Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA

DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS II


YANG DI AMPUH OLEH
VIK SALAMANJA, S.Kep, Ns

KELOMPOK II:
MUTMAINAH AL HASYIM NUR ANNISA DG. MANGASENG
DHEA NOVIANA M. DU’A MOHAMMAD NUZLAN SUNE
ADELIN R. OLII WAHYUNI J. AMIRI
RISKA AMELIA EKA PUTRI WULANDARY
NUR ISTYA N. TONGKODU MELLYANTI G.POU
SYAHDA LAMUSU APRIANI FR. DJAINI
SITI MASITHA A. MANANGIN WAHYUNI S. ADAM
ELIZA RAHMAN

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2017
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayahNyalah, sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini, meski penulis sadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi bahasa, penulisan dan penyusunannya.
Adapun dalam penyusunan makalah ini penulis memperoleh data/sumber
dari internet. Penulis berharap agar apa yang tercantum dalam makalah ini, bisa
menjadi pelajaran dan menambah wawasan buat pembaca dan terutama buat diri
penulis sendiri.
Kritik dan saran yang bertujuan membangun dari para pembaca, penulis
akan terima dengan senang hati, untuk penulisan Makalah yang lebih baik lagi.
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Tujuan
3. Rumusan masalah
BAB II PEMBAHAHAN
1.definisi lansia
2. Kebijakan dan strategi
3. Program nasional
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara berpenduduk struktur tua, karena persentase
penduduk lanjut usia yang telah mencapai di atas 7% dari total penduduk.
Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kualitas kesehatan dan kondisi
sosial ekonomi masyarakat. Struktur penduduk yang menua tersebut, selain
merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia
secara nasional, sekaligus juga merupakan tantangan dalam pembangunan.
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan), sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
pada lanjut usia. Selain itu proses degeneratif menurunkan daya tahan tubuh
sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Angka kesakitan (morbidity
rates) lanjut usia adalah proporsi penduduk lanjut usia yang mengalami masalah
kesehatan hingga mengganggu aktivitas sehari-hari selama satu bulan terakhir.
Menurut Susenas 2014, angka kesakitan penduduk lanjut usia sebesar 25,05%
artinya bahwa dari setiap 100 orang lanjut usia terdapat 25 orang di antaranya
mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun 2005-2014, derajat
kesehatan penduduk lanjut usia mengalami peningkatan yang ditandai dengan
menurunnya angka kesakitan pada lanjut usia seperti tampak pada gambar di
bawah ini
Lanjut usia (lansia) merupakan masa dimana orang akan mengalami pada
ahkirnya nanti. Banyak orang yang dapat menikmati masa tua akan tetapi tidak
sedikit pula yang mengalami sakit dan sampai meninggal tanpa dapat menikmati
masa tua dengan bahagia. Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang
bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan
nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan.
Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh
keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun
hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras
meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab.
Dengan mengetahui dasar-dasar menua dari segi biologis,maka kita akan
dapat menyiapkan diri masing-masing agar pada usia tua tetap segar,sehat dan
luwes dalam penampilan.

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk lebih mengetahui Program
Nasionan Kesehatan pada Lansia.

C. Rumusan Masalah
1. Apakah situasi kondisi saat ini pada lansia?
2. Apa saja program nasional terhadap lansia?
3. Apa saja kebijakan dan strategi pada lansia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Lanjut usia adalah manusia yang sudah memasuki usia 60 tahun.
(Sumintarsih,2007:31) Di Indonesia, batasan usia lanjut (lansia) menurut undang-
undang No.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah sebagai
berikut: seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (depsos,1999).
Batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO,
lansia dibagi menjadi 3 kriteria, yaitu: Elderly (64-74 tahun), Older (75-90 tahun),
dan Very Old (>90 tahun).
Berdasarkan teori Erickson, fase late years ( usia > 65 tahun) Lansia dapat
dibagi menjadi 2 kategori:
1. Kategori pertama adalah lansia yang memiliki integritas tinggi dan
idealisme yang mantap. Pada kategori pertama, lansia ini memiliki integritas yang
tinggi sehingga cenderung menjadi penasehat/ pelindung/ sesepuh dan membagi
pengalamannya kepada orang lain. Integritas mereka yang jelas melahirkan
idealisme yang mantap sehingga bisa merendahkan orang yang telah
mengecewakan idealismenya
2. Kategori kedua yaitu lansia yang memiliki kegagalan dan kebingungan
akan suatu nilai. Pada kategori dua yaitu lansia yang mengalami kegagalan.
Kadang kegagalan mereka menyebabkan mereka takut untuk menjadi tua.
Nostalgia-nostalgia mereka di masa dulu tidaklah terlalu membekas di hati
mereka sehingga merasa hidup mereka tidak berguna karena tidak dapat memberi
arti yang bermakna kepada orang lain dan cenderung putus asa. Hal iniah yang
sering berakhir dengan depresi lansia.
Jumlah Penduduk Lansia Indonesia
Tahun Usia Harapan Hidup Jumlah Penduduk Lansia %
1980 52,2 tahun 7.998..543 5,45
1990 59,8 tahun 11.277.557 6,29
2000 64,5 tahun 14.439.967 7,18
2006 66,2 tahun +19 juta 8,90
2010 (prakiraan) 67,4 tahun +23,9 juta 9,77
2020 (prakiraan) 71,1 tahun +28,8 juta 11,34

Jumlah penduduk Lansia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta,
usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta
(9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan
sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari jumlah
tersebut, pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232
(9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara Lansia yang tinggal di
perkotaan dan di perdesaan. Perbedaan ini bisa jadi karena antara lain Lansia yang
tadinya berasal dari desa lebih memilih kembali ke desa di hari tuanya, dan
mungkin juga bisa jadi karena penduduk perdesaan usia harapan hidupnya lebih
besar karena tidak menghirup udara yang sudah berpolusi, tidak sering
menghadapi hal-hal yang membuat mereka stress, lebih banyak tenteramnya
ketimbang hari-hari tiada stress atau juga bisa jadi karena makanan yang
dikonsumsi tidak terkontaminasi dengan pestisida sehingga membuat mereka
tidak mudah terserang penyakit sehingga berumurpanjang.

Namun jika dilihat pada tahun 2020 walaupun jumlah Lansia tetap
mengalami kenaikan yaitu sebesar 28.822.879 (11,34%), ternyata jumlah Lansia
yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%)
dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar 13.107.927
(11,51%).

Kecenderungan meningkatnya Lansia yang tinggal di perkotaan ini bisa


jadi disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan urban. Karena
pemusatan penduduk di suatu wilayah dapat menyebabkan dan membentuk
wilayah urban. Suatu contoh bahwa untuk membedakan wilayah rural dan urban
di antara kota Jakarta dan Bekasi atau antara Surabaya dengan Sidoarjo serta kota-
kota lainnya kelihatannya semakin tidak jelas. Oleh karena itu benarlah kata orang
bahwa Pantura adalah kota terpanjang di dunia, tidak jelas perbatasan antara satu
kota dengan kota lainnya.

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah


penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para
remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya
sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan
teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber penghidupan dari
pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada
umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan di kota, pada
umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber
penghidupankeluarganya.

Selain itu bahwa di masa depan sektor jasa mempunyai peran yang
penting sebagai sumber penghidupan. Oleh karena itu suatu negara yang tidak
mempunyai sumber daya alam yang cukup maka di era globalisasi akan beralih
kepada sektor jasa sebagai sumber penghasilannya, contoh negara Singapura.
Pada hal sektor jasa dapat berjalan dan hidup hanya di daerah perkotaan.

2. Kebijakan dan Strategi


UU dan peraturan yang terkait dengan penanganan Lansia
Indonesia telah memiliki perundang-undangan, keputusan, peraturan dan
kebijakan untuk penganan lanjut usia diantaranya:
1. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.
2. UU No. 13/98 tentang kesejahteraan Lansia yang mengamanatkan kepada
pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi
Lansia. agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
Amanat terurai dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non departemen
serta kepada unsure masyarakat.
3. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya yang
menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang kesejahteraan
sosial
4. Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008
tentang pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
5. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia
Strategi yang dilakukan:
1. Pemberdayaan
2. Partisipasi
3. Kemitraan
4. Desentralisasi
5.Membangun dan mengembangkan partisipasi dan advokasi atas dasar
kesetiakawanan sosial

C. Program
Contoh upaya pemerintah di negara maju dalam meningkatkan kesehatan
masyarakatnya, diantaranya adanya medicare dan medicaid. Medicare adalah
program asuransi social federal yang dirancang untuk menyediakan perawatan
kesehatan bagi lansia yang memberikan jaminan keamanan social. Medicare
dibagi dua : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien
berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah
sakit dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan
yang tidak terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan
penambahan sedikit premi perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan
rawat jalan medis dan kunjungan dokter. Layanan mayor yang tidak di santuni
oleh ke dua bagian tersebut termasuk asuhan keperwatan tidak terampil, asuhan
keperawatan rumah yang berkelanjutan obat-obat yang diresepkan, kaca mata dan
perawatan gigi. Medical membayar sekitar biaya kesehatan lansia (U.S Senate
Committee on Aging, 1991).
Medicaid adalah program kesehatan yang dibiayai oleh dana Negara dan
bantuan pemerintah bersangkutan. Program ini berbeda antara satu Negara dengan
lainya dan hanya diperuntukan bagi orang tidak mampu. Medicaid merupakan
sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan keperawatan di rumah
bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua layanan medis dasar
dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan gigi.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :
a.       Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b.      Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

Sasaran posyandu lansia


  Sasaran langsung:
-          Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
-          Usia lanjut 60-69 thn
-          Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn
atau lebih dgn masalah kesehatan
  Sasaran tidak langsung:
-          Keluarga dimana usia lanjut berada
-          Masyarakat di lingkungan usia lanjut
-          Organisasi sosial yg peduli
-          Petugas kesehatan
-          Masyarakat luas

Program Lainnya:
1. Pelayanan sosial (di dalam panti dan luar panti (masyarakat))
2. Pemberdayaaan sosial lansia potensial (terlantar/ punya kelg) >>
kelompok usaha bersama (kube)
4. Bantuan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial -bantuan jaminan
makan
-bantuan paket usaha ekonomi produktif (uep)
-pusaka (pusat santunan keluarga)
Pelayanan Kesehatan Dan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Usia Lanjut:
1. Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi
usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya
sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan
masyarakat usia lanjut merupakan hal yang penting sebagai penunjang program
pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
 Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan
kondisi kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan
kesehatannya ke puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
 Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
 Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi
seimbang.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
 Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau
hobinya secara teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok
sosial.
 Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok,
alkhohol, kopi, kelelahan fisik dan mental.
 Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar

2. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya


penyakit maupun kompilikasi penyakit yang disebabkan oleh proses
ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan
secara dini penyakit-penyakit usia lanjut
 Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan
kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
 Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata,
alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan
tetap merasa berguna
 Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecelakaan pada usia lanjut.
 Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
3. Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan:
 Pelayanan kesehatan dasar
 Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
4. Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah
menurun. Yang dapat berupa kegiatan :
 Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan
berbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia
lanjut dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan
dan kemampuan. .
 Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental
penderita
 Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
 Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
 Perawatan fisio terapi.

C. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Dasar Usia Lanjut


 Asuhan keperawatan dapat diberikan di rumah maupun institusi (panti dan
puskesmas) dan dapat dilakukan oleh keluarga atau petugas panti yang
telah dilatih.

 Asuhan keperawatan dasar bagi kelompok usia lanjut ditujukan kepada :


1) Kelompok yang masih aktif dimana mereka yang keadaan fisiknya masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari
dapat dilaksanakan sendiri. Walaupun demikian periu mendapat
bimbingan dan pengawasan untuk mencegah terjadinya faktor resiko
tinggi agar tidak mempecepat ketergantungan dengan orang lain. Adapun
bimbingan dan pengawasan berupa kebersihan perorangan, kebersihan
lingkungan, makanan dan kesegaran jasmani.
2) Kelompok usia lanjut pasif yang keadaan fisiknya memerlukan banyak
pertolongan orang lain. Yang harus diperhatikan pada usia lanjut yang
tinggal di tempat tidur adalah kebersihan perorangan, lingkungan,
makanan, mencegah decubitus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Jumlah usia lanjut yang meningkat saat ini akan mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Untuk itu
perlu pengkajian masalah usia yang lebih mendasar agar tercapai tujuan
pembinaan kesehatan usia yaitu mewujudkan derajat kesehatan serta
optimal.
 Dalam peningkatan peranan serta masyarakat dapat dilaksanan dengan
bentuk penyuluhan kesehatan yang melibatkan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanan dan penilaian upaya kesehatan usia lanjut dalam
rangka menciptakan kemadirian masyarakat.

B. Saran
Kita ketahui lansia ini akan banyak menderita penyakit contoh hipertensi,
stroke, osteoporosis dll. Maka para lansia diharapkan mengikuti program-program
pemerintah untuk mengetahui perubahan atau perkembangan kesehatannya dan
keluarga juga harus mendukung program ini
Diharapkan juga para lanjut usia melakukan pola hidup sehat yakni dengan
mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga
secara benar dan teratur serta tidak merokok
Daftar Pustaka
Program Nasional Kesehatan Lansia.pdf
Kebijakan Program Lansia.pdf
PMK-No.-25-Tahun-2016-ttg-Rencana-Aksi-Nasional-Kesehatan-Lanjut-
Usia-Tahun-2016-2019.pdf

Anda mungkin juga menyukai