Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA POLIMER

“POLIMERISASI VINIL”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Hasriani 1907036031
Vheronica Titin Bungin 1707035002

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “POLIMERISASI VINIL”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia
Polimer. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Samarinda, 15 April 2021


 
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali senyawa polimer yang kita
jumpai disekitar kita. Salah satunya adalah pembuatan PVC (polivinil klorida)
yang merupakan salah satu contoh dari polimer vinil. Vinyl merupakan jenis
pelapis lantai yang relatif paling murah ketimbang pelapis lantai lainnya. Vinyl
dibuat dengan menggunakan polyvinyl chloride (PVC). PVC mampu melepaskan
volatile organic compounds (VOC) ke udara.
Senyawa vinil adalah senyawa organik yang terdiri dari sebuah gugus vinil
(yang juga disebut etenil), −CH=CH2. Etenil merupakan turunan dari etena,
CH2=CH2, dengan satu atom hidrogen digantikan dengan beberapa gugus yang
lain. Sebuah frasa yang berhubungan dengan vinil adalah vinylidene yang
merupakan residu dua-karbon berikatan-ganda dengan dua substituen, sebagai
misal dalam 1,1-dikloroetena ("vinylidene klorida"). Gugus vinil membentuk
bagian dari gugus alil dan terdapat pula di dalam semua akrilat. Sebagian besar
alkena berisikan sekelompok. Dalam polimer-polimer itu, ikatan ganda dari
monomer vinil berubah menjadi ikatan tunggal dan berbagai monomer yang
berbeda dihubungkan oleh ikatan tunggal. Hal ini merupakan salah satu contoh
polimerisasi adisi. Tidak terdapat satupun gugus vinil dalam polimer yang
dihasilkan. Penting pula untuk memastikan ketidakberadaan monomer vinil yang
tak bereaksi dalam produk akhir saat monomer merupakan toksik atau
mengurangi kinerja plastik.

1.2. Tujuan
- Untuk mengetahui introduksi gugus fungsi baru dari reaksi polimer vinil
- Untuk mengetahui reaksi pembentukan cincin pada reaksi polimer vinil
- Untuk mengetahui ikatan silang reaksi polimer vinil
- Untuk mengetahui pembentukan kopolimer blok dan cangkok pada reaksi
polimer vinil
- Untuk mengetahui penguraian polimer pada polimerisasi vinil
BAB 2
PEMBAHASAN

Senyawa vinil adalah senyawa organik yang terdiri dari sebuah gugus vinil
(yang juga disebut etenil), −CH=CH2. Etenil merupakan turunan dari etena,
CH2=CH2, dengan satu atom hidrogen digantikan dengan beberapa gugus yang
lain. Sebuah frasa yang berhubungan dengan vinil adalah vinylidene yang
merupakan residu dua-karbon berikatan-ganda dengan dua substituen, sebagai
misal dalam 1,1-dikloroetena ("vinylidene klorida"). Gugus vinil membentuk
bagian dari gugus alil dan terdapat pula di dalam semua akrilat. Sebagian besar
alkena berisikan sekelompok vinil. Gugus vinil bisa dipolimerisasi, membentuk
sejumlah polimer vinil.
Dalam polimer-polimer itu, ikatan ganda dari monomer vinil berubah
menjadi ikatan tunggal dan berbagai monomer yang berbeda dihubungkan oleh
ikatan tunggal. Hal ini merupakan salah satu contoh polimerisasi adisi. Tidak
terdapat satupun gugus vinil dalam polimer yang dihasilkan. Penting pula untuk
memastikan ketidakberadaan monomer vinil yang tak bereaksi dalam produk
akhir saat monomer merupakan toksik atau mengurangi kinerja plastik.
Polimerisasi radikal bebas adalah metode polimerisasi dimana
suatupolimerterbentuk daripenambahan berturut-turutradikal bebasgugus atau
atom-atom membentuk molekul. Radikalbebas dapat dibentuk melalui sejumlah
mekanisme yang berbeda biasanya melibatkan molekulinisiator terpisah. Setelah
penciptaan radikal bebasmonomerunit, rantai polimer tumbuh pesatdengan
penambahan berurutan dari bangunan gugus ke situs radikal bebas.
Polimerisasi radikal bebas adalah rute sintesis kunci untuk mendapatkan
berbagai macampolimer yang berbeda dan materialkomposit.Sifat relatif non-
spesifik dari interaksi kimia radikalbebas membuat polimerisasi menjadi salah
satu bentuk polimerisasi yang paling berguna.

A. Introduksi gugus fungsi baru


Polimerisasi vinil lewat radikal bebas mengalami tahap reaksi inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Inisiator bukan merupakan katalis kaena pada akhir
sebuah produk dapat di deteksi yang mengandung inisiator.
Penarikan H dapat terjadi oleh serangan suatu rantai yang masih tumbuhke
rantai yang telah mati (molekul netral) sehingga menimbulkan polimer bercabang.
Banyaknya percabangan akan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik
polimer yang terjadi.

B. Reaksi pembentukan cincin


Epoksida  adalah  senyawa  eter  siklik  dengan  cincin  yang  memiliki  tiga
anggota. Struktur dasar dari  sebuah epoksida berisi  sebuah atom oksigen yang
diikat pada dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan 
dari  cincin  dengan  tiga  anggota  ini  membuat  senyawa  epoksida menjadi lebih
reaktif daripada eter asiklik.
Epoksida minyak dapat digunakan secara langsung sebagai pemlastis
dalam matriks polimer untuk menghasilkan suatu material  yang sesuai untuk
polivinil klorida (PVC), hal ini sangat penting sekali untuk mengendalikan
kekentalan PVC selama proses pembuatannya dan sebagai penstabil resin PVC
untuk meningkatkan fleksibilitas, elastisitas, kekuatan dan untuk mempertahankan
stabilitas polimer terhadap perpindahan panas dan radiasi UV. Reaktifitas cincin
oksiran yang tinggi menyebabkan epoksi juga dapat digunakan sebagai bahan
baku untuk beberapa bahan kimia, seperti alkohol, glikol, alkanolamin, senyawa
karbonil, senyawa olefin, dan polimer seperti poliester, poliuretan, dan resin
epoksi.
Adanya ikatan π pada metil risinoleat telah berhasil diepoksidasi
dilanjutkan dengan alkoksilasi terhadap epoksida metil risinoleat untuk
menghasilkan senyawa metil [9-(2,3-dihidroksipropoksi)-10,12-
dihidroksioktadekanoat].
 Esterifikasi asam organik dengan alkohol merupakan salah satu reaksi
yang paling mendasar dan penting dalam industri kimia. Produk-produk esternya
secara luas dimanfaatkan sebagai pelarut dan pengemulsi dalam industri makanan,
farmasi serta kosmetik ataupun pelumas dalam pengolahan logam, industri tekstil
dan plastik. 
 Sebagai bahan bakar (biodiesel) ester asam lemak seperti metil maupun
etil ester asam lemak telah banyak diteliti untuk dikembangkan, demikian juga
ester antara alkohol rantai panjang dengan asam oleat telah banyak dikembangkan
sebagai bahan pelumas dasar bio (biolubricant) (Susanto, 2008).

C. Ikatan silang
Ikat silang dapat digambarkan sebagai ikatan antara dua rantai polimer yang
bergabung satu sama lain melalui suatu cabang (branch). Ikatan antar polimer ini
dapat terjadi dengan bantuan agen pengikat silang yang jumlahnya 2-12% dari
jumlah masing-masing komponen polimer yang berikatan. Secara umum ikat
silang dibedakan menjadi 2 yaitu, ikat silang kimia (chemical cross-link) dan ikat
silang fisika (physical cross-link). Ikat silang kimia dapat terjadi melalui ikatan
kovalen maupun ion. Ikat silang pada suatu polimer dapat mempengaruhi derajat
swelling.
Ketika hadir pelarut, suatu polimer ikat silang akan mengembang pada saat
molekul-molekul pelarut menembus jaringannya. Tingkat pengembangan
(swelling) ini selain bergantung pada tingkat pengikat silangan, juga bergantung
pada afinitas antara pelarut dan polimer. Ikat silang fisika merupakan ikatan-
ikatan silang yang labil secara termal, yakni ikatan-ikatan silang kimia yang putus
oleh pemanasan dan mengikat kembali setelah pendinginan.Ikat silang ion
termasuk ikat silang fisika.
Ikat silang dapat dibentuk melalui reaksi kimia yang diprakarsai oleh panas,
perubahan tekanan, pH, atau radiasi. Ikat silang juga dapat diinduksi ke dalam
bahan termoplastik melalui paparan sinar elektron, radiasi gamma, maupun sinar
UV. Seringkali, polimer yang terikat silang tidak dapat terurai jika dipanaskan
(tidak meleleh) sehingga bentuknya tidak dapat dirubah ke bentuk lain yang
disebut dengan polimer termoset. Ikatan silang kimia kovalen pada polimer ini
memiliki kestabilan termal dan mekanik yang tinggi, sehingga sangat sulit
didegradasi. Sedangkan polimer terikat silang yang dapat di daur ulang dengan
mengubah bentuknya ke bentuk lain dengan pemanasan atau dengan
melarutkannya ke dalam pelarut yang cocok disebut polimer termoplastik. Dengan
demikian, perlu diselidiki derajat ikat silang. Contohnya yakni :

Metilen bisakrilamida juga dimanfaatkan sebagai agen pengikat silang


dalam modifikasi polimer. Ikatan sambung silang yaitu menyambungkan antar
rantai polimer dan memodifikasi polimer menjadi tidak larut dalam air. N.N’-
metilen bisakrilamida digunakan sebagai agen pengikat silang karena memiliki
dua ikatan rangkap yang reaktif. Dua ikatan rangkap ini dapat tergabung dalam
dua rantai polimer yang berbeda ketika polimerisasi, dan menghasilkan ikatan
sambung silang. Agen pengikat silang ini hanya dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat sedikit.

D. Pembentukan kopolimer blok dan cangkok


Kopolimer adalah polimer yang dibentuk oleh lebih dari satu jenis
monomer. Jika etilena (CH2=CH2) dan propilena (CH2=CH-CH3) digabungkan
membentuk polimer, akan terbentuk kopolimer.
Kopolimer dapat digabungkan kembali berdasarkan pada cara monomer
disusun sepanjang rantai polimer. Ada Kopolimer blok dan ada kopolimer
cangkok baik random ataupun teratur. Kopolimer random mengandung satuan
berulang secara acak. Kopolimer teratur mengandung satuan berulang yang
bergantian secara teratur.Kopolimer blok terjadi dalam blok-blok tertentu dengan
panjang berbeda. Kopolimer cangkok mempunyai rantai satu satuan berulang
yang dicangkokkan pada rantai utama.
Berdasaarkan morfologi partikel polimer, terdapat dua tipe kopolimerisasi
emulsi core shell yaitu bagian dalam lunak- bagian luar keras atau sebaliknya.
Umumnya polimer seperti polibutadiena, karet stirena-butadiena dan karet alam
dikelompokkan dalam komponen lunak, sedangkan polimer termoplastik seperti
metil metakrilat, stirena dan akrilonitril sebagai komponen keras. Kopolimerisasi
cangkok terjadi pada lapisan antar muka antara komponen lunak dengan
komponen keras.
1. Kopolimerisasi Blok
Kopolimerisasi blok ialah kopolimer dengan rantai utama berisi bagian (Blok-
blok) unit berulang yang berasal dari monomer yang berbeda.

Menunjukkan dua blok, satu berasal dari A dan lainnya berasal dari B.
Makromolekul yang berasal dari A dan B mengandung banyak blok
Salah satu contok Kopoimerisasi Blok yaitu Kopolimerisasi Blok stirena
formaldehid sehingga Mekanisme reaksi pembentukan blok kopolimer stirena
formaldehid meliputi tahap reaksi inisiasi, propagasi dan terminasi, mengikuti
reaksi sebagai berikut:
Tahap Insiasi

Pada sistem polimerisasi ini, monomer radikal anion mempropagasi pada kedua
ujung rantai aktif. Biasanya, radikal anion menjadi dimer melalui ujung bebas
yang membentuk dianion
Setelah tahap ini terjadi , ujung-ujung aktif mulai memperpanjang rantai melalui
reaksi propagasi dan membentuk blok kopolimer stirena.

Tahap Propogasi

Penambahan formaldehid menyebabkan blok polimer stirena memperpanjang


rantai dengan mengikat gugus formaldehid sehingga terbentuk blok kopolimer
stirena formaldehid.

E. Tahap Terminasi
2. Kopolimerisasi Cangkok
Kopolimerisasi Cangkok ialah suatu metode yang digunakan dalam industry in
polimer untuk memodifikasi sifat permukaan polimer. Teknik ini juga digunakan
dalam pembuatan penukar ion dengan cara mencangkokkan gugus fungsi tertentu
misalnya karboksilat (COOH), amin (NH2), sulfonat (S03H) yang dapat bersifat
sebagai penukar ion. Teknik ini memungkinkan mencangkokkan berbagai gugus
fungsi pada berbagai polimer baik dalam bentuk butiran, film atau serat.
Kopolimerisasi cangkok umumnya dilakukan dengan teknik polimerisasi emulsi
mekanisme radikal bebas.

Tahapan dalam kopolimerisasi cangkok emulsi monomer vinilik pada lateks


karet alam dengan mekanisme radikal bebas yang terjadi didalam misel.

Pada tahap inisiasi, inisiator persulat (S2O82-) terdekomposisi menjadi radikal


persulat (2SO4-). Radikal persulat selanjutnya berinteraksi dengan molekul karet
membentuk radikal poliisoprena dan dengan monomer vinilik menghasilkan
radikal polimer vinilik. Antara radikal poliisoprena akan berinteraksi dengan
radikal polimer membentuk kopolimer cangkok kopoli (isoprene/vinilik).
Interaksi juga terjadi antar radikal polimer membentuk kopolimer atau
homopolimer vinilik. Pada tahap terminasi terjadi penggabungan antara radikal
kopoli (poliisoprena/vinilik).

F. Penguraian polimer
Depolimerisasi merupakan proses penguraian polimer menjadi monomer-
monomernya. Reaksi depolimerisasi dibagi menjadi 3 berdasarkan proses
penguraiannya yaitu:

1. Penguraian secara Kimia


Penguraian polimer secara kimiawi menggunakan prinsip reaksi oksidasi
dengan oksigen karena memiliki hubungan langsung dengan durabilitas polimer.
Reaksi depolimerisasi dapat dipercepat menggunakan penerapan panas atau zat
aditif untuk mengkatalisis proses oksidasi tersebut. Atom-atom karbon tersier
pada suatu polimer merupakan bagian yang paling mudah mengalami oksidasi
karena bagian tersebut paling mudah menerima serangan. Polimer tak jenuh
mengalami penguraian oksidatif jauh lebih cepat oleh proses-proses radikal bebas
yang melibatkan zat antara peroksida dan hidroperoksida. Atom-atom karbon alil
paling sensitif terhadap serangan karena terbentuknya radikal-radikal yang
distabilkan oleh resonansi. Dalam bidang industri, reaksi oksidasi polimer dapat
dihambat oleh penambahan bahan-bahan antioksidasi.

2. Penguraian secara Termal


Tipe reaksi-reaksi untuk polimer-polimer vinil ada tiga, yaitu pemutusan
nonrantai, pemutusan rantai secara acak, dan depropagasi. Pemutusan nonrantai
mengacu pada reaksi-reaksi yang melibatkan gugus-gugus pendan yang tidak
memutuskan rangka polimer. Pemutusan nonrantai ini telah digunakan sebagai
pendekatan untuk menyelesaikan masalah-masalah intraktabilitas poliasetilena.
Metode ini melibatkan sintesis polimer zat pemula (precursor polymer) yang agak
stabil dan mudah yang bisa dimurnikan dan difabrikasikan, kemudian secara
termal dikonversi menjadi poliasetilena.
Reaksi-reaksi pemutusan nonrantai bisa digunakan untuk mengkarakterisasi
kopolimer-kopolimer ketika jumlah produk degradasi yang volatil bisa
dihubungkan dengan konsentrasi suatu unit ulang tertentu. Pemutusan rantai
secara acak terjadi dari reaksi-reaksi pemutusan homolitik pada titik-titik lemah
rantai polimer. Pemutusan rantai yang acak terjadi dengan semua polimer vinil ke
tingkat-tingkat yang bervariasi, tapi dengan naiknya substitusi pada kerangka
polimer akan mengurangi terjadinya pemutusan secara acak.
Depropagasi atau depolimerisasi yang menghasilkan monomer akan terjadi dari
polimer-polimer yang disintesis dari monomer-monomer 1,1-disubstitusi. Proses
inisiasi terjadi pada ujung rantai atau pada letak yang acak sepanjang rangka
polimer. Polimer-polimer yang memiliki substituen-substituen tunggal pada
karbon-karbon yang berselang-seling, terurai melalui depropagasi dan pemutusan
rantai yang acak, dengan jumlah monomer yang terbentuk bervariasi dengan
temperatur.
3. Penguraian oleh Radiasi
Adanya radiasi dapat menyebabkan terjadinya proses ikat silang atau
penguraian. Proses yang dominan dari keduanya bergantung pada dosis radiasi,
struktur polimer, dan suhu. Adanya sinar ultraviolet dapat menyebabkan suatu
polimer dapat terurai jika terjadi pada suhu tinggi, sedangkan pada suhu ruang
akan terjadi reaksi ikat silang dan pemutusan rantai. Radiasi ionisasi
menghasilkan monomer dari suatu polimer dengan rendemen yang jauh lebih
tinggi pada suhu ruang. Penguraian yang terjadi oleh inisiasi sinar-sinar elektron
digunakan dalam pembuatan mikrosirkuit-mikrosirkuit yang menggunakan
teknologi resis. Semua polimer vinil dapat terurai di bawah dosis radiasi yang
sangat tinggi.
BAB 3

PENUTUP

- Introduksi gugus fungsi reaksi polimer vinil melalui radikal bebas dimana
terdapat tahap-tahap reaksi yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Inisiator
bukan merupakan katalis kaena pada akhir sebuah produk dapat di deteksi
yang mengandung inisiator.
- Reaksi pembentukan cincin pada polimer vinil dikenal dengan Epoksida 
yaitu senyawa  eter  siklik  dengan  cincin  yang  memiliki  tiga anggota.
Struktur dasar dari  sebuah epoksida berisi  sebuah atom oksigen yang diikat
pada dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon.
- Ikatan silan pada polimer finil dibedakan menjadi 2 yaitu, ikat silang kimia
(chemical cross-link) dan ikat silang fisika (physical cross-link).
- Kopolimer adalah polimer yang dibentuk oleh lebih dari satu jenis
monomer. Jika etilena (CH2=CH2) dan propilena (CH2=CH-CH3)
digabungkan membentuk polimer, akan terbentuk kopolimer sedangkan
Kopolimerisasi Cangkok ialah suatu metode yang digunakan dalam industry
in polimer untuk memodifikasi sifat permukaan polimer.
- Penguraian polimer dikenal dengan depolimerisasi yang merupakan proses
penguraian polimer menjadi monomer-monomernya. Reaksi depolimerisasi
dibagi menjadi 3 berdasarkan proses penguraiannya yaitu: penguraian
secara kimia, penguraian secara termal dan penguraian secara radiasi.

-
DAFTAR PUSTAKA

http://id.dbpedia.org/page/Vinil
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4789/160822003.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://www.scribd.com/doc/88335825/Polimerisasi-Vinil-Radikal-Bebas-2

Anda mungkin juga menyukai