AORTIC STENOSIS
Konsep medis
A. Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516).
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi
aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187).
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa
melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya
lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa
lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.
B. Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah
masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang
paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan
demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1. Kelainan kongenital
2. Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .
sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya
mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta
dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti
sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga
membutuhkan penanganan medis.
3. Penumpukan kalsium pada daun katup
4. Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi
katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring
dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi
kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada
katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal dari proses
klasifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul
saat klien berusia 70 tahun.
5. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau
bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya
kuman atau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta
maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan
stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu
katup jantung dalam berbagai cara.Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidak
mampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.
C. Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm 2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan
perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan
ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi
dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran
ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.
Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus
menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi.
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat
bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi
baru muncul bertahun-tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup
aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang
mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
mengalami hipertrofi.
Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar
dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang
normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila
tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai
penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan
cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya
performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after
load mismatch. Gradien trans-valvular menurun, tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri
meningkat menyebabkan sesak nafas.Gejala yang mentolok adalah sinkope, iskemia sub-
endokard yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung
kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat
hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner,
penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi
peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer.
Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir
diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta
yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida
Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.
Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik.
Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga
terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan
penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik
dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali
terlihat.
3. Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh
gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang
mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-
dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu
klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga
menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut
Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep
aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
4. Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-
tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep
aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep
aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan
suatu kateter khusus.
F. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu
timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau
replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong.
Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak
kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat
perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain
tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.
Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian
akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut.
Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran
murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada
stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter
yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan
terjadinya penyempitan kembali sering.
operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan
meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki
katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.
G. Komplikasi
1. Gagal jantung
2. Hipertensi sisitemik
3. Nyeri dada (angina pectoris)
4. Sesak nafas
H. Prognosis
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan
rata rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan
memerlukan operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk
mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi
perdarahan ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon
dapat dilakukan pada anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-
kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang
tinggi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas klien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
2) Riwayat Penyakit Keluarga
2. Observasi
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
3. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breathing)
Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood)
Ada perubahan denyut nadi, takikardia.
B3 (Brain)
Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah.
B4 (Bladder)
Retensi urine
B5 (Bowel)
Normal
B6 (Bone)
Normal
B. Diagnosa keperawatan
TUJUAN &
DX.
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1. Nyeri dada Setelah dilakukan Pain management
behubungan dengan tindakan keperawatan Lakukan pengkajian nyeri
ketidakseimbangan
selama …….x 24 jam secara komprehensif
suplai darah ke
miokardium akibat nyeri akut teratasi, termasuk lokasi,
sekunder dari aliran dengan Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
darah yang menurun
pada arteri koroner. frekuensi, kualitas dan factor
Pain level
Factor Berhubungan presipitasi
Pain control
dengan: Observasi reaksi non verbal
Comfort level
dari ketidaknyamanan
Agens cedera mis. Mampu mengontrol
Gunakan tehnik komunikasi
Biologis, zat kimia, nyeri (tahu penyebab
terapeutik untuk mengetahui
fisik, psikologis nyeri)
pengalaman nyeri klien
Mampu menggunakan
Kaji kultur yang
Batasan tehnik non-
mempengaruhi respon nyeri
karakteristik: farmakologi untuk
Evaluasi pengalaman nyeri
mengurangi nyeri
Perubahan selera masa lampau
(mencari bantuan)
makan Evaluasi bersama klien dan
Melaporkan bahwa
Perubahan tekanan tim kesehatan lain tentang
nyeri berkurang
darah ketidakefektifan, control
dengan menggunakan
Perubahan nyeri masa lampau
manajemen nyeri
frekuensi jantung Bantu klien dan keluarga
Mampu mengenali
Perubahan untuk mencari dan
nyeri (skala,
frekuensi menemukan dukungan
intensitas, frekuensi,
pernapasan Kontrol lingkungan yang
dan tanda nyeri)
Laporan isyarat dapat mempengaruhi nyeri
Menyatakan rasa
Diaphoresis seperti suhu ruangan,
nyaman setelah nyeri
Perilaku distraksi berkurang pencahayaan dan kebisingan
Mengekspresikan Tanda vital dalam Kurangi factor presipitasi
perilaku rentang normal nyeri
Masker wajah Pilih dan lakukan
Perilaku berjaga- penanganan nyeri
jaga (farmakologi , non
nyeri farmakologi
Melaporkan nyeri
secara verbal Analgesic administration
Tentukan lokasi ,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Cek riwayat alergi
Beri analgetik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari 1
Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesic pilihan ,
rute pemberian dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
IV, IM, untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan
Rencana keperawatan
NOC : NIC :
5.Intoleransi aktivitas Self Care : ADLs Observasi adanya
Berhubungan dengan ketidak Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
seimbangan supplay oksigen Konservasi eneergi melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen Kaji adanya faktor
jaringan.: Setelah dilakukan yang menyebabkan
Tirah Baring tindakan keperawatan kelelahan
atau imobilisasi selama …. Pasien Monitor nutrisi dan
Kelemahan bertoleransi terhadap sumber energi yang
menyeluruh aktivitas dengan adekuat
Ketidakseimban Kriteria Hasil : Monitor pasien akan
gan antara suplei oksigen adanya kelelahan fisik
dengan kebutuhan Berpartisipasi dan emosi secara
Gaya hidup yang dalam aktivitas fisik berlebihan
dipertahankan. tanpa disertai Monitor respon
DS: peningkatan tekanan kardivaskuler terhadap
Melaporkan secara darah, nadi dan RR aktivitas (takikardi,
verbal adanya kelelahan Mampu disritmia, sesak nafas,
atau kelemahan. melakukan aktivitas diaporesis, pucat,
Adanya dyspneu atau sehari hari (ADLs) perubahan hemodinamik)
ketidaknyamanan saat secara mandiri Monitor pola tidur dan
beraktivitas. Keseimbangan lamanya tidur/istirahat
DO : aktivitas dan istirahat pasien
Kolaborasikan dengan
Respon abnormal dari Tenaga Rehabilitasi
tekanan darah atau nadi Medik dalam
terhadap aktifitas merencanakan progran
Perubahan ECG : terapi yang tepat.
aritmia, iskemia Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
Rencana keperawatan
Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.