Oleh :
Presentan : Shelly, dr., MSi
Opponen : Surja Tanurahardja, dr., MPH.
Moderator : Johanes E.G.,dr.,SpPK
Tanggal : 23 Februari 2008
Program Penyetaraan
Dokter Spesialis Akupuntur
2008
I. Identitas pasien
Nama : Nn. L
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : pegawai swasta
Alamat : Jl Kreshna no 20 Bandung
Tanggal berobat : 6 September 2007
II. Anamnesis
1. Keluhan utama
Sulit tidur
1
Riwayat menderita penyakit berat sebelumnya atau dirawat di rumah sakit tidak
ada.
5. Profil pasien
Pasien tidak menikah dan tinggal bersama dengan adik perempuannya yang juga
tidak menikah dan seorang pembantu rumah tangga. Pasien adalah sekretaris senior.
Kehidupan sosial baik. Tidak ada masalah perekonomian. Riwayat persalinan normal,
riwayat tumbuh kembang, tidak didapatkan adanya kelainan. Menopause terjadi saat
penderita berusia 52 tahun.
6. Keluhan sistemik
sistem lokomotor : sering merasa tegang di bagian pundak
sistem respiratorius : tidak ada keluhan
sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
sistem digestivus : kadang-kadang perut terasa kembung
sistem urogenitalia : tidak ada keluhan
sistem hemopoetik : tidak ada keluhan
sistem endokrin & metabolisme : tidak ada keluhan
sistem saraf : kadang-kadang merasa kesemutan pada kedua belah
tangan
III. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum dan tanda vital
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 150/80
Nadi : 92 kali/menit
Suhu : 36,7 oC
Pernafasan : 20 kali/menit
2
Keadaan umum : baik
Keadaan gizi : baik
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 53 kg
Bentuk badan : dalam batas normal
Cara berjalan dan mobilitas : baik
Pemeriksaan kulit:
Warna : kuning langsat
Lesi primer : tidak ada
Lesi sekunder : tidak ada
Perubahan lokal : tidak ada
Pemeriksaan leher
Pergerakan leher normal, jugular venous pressre tidak meningkat
Pemeriksaan toraks
Bentuk tulang dada normal
Paru : perkusi sonor, auskultasi VBS kiri sama dengan kanan, tidak didapatkan
adanya ronkhi atau wheezing baik pada paru kiri maupun kanan
Jantung : batas-batas normal, tidak jelas ada pembesaran. Bunyi jantung I dan II
reguler, tidak didapatkan adanya murmur maupun gallop
3
1.6 Pemeriksaan abdomen dan pelvis
Hati : tidak teraba membesar
Limpa : tidak teraba membesar
Ginjal : tidak teraba membesar, nyri ketok pinggangg -/-
Usus : bising usus (+) normal
Dubur : tidak tampak adanya kelainan
Genitalia eksterna : dalam batas normal
4
3. Pemeriksaan penunjang
3.1 Pemeriksaan laboratorium (tanggal 28 Oktober 2007)
Hemoglobin : 12 g/dL
Leukosit : 7.600/ L
LED : 24 mm
Hematokrit : 38 %
GDP : 96 mg/dL
Choleterol total : 190 mg/dL
Cholesterol HDL : 35 mg/dL
Cholesterol LDL : 95 mg/dL
Trigliserid : 100 mg/dL
Asam urat : 4,6 mg/dL
5
kecelakaan lalu lintas, serta angka rawat inap di rumah sakit. Biaya yang diestimasikan
harus dikeluarkan karena penurunan efektivitas kerja dan kecelakaan kerja yang
berhubungan insomnia melebihi 100 trilyun dolar per tahun.1,2,3,4
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) mendefinisikan
insomnia sebagai keluhan mengenai kuantitas, kualitas, atau waktu tidur setidaknya 3 kali
dalam seminggu minimal 1 bulan. Peneliti lain mendefinisikan insomnia sebagai waktu
yang diperlukan untuk tertidur lebih dari pada 30 menit, efektivitas tidur kurang dari 85%,
atau gangguan tidur lebih dari pada 3 kali seminggu. 1 Pada penderita ini, waktu yang
diperlukan untuk tertidur sekitar 3 jam dan tidur dirasakan tidak pulas. Keluhan terjadi
setiap hari selama sebulan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita ini
memenuhi kriteria DSM IV dan dapat didiagnosis menderita insomnia.
Tidur dibagi menjadi tidur rapid eye movement (REM) dan tidur bukan REM.
Tidur bukan REM memiliki 4 tahap, setiap tahap lebih dalam. Tahap 3 dan 4 merupakan
tahap tidur restoratif, yang juga disebut gelombang lambat atau tahap tidur delta.
Penurunan waktu dalam tahap 3 dan 4 menurunkan kualitas tidur. Tidur tahap 5 disebut
tidur REM. Pada saat seseorang bertambah usia, tahap 3 dan 4 dari tidur berkurang, dan
fase 1 menjadi lebih lama sehingga tidur tahap restoratif menjadi berkurang. Bangun
tengah malam menjadi sering sehingga tidur menjadi terputus-putus. Oleh karena itu
keluhan sulit tidur menjadi lebih sering pada orang tua. 1
Penderita ini sudah mengalami menopause dan sudah berumur. Selain disebabkan
oleh permasalahan dengan rekan sekerjanya, gangguan tidur juga mungkin disebabkan
oleh penambahan usia. Tahap tidur restoratif pada penderita ini berkurang sehingga
penderita merasa tidurnya tidak pulas. Hal ini menyebabkan penderita sering mengantuk
pada waktu bekerja.
Gangguan tidur dapat dibagi menjadi gangguan instrinsik dan ekstrinsik. Gangguan
ekstrinsik meliputi higiene tidur, penggunaan narkoba, dan stres situasional. Gangguan
intrinsik meliputi insomnia psikofisiologik, insomnia primer atau idiopatik, apnea
obstruktif saat tidur, gangguan tidur akibat rotasi kerja, dan gangguan irama sirkardian.
Gangguan irama sirkardian meliputi gangguan fase tidur tahap lanjut dan gangguan fase
tidur tipe lambat.1,2 Insomnia pada penderita ini dapat digolongkan sebagai insomnia
ekstrinsik karena gangguan tidurnya disebabkan oleh stres situasional.
Riwayat keluarga juga berhubungan dengan gangguan tidur ini. Lebih dari 30%
penderita insomnia memiliki riwayat keluarga yang memiliki gangguan tidur terutama
6
pada saudara perempuan.1 Pada penderita ini tidak terdapat riwayat keluarga dengan
insomnia.
Hipertensi yang terjadi pada penderita ini merupakan hipertensi tipe ringan. Hal ini
mungkin disebabkan oleh insomnia sehingga untuk mengatasi hipertensinya yang perlu
dilakukan adalah mengatasi insomnianya terlebih dahulu.
V. Diagnosis Kerja
Insomnia tipe ekstrinsik
7
4.5 Anjuran
Pasien dianjurkan untuk keluar dari ruang tidur jika tidak dapat tertidur dalam waktu
20 menit. Pasien dianjurkan untuk kembali ke tempat tidur jika merasa benar-benar
mengantuk. Pola ini dilakukan berulang-ulang sepanjang malam. Pasien harus
menghindari aktivitas lain seperti membaca ataupun menonton televisi.
Pasien diberi terapi tingkah laku mengenai manfaat tidur, apa yang diharapkan dari
tidur sehingga persepsi pasien tentang tidur menjadi lebih baik.
Pasien diminta untuk bangun pada jam yang sama setiap hari tanpa memperhitungkan
lamanya tidur dan tidak beristirahat siang hari.
Berolah rga secara teratur, tetapi tidak dilakukan menjelang waktu tidur.
Mengurangi makan dan minum menjelang waktu tidur
Melakukan metode relaksasi seperti meditasi
VII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
8
4. Terapi ke-4
Tekanan darah 170/80. Nyeri di bawah payudara kiri semakin berkurang dan
kembung tidak ada. Gangguan tidur belum membaik.
5. Terapi ke-5
Tekanan darah 150/80. Nyeri dan kembung sudah tidak ada. Tidur sudang
mengalami kemajuan. Waktu yang diperlukan untuk tertidur menjadi 1,5 jam tetapi
tidur belum terasa pulas.
6. Terapi ke-6
Tekanan darah 170/90. Waktu untuk tertidur sudah semakin membaik menjadi 1
jam tetapi perut terasa kembung kembali. Os merasa tidak vit, seperti akan
terserang flu.
7. Terapi ke-7
Tekanan darah 150/80. Semalam tidur sering terbangun.
8. Terapi ke-8
Tekanan darah 150/80. Waktu untuk tertidur 1 jam dan tidak terbangun selama
tidur. Gangguan yang dirasakan adalah merasa tidurnya masih belum pulas.
9. Terapi ke-9
Tekanan darah 160/80. Pundak kanan terasa nyeri. Waktu untuk tertidur 1 jam dan
tidak terbangun selama tidur. Gangguan yang dirasakan adalah merasa tidurnya
masih belum pulas
10. Terapi ke-10
Tekanan darah 150/80. Waktu untuk tertidur 1 jam dan tidak terbangun selama
tidur. Tidur dirasakan sudah lebih pulas.
Referensi
1. Ringdahl, E.N. Pereira, S.L., Delzell, J.L. Treatment of Primary Insomnia. J Am
Board Fam Pract 2004;17:212–9
2. Attele,A.S., Xie,J.T., Yuan,C.S. Treatment of Insomnia: An Alternative Approach.
Altern Med Rev 2000;5(3):249-259)
3. Reeder,C.E., Franklin,M., Bramley, T.J. Current Landscape of Insomnia in
Managed Care. Am J Manag Care. 2007;13:S112-S116
4. Cheuk,D.K.L., Yeung,W.F., Chung,K.F., Wong,V. Acupuncture for insomnia.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2007, Issue 3.