SANDRA MOREYNA
NIM. P031714401067
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN RIAU
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung.
Gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia
maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis
paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan
terserang gejala gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang
dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga
menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan,
kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi (Rafani 2009,dalam Rona Sari
2010). Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita Gastritis
antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat
negara dunia dan mendapatkan hasil dari angka persentase kejadian gastritis di
dunia , diantaranya Inggris 22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan
Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui
endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih
tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.
Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%
dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %). Prevalensi penderita gastritis di seluruh
penyakit Gastritis.
2020”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam proposal laporan tugas
akhir ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan gastritis pada keluarga di wilayah kerja
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan keperawatan Home Care pada klien dengan
a. Untuk mengetahui hasil pengkajian klien dengan Gastritis diwilayah kerja puskesmas
b. Untuk mengetahui Perencanaan Askep klien dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas
c. Untuk mengetahui pelaksanaan Askep klien dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas
d. Untuk mengetahui evaluasi Askep keluarga dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas
1.4.1 Teoritis
Hasil penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
a. Puskesmas
b. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/I dalam proses belajar mengajar khususnya
c. Penulis
Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam membuat
2.1.1 Pengertian
supersial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan
Gastritis atau secara umum dikenaldengan istilah sakit “maag” atau ulu hati
2.1.2 Etiologi
NSAIDS (non stroid anti inflamasi drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis
prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi
4. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat)
5. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain-lain.
2.1.3 Klasifikasi
1. Gastrtis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan
perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenal
2. Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa gastrik sehingga
produksi HCl menurun dan menimbulkan kondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis
menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa
lambung. Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis
atropi kronik memiliki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan
b. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh helicobacter pylori. Terdapat
inflamasi yang difuse pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga sering
Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran
cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas.(Suratun &
Lusianah (2010)) manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini :
1. Anoreksia
2. Rasa penuh
5. Sendawa
6. Hematemesis
2.1.5 Patofisiologi
Obat-obatan, alcohol, garam empedu, zatiritan lainnya dapat merusak mukosa lambung
(gastritis erosif).Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti
oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl
akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen
menjadi pepsin.Pepsin merangsang pelepasan histamine dan sel mast. Histamine akan
ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada
lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus
menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa
lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Factor intrinsic yang dihasilkan
oleh sel mukosa lambung akan menurun dan hilang sehingga cobalamin (B12) tidak dapat
diserap di usu halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan
maturasi sel darah merah.Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.Selain itu
dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.(Suratun &
Lusianah, 2010).
2.1.6 Pathway
2.1.7 Komplikasi
1. Gastritis akut
Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau melena.
2. Gastritis kronik
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi
2. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi vitamin B12.
Kadar normal menurut Priscilla, dkk (2016) adalah 200-1000 pg/ml dengan penurunan
5. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel parietal dan factor
Pada klien yang mengalami mual muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO
(nothing peroral), pemberian antiemetic dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh
klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari.Bila muntah berlanjut perlu
perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan
meningkatkan pH lambung sekitar 6.Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidine) dan
inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam
dua atau tiga antibiotic dapat diberikan untuk mengeradikasi helicobacter pylori (seperti
Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan transfusi
darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung.Bila
tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif.Pembedahan yang dapat
dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau
gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alcohol, kafein, the panas atau zat
iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalkan stress
Terapi komplementer seperti pengobatan herbal atau aromaterapi dapat direkomendasikan untuk
pasien gastritis.Rujuk pasien ke penyedia layanan kesehatan yang terlatih dalam bidang
pengobatan herbal dan alalmi atau ke ahli aromaterapi untuk rencana pengobatan individual.
2. Bawang putih; satu suing bawang putih yang dirajang halus dan diminum sekali sehari
3. Jahe, berbentuk serbuk atau kapsul, atau dicampurkan ke dalam teh yang diminum
4. Aromaterapi minyak mint (mentol) melalui suatu diffuser, saat mandi atau diencerkan
dengan minyak carrier dan digunakan selama masase terapeutik (Priscilla, dkk., 2016)
Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Home Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di
rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena
Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993) Home Care
merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien, sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah
yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep
yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia
namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk
mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah
termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh
perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim
2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga
4. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan,
dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi
pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak)
denganhukum
Landasan hukum :
e. PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
f. PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,
kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer,
j. Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional
k. Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
l. Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
m. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah:
tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain :
7. Suction
8. Memasang peralatan O2
18. Konsultasi/telepon
2.3.1 Pengkajian
pengkajian meliputi :
1. Nama:
2. Usia:
3. Jenis kelamin:
4. Jenis pekerjaan:
5. Alamat:
6. Suku/bangsa:
7. Agama:
8. Tingkat pendidikan:
gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis
sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
a) Keluhan utama: Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
c) Riwayat penyakit dahulu: Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,masukan nutrisi yang
tidak adekuat.
perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk
sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari
serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah