Mata saya terusik membaca laporan Kepala BPMKB Kota Sukabumi yang
mencatat jumlah janda yang mencapai angka 8.733 orang dan 2.554 orang duda,
seperti diberitakan bisnis-jabar.com. Faktor ekonomi mendominasi penyebab
perceraian di kota itu, selebihnya dikarenakan kematian. Pemberitaan pelaku dunia
entertainment pun seakan menjadi stimulus tersendiri. Pernikahan hanya menjadi
ritual biasa, gonta-ganti pasangan bukan lagi perkara tabu, seakan menjadi bahan
market issue demi mendongkrak popularitas.
Terlepas dari itu, tayangan sinetron pun ikut andil. Tema yang mereka ambil
tak lepas dari perebutan harta, cinta segitiga, dan protes istri terhadap suaminya.
Tanpa disadari, pola pikir masyarakat secara perlahan terkontaminasi. Suami tak
lagi memiliki wibawa dalam rumah tangga. Suami kehilangan fungsinya sebagai kepala
rumah tangga, mengingat sang istri yang mencari nafkah. Singkat kata, siapa yang
berpenghasilan lebih, dialah yang berkuasa dalam rumah tangga.
Impitan kebutuhan dan biaya hidup yang besar membuat sesak napas penduduk
yang setiap tahunnya meningkat, tapi tanpa ditunjang peluang dan kesempatan kerja
yang cukup. Boro-boro memikirkan usaha, mencari modalpun sama susahnya. Di
sinilah komitmen awal dalam ikrar pernikahan diuji dengan menerima kekurangan dan
kelebihan orang yang kita pilih, baik dalam keadaan susah, senang, sehat, serta
sakit.
Islam sendiri memosisikan wanita begitu agungnya, terlebih saat ia sudah
menjadi seorang istri. Allah Swt. menyenadakan hal tersebut dalam firman-Nya,
Dan bergaullah kalian dengan mereka (para istri) menurut cara yang patut.
Jika kalian tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan pada dirinya kebaikan yang banyak
pahalanya. (QS An-Nisa [4]: 19)
Ayat tersebut merupakan acuan ketaatan seorang istri untuk lebih menghargai
suami yang menjadi imam dalam rumah tangganya. Suami pun tidak semena-mena
terhadap istri dan memperlakukannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.
Pendamping hidup yang taat dan patuh, baik kepada Tuhan maupun suami,
pastilah menjadi dambaan setiap lelaki. Begiupun istri yang rindu akan sosok lelaki
yang tidak perlu tangguh dan berotot besar, tetapi mampu mengantarkannya ke
depan pintu surga. Betapa sejuknya rumah tangga yang diselimuti kasih sayang yang
menciptakan generasi yang snatun dan berakhlak mulia.
Tidaklah mudah mencari pendamping yang sempurna atau setidaknya yang
terbaik untuk kita. Dia yang mencintai kekurangan kita, pasangan hidup yang
menopang saat kaki lelah berjalan menelusuri kehidupan, menjadi penyejuk saat hati
gelisah, memesona dengan wajah yang selalu basah dengan air wudhu.
Kecantikan dan ketampanan mudah di dapat, tetapi keelokan budi pekerti tak
tergantikan. Bukan saja tampan, tetapi juga sopan. Bukan hanya cantik, tetapi juga
menarik hatinya.
Konsep Jodoh
Membahas jodoh tak lepas dari konsep takdir. Kita sering mendengar keluh
kesah yang terjadi setelah pernikahan. Belajarlah dari kisah kasih orang tua
terdahulu. Bagaimana mereka mampu mempertahankan usia pernikahannya.
Bandingkan dengan fenomena yang terjadi saat ini. Memandang jodoh hanya
selayang pandang, sebatas nafsu semata, tanpa filter dan batasan.
Perlu dipahami bahwa jodohh muncul setelah kita berusaha. Pada saat usaha itu
membuahkan hasil, abrulah ketenangan datanb dan merasa dialah jodoh kita. Namun,
itu saja belum cukup tanpa adanya keyakinan yang mantap serta keberanian untuk
bersikap setia. Setelah janji terusap, niat yang tertanam menjadikan kekuatan
tersendiri untuk kita memberikan pembuktian.
Sahabat, jika kita telah berusaha keras mencari jodoh tetapi belum juga Allah
pertemukan, jangan pernah beranggaoan ini tidak adil. Pahamilah bahwa dengan
kesendirian ini, Allah tahu yang dapat kita lakukan dan bermanfaat bagi orang
banyak. Hanya saja nalar manusia tidak mampu memahami itu.
Jodoh yang tak kunjung hadir itu bukan disebut takdir tanpa melakukan upaya
untuk mewujudkannya. Evaluasi diri menjadi awal dari semangan mencari siapa dia
yang layak menjadi pemilik jiwa dan raga, kekasih halal kita kelak.
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji
ntuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan
yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-
perempuan yang baik (pula). (QS An-Nur [24]: 26)
Ayat inilah yang menjadi cerminan dasar untuk mengenal konsep jodoh. Kita
diajarkan untuk berbenah diri, jika mau memperoleh pendamping hidup yang baik.
Ayat ini pun menjadi spirit motivasi bagaimana Allah menginginkan kebaikan bagi
hamba-Nya.
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu), kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam. (QS At-Takwir [81]: 29)
Semakin besar usaha yang kita lakukan, tidaklah sama dengan hanya menunggu
bola dan diam. Allah sudah memberikan jaminan bahwa jodoh, kematian, dan rezeki
ada id tangan-Nya. Jodoh dan rezeki itu bonus hidup, sedangkan kematian adalah
akhir dari permainan. Allah memberikan akal agar digunakan semaksimal mungkin
dan menjadi superpower dalam menggerakkan segala aktivitas, termasuk kesadaran
kita mncari dan membaikkan segala bentuk takdir, salah satunya doa.
“Barang siapa hatinya terbuka untuk berdoa, pintu-pintu rahmat akan
dibukakan untukya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada
permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat bagi
sesuatu yang sedang terjadi dan belum terjadi. Dan tak ada yang bisa mnolak takdir
kecuali doa, maka berpeganglah pada doa, wahai hamba Allah.” (HR At-Tirmidzi dan
Al-Hakim)
Rangkaian dalil tadi menunjukkan bahwa Allah maenciptakan sesuatu dengan
potensi kebaikan.