Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

AORTIC STENOSIS

Konsep medis
A.    Definisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta
(Stewart WJ and Carabello BA, 2002: 509-516). 
Aortic stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada penyempitan dari
klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup signifikan untuk menghalangi
aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, yang mengakibatkan persoalan-persoalan jantung
berkembang. (Otto,CM,Aortic, 2004;25:185-187). 
Stenosis Katup Aorta adalah suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup aorta.
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup
aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa
melewatinya.
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya
lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa
lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.

B.     Etiologi
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah
masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang
paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan
demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap :
1. Kelainan kongenital
2. Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta .
sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya
mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta
dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti
sampai  ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga
membutuhkan penanganan medis.
3. Penumpukan kalsium pada daun katup
4. Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi
katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring
dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi
kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada
katup aorta jantung. Oleh karena itulah stenosis aorta yang berasal dari proses
klasifikasi banyak terjadi pada lansia di atas 65 tahun, namun gejalanya beru timbul
saat klien berusia 70 tahun.
5. Demam rheumatik
Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau
bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya
kuman atau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta
maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat
menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan
stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu
katup jantung dalam berbagai cara.Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidak
mampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya.

C.    Patofisiologi
Ukuran normal orifisium aorta 2-3 cm 2. Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan
perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan
ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang dicoba diatasi
dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel kiri). Pelebaran
ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri.
Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus
menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard.
Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. 
Area katup aorta normal berkisar 2-4cm2,Gradien ventrikel kiri dengan aorta mulai trlihat
bila area katup aorta <1.5cm2. Bila area katup mitral <1cm2,maka stenosis aorta sudah disebut
berat. Kemampuan adaptasi  miokard menghadapi stenosis aorta meyebabkan manifestasi
baru muncul bertahun-tahun kemudian. Hambatan aliran darah pada stenosis katup
aorta(progressive pressure overload of left ventricle akibat stenosis aorta) akan merangsang
mekanisme RAA(Renin-Angiotensin-Aldosteron) beserta mekanisme lainnya agar miokard
mengalami hipertrofi.
Penambahan massa otot ventrikel kiri ini akan menigkatkan tekanan intra-ventrikel agar
dapat melampaui tahanan stenosis aorta tersebut dan mempertahankan wall stress yang
normal berdasarkan rumus Laplace: Stress= (pressurexradius): 2xthickness. Namun bila
tahanan aorta bertambah,maka hipertrofi akan berkembang menjadi patologik disertai
penambahan jaringan kolagen dan menyebabkan kekakuan dinding ventrikel,penurunan
cadangan diastolic,penigkatan kebutuhan miokard dan iskemia miokard. Pada akhirnya
performa ventrikel kiri akan tergangu akibat dari asinkroni gerak dinding ventrikel dan after
load mismatch. Gradien trans-valvular menurun, tekanan arteri pulmonalis dan atrium kiri
meningkat menyebabkan sesak nafas.Gejala yang mentolok adalah sinkope, iskemia sub-
endokard  yang menghasilkan angina dan berakhir dengan gagal miokard (gagal jantung
kongestif). Angina timbul karena iskemia miokard akibat dari kebutuhan yang meningkat
hipertrofi ventrikel kiri, penurunan suplai oksigen akibat dari penurunan cadangan koroner,
penurunan waktu perfusi miokard akibat dari tahanan katup aorta.
Sinkop umumnya timbul saat aktifitas karena ketidak mampuan jantung memenuhi
peningkatan curah jantung saat aktifitas ditambah dengan reaksi penurunan resistensi perifer.
Aritmia supra maupun ventricular, rangsangan baroreseptor karena peningkatan tekanan akhir
diastolik dapat menimbulkan hipotensi dan sinkop.
Gangguan fungsi diastolic maupun sistolik ventrikel kiri dapat terjadi pada stenosis aorta
yang dapat diidentifikasi dari pemeriksaan jasmani,foto toraks dan enongkatan Peptida
Natriuretik. Hipertrofi ventrikel akan menigkatkan kekakuan seluruh dinding jantung.
Deposisi kolagen akan menambah kekauan miokard dan menyebabkan gisfungsi diastolik.
Setelah penebalan miokard maksimal, maka wall stress tidak lagi dinormalisasi sehingga
terjadi peninggian tekanan diastolic ventrikel kiri menghasilkan penurunan fraksi ejeksi dan
penurunan curah jantung yang disebut sebagai disfungsi sistolik

D.    Manifestasi klinis


Stenosis katup aorta dapat terjadi dari tahap ringan hingga berat. Tipe gejala dari stenosis
katup aorta berkembang ketika penyempitan katup semakin parah. Regurgitasi katup aorta
terjadi secara bertahap terkadang bahkan tanpa gejala hal ini dikarenakan jantung telah dapat
mengkompensasi penurunan kondisi katup aorta. Berikut manifestasi klinis dari stenosis
katup aorta :
1.      Nyeri dada
Nyeri dada adalah gejala pertama pada sepertiga dari pasien-pasien dan akhirnya pada
setengah dari pasien-pasien dengan aortic stenosis. Nyeri dada pada pasien-pasien dengan
aortic stenosis adalah sama dengan nyeri dada (angina) yang dialami oleh pasien-pasien
dengan penyakit arteri koroner (coronary artery disease). Pada keduanya dari kondisi-kondisi
ini, nyeri digambarkan sebagai tekanan dibahwah tulang dada yang dicetuskan oleh
pengerahan tenaga dan dihilangkan dengan beristirahat.
Pada pasien-pasien dengan penyakit arteri koroner, nyeri dada disebabkan oleh suplai
darah yang tidak cukup ke otot-otot jantung karena arteri-arteri koroner yang menyempit.
Pada pasien-pasien dengan aortic stenosis, nyeri dada seringkali terjadi tanpa segala
penyempitan dari arteri-arteri koroner yang mendasarinya. Otot jantung yang menebal harus
memompa melawan tekanan yang tinggi untuk mendorong darah melalui klep aortic yang
menyempit. Ini meningkatkan permintaan oksigen otot jantung yang melebihi suplai yang
dikirim dalam darah, menyebabkan nyeri dada (angina).
Ciri-ciri angina :
Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau rasa sakit di bawah tulang
dada (sternum).
Nyeri juga bisa dirasakan di:
-      Bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam.
-      Punggung
-      Tenggorokan, rahang atau gigi
-      Lengan kanan (kadang-kadang).
Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan bukan
nyeri.
Yang khas adalah bahwa angina:

-       dipicu oleh aktivitas fisik


-       berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
-       akan menghilang jika penderita beristirahat.
Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan
tertentu.
Angina seringkali memburuk jika:
-       aktivitas fisik dilakukan setelah makan
-       cuaca dingin
-       stres emosional

2.      Pingsan (syncope)


Pingsan (syncope) yang berhubungan dengan aortic stenosis biasanya dihubungkan
dengan pengerahan tenaga atau kegembiraan. Kondisi-kondisi ini menyebabkan relaksasi
(pengenduran) dari pembuluh-pembuluh darah tubuh (vasodilation), menurunkan tekanan
darah. Pada aortic stenosis, jantung tidak mampu untuk meningkatkan hasil untuk
mengkompensasi jatuhnya tekanan darah. Oleh karenanya, aliran darah ke otak berkurang,
menyebabkan pingsan. Pingsan dapat juga terjadi ketika cardiac output berkurang oleh suatu
denyut jantung yang tidak teratur (arrhythmia). Tanpa perawatan yang efektif, harapan hidup
rata-rata adalah kurang dari tiga tahun setelah timbulnya nyeri dada atau gejala-gejala
syncope.
3.      Sesak napas
Sesak nafas dari gagal jantung adalah tanda yang paling tidak menyenangkan. Ia
mencerminkan kegagalan otot jantung untuk mengkompensasi beban tekanan yang ekstrim
dari aortic stenosis. Sesak napas disebabkan oleh tekanan yang meningkat pada pembuluh-
pembuluh darah dari paru yang disebabkan oleh tekanan yang meningkat yang diperlukan
untuk mengisi ventricle kiri. Awalnya, sesak napas terjadi hanya sewaktu aktivitas. Ketika
penyakit berlanjut, sesak napas terjadi waktu istirahat. Pasien-pasien dapat menemukannya
sulit untuk berbaring tanpa menjadi sesak napas (orthopnea). Tanpa perawatan, harapan
hidup rata-rata setelah timbulnya gagal jantung yang disebabkan oleh aortic stenosis adalah
antara 6 sampai 24 bulan.

E.     Pemeriksaan Diagnostik


1.      Electrocardiogram (EKG) 
EKG adalah suatu perekaman dari aktivitas elektrik jantung. Pola-pola abnormal pada
EKG dapat mencerminkan suatu otot jantung yang menebal dan menyarankan diagnosis dari
aortic stenosis. Pada kejadian-kejadian yang jarang, kelainan konduksi elektrik dapat juga
terlihat.
2.      Chest x-ray
Chest x-ray (x-ray dada) biasanya menunjukan suatu bayangan jantung yang normal.
Aorta diatas klep aortic seringkali membesar. Jika gagal jantung hadir, cairan di jaringan paru

dan pembuluh-pembuluh darah yang lebih besar di daerah-daerah paru bagian atas seringkali
terlihat.
3.      Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk memperoleh
gambar-gambar (images) dari ruang-ruang jantung, klep-klep, dan struktur-struktur yang
mengelilinginya. Ii adalah suatu alat non-invasive yang berguna, yang membantu dokter-
dokter mendiagnosa penyakit klep aortic. Suatu echocardiogram dapat menunjukan suatu
klep aortic yang menebal dan kalsifikasi yang membuka dengan buruk. Ia dapat juga
menunjukan ukuran dan kefungsian dari ruang-ruang jantung. Suatu teknik yang disebut
Doppler dapat digunakan untuk menentukan perbedaan tekanan pada setiap sisi dari klep
aortic dan untuk menaksir area klep aortic.
4.      Cardiac catheterization
Cardiac catheterization adalah standar emas dalam mengevaluasi aortic stenosis. Tabung-
tabung plastik berongga yang kecil (catheters) dimasukan dibawah tuntunan x-ray ke klep
aortic dan kedalam ventricle kiri. Bersama tekanan-tekanan diukur pada kedua sisi dari klep
aortic. Kecepatan dari aliran darah diseluruh klep aortic dapat juga diukur menggunakan
suatu kateter khusus.

F.     Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan medikamentosa untuk Stenosis Aorta asimtomatik, tetapi begitu
timbul gejala seperti sinkop, angina atau gagal jantung segera harus dilakukan operasi katup,
tergantung pada kemampuan dokter bedah jantung. Dapat dilakukan reparasi(repair) atau
replace(mengganti katup dengan katup artificial). Penderita asimtomatik perlu dirujuk untuk
pemeriksaan Doppler-Ekokardiografi. Trans-valvular velocity lebih dari 4m/detik dianjurkan
untuk menjalani operasi. Selama katup aorta masih dalam tingkatan perkembangan, sulit
memberikan nasihat operasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Komisurotomi sederhana
biasanya kurang menolong.
Penyempitan katup bawaan begitu keras, sehingga dengan melebarkan saja tidak dapat
diharapkan hasil yang memuaskan. Penggantian katup harus dipertimbangkan. Disinilah letak
kesukarannya untuk penggantian katup dengan profesa masih sangat mengerikan. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa indikasi operasi pada anak dan remaja jika terdapat
perbedaan tekanan lebih dari 70 mmHg pada katup yang menyempit. Dari pihak lain
tantangan terhadp anggapan tersebut bahwa stenosis aorta membahayakan kehidupan.
Pembatasan aktifitas serta larangan berolahraga terpaksa diharuskan, tetapi kemudian
akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses perkembangan rohani dan
jasmani. Pada saat ini masih masih tidak diketahui dengan pasti nasib katup buatan tersebut.
Lebih mudah menentukan sikap pada kelainan stenosis subvalvular dari pada membran
murni, yaitu dengan membelah membran diperoleh hasil optimal. Lebih sukar lagi dari pada
stenosis supavalvular yang mortalitas tinggi.
Sekarang terdapat teknik baru, yakni melebarkan daerah yang menyempit dengan kateter
yang dilengkapi dengan balon. Cara ini dilaporkan cukup efektif, meskipun kemungkinan
terjadinya penyempitan kembali sering.

Berikut bebearpa cara penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:


1.      Teknik nonsurgical (tanpa tindakan operatif)
2.      Balloon Valvuloplasty (valvulotomy).
Seringnya tindakan  yang bertujuan untuk membenarkan kembali katup tanpa
menggantinya merupakan tindakan yang paling sering digunakan. Balloon valvuloplasty
dilakukan dengan kateter tipis dan lembut yang ujungnya diberi balon yang dapat
dikembangkan ketika mencapai katup. Balon yang mengembang tersebut akan menekan
katup yang menyempit sehingga dapat terbuka kembali dan memungkinkan darah dapat
mengalir dengan normal kembali. Balon valvuloplasty merupakan salah satu cara untuk
menyembuhkan stenosis katup aorta beserta manifestasi klinis yang timbul karenanya
terutama efektif pada infant dan anak-anak. Bagaimanapun juga pada dewasa metode ini
tidak selalu berhasil karena stenosis dapat muncul kembali setelah dilakukan balon
valvuloplasty. Oleh karena alasan di atas, untuk penyembuhan stenosis katup aorta pada
dewasa jarang dilakukan balon valvuloplasty terkecuali pada klien yang tidak memungkinkan
untuk dilakukan operasi penggantian katup atau valvuloplasty.
1.      Percutaneous aortic valve replacement.
Percutaneous aortic valve replacement atau Penempatan kembali katup aorta percutan
merupakan penatalaksanaan yang tersering yang dilakukan pada klien dengan stenosis katup
aorta. Pendekatan terbaru dengan metode ini memungkinkan untuk melakukan metode ini
dengan menggunakan kateter. Metode ini dilakukan jika terjadi pada klien dengan resiko
tinggi timbulnya komplikasi dari stenosis katup aorta. Pembedahan katup aorta dilakukan
dengan beberapa metode antara lain :

a.       Penempatan kembali katup aorta.


Metode ini merupakan metode primer untuk menangani kasus stenosis katup aorta.
Pembedahan dilakukan dengan mengambil katup yang rusak dengan katup mekanik baru atau
bagian dari jaringan katup. Katiup mekanik terbuat dari metal, dapat bertahan lama tetapi
dapat pula menyebabkan resiko penggumpalan darah pada katup atau daerah yang dekat
dengan katup. Oleh karena itu untuk mengatasinya klien harus mengkonsumsi obat anti
koagulan seperti warfarin (caumadin) seumur hidup untuk untuk mencegah penggumpalan
darah. Sedangkan penggantian dengan katup jaringan ini dapat diambil dari babi, sapi atau
berasal dari cadaver manusia. Tipe lainnya menggunakan jaringan katup yang berasal dari
katup pulmonary klien itu sendiri jika dimungkinkan.
b.      Valvuloplasty.
Dalam kasus yang jarang ditemui penggunaan metode valvuloplasty lebih baik untuk
dilakukan daripada penggunaan metode balon valvuloplasty. Seperti pada bayi yang baru
lahir yang mengalami kelainan dimana daun katup aorta menyatu. Dengan menggunakan cara

operasi bedah cardiac pada katup aorta untuk memisahkan daun katup yang menyatu dan
meningkatkan kembali aliran darah yang melewati katup. Atau cara lain dengan memperbaiki
katup yaitu menghilangkan kalsium berlebih yang terdapat pada daerah sekitar katup.

G.    Komplikasi
1.      Gagal jantung
2.      Hipertensi sisitemik
3.      Nyeri dada (angina pectoris)
4.      Sesak nafas

H.    Prognosis 
Survival rate 10 tahun penderita pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan
rata rata 30% katup artifisial bioprotese mengalami gangguan setelah 10 tahun dan
memerlukan operasi ulang.Katup Metal artificial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk
mencegah trombus dan embolisasi.Sebanyak 30% penderita ini akan mengalami komplikasi
perdarahan ringan-berat akibat dari terapi tersebut.Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon
dapat dilakukan pada  anak atau anak muda dengan stenosis aorta congenital non-
kalsifikasi.Pada orang dewasa dengan kalsifikasi,tindakan ini menimbulkan restenosis yang
tinggi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Keperawatan

A.    Pengkajian
1.      Anamnesa
a.       Identitas klien
b.      Keluhan Utama
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
1)      Riwayat Kesehatan Masa Lalu
2)      Riwayat Penyakit Keluarga

2.      Observasi
a.       Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
3.      Pemeriksaan Persistem
 B1 (Breathing)
Terjadi perubahan pernapasan, takipnoe, pernapasan dangkal.
 B2 (Blood)
Ada perubahan denyut nadi, takikardia.
 B3 (Brain)
Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Klien nampak gelisah.
 B4 (Bladder)
Retensi urine
 B5 (Bowel)
Normal
 B6 (Bone)
Normal
B.     Diagnosa keperawatan

1.    Nyeri dada behubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah ke miokardium akibat


sekunder dari aliran darah yang menurun pada arteri koroner.
2.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli dan retensi
cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.
3.    Perubahan perfusi jaringan yang berhubungan dengan penurunan cardiac output sekunder.
4.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi cairan dan natrium oleh
ginjal.
5.   Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan supplay oksigen dan
kebutuhan oksigen jaringan.
6.   Ansietas berhubungan dengan prognosa penyakit jantung

C.    Rencana Keperawatan

TUJUAN &
DX.
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1. Nyeri dada Setelah dilakukan  Pain management
behubungan dengan tindakan keperawatan  Lakukan pengkajian nyeri
ketidakseimbangan
selama …….x 24 jam secara komprehensif
suplai darah ke
miokardium akibat nyeri akut teratasi, termasuk lokasi,
sekunder dari aliran dengan Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
darah yang menurun
pada arteri koroner. frekuensi, kualitas dan factor
 Pain level
Factor Berhubungan presipitasi
 Pain control
dengan:  Observasi reaksi non verbal
 Comfort level
dari ketidaknyamanan
 Agens cedera mis.  Mampu mengontrol
 Gunakan tehnik komunikasi
Biologis, zat kimia, nyeri (tahu penyebab
terapeutik untuk mengetahui
fisik, psikologis nyeri)
pengalaman nyeri klien
 Mampu menggunakan
 Kaji kultur yang
Batasan tehnik non-
mempengaruhi respon nyeri
karakteristik: farmakologi untuk
 Evaluasi pengalaman nyeri
mengurangi nyeri
 Perubahan selera masa lampau
(mencari bantuan)
makan  Evaluasi bersama klien dan
 Melaporkan bahwa
 Perubahan tekanan tim kesehatan lain tentang
nyeri berkurang
darah ketidakefektifan, control
dengan menggunakan
 Perubahan nyeri masa lampau
manajemen nyeri
frekuensi jantung  Bantu klien dan keluarga
 Mampu mengenali
 Perubahan untuk mencari dan
nyeri (skala,
frekuensi menemukan dukungan
intensitas, frekuensi,
pernapasan  Kontrol lingkungan yang
dan tanda nyeri)
 Laporan isyarat dapat mempengaruhi nyeri
 Menyatakan rasa
 Diaphoresis seperti suhu ruangan,
nyaman setelah nyeri
 Perilaku distraksi berkurang pencahayaan dan kebisingan
 Mengekspresikan  Tanda vital dalam  Kurangi factor presipitasi
perilaku rentang normal nyeri
 Masker wajah  Pilih dan lakukan
 Perilaku berjaga- penanganan nyeri
jaga (farmakologi , non

 Focus menyempit farmakologi dan

 Indikasi nyeri yang interpersonal)

dapat diamati  Kaji tipe dan sumber nyeri

 Perubahan posisi untuk menentukan intervensi

untuk menghindari  Ajarkan tentang tehnik non

nyeri farmakologi

 Sikap tubuh  Berikan analgetik untuk

melindungi mengurangi nyeri

 Dilatasi pupil  Evaluasi keefektifan kontrol

 Fokus pada diri nyeri

sendiri  Tingkatkan istirahat

 Gangguan tidur  Kolaborasikan dengan dokter

 Melaporkan nyeri
secara verbal  Analgesic administration
 Tentukan lokasi ,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Beri analgetik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesic ketika
pemberian lebih dari 1
 Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesic pilihan ,
rute pemberian dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM, untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
 Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Masalah Kolaborasi
NOC: NIC:
2.Pola Nafas tidak efektif  Respiratory status :  Posisikan
berhubungan dengan Ventilation pasien untuk
perubahan membran kapiler  Respiratory status : Airway memaksimalkan
alveoli dan retensi cairan patency ventilasi
interstitial akibat sekunder  Vital sign Status  Pasang
dari edema paru: mayo bila perlu
 Hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan  Lakukan
 Penurunan keperawatan selama pasien fisioterapi dada
energi/kelelahan menunjukkan keefektifan pola jika perlu
 Perusakan/pelemahan nafas, dibuktikan dengan kriteria  Keluarkan
muskulo-skeletal hasil: sekret dengan
 Kelelahan otot batuk atau
pernafasan  Mendemonstrasikan batuk suction
 Hipoventilasi sindrom efektif dan suara nafas yang  Auskultasi
 Nyeri bersih, tidak ada sianosis dan suara nafas,
 Kecemasan dyspneu (mampu catat adanya
 Disfungsi mengeluarkan sputum, suara tambahan
Neuromuskuler mampu bernafas dg mudah,  Berikan
 Obesitas tidakada pursed lips) bronkodilator
 Injuri tulang belakang  Menunjukkan jalan nafas Berikan
yang paten (klien tidak pelembab udara
DS: merasa tercekik, irama nafas, Kassa basah
 Dyspnea frekuensi pernafasan dalam NaCl Lembab
 Nafas pendek rentang normal, tidak ada  Atur intake
DO: suara nafas abnormal) untuk cairan
 Penurunan tekanan  Tanda Tanda vital dalam mengoptimalka
inspirasi/ekspirasi rentang normal (tekanan n
 Penurunan pertukaran darah, nadi, pernafasan) keseimbangan.
udara per menit  Monitor
 Menggunakan otot respirasi dan
pernafasan tambahan status O2
 Orthopnea  Bersi
 Pernafasan pursed-lip hkan mulut,
 Tahap ekspirasi hidung dan
berlangsung sangat lama secret trakea
 Penurunan kapasitas  Perta
vital hankan jalan
 Respirasi: < 11 – 24 nafas yang
x /mnt paten
 Obse
rvasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
 Mon
itor adanya
kecemasan
pasien terhadap
oksigenasi
 Mon
itor  vital sign
 Infor
masikan pada
pasien dan
keluarga tentang
tehnik relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
 Ajar
kan bagaimana
batuk efektif
 Mon
itor pola nafas

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Masalah Kolaborasi
NOC : NIC :
3.Perfusi jaringan  Cardiac  Monitor nyeri dada
kardiopulmonal tidak pump Effectiveness (durasi, intensitas dan
efektif b/d penurunan  Circulatio faktor-faktor
cardiac output sekunder. n status presipitasi)
 Tissue  Observasi
DS: Prefusion : cardiac, periferal perubahan ECG
 Nyeri dada  Vital Sign  Auskultasi suara
 Sesak nafas Statusl jantung dan paru
DO  Monitor irama dan
 AGD abnormal Setelah dilakukan asuhan jumlah denyut jantung
 Aritmia selama ketidakefektifan  Monitor angka PT,
 Bronko spasme perfusi jaringan PTT dan AT
 Kapilare refill > 3 kardiopulmonal teratasi  Monitor elektrolit
dtk dengan kriteria hasil: (potassium dan
 Retraksi dada magnesium)
 Penggunaan otot-  Tekanan systole dan  Monitor status
otot tambahan diastole dalam rentang yang cairan
diharapkan  Evaluasi oedem
 CVP dalam batas normal perifer dan denyut nadi
 Nadi perifer kuat dan  Monitor
simetris peningkatan kelelahan
 Tidak ada oedem perifer dan kecemasan
dan asites  Instruksikan pada
 Denyut jantung, AGD, pasien untuk tidak
ejeksi fraksi dalam batas mengejan selama BAB
normal  Jelaskan pembatasan
 Bunyi jantung abnormal intake kafein, sodium,
tidak ada kolesterol  dan lemak
 Nyeri dada tidak ada  Kelola pemberian
 Kelelahan yang ekstrim obat-obat: analgesik,
tidak ada anti koagulan,
 Tidak ada nitrogliserin,
ortostatikhipertensi vasodilator dan
diuretik.
 Tingkatkan istirahat
(batasi pengunjung,
kontrol stimulasi
lingkungan)

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Masalah Kolaborasi
NOC : NIC :
4. Kelebihan Volume Cairan  Electrolit and acid  Pertahankan catatan
Berhubungan dengan dengan base balance intake dan output yang
peningkatan retensi cairan dan  Fluid balance akurat
natrium oleh ginjal.  Hydration  Pasang urin kateter
: jika diperlukan
 Mekanisme pengaturan Setelah dilakukan  Monitor hasil lab
melemah tindakan keperawatan yang sesuai dengan
 Asupan cairan berlebihan selama Kelebihan retensi cairan (BUN ,
DO/DS : volume cairan teratasi Hmt , osmolalitas urin
 Berat badan meningkat dengan kriteria: )
pada waktu yang singkat  Monitor vital sign
 Asupan berlebihan  Terbebas dari  Monitor indikasi
dibanding output edema, efusi, anaskara retensi / kelebihan
 Distensi vena jugularis  Bunyi nafas bersih, cairan (cracles, CVP ,
 Perubahan pada pola tidak ada edema, distensi vena
nafas, dyspnoe/sesak dyspneu/ortopneu leher, asites)
nafas, orthopnoe, suara  Terbebas dari  Kaji lokasi dan luas
nafas abnormal (Rales atau distensi vena jugularis, edema
crakles), , pleural effusion  Memelihara tekanan  Monitor masukan
 Oliguria, azotemia vena sentral, tekanan makanan / cairan
 Perubahan status mental, kapiler paru, output  Monitor status
kegelisahan, kecemasan jantung dan vital sign nutrisi
DBN  Berikan diuretik
 Terbebas dari sesuai interuksi
kelelahan, kecemasan  Kolaborasi
atau bingung pemberian obat
 Monitor berat
badan
 Monitor  elektrolit
 Monitor tanda dan
gejala dari odema

Rencana keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi


Masalah Kolaborasi Hasil

NOC : NIC :
5.Intoleransi aktivitas  Self Care : ADLs  Observasi adanya
Berhubungan dengan ketidak  Toleransi aktivitas pembatasan klien dalam
seimbangan supplay oksigen  Konservasi eneergi melakukan aktivitas
dan kebutuhan oksigen  Kaji adanya faktor
jaringan.: Setelah dilakukan yang menyebabkan
 Tirah Baring tindakan keperawatan kelelahan
atau imobilisasi selama …. Pasien  Monitor nutrisi  dan
 Kelemahan bertoleransi terhadap sumber energi yang
menyeluruh aktivitas dengan adekuat
 Ketidakseimban Kriteria Hasil :  Monitor pasien akan
gan antara suplei oksigen adanya kelelahan fisik
dengan kebutuhan  Berpartisipasi dan emosi secara
Gaya hidup yang dalam aktivitas fisik berlebihan
dipertahankan. tanpa disertai  Monitor respon
DS: peningkatan tekanan kardivaskuler  terhadap
 Melaporkan secara darah, nadi dan RR aktivitas (takikardi,
verbal adanya kelelahan  Mampu disritmia, sesak nafas,
atau kelemahan. melakukan aktivitas diaporesis, pucat,
 Adanya dyspneu atau sehari hari (ADLs) perubahan hemodinamik)
ketidaknyamanan saat secara mandiri  Monitor pola tidur dan
beraktivitas.  Keseimbangan lamanya tidur/istirahat
DO : aktivitas dan istirahat pasien
 Kolaborasikan dengan
 Respon abnormal dari Tenaga Rehabilitasi
tekanan darah atau nadi Medik dalam
terhadap aktifitas merencanakan progran
 Perubahan ECG : terapi yang tepat.
aritmia, iskemia  Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
 Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
 Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

Rencana keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
NOC : NIC :
6.Ansietas  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
berhubungan dengan  Koping (penurunan kecemasan)
prognosa penyakit  Gunakan
jantung Setelah dilakukan asuhan selama pendekatan yang
klien kecemasan teratasi dgn menenangkan
DO/DS: kriteria hasil:  Nyatakan dengan
 Insomnia jelas harapan terhadap
 Kontak mata  Klien mampu pelaku pasien
kurang mengidentifikasi dan  Jelaskan semua
 Kurang mengungkapkan gejala cemas prosedur dan apa yang
istirahat  Mengidentifikasi, dirasakan selama
 Berfokus pada mengungkapkan dan prosedur
diri sendiri menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien
 Iritabilitas mengontol cemas untuk memberikan
 Takut  Vital sign dalam batas normal keamanan dan
 Nyeri perut  Postur tubuh, ekspresi wajah, mengurangi takut
 Penurunan TD bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Berikan informasi
dan denyut nadi menunjukkan berkurangnya faktual mengenai
 Diare, mual, kecemasan diagnosis, tindakan
kelelahan prognosis
 Gangguan  Libatkan keluarga
tidur untuk mendampingi
 Gemetar klien
 Anoreksia,  Instruksikan pada
mulut kering pasien untuk
 Peningkatan menggunakan tehnik
TD, denyut nadi, relaksasi
RR  Dengarkan dengan
 Kesulitan penuh perhatian
bernafas  Identifikasi tingkat
 Bingung kecemasan
 Bloking dalam  Bantu pasien
pembicaraan mengenal situasi yang
menimbulkan
 Sulit
kecemasan
berkonsentrasi
 Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas:........
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.

Anonymousa.  2010 .http://www.infokedokteran.com/article/Stenosis-aorta.html. diakses tanggal


22, Nopember 2010.

Anonymousb. 2010. http://aslikoe.blogspot.com/2009/09/stenosis-katup-aorta.html. diakses tanggal


22, Nopember 2010.

Anonymousc. 2010. http://askep-anak-stenosis-katup-aorta-aortic_25.html. diakses tanggal 22,


Nopember 2010.
Diposkan oleh Jha-y Chaztama di Jumat, Desember 07, 2012

Anda mungkin juga menyukai