Langkah membagi menjadi 4 keadaan sesuai dengan kondisi klien berdasar yang prioritas kondisi
yang paling mengancam nyawa. Kondisi yang mengancam nyawa di nilai berdasarkan jalan nafas
(airway), pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation) dan kondisi neurologis (disabilty).
mengetahui dan mampu menilai dari pasien yang sesuai dengan keadaan kegawatannya, dapat
memberikan pelayanan yang optimal dan tepat, menghindari terjadinya kesalahan penanganan
dalam memilih kondisi pasien. Angka kematian mapun angka kecacatan dapat menurun.
b. Sarana Dan Pra Sarana IGD
Dalam penanganan keadaaan gawat darurat tidak dapat hindari faktor lain yang memegang
peranan adalah sarana dan prasarana dari Instlansi rawat darurat. Faktor-faktor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Multi disiplin & multi profesi
Kerjasama yang tinggi dalam penangan keadaan gawat darurat sangat dibutuhkan baik dari
multi displin, maupun multi profesi, hal ini menjadi satu kesatuan, contohnya dalam ruangan
igd terjadi dari tim profesi medis, perawat, petugas radiologi, petugas laboratorium, petugas
farmasi dan lainnya.
Mempunyai pemimpin & struktur organisasi.
Adanya unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelayanan terhadap pasien gawat darurat di ruang IGD dengan wewenang penuh
Mempunyai pola urutan pelayanan.
IGD harus bisa bekerjasama dengan unit pelayanan medis terkait yang ada diluar maupun
didalam instansi pelayanan kesehatan tersebut, baik pra rumah sakit maupun rumah sakit dalam
menyelenggarakan terapi definitif. Sebagai contoh :
Dalam kesiagaan menghadapi musibah massal/bencana meliputi:
Mempunyai Disaster plan yang diberlakukan didalam instansi pelayanan kesehatan maupun
jajaran pemerintah daerah serta instansi terkait seperti dinas kesehatan, palang merah
indonesia, polisi, dinas pemadam kebakaran, PLN, PAM dalam wilayah tempat pelayanan
gawat darurat tersebut berada untuk menangani korban bencana.
Mempunyai kerjasama dengan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan disekiarnya dalam
menghadapi musibah massa (bencana) yang terjadi di didaerah wilayah kerjanya.
Sarana penunjang yang diperlukan dalam membantu pelayanan baik sarana penunjang medis
maupun penunjang non medis. Penunjang medis dalam pemeriksaan diagnostik untuk
membantu dalam menegakkan suatu diagnosis. Sarana penunjang yang mencakupi radiologi,
laboratorium klinik, depo farmasi, dan bank darah. Penunjang non medis, diperlukan sarana
komunikasi khusus (telepon, radio medik) komputer dan ambulan sebagai sarana
transportasi.
Memiliki personalia yang terampil, ditunjang oleh kemampuan yang diperoleh melalui
berbagai kursus/ pelatihan secara periodik untuk meningkatkan komptensi. Program pelatihan
dalam gawat darurat terdiri dari berbagai jenjang.
Sistem Klasifikasi
Menggunakan nomor, huruf atau tanda yang digunakan secara nasional maupun internasional