  jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke
sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan
aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan
melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan
mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.

II.6.2 Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan
sendiri. Sebaiknya  pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi,  payudara agak membengkak
sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara  pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada  payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama,
putingnya juga tidak terletak  pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu
tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua  payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.

25
4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah
payudara kiri dengan telapak jari- jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa  juga
apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu  bila diraba dengan telapak jari-jari tangan
akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat
dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah  benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin
dini  penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan
ketiak kanan.

II.6.3 Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena)
sampai kuadranektomi (pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan contoh jaringan dari
kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).  
b. Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila.
d. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi aksila.
e. Mastektomi radikal yang diperluas.
Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.

26
2. Non Pembedahan
a. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang  pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek
samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot  pectoralis, radang
tenggorokan.
b. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
c. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah  bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan
bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.

27
II.7 Asuhan Keperawatan Terkait Kasus

KASUS
Hasil pengkajian diperoleh data dari dinas kesehatan sebanyak 34% warga perempuan usia dewasa menderita kanker payudara. Selain
itu, banyak 35% penderita sedih dengan keadaannya, 20% sering menangis di malam hari, 35% takut akan kematian, 10% menyalahkan
Tuhan atas cobaan yang berat. Beberapa perempuan tersebut juga mengatakan tidak ingin bertemu dengan anggota keluarga atau teman-
temannya. Dan banyak dari mereka yang menghabiskan waktunya hanya berdiam diri di rumah karena kanker meraka sudah memasuki
stadium lanjut, mereka mengganggap diri mereka sudah tidak berharga lagi dan sudah pasrah dengan hidupnya.

DATA TAMBAHAN
• Pengkajian data dari kelurahan di Desa A 70% dewasa wanita sudah menikah dan sisanya belum menikah, wanita di Desa A ada yang
beragama islam, kristen, dan hindu tetapi wanita di Desa A dominan beragama islam, Sebagian besar warga di desa A di tempati oleh
suku jawa dan sunda sehingga bahasa yang dipakai adalah jawa atau sunda.

28
• Berdasarkan hasil wawancara Hampir 90% wanita di Desa A lulusan SD dan SMP mereka memilih untuk tidak melanjutkan SMA dan
memilih menjadi pekerja Pabrik Industri Kimia, sekitar 12 jam wanita usia 18 tahun – 30 tahun menghabiskan waktunya berada di dalam
parbrik untuk bekerja dan terpapar bahan kimia serta radiasi tanpa menggunakan alat perlindungan diri serta asap pembuangan hasil
pembuatan produk. Warga hanya memanfaatkan sungai dan kebun sebagi tempat rekreasi, kegiatan sosial di Desa A hanya pengajian
saja. Wanita mengatakan tidak ada program kesehatan dari pemerintah setempat dan jarang ada kunjungan dari puskesmas.
• Hasil survey diperoleh data Rumah warga di Desa A hampir keselurahan berbahan dasar kayu dan ada pula yang berbahan dasar
tembok, keadaan di lingkungan Desa A terdapat banyak pepohonan hijau, kebun teh dan sungai. Akses jalan di Desa A terlihat ramai
dengan truk pengangkut hasil pabrik industri pada siang hari , lalu lalang becak yang menjadi alat transportasi warga dan pada malam
hari Desa A terlihat sepi dan gelap karena kurangnya akses penerangan. tidak adanya fasilitas kesehatan di dalam Desa A dan waktu
tempuh menuju rumah sakit di Pusat Kota sekitar 2 jam.
• Beberapa wanita yang menderita kanker payudara memiliki luka pada payudara tidak terawat di tandai dengan munculnya bau tidak
sedap, nanah, serta darah yang merembes ke permukaan baju, hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan perawatan luka dan
mereka memilih untuk merawatnya secara mandiri dirumah.

PENGKAJIAN
A. Demografi
keadaan di lingkungan Desa A terdapat banyak pepohonan hijau, kebun teh dan sungai. Akses jalan di Desa A terlihat ramai dengan truk
pengangkut hasil pabrik industri pada siang hari , lalu lalang becak yang menjadi alat transportasi warga dan pada malam hari Desa A terlihat
sepi dan gelap karena kurangnya akses penerangan.

B. Statistic Vital
1. Angka Kesakitan
Sebanyak 34% warga perempuan usia dewasa di Desa A menderita kanker payudara
2. Suku/Etnis

29
Sebagian besar warga di desa A di tempati oleh suku jawa dan sunda. 70% warga perempuan usia dewasa di Desa A sudah menikah dan
sisanya belum menikah
3. Agama
Dari 65 warga perempuan usia dewasa di Desa A ada yang beragama islam, kristen, dan hindu tapi rata-rata beragama islam.

Karakteristik
1. Fisik
Luka payudara pada perempuan usia dewasa di Desa A kebersihan nya tidak terjaga dan tidak terawat di tandai dengan munculnya bau,
nanah dan darah yang merembes kepermukaan baju yang di pakai.

2. Psikologis
35% perempuan usia dewasa yang menderita kanker payudara merasa sedih dengan keadaaannya, 20% sering menangis di malam hari,
35% takut kematian, 10% menyalahkan tuhan atas cobaan yang berat, serta beberapa perempuan usia dewasa yang menderita kanker
payudara menolak untuk bertemu dengan keluarga dan teman-temannya bahkan mengurung diri di dalam kamar.

3. Sosial
kegiatan sosial di Desa A hanya pengajian saja.

4. Perilaku
Perilaku perempuan usia dewasa di Desa A saat bekerja di pabrik industri selam 12 jam tidak menggunakan alat perlindungan diri
sehingga para pekerja wanita banyak yang terpapar zat kimia yang menjadi bahan dasar olahan industry serta terpapar asap dari limbah
pabrik.

SUBSYSTEM :
Ada 8 subsystem :
1. Lingkungan Fisik

30
Rumah warga di Desa A hampir keselurahan berbahan dasar kayu dan ada pula sebagaian warga di Desa A yang memiliki rumah yang
berbahan dasar tembok, keadaan di lingkungan Desa A terdapat banyak pepohonan hijau, kebun teh dan sungai.
2. Pelayanan Kesehatan
tidak adanya fasilitas kesehatan di dalam Desa A dan Pelayanan Kesehatan hanya terdapat di pusat kota yang berjarak hampir 2 jam dari
Desa A. Wanita mengatakan tidak ada program kesehatan dari pemerintah setempat dan jarang ada kunjungan dari puskesmas.
3. Ekonomi
Pekerjaan para perempuan usia dewasa di Desa A hampir seluruhnya bekerja di pabrik Industri, sedangkan warga lain di Desa A bekerja
sebagai petani, kebun teh dan penarik becak.
4. Keamaan dan Transportasi
Keamanan : Kurangnya pusat penerangan di jalan-jalan Desa A pada malam hari.
Transportasi : Banyak warga di Desa A yang berjalan kaki, naik sepeda dan naik becak.
5. Kebijakan dan Pemerintahan
Kurangnya kebijakan pemerintah, dan aparat Desa A terhadap Pabrik Industri mulai dari keamanan kerja, pengelolaan dan hasil limbah
pabrik. Wanita mengatakan tidak ada program kesehatan dari pemerintah setempat dan jarang ada kunjungan dari puskesmas.
6. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh perempuan usia dewasa Desa A menggunakan Bahasa daerah jawa atau sunda sebagai bahasa sehari-hari.
7. Pendidikan
Hampir 90% wanita di Desa A lulusan SD dan SMP mereka memilih untuk tidak melanjutkan SMA dan memilih menjadi pekerja Pabrik
Industri Kimia di Desa
8. Rekreasi
Warga hanya memanfaatkan sungai dan kebun sebagi tempat rekreasi

Data Fokus

31
Data Primer Data Sekunder
1. Berdasarkan hasil wawancara Hampir  Hasil pengkajian diperoleh data dari
90% wanita di Desa A lulusan SD
dinas kesehatan sebanyak 34% warga
dan SMP mereka memilih untuk tidak
melanjutkan SMA dan memilih perempuan usia dewasa menderita
menjadi pekerja Pabrik Industri kanker payudara
Kimia, sekitar 12 jam wanita usia 18
tahun – 30 tahun menghabiskan  Pengkajian data dari kelurahan di
waktunya berada di dalam parbrik Desa A 70% dewasa wanita sudah
untuk bekerja dan terpapar bahan
menikah dan sisanya belum menikah,
kimia serta radiasi tanpa
menggunakan alat perlindungan diri wanita di Desa A ada yang beragama
serta asap pembuangan hasil islam, kristen, dan hindu tetapi wanita
pembuatan produk.
di Desa A dominan beragama islam,
2. Warga hanya memanfaatkan sungai
Sebagian besar warga di desa A di
dan kebun sebagi tempat rekreasi,
kegiatan sosial di Desa A hanya tempati oleh suku jawa dan sunda
pengajian saja. sehingga bahasa yang dipakai adalah
3. Wanita mengatakan tidak ada jawa atau sunda.
program kesehatan dari pemerintah
setempat dan jarang ada kunjungan
dari puskesmas.
4. Hasil survey diperoleh data Rumah
warga di Desa A hampir keselurahan
berbahan dasar kayu dan ada pula
yang berbahan dasar tembok, keadaan
di lingkungan Desa A terdapat
banyak pepohonan hijau, kebun teh
dan sungai.
5. Akses jalan di Desa A terlihat ramai
dengan truk pengangkut hasil pabrik
industri pada siang hari , lalu lalang
becak yang menjadi alat transportasi

32
warga dan pada malam hari Desa A
terlihat sepi dan gelap karena
kurangnya akses penerangan.
6. tidak adanya fasilitas kesehatan di
dalam Desa A dan waktu tempuh
menuju rumah sakit di Pusat Kota
sekitar 2 jam.
7. banyak 35% penderita sedih dengan
keadaannya, 20% sering menangis di
malam hari, 35% takut akan
kematian, 10% menyalahkan Tuhan
atas cobaan yang berat.
8. Beberapa perempuan tersebut juga
mengatakan tidak ingin bertemu
dengan anggota keluarga atau teman-
temannya.
9. banyak dari mereka yang
menghabiskan waktunya hanya
berdiam diri di rumah karena kanker
meraka sudah memasuki stadium
lanjut, mereka mengganggap diri
mereka sudah tidak berharga lagi dan
sudah pasrah dengan hidupnya.
10. Beberapa wanita yang menderita
kanker payudara memiliki luka pada
payudara tidak terawat di tandai
dengan munculnya bau tidak sedap,
nanah, serta darah yang merembes ke
permukaan baju,
11. mereka memilih untuk merawatnya
secara mandiri dirumah.

33
No Data Masalah Keperawatan
.
1. Dp: Distress spiritual pada wanita di desa
1. banyak 35% penderita sedih dengan
a dengan diagnosa kanker
keadaannya, 20% sering menangis di
malam hari, 35% takut akan kematian, payudara(NANDA, domain 10, kelas
10% menyalahkan Tuhan atas cobaan
3, kode 00066)
yang berat.
2. Beberapa perempuan tersebut juga
mengatakan tidak ingin bertemu
dengan anggota keluarga atau teman-
temannya.
3. banyak dari mereka yang
menghabiskan waktunya hanya
berdiam diri di rumah karena kanker
meraka sudah memasuki stadium
lanjut, mereka mengganggap diri
mereka sudah tidak berharga lagi dan
sudah pasrah dengan hidupnya.
4. Beberapa wanita yang menderita
kanker payudara memiliki luka pada Analisa Data
payudara tidak terawat di tandai dengan
munculnya bau tidak sedap, nanah,
serta darah yang merembes ke
permukaan baju,
Ds:
 Hasil pengkajian diperoleh data dari
dinas kesehatan sebanyak 34% warga
perempuan usia dewasa menderita
kanker payudara
 Pengkajian data dari kelurahan di Desa
A 70% dewasa wanita sudah menikah
Diagnosa keperawatan yang muncul :
dan sisanya belum menikah,
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
2. Dp: Perilaku Kesehatan Cenderung pada perempuan usia dewasa di Desa
1. Berdasarkan hasil wawancara Hampir Beresiko pada perempuan usia
90% wanita di Desa A lulusan SD dan dewasa di Desa A.(NANDA, 2018. A.
SMP mereka memilih untuk tidak Domain 1 kelas 2. Halaman 145
melanjutkan SMA dan memilih Kode Diagnosa 00188)
menjadi pekerja Pabrik Industri Kimia,
2. sekitar 12 jam wanita usia 18 tahun –
30 tahun menghabiskan waktunya
berada di dalam parbrik untuk bekerja 34
2. Distress spiritual pada perempuan di desa A dengan diagnosa kanker payudara.
3. Manajemen kesehatan tidak efektif pada perempuan usia dewasa di Desa A dengan masalah kanker payudara

MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH KOMUNITAS

Dx. Kep.
Kriteria Skor Bobot Skoring
No
1. Sifat masalah
Skala :
3
 Tidak/kurang sehat 3 1 x 1=1
2 3
 Ancaman kesejahteraan
 Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
1 1
 Mudah 2 2 x 1=
1 2 2
 Sebagian
 Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
3
 Tinggi 3 1 x 1=1
2 3
 Cukup
 Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala :
 Masalah berat, harus segera ditangani 2 2
1 x 1=1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 2
ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Total :
3,5

35
Dx. Kep.
Kriteria Skor Bobot Skoring
No
2. Sifat masalah
Skala :
3
 Tidak/kurang sehat 3 1 x 1=1
2 3
 Ancaman kesejahteraan
 Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
2
 Mudah 2 2 x 1=1
1 2
 Sebagian
 Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
3
 Tinggi 3 1 x 1=1
2 3
 Cukup
 Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala :
 Masalah berat, harus segera ditangani 2 2
1 x 1=1
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 2
ditangani 0
 Masalah tidak dirasakan
Total : 4

Dx. Kep.
Kriteria Skor Bobot Skoring
No
3. Sifat masalah 1 2 2
x 1=
Skala : 3 3
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesejahteraan 2
 Keadaan sejahtera 1

36
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
2
 Mudah 2 2 x 1=1
1 2
 Sebagian
 Tidak dapat 0
Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
3
 Tinggi 3 1 x 1=1
2 3
 Cukup
 Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala :
 Masalah berat, harus segera ditangani 2 1 1
1 x 1=
 Ada masalah, tetapi tidak perlu 1 2 2
ditangani (ditangani sebagian) 0
 Masalah tidak dirasakan
Total : 3,1

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Distress spiritual pada perempuan di desa A dengan diagnosa kanker payudara.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada perempuan usia dewasa di Desa A
3. Manajemen kesehatan tidak efektif pada perempuan usia dewasa di Desa A dengan masalah kanker payudara

RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS

Rencana keperawatan komunitas di Desa A

37
Diagnosa Rencana Kegiatan Evaluasi
No keperawatan Tujuan Evaluator
komunitas Strategi Kegiatan Kriteria Standar

1. Distress Tujuan umum : Pendidikan 1. Membantu Kognitif 1) Peningkatan Mahasiswa


kesehatan,
spiritual pada perempuan di kesadaan akan
edukasi
perempuan di Setelah desa A untuk pentingnya
desa A dengan dilaksanakan mengeksplora kepercayaan
diagnosa intervensi, distress si terkait
kanker spiritual yang kepercayaan penyembuhan
payudara. dialami oleh terkait tubuh, pikiran,
perempuan di desa penyembuhan dan jiwa
A dapat teratasi tubuh, pikiran melalui
sesuai dengan yang dan jiwa. kegiatan
diharapkan , 2. Penyuluhan Kognitif spiritual seperti
dimana perempuan terkaitan mendekatkan
di desa tersebut dengan cara diri kepada
dapat menerima yang dapat Tuhan, berdoa
keadaan dan digunakan dan tidak
mencoba untuk menyalahkan
memperbaiki meningkatka Tuhan.
koping individunya. n koping 2) Perbaikan
indvidu sikap
Tujuan khusus : disertai perempuan di
1. Kualitas dengan desa A mulai
harapan, arti dukungan menerima
dan tujuan verbal keadaannya.
hidup semakin ataupun 3) Mengetahui
besar dan tidak perasaan cara-cara yang
terganggu Serta untuk baik dan dapat
tidak meningkatka digunakan
menyalahkan n untuk

38
Tuhan atas kepercayaan meningkatkan
cobaan yang diri, harapan, harapan dan
dialami oleh dan semangat semangat
perempuan di untuk hidup.
desa A. merubah
2. Koping pikiran
individu negative yang
menjadi muncul
efektif, tidak akibat dari
terus menerus keadaan saat
merenungkan ini.
keadaan, dan
memiliki
harapan untuk
bangkit
kembali.

2. Perilaku Tujuan umum: Pendidikan 1. Penyuluhan Kognitif 1) Peningkatan Supervisor


kesehatan
Kesehatan mengenai pengetahuan Mahasiswa
Cenderung Angka kejadian faktor-faktor mengenai Kader
Beresiko pada penyakit kanker yang dapat faktor yang
perempuan payudara pada meningkatka dapat berisiko
usia dewasa di perempuan di desa n risiko terkena kanker
Desa A A tidak meningkat kanker Kognitif payudara
setelah intervensi 8 payudara 2) Peningkatan
bulan 2. Penyuluhan pengetahuan
mengenai mengenai gaya
Tujuan khusus: perilaku yang hidup atau
1. Meningkatnya dapat perilaku yang
pengetahuan meningkatka dapat
mengenai n risiko meningkatkan

39
faktor-faktor kanker dan
yang dapat payudara menurunkan
meningkatkan 3. Penyuluhan Afektif risiko terkena
risiko kanker mengenai kanker
payudara gaya hidup payudara
2. Meningkatnya atau perilaku 3) Perbaikan
pengetahuan yang sehat sikap pada
mengenai untuk perempuan di
perilaku yang menurunkan psikomotor desa A sebagai
dapat risiko kanker upaya
meningkatkan payudara penurunan
risiko kanker 4. Penyebarluas risiko terkena
payudara. an leaflet dan kanker
3. Meningkatnya poster payudara
pengetahuan tentang 4) Mampu
mengenai penerapan melakukan
perilaku atau gaya hidup gaya hidup
gaya hidup sehat untuk yang sehat
yang sehat menurunkan untuk
untuk risiko terkena menurunkan
menurunkan kanker risiko terkena
risiko kanker payudara kanker
payudara payudara
3. Manajemen Tujuan umum : Pendidikan 1. Rekrutmen Afektif 1)Teridentifikasi Mahasiswa
kesehatan kesehatan, kader untuk kader untuk
tidak efektif Setelah Proses perawatan perawatan luka
pada dilaksanakan kelompok luka dan Kognitif 2)Peningkatan
perempuan intervensi penyediaan pengetahuan
usia dewasa di pembinaan selama fasilitas kader mengenai
Desa A 8 bulan program menuju pusat luka dan cara
dengan tatalaksana kesehatan. merawat luka

40
masalah pengobatan kanker 2. Pendidikan psikomotor 3)Mampu
kanker payudara di Desa A kesehatan melakukan
payudara berjalan optimal mengenai perawatan luka
cara merawat sesuai prinsip dan
Tujuan khusus : luka sesuai konsep yang
jenis luka dan sudah diajarkan
1. Tersedianya prinsip nya.
pelayanan 3. Pelatihan
kesehtan untuk perawatan
perawatan luka luka untuk
pada payudara para kader
untuk
perempuan di
desa A yang
terdiagnosis
Kanker mamae
2. Tersedianya
sarana atau
transport dan
dana untuk
memfasilitasi
pengobatan ke
pusat kesehatan

41
42
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan yang
abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan
normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan sel-sel yang
kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada bagian tubuh tertentu seperti
payudara. Kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma. Kanker payudara oleh WHO dimasukkan
ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita
dan 175 untuk pria.

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala umumnya baru
diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak
menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu
aktivitas. Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada stadium
dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker stadium lanjut. Hal
tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk disembuhkan. Bila
kanker payudara dapat diketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan.
Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang
tidak terasa nyeri.

III.2 Saran
Semoga pembahasan yang sudah dipaparkan dapar bermanfaat untuk semua. Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, Kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber- sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggung jawabkan.

43
DAFTAR PUSTAKA
Portal Resmi Pemerintah Kota Depok https://www.depok.go.id/
http://dinkes.depok.go.id/
Kozier. Erb. Berman. Snyder. (2011). Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Zaini Ahmad. (2011). Karakteristik perkembangan orang dewasa. Diakses pada tanggal 20
Februaru 2019 dari http://owrezain.blogspot.com/2011/12/karakteristik-perkembangan-
orang-dewasa.html

44

Anda mungkin juga menyukai