OLEH
Diabetes melitus tipe satu (tergantung insulin) dapat terjadi pada usia
berapa pun, atau pada orang sebelum usia 30 tahun, tetapi manifestasi
biasanya muncul selama masa dewasa, antara usia 11-12 tahun, dan
mempengaruhi sekitar 10-20% populasi diabetik secara keseluruhan.
1) Pengelolaan makan
Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah lemak,
rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini dianjurkan diberikan pada
setiap orang yang mempunyai risiko DM. Jumlah asupan kalori ditujukan
untuk mencapai berat badan ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks
merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga
tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan.
Jenis Anjuran
2) Aktifitas fisik
Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit terdiri dari pemanasan ±15
menit dan pendinginan ±15 menit), merupakan salah satu cara untuk
mencegah DM. Kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mengepel,
berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap
dilakukan dan menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton
televisi, main game komputer.
3) Kontrol Kesehatan
Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar diketahui nilai
kadar gula darah untuk mencegah terjadinya diabetes melitus supaya
ada penanganan yang cepat dan tepat saat terdiagnosa diabetes
melitus.
7. Penatalaksanaan (PERKENI, 2015)
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas
hidup penderita diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi :
a. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.
b. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid (mengukur
kadar lemak dalam darah), melalui pengelolaan pasien secara
komprehensif.
8. Komplikasi (Smeltzer & Bare, 2015).
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai
komplikasi diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang
tepat.
b. Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar
glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat
menurun sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis.
c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari
600 mg/dl.
d. Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu mikroangiopati
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah kecil.
e. Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan albuminuria
menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali
pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan. Nefropati diabetik
merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
f. Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM disebabkan
karena adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disertai dengan nyeri dada.
9. Pemeriksaan diagnostik dan hasil
Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes mellitus amtara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110mg/dl
Kriteria diagnostik untuk DM>140mg/dl paling sedikit dalam dua
kali pemeriksaan. Atau >140 mg/dl disertai gelaja klasik
hiperglikemia, atau IGT 115-140mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial<140mg/dl
Digunakan untuk skrining atau evaluasi pengobatan bukan
didiagnostik
c. Gula darah sewaktu <140mg/dl
Digunakan untuk skrining bukan didiagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
GD<115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam<200 mg/dl, 2 jam
<140mg/dl. TTGO dilakukan hanya pada pasien yang telah bebas
dan diet dan beraktivitas fisik 3 hari sebelum tes tidak
dianjurkanpada (1) hiperglikemia yang sedang puasa, (2) orang
yang mendapat thiazide, dilantin, propanolol, lasik, tyroid,
estrogen, pil KB, steroid. (3) pasien yang dirawat atau sakit akut
atau pasien inaktif.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI)
Dilakukan jika TTGO merupakan kontraindikasi atau terdapat
kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi absorbs glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa
Digunakan jika TTGO tidak bermakna, kortrison menyebabkan
peningkatan kadar gula darah abnormal dan menurunkan
penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpedisposisi
menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam
dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosatet hemoglobin
Berguna dalam memantau kadar glukosa darah rata-rata selama
lebih dari 3 bulan.
h. C-peptricle 1-2 jam mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah
pemberian glukosa.
Untuk mengukur proinsulin (produks samping yang tak aktif
secara biologis) dari pembentukan insulkin dapat membantu
mengetahui sekresi insulin.
i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml,
tidak digunakan secara luas dalam klinik , dapat digunakan dalam
diagnose banding hipoglikemia atau dalm penelitian diabetes.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. anamnesa
a) Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang
memasuki 45 tahun terlebih orang dengan overweight.
b) Pendidikan dan pekerjaan
Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk mempunyai
pola hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
lemakyang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang berat
serta aktivitas fisik yang sedikit oleh karena itu penyakit ini biasanya
banyak dialami pegawai perkantoran, bos perusahaan dan pejabat
pemerintahan.
c) Keluhan utama
Penderita biasanya datang dengan keluhan badan teras sangat
lemas disertai penglihatan yang kabur. Meskipun muncul keluhan
banyak kencing (poliuria) kadang penderita belum tahu kalau itu
salah satu tanda penyakit diabetes mellitus.
d) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya
sering buang air kecil (poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan
polifagia), sebelumnya penderita mempunyai berat badan yang
berlebih. Biasanya penderita belum menyadari kalau itu merupakan
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Penderita baru tahu kalau
sudah memeriksakan diri dipelayanan kesehatan.
e) Riwayat kesehatan terdahulu
Diabetes dapat terjadi saat kehamilan, yang terjadi saat hamil saja
dan biasanya tidak dialami setelah melahirkan namun perlu
diwaspadai akan kemungkinan mengalami diabetes yang
sesungguhnya dikemudian hari.
f) Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan insulin dengan
baik akan di teruskan pada keturunan berikutnya.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk pemeriksaan fisik untuk
diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita, kesadaran,
suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda - tanda vital.
Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat badan yang
diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada
leher, kondisi mata, hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada
pendengaran. Biasanya pada penderita diabetes mellitus ditemui
penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa mata yang
keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal,
ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit
menurun, kulit menjadi kering dan gatal. Jika ada luka, maka warna
sekitar luka akan memerah dan menjadi warna kehitaman jika sudah
kering. Pada luka yang susah kering biasanya akan menjadi
ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada
penderita diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem
pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi
jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen dan obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri,
retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya
penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi dan rasa kesemutan pada tangan
atau kaki.
c. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
b. Resiko infeksi b.d penyakit kronis (DM)
c. Gangguan sensori persepsi
d. Gangguan eliminasi urin b.d gangguan sensori motorik
e. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
f. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah b.d kurang
kepatuhan pada rencana manajemen diabetes
g. Intoleransi aktivitas b.d gaya hidup kurang gerak
d. Intervensi Keperawatan
e. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan atau intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.
f. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah maslah
keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu
pada criteria evaluasi.
BAB 3
LAPORAN KASUS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DEWASA
A. IDENTITAS
1. Nama/Inisial : TN. T.L Panggilan: TN. T
2. Umur : 62 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Katolik
5. Pendidikan : S2
6. Pekerjaan : Dosen
7. Suku/bangsa : Flores Timur/ Indonesia
8. Status perkawinan : Kawin
9. Alamat : Naimata
10. Penanggung biaya : BPJS
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
Kebersihan : bersih
Jumlah urine : 700 cc/12 jam
Warna urine : kuning, bau urine: bau khas urine
Alat bantu (kateter, dll) : Tidak ada
Kandung kemih : Tidak membesar
Nyeri tekan : Tidak ada
Gangguan : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. B5 (Bowel)/Pencernaan
Nafsu makan :Nafsu makan baik, makanan yang disediakan
dihabiskan 1 porsi.
Minum : ± 1200 cc/hari, jenis yang diminum: Air putih
Mulut : Bersih
Membran mukosa: Lembab
Abdomen: Tidak ada kembung, tidak ada asites , ada nyeri tekan
pada abdomen.
Peristaltik :38 x/menit
Pembesaran hepar : tidak ada pembesaran
Pembesaran lien : tidak ada pembesaran
Buang air besar :1-2 kali/hari, teratur
Konsistensi : tidak cair, bau khas Feses
Warna : Kuning tidak ada darah dan lendir.
Lain-Lain: tidak ada
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
6. B6 (Bone)/Muskuloskeletal dan Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
Kekuatan otot: 5 5
5 5
Warna kulit: Sawo matang
Turgor kulit : Baik
Edema : Tidak ada
Lain-lain: klien mengatakan kaki kirinya ada luka, dan kakinya tampak
bengkak, luka ganggren terdapat pada telapak kaki kiri dengan luas
luka ± 5x5 cm, adanya nekrosis berwarna hitam, ada pus/nanah
berwarna kuning dan bercampur darah, bau, tampak tulang pada
telapak kaki kiri nyeri dengan skala nyeri 5 (1-5)
7. Masalah keperawatan: Kerusakan integritas kulit
8. Endokrin
Pembesaran tiroid : Tidak ada
Hiperglikemia : ada
Hipoglikemia : Tidak ada
Luka gangren : ada
Lain-lain :
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
9. Personal hygiene
Mandi : 1 kali/hari (dibantu )
Ganti pakaian: 2 kali/hari (dibantu sebagian)
Sikat gigi : 1 kali/hari (dibantu sebagian)
Lain-lani : -
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
10. Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat: Istri dan anak-anak
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: keluarga pasien
megatakan hubungan pasien dengan orang sekitar tempat tinggal
baik dan senang bergaul dengan teman dan tetangga sekitar
Kegiatan ibadah: keluaraga pasien mengatakan pasien selalu berdoa
Konsep diri:
a. Gambaran diri : klien mengatakan merasa
puas dengan fisiknya
b. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh
dan berkumpul kembali dengan keluarganya.
c. Harga diri : klien mengatakan tetap percaya diri
walaupun sakit Diabetes Melitus
d. Peran diri : klien mengatakan penyakit yang dideritanya
mengganggu perannya sebagai pengajar.
e. Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya seorang dosen
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium :
Darah lengkap
Hemoglobin 9,7 13,0-18,0 g/dL
Jumlah eritrosit 3,38 4,50-6,20 10^6/uL
Hitung Jenis
Eosinofil 0,4 0-4 %
Basofil 0,1 0-1 %
Neutrofil 86,9 50-70 %
Limfosit 6,4 20-40 %
Monosit 1,24 2-8 %
Jumlah Eosinofil 0,67 0,00-0,40 10^3/ul
Jumlah Basofil 0,01 0,00-0,10 10^3/ul
Jumlah Neutrofil 17,79 1.50-7,00 10^3/ul
Jumlah Monosit 1,26 1,00-3,70 10^3/ul
Jumlah trombosit 1,24 0,00-0,70 10^3/ul
PDW 524 150-400
MPV 8,4 9,0-17,0 10^3/ul
P-LCR 8,1 %
PCT 12,4
APTT 0,53
54,5
KIMIA DARAH
Albumin 3.1 mg/dL
Glukosa Darah Puasa 228 74-109 mg/dL
Glukosa Darah 2 jam PP 292 75-140
mg/dL
Elektrolit
Natrium darah 129 136-145 mmol/L
Kalium darah 2,7 3,1-5,1 mmol/L
2. Laboratorium : tanggal 16-02-2020
Jam: 00.49 WITA
Pemeriksaan gula darah
No Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
Normal
Catatan: indikasi dan kontraindikasi terapi saat ini dapat dilihat pada Buku ISO
(indormasi Spesialite Obat) Indonesia atau MIMS
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
2. Kerusakan integritas kulit
Analisa Data
Masalah
N Keperawatan
Data Subjektif Data Objektif
Tgl O Etiologi
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai
Klien mengatakan nyeri pada telapak kaki kiri, karena luka (P) pada
telapak kaki kiri pasien mengatakan sakit pada daerah telapak kaki kiri
(R), skala nyeri 5 (S), nyeri muncul pada saat bergerak (T) nyeri
tertusuk-tusuk dan tersayat (Q)
2. Kerusakan integritas kulit b.d hambatan sirkulasi darah ditandai dengan
klien mengatakan telapak kaki kirinya luka, tampak bengkak, luka
ganggren terdapat pada telapak kaki kiri dengan luas luka ± 5x5 cm,
adanya nekrosis berwarna hitam, ada pus/nanah berwarna kuning dan
bercampur darah, bau, tampak tulang pada telapak kaki kiri nyeri
dengan skala nyeri 5 (1-5)
3. Intervensi Keperawatan
Jam 12.00
Mengobservasi TTV : TD: 110/70
mmHg, N: 76 88 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 370C, SPO2: 98%
Jam 13.05
Memonitor keluhan: nyeri pada kaki
kiri, seperti tertusuk-tusuk dan
tersayat, skala nyeri 6
Jam 14.20
Menganjurkan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi, nafas
5. Catatan perkembangan
Catatan Perkembangan I
I:
08.20
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif.
Ada luka (P), nyeri pada telapak kaki kiri
pasien mengatakan sakit pada daerah
telapak kaki kiri (R) , skala nyeri 6 (S) , nyeri
muncul pada saat bergerak (T) nyeri
tertusuk-tusuk dan tersayat (Q)
08.35
- Mengajarkan teknik Relaksasi
09.00
- Menganjurkan klien untuk istirahat/tidur
yang baik untuk membantu penurunan
nyeri
Jam 12.00
- Mengobservasi TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 7
88 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 370C, SPO2: 98%
Jam 13.05
- Memonitor keluhan: nyeri pada kaki kiri, seperti
tertusuk-tusuk dan tersayat, skala nyeri 6
Jam 14.20
- Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi, nafas dalam
- Menganjurkan pasien untuk bed rest l
Jam 15.05
- Memonitor tetesan infuse Nacl 20 tpm
- Menganjurkan pasien untuk beristirahat
Jam 17.00
- Mengobservasi TTV : TD:120/70, N: 104x/mnt,
RR: 20x/mnt, S: 36,60C, SPO2:99%
Jam 17.00
- Mengobservasi TTV: TD 110/60 mmHg,
nadi 78 x/mnt, Suhu:36,8, RR:22x/mnt,
SPO2:98%
- Mengobservasi keadaan umum pasien
- Ku: lemah, kesadaran: compos mentis,
masih nyeri kaki kiri
Jam 20.00
- Memonitor tetesan infus Nacl 20 tpm
Jam 24.00
- Melayani ketorolac 1 mg/Iv
I:
08.10
- mengganti balutan pada luka
08.20
- mengobsevasi keadaan luka pasien.
Tampak ada luka, bengkak luas luka ±
5x5 cm, adanya nekrosis berwarna
hitam, ada pus/nanah berwarna kuning
dan bercampur darah, bau, tampak
tulang pada telapak kaki kiri nyeri
dengan skala nyeri 5 (1-5)
08.50
- memonitor keadaan luka gangren (ada
rembesan nanah pada balutana kasa)
09.00
- melakukan perawatan luka gangren
pakai Nacl 0,9% dan memberikan kultimed
gel, kultimed sorbat, keadaan luka bau,
ada pus dan nekrosis.
Jam 12.00
- Mengobservasi TTV : TD: 110/70
mmHg, N: 76 88 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 370C, SPO2: 98%
Jam 13.45
- Memonitor kedaan balutan luka
(Nampak tertutup dan tidak ada
rembesan nanah saat selesai
perawatan)
Jam 14.20
- Menganjurkan pasien untuk bed rest l
15.00
- memonitor keadaan pasien. Pasien
nampak istirahat.
Jam 17.00
- Mengobservasi TTV : TD:120/70, N:
104x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 36,60C,
SPO2:99%
19. 20
- memperbaiki infus, karena ada darah
Jam 20.00
- Mengobservasi keadaan balutan luka
(ada nanah pada kasa dan bau)
Jam 24.10
- Melayani injeksi novarapid 8 iu/sc
Catatan perkembangan II
Selasa, Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri pada pada kaki
18/02/20 dengan agen cedera kiri
biologis yang ditandai
Klien mengatakan nyeri O: ada luka (P), nyeri pada telapak kaki kiri
pada telapak kaki kiri, pasien mengatakan sakit pada daerah telapak
karena luka (P) pada kaki kiri (R) , skala nyeri 4 (S) , nyeri muncul
telapak kaki kiri pasien pada saat bergerak (T) nyeri tertusuk-tusuk
mengatakan sakit pada dan tersayat (Q)
daerah telapak kaki kiri
(R) , skala nyeri 5 (S) , A: Masalah keperawatan nyeri akut belum
nyeri muncul pada saat teratasi
bergerak (T) nyeri
tertusuk-tusuk dan P: Intervensi keperawatan NIC label 1 dan 2
tersayat (Q) dilanjutkan
I:
08.30
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif.
Ada luka (P), nyeri pada telapak kaki kiri
pasien mengatakan sakit pada daerah telapak
kaki kiri (R) , skala nyeri 5 (S) , nyeri muncul
pada saat bergerak (T) nyeri tertusuk-tusuk
dan tersayat (Q)
08.45
Mengajarkan teknik Relaksasi
10.00
Menganjurkan klien untuk istirahat/tidur yang
baik untuk membantu penurunan nyeri
Jam 12.00
Mengobservasi TTV : TD: 120/70 mmHg,
N:96 x/mnt, RR: 20 x/mnt, S: 37 0C, SPO2:
98%
13.50
- mengganti cairan infus Nacl 20 tpm
- monitor tetesan infus (cairan infus lancar
dengan tetesan 20 tpm)
Jam 14.30
Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi, nafas dalam
Menganjurkan pasien untuk bed rest l
Jam 16.20
Memonitor tetesan infuse Nacl 20 tpm
Menganjurkan pasien untuk beristirahat
Jam 17.00
Mengobservasi TTV : TD:130/70, N:
0
107x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 36,3 C,
SPO2:99%
Jam 19.05
- Menanyakan keadaan pasein (pasien
mengatakan tidak nyaman karena nyeri)
Jam 21.05
- Mengganti cairan infus Nacl 0,9 %
Jam 22.50
- Melakukan pengkajian nyeri
komprehensif. Ada luka (P), nyeri pada
telapak kaki kiri pasien mengatakan sakit
pada daerah telapak kaki kiri (R) , skala
nyeri 5 (S) , nyeri muncul pada saat
bergerak (T) nyeri tertusuk-tusuk dan
tersayat (Q)
Jam 24.00
Melayani ketorolac 1 mg/Iv
Kerusakan integritas kulit S: Pasien mengatakan telapak kaki kiri luka dan
b.d hambatan sirkulasi bengkak
darah ditandai dengan
O: tampak bengkak, luka ganggren terdapat pada
klien mengatakan telapak
telapak kaki kiri dengan luas luka ± 5x5 cm,
kaki kirinya luka, tampak
adanya nekrosis berwarna hitam, ada pus/nanah
bengkak, luka ganggren
berwarna kuning dan bercampur darah, bau,
terdapat pada telapak
tampak tulang pada telapak kaki kiri nyeri dengan
kaki kiri dengan luas luka
skala nyeri 5 (1-5)
± 5x5 cm, adanya
nekrosis berwarna hitam, A: Masalah keperawatan kerusakan integritas
ada pus/nanah berwarna kulit belum teratasi
kuning dan bercampur
P: Intervensi keperawatan NIC label 1 dan 2
darah, bau, tampak
dilanjutkan
tulang pada telapak kaki
kiri nyeri dengan skala I:
nyeri 5 (1-5)
08.10
08.05
08.20
09.25
Jam 12.00
Jam 13.45
Jam 15.45
16.25
Jam 17.00
Jam 18.25
19. 40
Jam 20.00
- Mengobservasi keadaan balutan luka (ada
nanah pada kasa dan bau)
Jam 24.20
Rabu, Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri pada pada kaki kiri
dengan agen cedera
19/02
biologis yang ditandai O: ada luka (P), nyeri pada telapak kaki kiri pasien
Klien mengatakan nyeri mengatakan sakit pada daerah telapak kaki kiri (R) , skala
pada telapak kaki kiri, nyeri 4 (S) , nyeri muncul pada saat bergerak (T) nyeri
karena luka (P) pada tertusuk-tusuk dan tersayat (Q)
telapak kaki kiri pasien
mengatakan sakit pada A: Masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
daerah telapak kaki kiri
(R) , skala nyeri 5 (S) , P: Intervensi keperawatan NIC label 1 dan 2 dilanjutkan
nyeri muncul pada saat
bergerak (T) nyeri I:
tertusuk-tusuk dan 08..05
tersayat (Q) - merapikan tempat tidur
09.00
- Melakukan pengkajian nyeri komprehensif. Ada luka
(P), nyeri pada telapak kaki kiri pasien mengatakan
sakit pada daerah telapak kaki kiri (R) , skala nyeri 4
(S) , nyeri muncul pada saat bergerak (T) nyeri
tertusuk-tusuk dan tersayat (Q)
09.15
Mengajarkan teknik Relaksasi
10.00
Melayani injeksi ketorolac 1 mg/Iv
Menganjurkan klien untuk istirahat/tidur yang baik untuk
membantu penurunan nyeri
Jam 12.00
Mengobservasi TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 76 88 x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 370C, SPO2: 98%
Jam 13.45
Memonitor keluhan: nyeri pada kaki kiri, seperti tertusuk-
tusuk dan tersayat, skala nyeri 4
Jam 14.55
Menganjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi,
nafas dalam
Menganjurkan pasien untuk bed rest l
Jam 15.15
Mengganti cairan infus Nacl 0,9% 16 tpm
Jam 17.00
Mengobservasi TTV : TD:120/70, N: 106x/mnt, RR:
20x/mnt, S: 36,6 0C, SPO2:99%
Jam 20.00
Memonitor tetesan infus Nacl 16 tpm
Jam 24.00
Melayani ketorolac 1 mg/Iv
11.10
- melakukan perawatan luka gangrene pakai Nacl 0,9%
dan memberikan kultimed gel, kultimed sorbat, keadaan
luka bau, ada pus dan nekrosis.
Jam 12.00
- Mengobservasi TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 76 88
x/mnt,
RR: 20 x/mnt, S: 370C, SPO2: 98%
Jam 13.55
Memonitor kedaan balutan luka (Nampak tertutup dan tidak
ada rembesan nanah saat selesai perawatan)
Jam 14.50
- Menganjurkan pasien untuk bed rest l
15.05
- memonitor keadaan pasien. Pasien nampak istirahat.
Jam 17.00
- Mengobservasi TTV : TD:120/70, N: 104x/mnt, RR:
20x/mnt, S: 36,60C, SPO2:99%
19. 45
- mengganti cairan infus Nacl 0,9% 20 tpm
Jam 20.20
- Mengobservasi keadaan balutan luka (ada nanah
dan darah pada balutan)
Jam 24.00
- Melayani injeksi novarapid 8 iu/sc
Kerusakan integritas kulit b.d S: Pasien mengatakan telapak kaki kiri luka dan bengkak
hambatan sirkulasi darah O: tampak bengkak, luka ganggren terdapat pada telapak
ditandai dengan klien kaki kiri dengan luas luka ± 5x5 cm, adanya nekrosis
mengatakan telapak kaki berwarna hitam, ada pus/nanah berwarna kuning dan
kirinya luka, tampak bengkak, bercampur darah, bau, tampak tulang pada telapak
luka ganggren terdapat pada kaki kiri
telapak kaki kiri dengan luas A: Masalah keperawatan kerusakan integritas kulit belum
luka ± 5x5 cm, adanya teratasi
nekrosis berwarna hitam, ada
pus/nanah berwarna kuning P: Intervensi keperawatan NIC label 1 dan 2 dilanjutkan
dan bercampur darah, bau, oleh perawat ruangan
tampak tulang pada telapak
kaki kiri nyeri dengan skala
nyeri 5 (1-5)
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Usia :
2. Jenis kelamin :
3. Keluhan utama:
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem Kardiovaskuler
4. Sistem Perkemihan
5. Sistem Pencernaan
6. Sistem Muskuloskeletal
5 5
5 5
Berdasarkan teori pada kasus DM tipe 2 tidak ditemukan
tanda dan gejala yang mengarah pada sistem muskuloskeletal.
7. Sistem Endokrin
8. Personal Hygiene
4.4 Evaluasi
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penerapan asuhan keperawatan pada Tn. T. L dengan diagnosa
Medis DM tipe 2. selama dalam perawatan di ruang Komodo RSUD Prof.
W. Z. Johannes Kupang dapat diambil kesimpulan:
1. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori, sebagian tanda dan gejala
asuhan keperawatan DM tipe 2 yang ditemui.
2. Terdapat kesesuaian antara fakta dan teori, diagnosa, intervensi dan
implementasi.
3. Ditemukan diagnosa antara lain: Nyeri akut. Hal ini disebabkan karena
ditemukannya data yang mendukung dengan diagnosa tersebut.
4. Selama dalam perawatan pasien, diagnosa yang ditemukan belum
teratasi dan belum teratasi serta diperlukan tindakan lanjutan di
ruangan.
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa/mahasiswi
Adapun bagi mahasiswa sebagai bahan referensi yang mendalam
terkait dengan penulisan asuhan keperawatan dengan DM tipe 2
2. Bagi institusi pendidikan
Agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan proses bimbingan
yang berhubungan dengan asuhan keperawatan DM tipe 2
3. Bagi lahan
Agar dapat membimbing kepada mahasiswa/mahasiswi yang praktek
dengan maksimal terkait dengan tindakan keperawatan yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan DM tipe 2.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Clasification (NIC), 6th
Indonesian Edition.
Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Depkes RI Jakarta.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta: Mediaction.
Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC