Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Metabolime Karbohidrat, Protein dan Lemak Terhadap Kadar Glukosa

dalam Darah

Nurul Iffah Syahirah Binti Amar (102016264)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta, Indonesia
Jl. Arjuna Utara No.6, RT.5/RW.2, Duri Kepa, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11510
Email : iffahsyahirah200@gmail.com

Abstrak

Pada kondisi normal dan sehat, banyak reaksi kimia yang berlaku dalam tubuh manusia.
Reaksi-reaksi ini umumnya dibantu oleh berbagai jenis enzim yang bertindak sebagai
katalisator selain ia dipengaruhi juga oleh beberapa jenis hormon yang spesifik. Antara reaksi
kimia yang dimaksudkan adalah reaksi metabolisme beberapa jenis zat nutrisi seperti
karbohidrat, protein dan lemak yang mana kemudiannya bisa menghasilkan dan
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Dengan meningkatnya kadar glukosa darah ia
secara tidak langsung bisa mempengaruhi energi pada tubuh seseorang. Walaubagai
manapun, glukosa yang dihasilkan melalui reaksi metabolisme nutrisi ini hanya dapat
bertahan dalam periode tertentu. Oleh yang demikian, untuk memastikan tubuh dapat
beraktivitas secara optimum tanpa sebarang gangguan, seseorang haruslah mengamalkan diit
yang seimbang dan pola makan yang teratur.

Kata kunci: Karbohidrat, protein, lemak, glukosa

Abstract

In normal and healthy conditions, many chemical reactions are prevalent in the human body.
These reactions are generally aided by different types of enzymes that act as catalysts in
addition to being influenced by certain types of hormones. Among the chemical reactions that
are meant are metabolic reactions of several types of nutrients such as carbohydrates,
proteins and fats which can then produce and increase blood glucose levels. With the
increase in blood glucose levels he can indirectly affect the energy in a person's body. Either
way, the glucose produced by these nutrient metabolism reactions can only last for a certain
period. By doing so, to ensure the body can optimally perform without any interference, one
must practice a balanced diet and a regular diet.
Keywords: Carbohydrate, protein, fats, glucose

Pendahuluan

Sebagian besar reaksi kimia di dalam sel berkaitan dengan pembuatan energi dalam
makanan yang tersedia untuk berbagai sistem fisiologis sel. Contohnya energi dibutuhkan
untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar, mempertahankan potensial membran pada saraf dan
serabut otot, pembentukan zat di dalam sel, absorbsi makanan dari saluran pencernaan, dan
berbagai fungsi lainnya. Semua zat makanan berenergi (karbohidrat, lemak, dan protein)
dapat dioksidasi di dalam sel, dan selama proses ini berlangsung, sejumlah besar energi akan
dibebaskan.1

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme merupakan satu proses pengolahan baik pengolahan untuk membentuk


molekul baru (anabolisme) atau menguraikan sesuatu molekul (katabolisme) membentuk
molekul baru sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pada masa yang sama, karbohidrat merupakan
sumber energi utama dalam tubuh yang mana akan diuraikan menjadi monosakarida
terutamanya glukosa. Reaksi metabolisme karbohidrat atau pengolahan karbohidrat ini
melibatkan beberapa proses seperti glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, HMP Shunt
(jalur pentose fosfat), glikogenesis, glikogenolisis dan glukoneogenesis.

Glikolisis merupakan proses yang menghasilan energi kimia dengan mengoksidasi


glukosa menjadi piruvat. Kata glikolisis berarti pemecahan gula. Pada proses ini, glukosa
(gula 6 karbon) dipecah menjadi gula tiga karbon. Gula yang lebih kecil ini kemudian
dioksidasi dan sisa atom diatur ulang membentuk dua molekul piruvat (piruvat adalah bentuk
terionisasi dari asam piruvat). Terdapat beberapa tahap dalam glikolisis.

Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa (penambahan gugus fosfat). Reaksi ini
dimungkinkan oleh enzim heksokinase atau enzim glukokinase, yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP (Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke glukosa,
mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu ATP molekul, yang merupakan
mata uang energi tubuh, digunakan dan akan ditransformasikan ke ADP (Adenosin difosfat),
karena pemisahan satu kelompok fosfat. Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal
ini dimungkinkan oleh aksi dari enzim phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari
tahap sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan berubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang merupakan
isomer nya (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus molekul yang sama tetapi
susunan berbeda dari atom).

Pada tahap berikutnya, fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 1, 6-bifosfat
dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dimungkinkan oleh fosfofruktokinase
enzim yang memanfaatkan satu molekul ATP lebih dalam proses. Pada tahap keempat, enzim
adolase membawa pemisahan fruktosa 1, 6-bifosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda
yang keduanya isomer satu sama lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat
dan fosfat dihidroksiaseton. Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Secepat
itu dibuat, molekul itu akan diubah menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim yang disebut
fosfat triose. Jadi dalam totalitas, tahap keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan dua
molekul gliseraldehida fosfat.

Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah pembentukan NADH
dari NAD + (nicotinamide adenin dinukleotida) dengan menggunakan enzim dehydrogenase
fosfat triose dan kedua adalah penciptaan 1,3- bifosfogliserat dari dua molekul gliseraldehida
fosfat yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Kemudian, tahap ketujuh melibatkan
penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua molekul 3-fosfogliserat dari reaksi
phosphoglycerokinase pada dua molekul produk 1,3-bifosfogliserat. Tahap delapan adalah
reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan relokasi dari atom fosfor dalam 3-
fosfogliserat asam dari karbon ketiga dalam rantai untuk karbon kedua dan menciptakan 2 -
asam fosfogliserat.

Setelah itu, enzim enolase akan menghilangkan sebuah molekul air dari 2-
fosfogliserat untuk membentuk asam lain yang disebut asam phosphoenolpyruvic (PEP).
Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-fosfogliserat yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
Selanjutnya, tahap yang ke sepuluh melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan
dua molekul asam piruvat dari aksi enzim kinase piruvat pada dua molekul asam
phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan oleh transfer
dari atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP (Adenosin trifosfat).
Dengan demikian, energi bersih yang didapat dari glikolisis tiap molekul glukosa adalah 2
ATP ditambah 2 NADH.

Pada akhirnya, semua karbon yang berasal dari glukosa dihitung sebagai dua molekul
piruvat, tidak ada CO2 dilepaskan dari proses ini. Bagaimanapun juga, apabila O2 ada dalam
jumlah yang cukup, energy yang tersimpan dalam piruvat dan NADH akan diubah oleh siklus
asam sitrat dan fosforilasi oksidatif. 2 Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria,
dan setelah konversi menjadi asetil-KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam
sitrat (Siklus Kreb’s). Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam
glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang
alik (shuttle).1.2

Kemudian, terdapat proses oksidasi piruvat. Piruvat yang terbentuk di sitosol diangkut
ke dalam mitokondria oleh suatu simporter proton. Di dalam mitokondria, piruvat mengalami
dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA oleh suatu kompleks multienzim yang terdapat di
membran dalam mitokondria yaitu kompleks piruvat dehidrogenase.3 Piruvat dehidrogenase
dihambat oleh produknya, yaitu asetil-koA dan NADH. Jalur oksidasi piruvat ini merupakan
penghubung antara glikolisis dan siklus Kreb’s. Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam
lintasan oksidasi piruvat adalah dimulai dengan piruvat mengalami dekarboksilasi oleh
komponen pyruvat dehydrogenase sehingga terbentuknya asetil koA selain pada masa yang
sama, menghasilkan dua molekul NADH dan dua molekul karbon dioksida.

Enzim pyruvate dehydrogenase ini juga diatur melalui fosforilasi oleh suatu kinase
tiga residu serin pada komponen piruvat dehidrogenase kompleks multienzim sehingga
aktivitas enzim menurun, dan menyebabkan peningkatan aktivitas melalui defosforilasi oleh
suatu fosfatase. Kinase diaktifkan oleh peningkatan rasio [ATP]/[ADP], [asetil-KoA]/[KoA],
dan [NADH]/[NAD+]. Oleh sebab itu, piruvat dehidrogenase, dan dengan demikian
glikolisis, dihambat jika tersedia ATP dalam jumlah memadai dan jika asam lemak
teroksidasi. Di jaringan adiposa, tempat glukosa menghasilkan asetil-KoA untuk lipogenesis,
enzim tersebut diaktifkan sebagai respons terhadap insulin.3

Seterusnya, siklus asam sitrat atau yang biasa disebut sebagai siklus krebs merupakan
siklus akhir dari oksidasi dari karbohidrat, protein maupun lipid yang di metabolisir menjadi
asetil-koA. Siklus asam sitrat juga memiliki peran penting dalam glukoneogenesis, dan
lipogenesis. Glukoneogenesis merupakan pembentukan glukosa dari senyawa non
karbohidrat sedangkan lipogenesis merupakan pembentukan lemak yang digunakan sebagai
cadangan energy dalam tubuh manusia.

Siklus asam sitrat sendiri terjadi di dalam mitokondria dari sel dan pada awalnya
siklus asam sitrat diawali oleh kondensasi dari asetil-KoA dengan oksaloasetat membentuk
sitrat dikatalis oleh sitrat sintase. Proses kondensasi ini menggunakan bantuan dari H2O
sehingga menjadi Sitrat +KoA. Lalu sitrat dikonversi oleh enzim akonitase yang mengandung
Fe2+ menjadi isositrat. Reaksi ini dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluorasetil-
KoA mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa
ini menghambat akonitase sehingga menyebabkan penumpukan sitrat yang berefek
menghambat fosfofruktokinase yang mengkonversi fruktosa-6P menjadi fruktosa 1,6 bifosfat.

Setelah itu isositrat mengalami dehidrogenase dengan enzim isositrat dehidrogenase


dan NAD untuk membentuk oksalosuksinat lalu melepas CO2 yang pertama untuk
membentuk alfa ketoglutarat. Reaksi ini melibatkan rantai pernafasan sehingga menghasilkan
3ATP oleh NADH. Lalu alfa ketoglutarat sendiri akan membentuk suksinil-KoA dengan
bantuan enzim alfa ketoglutarat dehidrogenase, NAD+ dan KoA. Pada saat ini melepaskan
CO2 yang kedua dalam siklus asam sitrat dan menghasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai
pernafasan. Reaksi ini dihambat oleh arsenit sehingga menyebabkan penumpukan
alfaketoglutarat. Lalu suksinil-KoA sendiri dirubah menjadi suksinat dengan enzim suksinat
tiokinase.

Pada saat ini merupakan satu satunya reaksi yang membentuk fosfat berenergi tinggi
tingkat substrat. Reaksi ini melibatkan GDP menjadi GTP lalu dikonversikan dari GTP Ke
ATP dengan reaksi GTP+ADP->ATP+GDP. Lalu reaksi berlanjut dari Suksinat menjadi
fumarat dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase dan koenzim FAD. Pada reaksi ini
maka dihasilkan 2ATP oleh FADH melalui rantai pernafasan. Lalu dengan enzim fumarase
yaitu dengan reaksi penambahan air, maka fumarat diubah menjadi malat. Malat sendiri akan
diubah menjadi oksaloasetat dengan bantuan malat dehidrogenase dan koenzim NAD.

Pada reaksi ini maka dihasilkan 3ATP oleh NADH melalui rantai pernafasan. Dan
oksaloasetat sendiri akan berikatan dengan asetil-KoA lagi dan menjadi Sitrat sehingga
membentuk sebuah rantai siklus yang berkepanjangan. Total dari ATP yang dihasilkan oleh 1
molekul asetil KoA adalah 11 ATP melalui rantai pernafasan dan 1 ATP melalui tingkat
substrat.3

Selanjutnya, terdapat juga reaksi HMP Shunt atau jalur pentose fosfat. Jalur pentosa
fosfat adalah rute alternatif untuk metabolisme glukosa. Jalur ini tidak menyebabkan
terbentuknya ATP, tetapi memiliki dua fungsi utama: pembentukan NADPH untuk sintesis
asam lemak dan steroid, dan sintesis ribosa untuk membentuk nukleotida dan asam nukleat.
Oleh yang demikian, terdapat dua fase jalur pentose fosfat yaitu fase oksidatif dan fase non-
oksidatif sesuai dengan fungsinya. Pada fase oksidatif, glukosa difosforilasi sehingga menjadi
glukosa-6-fosfat, dikatalisis enzim heksokinase. Kemudian, glukosa-6-fosfat akan diubah
menjadi 6-fosfoglukonolakton yang dikatalisis enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase. Pada
tahap ini juga molekul NADPH dihasilkan. Setelah itu, 6-fosfoglukonolakton diubah menjadi
6-fosfoglukonat, dikatalisis oleh enzim lactonase. Seterusnya, 6-fosfoglukonat akan diubah
menjadi ribulosa 5-fosfat yang dikatalisis oleh enzim 6-fosfoglukonat dehydrogenase. Pada
tahap ini NADPH dihasilkan dan karbon dioksida dilepaskan. Selanjutnya, ribulosa 5-fosfat
akan diubah oleh enzim fosfopentosa isomerase menjadi menjadi ribose 5-fosfat (gula
berkarbon 5 atau pentose)

Yang kedua adalah fase non oksidatif. Fase non oksidatif terjadi pada jaringan yang
sangat membutuhkan NADPH, karena pada fase ini tidak dihasilkan gula pentosa. Ribosa 5-
fosfat yang dihasilkan akan segera diubah kembali menjadi glukosa 6-fosfat sehingga hanya
menghasilkan NADPH saja. NADPH yang dihasilkan dalam proses ini merupakan agen
pereduksi yang penting untuk menangkal radikal bebas oksigen. Sel-sel eritrosit dan lensa
mata yang bersentuhan langsung dengan oksigen memerlukan NADPH untuk menghindari
terjadinya kerusakan jaringan. Oksigen dapat berperan sebagai radikal bebas dengan cara
mencuri elektron dari berbagai molekul yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan
jaringan. NADPH akan berperan sebagai agen penyumbang elektron sehingga oksigen tidak
perlu mencurinya dari molekul lain.

NADPH juga diperlukan oleh jaringan yang secara aktif membetuk asam lemak
seperti hati, jaringan lemak, dan kelenjar susu. Jaringan yang aktif membentuk kolesterol dan
steroid seperti hati, kelanjar adrenal dan gonad juga memerlukan NADPH dari proses ini.
Langkah-langkah fase non oksidatif jalur pentosa fosfat sama dengan fase oksidatif, hanya
saja pada tahap akhir terjadi pengubahan ribosa 5-fosfat menjadi glukosa 6-fosfat dan
melibatkan dua jenis enzim yaitu enzim transaldolase dan transktolase.

Di sel darah merah, jalur pentosa fosfat menghasilkan NADPH untuk mereduksi
glutation teroksidasi yang dikatalisis oleh glutation reduktase, suatu flavoprotein yang
mengandung FAD. Glutation tereduksi mengeluarkan H2O2 dalam suatu reaksi yang
dikatalisis oleh glutation peroksidase. Reaksi ini penting karena penimbunan H2O2 dapat
mempersingkat umur eritrosit dengan menyebabkan kerusakan oksidatif di membran sel
sehingga terjadi hemolisis.3,4

Selain glikolisis, terdapat juga proses glikogenesis. Glikogenesis adalah proses


pembentukan atau biosintesis glikogen yang terjadi terutama di dalam hati dan otot. Glikogen
atau gula otot merupakan cadangan makanan yang dibentuk dari molekul glukosa hasil
pencernaan makanan. Glukosa akan saling berikatan dengan ikatan α 1-4 glikosidik
untuk membentuk glikogen.

Kelebihan kadar glukosa di dalam darah akan memicu disekresikannya hormon


insulin untuk memicu terjadinya glikogenesis. Glikogen ini dapat dipecah lagi menjadi
glukosa saat kadar glukosa darah menurun seperti dalam keadaan lapar atau puasa.
Glikogenesis terjadi dengan cara penambahan molekul glukosa pada rantai glikogen yang
telah ada (disebut sebagai glikogen primer). Penambahan glukosa akan terjadi secara
bertahap, satu demi satu molekul glukosa akan memperpanjang glikogen yang telah ada.

Proses glikogenesis dimulai dengan fosforilasi glukosa oleh ATP menjadi glukosa 6-
fosfat, dikatalisis oleh enzim glukokinase/hexokinase. Berikutnya glukosa 6-fosfat
mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat, dikatalisis oleh enzim
fosfoglukomutase. Setelah itu, glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan uridin tri phosphate
(UDP) menjadi uridil di phosphate glukosa (UDP-glukosa), dikatalisis oleh enzim glukosa 1-
fosfat uridil transferase. UDP-glukosa kemudian akan diikatkan pada rantai glikogen yang
sudah ada, dikatalisis oleh enzim glikogen sintase. Dalam proses ini, atom C pertama dari
UDP-glukosa diikatkan ke atom C keempat yang ada pada rantai glikogen primer dan
membentuk ikatan α 1-4 glikosidik.

Berikutnya enzim pembentuk cabang (branching enzyme) akan memindahkan kurang


lebih 6 residu glukosa pada salah satu residu glukosa yang ada pada glikogen primer untuk
membentuk titik cabang. Enam residu gukosa tersebut akan diikatkan pada atom C nomor 6
pada molekul glikogen primer. Penambahan glukosa terus berlangsung pada kedua cabang
hingga semakin panjang dan akan terbentuk banyak cabang-cabang baru di berbagai lokasi.
Glikogenesis akan berakhir apabila gula dalam darah telah mencapai kadar yang normal.

Pada masa yang sama, glikogenolisis merupakan rantai yang terpisah dari
glikogenesis. Glikogenolisis merupakan reaksi di mana glikogen akan diuraikan menjadi
glukosa. Penguraian merupakan tahap yang dikatalisis oleh enzim fosforilase dengan
membatasi kecepatan di dalam glikogenolisis. Enzim ini berfungsi untuk proses pemecahan
fosforilasi rangkaian 1-4 untuk menghasilkan glukosa 1-P. Molekul dibuang sampai sekitar
kira-kira tinggal 4. Enzim lainnya yaitu glukan transferase yaitu berfungsi memindahkan unit
trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat cabang 1-6 terpajan dan
diputuskan oleh enzim pemutus cabang (debranching enzime). Dengan pembuangan cabang
tersebut maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlanjut. Gabungan enzim-enzim
yang telah disebutkan diatas membuat pemecahan glikogen menjadi lengkap. Glukosa 1-P
dapat menjadi glukosa 6-P lagi dan dengan bantuan enzim dari hati dan ginjal (tidak terdapat
di otot) yaitu glukosa 6 fosfatase membuat glukosa 6-P membuang gugus fosfatnya menjadi
glukosa untuk didifusikan kedalam darah. Peristiwa ini merupakan peristiwa akhir dari
glikogenolisis hepatik yang tercermin dalam kenaikan kadar dari glukosa darah.3

Tidak kurang juga, tubuh turut melakukan reaksi glukoneogenesis yang mana ia
adalah proses mengubah prekursor nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Substrat
utamanya adalah asam-asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Hati dan
ginjal adalah jaringan glukoneogenik utama.2 Glukoneogenesis mempunyai banyak enzim
yang sama dengan glikolisis, tetapi demi alasan termodinamika dan pengaturan,
glukoneogenesis bukan kebalikan dari proses glikolisis karena ada tiga tahap reaksi dalam
glikolisis yang tidak reversibel, artinya diperlukan enzim lain untuk reaksi kebalikannya.

Enzim glikolitik yang terdiri dari glukokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase
mengkatalisis reaksi yang ireversibel sehingga tidak dapat digunakan untuk sintesis glukosa.
Dengan adanya tiga tahap reaksi yang tidak reversibel tersebut, maka proses glukoneogenesis
berlangsung melalui tahap reaksi lain. Reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan
suatu reaksi kompleks yang melibatkan beberapa enzim dan organel sel (mitokondrion), yang
diperlukan untuk mengubah piruvat menjadi malat sebelum terbentuk fosfoenolpiruvat.
Tiga reaksi pengganti yang pertama mengubah piruvat menjadi fosfoenolpiruvat (PEP), jadi
membalik reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase. Perubahan ini dilakukan dalam 4
langkah. Pertama, piruvat mitokondria mengalami dekarboksilasi membentuk oksaloasetat.
Reaksi ini memerlukan ATP (adenosin trifosfat) dan dikatalisis oleh piruvat karboksilase.
Seperti banyak enzim lainnya yang melakukan reaksi fiksasi CO2, pada reaksi ini
memerlukan biotin untuk aktivitasnya.

Oksaloasetat direduksi menjadi malat oleh malat dehidrogenase mitokondria. Pada


reaksi ini, glukoneogenesis secara singkat mengalami overlap (tumpang tindih) dengan siklus
asam sitrat. Malat meninggalkan mitokondria dan dalam sitoplasma dioksidasi membentuk
kembali oksaloasetat. Kemudian oksaloasetat sitoplasma mengalami dekarboksilasi
membentuk PEP pada reaksi yang tidak memerlukan GTP (guanosin trifosfat) yang
dikatalisis oleh PEP karboksikinase. Reaksi pengganti kedua dan ketiga dikatalisis oleh
fosfatase. Fruktosa-1,6-bisfosfatase mengubah fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi fruktosa-6-
fosfat, jadi membalik reaksi yang dikatalisis oleh fosfofruktokinase. Glukosa-6-fosfatase
yang ditemukan pada permulaan metabolisme glikogen, mengkatalisis reaksi terakhir
glukoneogenesis dan mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa bebas.

Dengan penggantian reaksi-reaksi pada glikolisis yang secara termodinamika


ireversibel, glukoneogenesis secara termodinamika seluruhnya menguntungkan dan diubah
dari lintasan yang menghasilkan energi menjadi lintasan yang memerlukan energi. Dua fosfat
berenergi tinggi digunakan untuk mengubah piruvat menjadi PEP. ATP tambahan digunakan
untuk melakukan fosforilasi 3-fosfogliserat menjadi 1,3-bisfosfogliserat. Diperlukan satu
NADH pada perubahan 1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida-3-fosfat. Karena 2
molekul piruvat digunakan pada sintesis satu glukosa, maka setiap molekul glukosa yang
disintesis dalam glukoneogenesis, sel memerlukan 6 ATP dan 2 NADH. Glikolisis dan
glukoneogenesis tidak dapat bekerja pada saat yang sama. Oleh karena itu, ATP dan NADH
yang diperlukan pada glukoneogenesis harus berasal dari oksidasi bahan bakar lain, terutama
asam lemak.5

Metabolisme lemak

Dalam reaksi metabolisme lemak, terdapat proses oksidasi asam lemak. Meskipun
asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari asetil-KoA, namun
oksidasi asam lemak bukan merupakan pembalikan sederhana dari biosintesis asam lemak,
tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di kompartemen sel yang
berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari biosintesis di sitosol
memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan diintegrasikan sesuai
kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-KoA
yang dikatalisis oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai
koenzim, dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang
memerlukan keberadaan oksigen.

Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-
asam ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam
lemak ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan
terdapat dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.

Asam lemak mula-mula harus diubah menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim
tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang
menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi
dihidrolisis oleh pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya
yang memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase
ditemukan di retikulum endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar
mitokondria.6

Karnitin tersebar luas dan terutama banyak terdapat di otot. Asil-KoA rantai panjang
tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I,
yang terdapat di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi
asilkarnitin yang mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem
oksidasi- enzim. Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di
membran dalam mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan
pengangkutan keluar satu molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA
yang dikatalisis oleh karnitin palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran
dalam. Asil-KoA terbentuk kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.

Pada oksidasi- terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA- yang
dimulai dari ujung karboksil. Rantai diputus antara atom karbon - (2) dan – (3) karena itu
dinamai oksidasi-. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA; Jadi, palmitoil-KoA
menghasilkan delapan molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom karbon ganjil
dioksidasi melalui jalur oksidasi-, yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa sebuah
residu tiga karbon (propionil-KoA). Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu
konstituen siklus asam sitrat. Karena itu, residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah
satu-satunya bagian asam lemak yang bersifat glukogenik.7

Setelah itu, terdapat proses lipogenesis di mana asam lemak disintesis oleh sistem
ekstramitokondria yang bertanggung jawab untuk mensintesis palmitat dari asetil-KoA di
sitosol. Pada sebagian besar mamalia, glukosa adalah substrat utama untuk lipogenesis, tetapi
pada hewan pemamah biak substrat tersebut adalah asetat, yaitu molekul bahan bakar
terpenting yang dihasilkan dari makanan. Jalur utama sintesis de novo asam lemak
berlangsung di sitosol. Sistem ini terdapat di banyak jaringan, meliputi hati, ginjal, otak, paru,
kelenjar mamaria, dan jaringan adiposa. Kebutuhan kofaktornya mencakup NADPH, ATP,
Mn2+, biotin, dan HCO3-. Asetil-KoA adalah substrat langsungnya, dan palmitat bebas
adalah produk akhirnya.
Pembentukan malonil-KoA adalah tahap awal dan pengendali dalam sistem asam
lemak. Bikarbonat sebagai sumber CO2 diperlukan dalam reaksi awal untuk karboksilasi
asetil-KoA menjadi malonil-KoA dengan keberadaan ATP dan asetil-KoA karboksilase.
Asetil-KoA karboksilase memerlukan vitamin biotin. Enzim ini adalah suatu protein
multienzim yang mengandung subunit-subunit identik dengan jumlah bervariasi, masing-
masing mengandung biotin, biotin karboksilase, protein pembawa biotin karboksil, dan
transkarboksilase, serta tempat alosterik regulatorik. Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap:
karboksilasi biotin yang melibatkan ATP dan pemindahan karboksil ke asetil-KoA untuk
membentuk malonil-KoA.

Kompleks asam lemak sintase adalah suatu polipeptida yang mengandung tujuh
aktivitas enzim. Pada bakteri dan tumbuhan, masing-masing enzim pada sistem asam lemak
sintase terpisah, dan ditemukan radikal asil dalam betuk kombinasi dengan suatu protein yang
disebut protein pengangkut asil (ACP). Namun pada ragi, mamalia, dan unggas, sistem
sintase adalah suatu kompleks polipeptida multienzim yang memasukkan ACP dan
mengambil alih peran KoA. Kompleks ini mengandung vitamin asam pantotenat dalam
bentuk 4’-fosfopantetein. Pemakaian satu unit fungsional multienzim memiliki keunggulan
berupa tercapainya efek kompartementalisasi proses di dalam sel tanpa perlu membentuk
sawar permeabilitas, dan sintesis semua enzim di kompleks tersebut terkoordinasi karena
dikode oleh satu gen.

Pada mamalia, kompleks asam lemak sintase adalah suatu dimer yang terdiri dari dia
monomer identik, masing-masing menganding ketujuh aktivitas enzim lemak sintase pada
sati rantai polipeptida. Pada awalnya, suatu molekul priming asetil-KoA berikatan dengan
gugus –SH sistein yang dikatalisis oleh asetil transasilase. Malonil-KoA berikatan dengan –
SH di dekatnya pada 4’-fosfopantetein ACP di monomer yang lain yang dikatalisis oleh
malonil transasilase, untuk membentuk asetil-malonil enzim. Gugus asetil menyerang gugus
metilen di residu malonil yang dikatalisis oleh 3-ketoasil sintase dan membebaskan CO2,
membentuk 3-ketoasil enzimm membebaskan gugus –SH sistein. Dekarboksilasi
memungkinkan reaksi tersebut berlangsung tuntas, dan menarik sekuens reaksi keseluruhan
ke arah selanjutnya. Gugus 3-ketoasil akan tereduksi, terdehidrasi, dan kembali tereduksi
untuk membentuk enzim asil-S jenuh. Molekul malonil-KoA baru berikatan dengan –SH
pada 4’fosfopantetein, menggeser residu asil jenuh ke gugus –SH sistein bebas. Rangkaian
reaksi diulang enam kalo lagi sampai terbentuk radikal asil 16-karbon (palmitil) yang jenuh.
Senyawa ini dibebaskan dari kompleks enzim oleh aktivitas enzim ketujuh di
kompleks, yaitu tioesterase. Palmitat bebas harus diaktifkan menjadi asil-KoA sebelum dapat
diproses lebih lanjut melalui jalur metabolik lain. Biasanya palmitat ini mengalami estrifikasi
menjadi asilgliserol, pemanjangan rantai atau desaturasi, atau esterifikasi menjadi ester
kolesteril. Asetil-KoA yang digunakan sebagai primer membentuk atom karbon 15 dan 16
pada palmitat. Penambahan seluruh unit C2 selanjutnya adalah melalui malonil-KoA.8

Kemudian, triasilgliserol adalah lipid utama di timbunan lemak dan di dalam


makanan. Peran senyawa ini adalah dalam transpor dan penyimpanan lipid. Triasilgliserol
harus dihidrolisis oleh lipase menjadi unsur pokoknya, yaitu asam lemak dan gliserol
sebelum dapat dikatabolisme lebih lanjut. Sebagian besar proses hidrolisis ini terjadi di
jaringan adiposa disertai pembebasan asam lemak bebas ke dalam plasma, tempat asam-asam
ini berikatan dengan albumin serum. Hal ini diikuti oleh penyerapan asam lemak bebas oleh
jaringan tempat asam-asam ini dioksidasi atau mengalami re-esterifikasi. Pemakaian gliserol
bergantung pada apakah jaringan memiliki gliserolkinase yang dijumpai dalam jumlah
bermakna di hati, ginjal, usus, jaringan adiposa cokelat, dan kelenjar mamaria laktasi.

Dua molekul asil-KoA yang dibentuk melalui pengaktifan asam lemak oleh asil-KoA
sintetase berikatan dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk fosfatidat (1,2-diasilgliserol
fosfat). Hal ini berlangsung dalam dua tahap, yang dikatalisis oleh gliserol-3-fosfat
asiltransferase dan 1-asilgliserol-3-fosfat asil transferase. Fosfatidat diubah oleh fosfatidat
fosfohidrolase dan diasilgliserol asiltransferase (DGAT) menjadi 1,2-diasilgliserol dan
kemudian trasilgliserol. DGAT mengatalisis satu-satunya tahap yang spesifik untuk sintesis
triasilgliserol dan diperkirakan menentukan laju reaksi pada sebagian besar keadaan. Di
mukosa usus, monoasilgliserol asiltransferase mengubah monoasilgliserol menjadi 1,2-
diasilgliserol di jalur monoasilgliserol. Sebagian besar aktivitas enzim-enzim ini dijumpai di
retikulum endoplasma, tetapi sebagian dijumpai di mitokondria. Fosfatidat fosfohidrolase
terutama ditemukan di sitosol, tetapi bentuk aktif enzim ini terikat dengan membran.

Simpanan triasilgliserol di jaringan adiposa secara terus-menerus mengalami lipolisis


dan re-esterifikasi. Kedua proses ini adalah jalur yangs ama sekali berbeda yang melibatkan
reaktan dan enzim yang berlainan. Hal ini memungkinkan proses esterifikasi atau lipolisis
diatir secara terpisah oleh banyak faktor nutrisi, metabolik, dan hormon, Hasil kedua proses
ini menentukan besarnya kompartemen asam lemak bebas di jaringan adiposa, yang pada
gilirannya menentukan kadar asam lemak bebas di dalam plasma. Karena kadar asam lemak
bebas ini memiliki efek paling mencolok pada metabolisme jaringan lain, terutama hati dan
otot, faktor-faktor yang bekerja pada jaringan adiposa yang mengatur aliran keluar asam
lemak bebas menimbulkan pengaruh yang jauh melebihi pengaruh pada jaringan itu sendiri.

Triasilgliserol disintesis dari asil-KoA dan gliserol 3-fosfat. Karena enzim gliserol
kinase tidak diekspresikan di jaringan adiosa, gliserol tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan gliserol 3-fosfat yang harus dipasok oleh glukosa melalui glikolisis.

Triasilgliserol dihidrolisis oleh lipase peka-hormon untuk membentuk asam lemak


bebas dan gliserol. Lipase ini berbeda dari lipoprotein lipase yang mengatalisis hidrolisis
triasilgliserol lipoprotein sebelum penyerapannya ke dalam jaringan ekstrahepatik. Karena
tidak dapat digunakan, gliserol masuk ke darah dan diserap serta digunakan oleh jaringan,
seperti hati dan ginjal yang memiliki suati gliserol kinase aktif. Asam-asam lemak bebas yang
dibentuk oleh lipolisis dapat diubah kembali di jaringan adiposa menjadi asil-KoA oleh asil-
KoA sintetase dan dire-esterifikasi dengan gliserol 3-fosfat untuk membentuk triasilgliserol.
Oleh karena itu, terjadi siklus lipolisis dan re-esterifikasi yang terus menerus di dalam
jaringan tersebut. Namun, jika laju re-esterifikasi tidak dapat mengimbangi laju lipolisis,
terjadi akumulasi asam lemak bebas yang kemudian berdifusi ke dalam plasma tempat asam-
asam ini berikatan dengan albumin dan meningkatkan kadar asam lemak bebas plasma.

Metabolisme asam amino

Metabolisme asam amino dimulai setelah protein dipecah menjadi asam amino. Asam
amino akan memasuki siklus TCA (Tri Carboxylic Acid) bila dibutuhkan sebagai sumber
energi atau apabila berada dalam jumlah berlebih dari yang dibutuhkan untuk sintesis protein.
Mula-mula asam amino akan mengalami penglepasan gugus amino kemudian baru diikuti
dengan perubahan kerangka karbon pada molekul asam amino. Dua proses utama
penglepasan gugus amino adalah transaminasi dan deaminasi.

Transaminasi adalah proses katabolisme asam amino yang melibatkan pemindahan


gugus amino dari satu asam amino kepada asam amino yang lain. Dalam reaksi transminasi
ini gugus amino dari suatu asam amino dipindahkan kepada salah satu dari tiga senyawa keto,
yaitu asam piruvat, alpha ketoglutarate atau oksaloasetat, sehingga senyawa keto ini diubah
menjadi asam amino, sedangkan asam amino semula diubah menjadi asam keto. Terdapat dua
enzim penting dalam reaksi transaminase yaitu alanin dan glutamate transaminase yang
bekerja sebagai katalis dalam reaksi. Reaksi transaminasi adalah bersifat reversible. Pada
reaksi ini tidak ada gugus amino yang dilepaskan oleh asam amino diterima oleh asam keto.
Alanin transaminase merupakan enzim yang mempunyai kekhasan terhadap asam piruvat-
alanin sebagai satu pasang substrat tetapi tidak terhadap asam-asam amino yang lain. Apabila
alanin transaminase terdapat dalam jumlah yang banyak, maka alanin yang dihasilkan dari
reaksi transaminasi akan menjadi asam glutamat. Dengan demikian, hasil reaksi transaminasi
keseluruhan adalah asam glutamat. Reaksi transaminasi ini terjadi dalam mitokondria
maupun dalam cairan sitoplasma.

Asam amino dengan reaksi transaminasi dapat diubah menjadi asam glutamat. Dalam
beberpa sel misalnya dalam bakteri, asam glutamat dapat mengalami proses deaminasi
oksidatif yang menggunakan glutamate dehidrogenase sebagai katalis. Dalam proses ini asam
glutamat melepaskan gugus amino dalam bentuk NH4+. Selain NADH+ glutamat
dehidrogenase dapat pula menggunakan NADP+ sebagai akseptor elektron. Oleh karena asam
glutamat merupakan hasil akhir proses transaminasi, maka glutamat dehidrogenase
merupakan enzim yang penting dalam metabolisme asam amino. Selanjutnya ion amonium
masuk ke dalam siklus urea. Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino
dapat memasuki siklus asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam.

Gugus-gugus amino dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya


masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya
dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan
terdiri atas beberapa tahap yaitu dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium
bereaksi dengan CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam reaksi ini diperlukan energi dari
ATP. Setelah itu, terdapat proses dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil
fosfat bereaksi dengan L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan. Setelah
itu, terdapat proses dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan
L-aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP.
Kemudian, dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi
fumarat dan L-arginin. Selanjutnya adalah dengan peran enzim arginase, penambahan H2O
terhadap L-arginin akan menghasilkan L-ornitin dan urea.

Kesimpulan

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam tubuh. Namun, dalam keadaan
tertentu ia bisa mengalami insufisiensi tergantung dengan kondisi seseorang. Oleh yang
demikian, bagi mengatasi gangguan ini tubuh dapat melakukan reaksi metabolisme selain
karbohidrat yaitu protein dan juga lemak untuk menghasilkan glukosa melalui proses
glukoneogenesis. Dengan demikian, kadar glukosa dalam darah akan tetap meningkat
sekaligus meningkatkan juga energi dalam tubuh untuk memudahkan seseorang beraktivitas.

Daftar pustaka

1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: EGC;
2008.h.871.
2. Campbell NA, Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, et al.
Biology. 8th ed. San Fransisco: Pearson; 2008.
3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: EGC;
2009.
4. Suhardjo dan Kusharto CM. Prinsip-prinsip ilmu gizi. Yogyakarta: Kanisius;2010.
5. Mayer BH, Tucker L, Williams S, Ilmu gizi menjadi sangat mudah. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2011.h.36-7; 57-9.
6. Sediaoetama AD. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Ed 10. Jakarta: Penerbit
DIAN RAKYAT; 2012
7. Marks DB. Biokimia kedokteran dasar : sebuah pendekatan klinis. Jakarta: EGC;
2004.h.376-84
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;
2011.h.780-90.

Anda mungkin juga menyukai