Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA NY. S DENGAN KANKER REKTUM DI RUANG


ICVCU RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI SURAKARTA

OLEH :
Hanifa Nur Afifah

OLEH :
Hanifa Nur Afifah

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
KANKER REKTUM (Ca REKTI)

A. PENDAHULUAN
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika.
Diperkirakan 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosa di Amerika setiap
tahunnya. Kanker kolon menyerang individu 2 kali lebih besar dari pada kanker rektal.
Insidensinya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang
mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis, atau polip. Insidensi kanker
pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidensi pada kanker kolon
asenden dan desenden meningkat.
Penyebab nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker
kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi
lemak, protein dan daging serta rendah serat.

B. PATOFISIOLOGI
Kanker rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya, Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubun yang lain (paling sering ke hati).

C. TANDA DAN GEJALA


Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan
defekasi. Pasase darah dalam feses. Gejala lain dapat berupa anemia yang tidak
diketahui sebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
Insidensi ca recti meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas pada lansia
kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan hampir
selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh
lansia adalah nyeri abdomen, obstruksi, tenermus, dan perdarahan rektal.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi, dan diare bergantian, serta feses berdarah.
D. PATHWAY

Kolithis Ulceratif Kebiasaan makan (tinggi karbohidarat, rendah serat)

Polimerisasi karsinogen membuat


DNA baru

Fsktor genetik polip colon


Kerusakan DNA

Penggabungan DNA asing dan induk

Sintetis RNA baru

Mitosis dipercepat

Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel ganas

Perdarahan peranus Ca Rekti Perubahan kebiasaan defikasi


(konstipasi, diare)

PK : perdarahan
PK: anemia

Nyeri : akut/kronis Hemorhoid anoreksia


-ketidakseimbangan nutrisi
Cemas -Mual

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis kanker rekti dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, colok dubur dan
rekto sigmoidoskopi

F. KOMPLIKASI
 Obstrusi usus partial atau lengkap
 Hemorhargi karena pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh
darah sekitar kolon
 Perforasi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
 Peritonotis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan
utamanya memperlancar saluran cerna. Kemotrapi dan raiasi bersifat paliatif dan tidak
memberikan manfaat kuratif.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah :
o Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
o Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanene (pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal )
o Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosisi lanjut dari kolostomi. (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum resekai )
o Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak dapat
direseksi)
KOLOSTOMI

A. Pengertian
 Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhizen, 1991)
 Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut
untuk mengeluarkan feses (Randy,1987)
 Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk
mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce,1993)

B. Jenis-jenis Kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan berbagai indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen maupun sementara
1. Kolostomi permenen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,
perlengketan atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga tidak
memungkinkan feses keluar melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barel (dengan satu ujung lubang)
2. Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanay untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk
mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti
semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer inimenpunyai dua ujung
lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan
yang disebut STOMA. Pada minggu pertama pot kolostomi biasanya masih terjasi
pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.
Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparatomi
(pembukaan diding abdomen). Luka laparatomi sangat beresiko mengalami infeksi
karena letaknya bersebelahan denga lubang stoma yang kemunglinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka.
Kantong/bag harus segera diganti dengankantong yang baru jika telah terisi feses
atau jika kantong bocor dan feses cair mengotori abdomen. Juga harus dipertahankan
kulit di sekitar stoma tetap kering, penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada
kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zalf/salep atau segera
konsultsikan pada dokter ahli. Pada pasien yang alergi mungli perlu dipikirkan untu
modifikasi kantong agar kulit tidak teriritasi.

C. Komplikasi Kolostomi
1. Obtruksi/penyumbatan
Penyumbatn dapat disebabakan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sensiri di rumah.
2. Infeksi
3. Retraksi stoma/mengkerut
Stoma menglami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk di sekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
4. Prolap pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karen fiksasi struktur penyokong
stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.
5. Perdarahan.

PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
- Riwayat kesehatan diambil
untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta karakteristiknya.
- Apakah ini terjadi selama
defekasi?
- Berapa lama ini berakhir?
- Adakah nyeri abdomen yang
dihubungkan dengan hal itu?
- Apakah terjadi perdarahan
pada rectum?
- Seberapa banyak?
- Seberapa sering?
- Apakah warnanya?
- Adakah rabas lain seperti pus,
mukus?
- Bagaimana pola eliminasi dan
penggunaan laksatif?
- Bagaimana riwayat diet,
termasuk masukan serat?
- Jumlah latihan, tingkat aktifitas
dan pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk dan berdiri lama)?
Pengkajian objektif mencakup: menginfeksi feses akan adanya darah atau mucus,
area perianal akan adanya Ca Rekti, hemorhoid, fisura iritasi atau pus.
Pemeriksaan fisik:
- Inspeksi:
- Palpasi: Pada RT tidak teraba
apa-apa kecuali jika ada trombus atau penebalan mukosa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Preoperatif:

 Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan


berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi
Pasca operatif:

 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (insisi pembedahan pada


apendiktomi)
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan nyeri
 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan
 PK: Perdarahan
 Gangguan pola tidur bd kondisi lingkungan yang ramai

C. PERENCANAAN
Preoperasi
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN : KURANG PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT B.D KURANG
PAPARAN SUMBER INFORMASI
NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Pengetahuan NIC: Pengetahuan penyakit
tentang penyakit, setelah Aktifitas:
diberikan penjelasan 1. Jelaskan tentang penyakit
selama 2 x 24 jam ps Ca rekti
mengerti proses 2. Jelaskan tentang program 1. Meningkatan
penyakitnya dan Program pengobatan dan tindakan pengetahuan dan
perawatan serta Therapi operasi yang akan mengurangi cemas
yg diberikan dg: dilakukan 2. Mempermuda
Indikator: 3. Jelaskan tindakan untuk h intervensi
Ps mampu: mencegah komplikasi
Menjelaskan kembali 4. Tanyakan kembali 3. Mencegah
tentang proses penyakit, pengetahuan ps tentang keparahan penyakit
mengenal kebutuhan penyakit, prosedur prwtn
perawatan dan dan pengobatan 4. Mereviw
pengobatan tanpa cemas

Post operasi
2. DX. KEPERAWATAN: NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN AGEN INJURI (INSISI
PEMBEDAHAN PADA APENDIKTOMI)

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC: Kontrol nyeri, NIC: Manajement nyeri
setelah dilkukan perawatan Aktifitas: 1. untuk menentukan
selama 3x24 jam nyeri ps 1. Lakukan penilaian terhadap intervensi yang sesuai dan
berkurang dg: nyeri, lokasi, karakteristik keefektifan dari therapi
Indikator: dan faktor-faktor yang yang diberikan
 Menggunakan skala nyeri dapat menambah nyeri 2. Membantu dalam
untuk mengidentifikasi 2. Amati isyarat non verbal mengidentifikasi derajat
tingkat nyeri tentang kegelisaan ketidaknyamnan
3. Fasilitasi linkungan nyaman 3. Meningkatkan
 Ps menyatakan nyeri 4. Berikan obat anti sakit kenyamanan
berkurang 5. Bantu pasien menemukan 4. Mengurangi nyeri dan
posisi nyaman memungkinkan pasien
 Ps mampu istirahan/tidur 6. Berikan massage di untuk mobilisasi tampa
punggung nyeri
 Menggunakan tekhnik 7. Tekan dada saat latihan 5. Peninggin lengan
non farmakologi batuk menyebabkan pasie rileks
6. Meningkatkan relaksasi
dan membantu untuk
menfokuskan perhatian shg
dapat meningkatkan
sumber coping
7. Memudahkan
partisipasi pada aktifitas
tampa timbul rasa tidak
nyaman

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN: DEFICITE SELF CARE B.D NYERI


NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perawatan diri : NIC: Membantu perawatan diri
(mandi, berpakaian), pasien
setelah diberi Aktifitas:
motivasi perawatan 1. Tempatkan alat-alat 1. Mempermudah
selama 2x24 jam, ps mandi disamping TT ps jangkauan
mampu melakukan 2. Libatkan keluarga dan
mandi dan berpakaian ps 2. Melatih kemandirian
sendiri dg: 3. Berikan bantuan selama 3. Meningkatkan
Indikator: ps masih mampu kepercayaan
 Tubuh bebas dari mengerjakan sendiri
bau dan menjaga
keutuhan kulit NIC: ADL berpakaian
 Menjelaskan cara Aktifitas:
mandi dan berpakaian 1. Informasikan pd ps dlm 1. Memudahkan
secara aman memilih pakaian selama intervensi
perawatan
2. Sediakan pakaian di 2. Melatih
tempat yg mudah dijangkau kemandirian
3. Bantu berpakaian yg
sesuai
4. Jaga privcy ps 3. Menghindari
5. Berikan pakaian pribadi nyeri bertambah
yg digemari dan sesuai 4. Memberikan
kenyamanan
5. Memberikan
kepercayaan diri ps

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN: RISIKO INFEKSI BD TINDAKAN INVASIF, INSISI POST

PEMBEDAHAN

NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional


NOC: Kontrol infeksi dan NIC: Perawatan luka
kontrol resiko, setelah Aktifitas:
diberikan perawatan 1. Amati luka dari tanda2
selama 3x24 jam tidak infeksi 1. Penanda proses infeksi
terjadi infeksi 2. Lakukan perawatan 2. Menghindari infeksi
sekunder dg: payudara dengan tehnik
Indikator: aseptic dan gunakan kassa
 Bebas dari tanda- steril untuk merawat dan
tanda infeksi menutup luka
 Angka leukosit 3. Anjurkan pada ps
normal utnuk melaporkan dan 3. Mencegah infeksi
 Ps mengatakan tahu mengenali tanda-tanda
tentang tanda-tanda infeksi
infeksi 4. Kelola th/ sesuai
program 4. Mempercepat
penyembuhan
NIC: Kontrol infeksi
Aktifitas:
1. Batasi pengunjung 1. Mencegah infeksi
2. Cuci tangan sebelum sekunder
dan sesudah merawat ps 2. Mencegah INOS
3. Tingkatkan masukan
gizi yang cukup 3. Meningkatkan daya
4. Anjurkan istirahat tahan tubuh
cukup 4. Membantu relaksasi dan
5. Pastikan penanganan membantu proteksi infeksi
aseptic daerah IV 5. Mencegah tjdnya infeksi
6. Berikan PEN-KES 6. Meningkatkan
tentang risk infeksi pengetahuan ps

5. DX. KEPERAWATAN: PK: PERDARAHAN


NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Perdarahan NIC: Pencegahan sirkulasi
berhenti, setelah Aktifitas:
dilakukan perawatan 1. Lakukan penilaian 1. Penanda gangguan
selama 4x24 jam sirkulasi darah dan
perawat mampu menyeluruh tentang antisipasi kekurangan HB
sirkulasi; cek nadi,
menghentikan edema, pengisian kapiler,
perdarahan dg dan perdarahan di saat
Indikataor: merawat mamae
 Luka sembuh 2. Menghentikan
2. Lakukan perawatan perdarahan dan
kering, bebas pus, tidak
meluas. luka dengan hati-hati menghindari perluasan
 HB tidak kurang dengan menekan daerah luka
dari 10 gr % luka dengan kassa steril
dan tutuplah dengan
tehnik aseptic basah- 3. Diberikan secara
basah profilaksis atau untuk
3. Kelola th/sesuai order menghentikn perdarahan

6. DX. GANGGUAN POLA TIDUR BD KONDISI LINGKUNGAN YANG RAMAI


NOC dan indikator NIC dan aktifitas Rasional
NOC: Tidur, istirahat, NIC:
sehat. Setelah 1. Peningkatan tidur
dilakukan tindakan
 Kaji aktifitas pola  pola tidur yang
keperawatan selama biasanya secara individu,
3x24 jam klien tidur klien dapat dikumpulkan
dapat terpenuhi  Jelaskan tentang melalui pengkajian yg
kebutuhan tidurnya pentingnya tidur yang komprehensif dan holistic,
dg Indikataor: dibutuhkan untuk
cukup selama sakit, terapi.
 Jumlah jam tidur menentukan penyebab
cukup  Monitor pola tidur dan gangguan
 Pola tidur normal catat keadaan fisik,
 Kualitas tidur psikososial yang
cukup menggangu tidur
 Tidak sering  Tambah jam tidur bila
terbangun
 Merasa segar perlu
setelah bangun tidur  Diskusikan pada klien
 Bangun pada dan keluarga tentang  suara yang berlebihan
waktu yang tehnik peningkatan pola dapat menyebabkan
direncanakan gangguan tidur
tidur.
 TTV dalam batas
2. manajemen
normal
Skala: lingkungan
1. sangat bermasalah  batasi pengunjung  kecemasan dan
2. bermasalah depresi biasanya terjadi
 jaga lingkungan dari
3. sedang pada orang tua dan dapat
bising menyebabkan imsomnia.
4. sedikit bermasalah
5. tidak bermasalah  tidak melakukan  Relaksasi dapat
tindakan keperawatan pada membantu klien
saat klien tidur mengurangi kecemasan
3. mengurangi cemas
 tentukan tingkat
kecemasan

 latihan relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa:
Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan


untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih
bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta

Kuliah ilmu penyakit dalam PSIK – UGM, 2004, Tim spesialis dr. penyakit dalam RSUP
dr.Sardjito, yogyakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,


USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai