Anda di halaman 1dari 6

6

... Sebelum Mengenal Dia

Mata saya terusik membaca laporan Kepala BPMKB Kota Sukabumi yang
mencatat jumlah janda yang mencapai angka 8.733 orang dan 2.554 orang duda,
seperti diberitakan bisnis-jabar.com. Faktor ekonomi mendominasi penyebab
perceraian di kota itu, selebihnya dikarenakan kematian. Pemberitaan pelaku dunia
entertainment pun seakan menjadi stimulus tersendiri. Pernikahan hanya menjadi
ritual biasa, gonta-ganti pasangan bukan lagi perkara tabu, seakan menjadi bahan
market issue demi mendongkrak popularitas.
Terlepas dari itu, tayangan sinetron pun ikut andil. Tema yang mereka ambil
tak lepas dari perebutan harta, cinta segitiga, dan protes istri terhadap suaminya.
Tanpa disadari, pola pikir masyarakat secara perlahan terkontaminasi. Suami tak
lagi memiliki wibawa dalam rumah tangga. Suami kehilangan fungsinya sebagai kepala
rumah tangga, mengingat sang istri yang mencari nafkah. Singkat kata, siapa yang
berpenghasilan lebih, dialah yang berkuasa dalam rumah tangga.
Impitan kebutuhan dan biaya hidup yang besar membuat sesak napas penduduk
yang setiap tahunnya meningkat, tapi tanpa ditunjang peluang dan kesempatan kerja
yang cukup. Boro-boro memikirkan usaha, mencari modalpun sama susahnya. Di
sinilah komitmen awal dalam ikrar pernikahan diuji dengan menerima kekurangan dan
kelebihan orang yang kita pilih, baik dalam keadaan susah, senang, sehat, serta
sakit.
Islam sendiri memosisikan wanita begitu agungnya, terlebih saat ia sudah
menjadi seorang istri. Allah Swt. menyenadakan hal tersebut dalam firman-Nya,
Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) menurut cara yang patut.
Jika kalian tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya kebaikan yang banyak
pahalanya. (QS An-Nisa [4]: 19)
Ayat tersebut merupakan acuan ketaatan seorang istri untuk lebih menghargai
suami yang menjadi imam dalam rumah tangganya. Suami pun tidak semena-mena
terhadap istri dan memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Pendamping hidup yang taat dan patuh, baik kepada Tuhan maupun suami,
pastilah menjadi dambaan setiap lelaki. Begiupun istri yang rindu akan sosok lelaki
yang tidak perlu tangguh dan berotot besar, tetapi mampu mengantarkannya ke
depan pintu surga. Betapa sejuknya rumah tangga yang diselimuti kasih sayang yang
menciptakan generasi yang snatun dan berakhlak mulia.
Tidaklah mudah mencari pendamping yang sempurna atau setidaknya yang
terbaik untuk kita. Dia yang mencintai kekurangan kita, pasangan hidup yang
menopang saat kaki lelah berjalan menelusuri kehidupan, menjadi penyejuk saat hati
gelisah, memesona dengan wajah yang selalu basah dengan air wudhu.
Kecantikan dan ketampanan mudah di dapat, tetapi keelokan budi pekerti tak
tergantikan. Bukan saja tampan, tetapi juga sopan. Bukan hanya cantik, tetapi juga
menarik hatinya.

Tuhan, Diakah Jodohku?


Terkadang saya tersenyum saat membaca status di akun jejaring sosial bila
menemukan ungkapan seperti, “Cinta butuh pengorbanan,” atau, “Ya Allah, pliiis, aku
mau dia jodohku.”
Begitu sering saya membaca berbagai keresahan dan keluhan hati berteriak
tentang pasangan mereka. Melihat sikap kekasihnya berubah, perselingkuhan,
sampai kesal tidak ada SMS dan kbar satu hari saja. Cobalah hadirkan energi positif
dalam diri kita. Mengeluh tak dapat mengubah keadaan. Apa dengan begitu orang
yag dikeluhkesahkan menyadari kehadiran kita? Tiada guna memikirkan orang yang
tidak memikirkan kita, menangisi dia yang tidak menangisi kita.
Sahabat, tak usah menjerit. Dengan berbisik pun Tuhan mendengar segala
keresahan dan kegelisahan yang menutupi hati kita. Tengadahkan tangan, tundukkan
wajah, dan rasakan begitu nikmatnya duduk bersimpuh di hadapan Tuhan yang tak
pernah henti-hentinya menemani langkah hidup ini dengan cinta dan kasih sayang-
Nya. Sisipkan namanya dalam doa, tenangkan diri, luruskan niat dan
harapan.mencintainya mejadi perantara untuk menghadirkan cinta kepada-Nya.
Sadarilah, memang jodoh itu di tangan Tuhan, tetapi kita juga yang harus
tetap berusaha untuk mencari, merawat, dan menjaganya sesuai dengan segala
tuntunan dan aturan yang Allah berikan.

Konsep Jodoh
Membahas jodoh tak lepas dari konsep takdir. Kita sering mendengar keluh
kesah yang terjadi setelah pernikahan. Belajarlah dari kisah kasih orang tua
terdahulu. Bagaimana mereka mampu mempertahankan usia pernikahannya.
Bandingkan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Memandang jodoh hanya
selayang pandang, sebatas nafsu semata, tanpa filter dan batasan.
Perlu dipahami bahwa jodohh muncul setelah kita berusaha. Pada saat usaha itu
membuahkan hasil, abrulah ketenangan datanb dan merasa dialah jodoh kita. Namun,
itu saja belum cukup tanpa adanya keyakinan yang mantap serta keberanian untuk
bersikap setia. Setelah janji terusap, niat yang tertanam menjadikan kekuatan
tersendiri untuk kita memberikan pembuktian.
Sahabat, jika kita telah berusaha keras mencari jodoh tetapi belum juga Allah
pertemukan, jangan pernah beranggaoan ini tidak adil. Pahamilah bahwa dengan
kesendirian ini, Allah tahu yang dapat kita lakukan dan bermanfaat bagi orang
banyak. Hanya saja nalar manusia tidak mampu memahami itu.
Jodoh yang tak kunjung hadir itu bukan disebut takdir tanpa melakukan upaya
untuk mewujudkannya. Evaluasi diri menjadi awal dari semangan mencari siapa dia
yang layak menjadi pemilik jiwa dan raga, kekasih halal kita kelak.
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
ntuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan
yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-
perempuan yang baik (pula). (QS An-Nur [24]: 26)
Ayat inilah yang menjadi cerminan dasar untuk mengenal konsep jodoh. Kita
diajarkan untuk berbenah diri, jika mau memperoleh pendamping hidup yang baik.
Ayat ini pun menjadi spirit motivasi bagaimana Allah menginginkan kebaikan bagi
hamba-Nya.
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam. (QS At-Takwir [81]: 29)
Semakin besar usaha yang kita lakukan, tidaklah sama dengan hanya menunggu
bola dan diam. Allah sudah memberikan jaminan bahwa jodoh, kematian, dan rezeki
ada id tangan-Nya. Jodoh dan rezeki itu bonus hidup, sedangkan kematian adalah
akhir dari permainan. Allah memberikan akal agar digunakan semaksimal mungkin
dan menjadi superpower dalam menggerakkan segala aktivitas, termasuk kesadaran
kita mncari dan membaikkan segala bentuk takdir, salah satunya doa.
“Barang siapa hatinya terbuka untuk berdoa, pintu-pintu rahmat akan
dibukakan untukya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada
permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat bagi
sesuatu yang sedang terjadi dan belum terjadi. Dan tak ada yang bisa mnolak takdir
kecuali doa, maka berpeganglah pada doa, wahai hamba Allah.” (HR At-Tirmidzi dan
Al-Hakim)
Rangkaian dalil tadi menunjukkan bahwa Allah maenciptakan sesuatu dengan
potensi kebaikan.

Jodoh di Tangan Hansip


Ada pertanyaan yang begitu ringan dan membuat kita sedikit berpikir, “Kapan
kamu menikah? Nanti keburu tua, lho!” Mungkin dengan sedikit bumbu canda, kita
dapat mengelak hal itu. Namun, saat kesepian muncul, pertanyaan itu mengusik
dalam kesendirian. Belum lagi bila melihat orang terdekat kitu begitu mudahnya
mendapat jodoh. Bersiaplah gelar-maaf- bujang lapuk atau perawan tua atau kelakar
yang menyudutkan kita dengan candaan yang menjurus pada pernikahan. Kuping agak
sedikit panas, bibir pun rasanya letih menjawab.
Selain belum mendapatkan pasangan, mahalnya biiaya untuk melangsungkan
pernikahan tersebut kadang membuat lelaki mengurungkan niat.
“Di antara berkah seorang wanita adalah dengan memudahkan urusan (nikah)-
nya dan sedikit maharnya.” (HR Ahmad)
Hadis inilah yang menjadi acuan, apakah kita lebih mementingkan maskawin
(mahar) dan pernak-pernik lainnya atau benar-benar hanya mengharap ridha dan
takut kepada Allah apabila tidak mampu menjaga kesucian diri. Maka Allah akan
menyegerakan pertolongan kepada mereka.
“Ada tiga orang yang wajib bagi Allah untuk menolongnya, yaitu orang yang
berperang di jalan Allah, budak yang ingin membebaskan dirinya, dan orang yang
menikah karena ingin menjaga kesucian diri.” (HR At-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibn
Majah. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Takhrij Al-Misykah)
Inilah jaminan Allah dan menyetarakan pahala pernikahan dengan mereka yang
berjihad di jalan-Nya. Ironisnya, banyak sekali fenomena yang terjadi belakangan
ini dengan memilih mencederai atau menodai cinta terlebih dahulu, baru
melangsungkan pernikahan. Banyak pula orang tua yang menganggap mahar kecil itu
menjadi aib dan merendahkan harga diri keluarga.
Apapun yang didasari materi, jelas akan menjadi malapetaka. Tatkala nafsu
menjadi imam dalam diri, keabadian cinta itu akan hilang seketika saat berahi sudah
terpuaskan dan menjadi candu yang tak akan pernah berhenti menggerogoti hati dan
iman.
Sahabat lelaki, carilah pendamping hidup yang ia merasa tenteram ada di
dekatmu dan takut kepada Tuhan. Bukan yang ketika kau jauh darinya, ia merasa
kebebasan yang luar biasa. Pasangan yang menjadi penyangga kaki kita tatkala letih
melangkah mengarungi kehidupan yang semakin berat. Dialah yang melepas kita
dengan doa dan menyambut kita pulang dengan salam dan kecupan mesra. Dialah
yang di telapak kakinya menjadi surga untuk putra-putrinya kelak. Bibirnya yang
selalu mengucap kata-kata penuh kelembutan dan kasih sayang karena malu setiap
ucapannya terdengar oleh Allah. Pasangan yang pandai menjaga kehormatan karena
tak mau menjadi bahan bakar neraka yang dihuni oleh kaumnya.
Dan sahabat wanita, yang kemuliaan ada padanya. Pandailah memilih calon
pendamping hidup. Jangan hanya karena keelokan rupa engkau terjebak menjadi
tawanan nafsunya. Carilah lelaki yang sanggup mengantarkanmu masuk surga, yang
menegurmu dengan penuh cinta, dan begitu bijak memperbaiki kesalahanmu. Lelaki
yang mampu menempatkan diri. Di depan dia menjadi seorang imam yang memberikan
contoh kebaikan. Di sampingmu dia memeluk hangat dan penuh sayang, tak akan
membiarkan kelopak matamu basah, kulitmu kusam tak terawat, dahimu mengeriput
lebih dini, atau melihatmu menggigil menahan kelaparan. Dialah lelaki yang
menyokong dan menuntunmu di belakang tatkala kau mulai merasa keletihan dengan
beban amanah Tuhanmu. Membesarkan buah hati dengan keteladanan dan penuh
tanggung jawab dalam mendidik mereka, bukan saja generasi yang pandai, tetapi
jujur, berakhlak, dan generasi rabbani yang merasa malu saat menyembunyikan
keburukan.
Ya Allah, sekiranya Engkau titipkan belahan jiwa yang menjadi pengantar
ketakwaan untuk menemani langkah hidupku, kawan seiring sejalan dan sehati. Dia
yang megingatkan ketika salah dan dengan segera membantu memperbaiki
kesalahan. Dia yang maafnya lebih luas dibandingkan dengan amarahnya. Jagalah
cinta kami, rawatlah hati kami, padu padankan dalam keimanan dan ketakwaan. Duhai
Tuhan yang begitu mudahnya membolak-balikkan hati seseorang. Penuhi dinding
bahtera kami dengan cahaya kasih dan sayang, ketentraman, dan sejukkan
penghuninya karena kami takut tak mampu menjaga kesucian cinta kami. Sampai
kami benar-benar temukan makna sakinah mawaddah wa rahmah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bagian 10
    Bagian 10
    Dokumen6 halaman
    Bagian 10
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 9
    Bagian 9
    Dokumen6 halaman
    Bagian 9
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 7
    Bagian 7
    Dokumen4 halaman
    Bagian 7
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 8
    Bagian 8
    Dokumen5 halaman
    Bagian 8
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 5
    Bagian 5
    Dokumen6 halaman
    Bagian 5
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 3
    Bagian 3
    Dokumen1 halaman
    Bagian 3
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Bagian 2
    Bagian 2
    Dokumen3 halaman
    Bagian 2
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • Monev BDR
    Monev BDR
    Dokumen2 halaman
    Monev BDR
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat
  • TEKNIK PENGUMPULAN DATA
    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
    Dokumen17 halaman
    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
    ratnawati 31
    Belum ada peringkat
  • MONITORING DARING
    MONITORING DARING
    Dokumen2 halaman
    MONITORING DARING
    Muhammad Fadly
    Belum ada peringkat