Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN HOMECARE

PADA KLIEN DENGAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS RUMBAI PESISIR
PEKANBARU

SANDRA MOREYNA
NIM. P031714401067

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III
KEPERAWATAN RIAU
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung.

Gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia

maupun jenis kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis

paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan

terserang gejala gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang

memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat

mengalami kekambuhan dimana kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis

dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola makan yang tidak baik dan juga

dipengaruhi oleh faktor stres.

Gastritis merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Di Indonesia

prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar 115/100.000

penduduk. Ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung dapat

menyebabkan gastritis. Faktor ini dipengaruhi antara lain oleh pola makan,

kebiasaan merokok, konsumsi NSAID dan kopi (Rafani 2009,dalam Rona Sari

2010). Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita Gastritis

antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dan dapat

menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia.

Badan peneliti kesehatan WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa

negara dunia dan mendapatkan hasil dari angka persentase kejadian gastritis di

dunia , diantaranya Inggris 22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan

Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah
penduduk setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui

endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih

tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%

dan angka kejadian gastritis di beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan

angka kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Berdasarkan

profil kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah satu penyakit

dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia

dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %). Prevalensi penderita gastritis di seluruh

Rumah Sakit di Indonesia sebanyak 218.500 kasus.Prevalensi penderita gastritis

di Provinsi Riau adalah sebanyak 31,12%.Penderita gastritis yang disebabkan oleh

stres adalah sebanyak 8,72%.

Berdasarkan prevalensi,Gastritis termasuk kedalam 10 penyakit terbesar

yang ada di puskesmas se-Pekanbaru ( Dinkes kota Pekanbaru tahun 2015).Dan

sebanyak 13,5% penduduk Pekanbaru mengunjungi Puskesmas dengan keluhan

penyakit Gastritis.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Asuhan Keperawatan Homecare pada klien dengan masalah

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru tahun

2020”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam proposal laporan tugas

akhir ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan gastritis pada keluarga di wilayah kerja

puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru tahun 2020?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan keperawatan Home Care pada klien dengan

gastritis di wilayah kerja puskesmas Rumbai Pesisir Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hasil pengkajian klien dengan Gastritis diwilayah kerja puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru.

b. Untuk mengetahui Perencanaan Askep klien dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan Askep klien dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru.

d. Untuk mengetahui evaluasi Askep keluarga dengan gastritis di wilayah kerja puskesmas

Rumbai Pesisir Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Home Care dengan Gastritis.


1.4.2 Praktis

a. Puskesmas

Sebagain bahan masukan dalam proses menerapkan Asuhan Keperawatan Home

Care dengan gastritis.

b. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/I dalam proses belajar mengajar khususnya

tentang Asuhan Keperawatan Home Care dengan Gastritis.

c. Penulis

Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam membuat

laporan kasus khususnya Asuhan Keperawatan Home Care dengan Gastritis.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Gastritis

2.1.1 Pengertian

Gastritis didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai mukosa lambung.Peradangan

dapat mengakibatkan pembengkankan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa

supersial yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan

epitel akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung (Sukarmin,2012).

Gastritis atau secara umum dikenaldengan istilah sakit “maag” atau ulu hati

ialahperadangan pada dinding lambung terutamapada selaput lender

lambung.Gastritismerupakan gangguan yang paling seringditemui diklinik karena

diagnosisnya hanyaberdasarkan gejala klinis. Penyakit ini seringdijumpai timbul secara

mendadak biasanyaditandai dengan rasa mual dan muntah,nyeri,perdarahan, rasa lemah,

nafsu makan menurun atau sakit kepala (Rahmi Kurni,2011).

2.1.2 Etiologi

Suratun & Lusianah (2010) mengungkapkan penyebab gastritis yaitu :

1. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen (aspirin), steroid kortikosteroid), digitalis.

Asetaminofen dan kortikosteroid dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung,

NSAIDS (non stroid anti inflamasi drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis

prostaglandin sehingga sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung menjadi

sangat asam sehingga menimbulkan iritasi mukosa lambung.

2. Konsumsi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan kerusakan mukosa gaster.


3. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif, (cuka, lada) menyebabkan kerusakan mukosa

gaster dan menimbulkan edema dan perdarahan.

4. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan saraf pusat)

merangsang peningkatan produksi HCL lambung.

5. Infeksi oleh bakteri seperti helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella dan lain-lain.

2.1.3 Klasifikasi

Gastritis dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Gastrtis akut, merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosi dan

perdarahan mukosa lambung dan setelah terpapar pada zat iritan. Erosi tidak mengenal

lapisan otot lambung.

2. Gastritis kronik, merupakan gastritis yang terkait dengan atropi mukosa gastrik sehingga

produksi HCl menurun dan menimbulkan kondisi achlorhidria dan ulserasi peptic. Gastritis

kronik dapat diklasifiksikan pada tipe A dan tipe B.

a. Tipe A merupakan gastritis autoimun. Adanya antibody terhadap sel parietal

menimbulkan reaksi peradangan yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa

lambung. Pada 95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis

atropi kronik memiliki antibody terhadap sel parietal. Biasanya kondisi ini merupakan

tendensi terjadinya Ca lambung pada fundus atau korpus.

b. Tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat infeksi oleh helicobacter pylori. Terdapat

inflamasi yang difuse pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga sering

menyebabkan perdarahan dan erosi. Sering mengenai antrum.


2.1.4 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik bervariasi mulai dari keluhan ringan hingga muncul perdarahan saluran

cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak menimbulkan gejala yang khas.(Suratun &

Lusianah (2010)) manifestasi gastritis akut dan kronik hampir sama, seperti dibawah ini :

1. Anoreksia

2. Rasa penuh

3. Nyeri pada epigastrium

4. Mual dan muntah

5. Sendawa

6. Hematemesis

2.1.5 Patofisiologi

Obat-obatan, alcohol, garam empedu, zatiritan lainnya dapat merusak mukosa lambung

(gastritis erosif).Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti

oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl

akan merusak mukosa. Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen

menjadi pepsin.Pepsin merangsang pelepasan histamine dan sel mast. Histamine akan

menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dariintrasel

ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada

lambung. Biasanya lambung dapat melakukan regenerasi mukosa oleh karena itu gangguan

tersebut menghilang dengan sendirinya.(Suratun & Lusianah, 2010).

Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi terus

menerus. Jaringan yang meradang akan di isi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa

lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Factor intrinsic yang dihasilkan
oleh sel mukosa lambung akan menurun dan hilang sehingga cobalamin (B12) tidak dapat

diserap di usu halus. Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan

maturasi sel darah merah.Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia.Selain itu

dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan.(Suratun &

Lusianah, 2010).
2.1.6 Pathway
2.1.7 Komplikasi

1. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat timbul pada gastritis akut adalah hematemesis atau melena.

2. Gastritis kronik

Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi

vitamin B12 (anemia pernisiosa)

(Suratun & Lusianah, 2010).

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

1. Darah lengkap bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.

2. Pemeriksaan serum vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi vitamin B12.

Kadar normal menurut Priscilla, dkk (2016) adalah 200-1000 pg/ml dengan penurunan

kadarnya pada lansia.

3. Analisa feses bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

4. Analisis gaster bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung. Achlorhidria

menunjukkan adanya gastritis atropi.

5. Test antibody serum. Bertujuan untuk mengetahui adanya antibody sel parietal dan factor

intrinsic lambung terhadap helicobacter pylori.

6. Endoscopy, biopsydan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada kecurigaan

berkembangnya ulkus peptikum.

7. Sitology bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung

(Suratun & Lusianah, 2010).


2.1.9 Penatalaksanaan

Pada klien yang mengalami mual muntah anjurkan pasien untuk bedrest, status NPO

(nothing peroral), pemberian antiemetic dan pasang infuse untuk mempertahankan cairan tubuh

klien. Pasien biasanya sembuh spontan dalam beberapa hari.Bila muntah berlanjut perlu

dipertimbangkan pemasangan NGT (naso gastric tube).Antasida diberikan untuk mengatasi

perasaan begah (penuh) dan tidak enak di abdomen dan menetralisir asam lambung dengan

meningkatkan pH lambung sekitar 6.Antagonis H2 (seperti rantin atau ranitidine, simetidine) dan

inhibitor pompa proton (seperti omeprazole atau lansoprazole) mampu menurunkan sekresi asam

lambung.Antibiotic diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh helicobacter pylori.Kombinasi

dua atau tiga antibiotic dapat diberikan untuk mengeradikasi helicobacter pylori (seperti

clarithromycin dan amoksisilin) (Suratun & Lusianah, 2010).

Bila telah terjadi perdarahan akibat erosi mukosa lambung maka perlu dilakukan transfusi

darah untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung.Bila

tidak dapat dikoreksi maka pembedahan dapat menjadi alternatif.Pembedahan yang dapat

dilakukan pada klien dengan gastritis adalah gastrectomi parsial, vagotomi atau

pyloroplasti.Injeksi intravena cobalamin dilakukan bila terdapat anemia pernisiosa. Focus

intervensi keperawatan adalah bagaimana mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab

gastritis antara lain anjurkan klien untuk tidak mengkonsumsi alcohol, kafein, the panas atau zat

iritan bagi lambung serta merubah gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalkan stress

(Suratun & Lusianah, 2010).

Terapi komplementer seperti pengobatan herbal atau aromaterapi dapat direkomendasikan untuk

pasien gastritis.Rujuk pasien ke penyedia layanan kesehatan yang terlatih dalam bidang
pengobatan herbal dan alalmi atau ke ahli aromaterapi untuk rencana pengobatan individual.

Rekomendasi tersebut dapat berupa :

1. Teh Kamomil atau minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi

2. Bawang putih; satu suing bawang putih yang dirajang halus dan diminum sekali sehari

saat akan tidur.

3. Jahe, berbentuk serbuk atau kapsul, atau dicampurkan ke dalam teh yang diminum

sebelum atau setelah makan.

4. Aromaterapi minyak mint (mentol) melalui suatu diffuser, saat mandi atau diencerkan

dengan minyak carrier dan digunakan selama masase terapeutik (Priscilla, dkk., 2016)

2.2 Konsep Dasar Keperawatan Homecare

2.2.1 Pengertian Homecare

Menurut Departemen Kesehatan (2002) home care adalah pelayanan kesehatan yang

berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat

tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan

kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit.

Home Care adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di

rumah kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena

kondisi kesehatannya  (Neis dan Mc.Ewen , 2001)

Menurut Habbs dan Perrin, 1985 (dalam Lerman D. & Eric B.L, 1993) Home Care

merupakan layanan kesehatan yang dilakukan di rumah pasien, sehingga home care dalam

keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah

yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep

yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia

namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah untuk

mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.

Dari beberapa literatur pengertian “ home care ” adalah :

1. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit yang sudah

termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning) dan dapat dilaksanakan oleh

perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana pasien berada, atau tim

keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.

2. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai tindak

lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.

3.   Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang keperawatan

kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga

di tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau

memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat

dari penyakit termasuk penyakit terminal.

4.  Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga, direncanakan,

dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir untuk memberi

pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja (kontrak)

(Warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan di rumah yang

disusun oleh PPNI dan Depkes).


2.2.2 Landasan Hukum Home Care

Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai

denganhukum

b.  Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

c.  Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi

perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum

Landasan hukum :

a.  UU Nomor 29 tahun 2004  tentang praktik kedokteran

b.  UU Nomor 32 tahun 2004  tentang pemerintahan daerah

c.  UU  Nomor 36  tahun 2009  tentang kesehatan

d.  PP Nomor  32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

e.   PP Nomor  25 tahun 2000  tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah

f.  PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker,

ass.apoteker, pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator

kesehatan, penyuluh kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer,

perekam medis, dan teknisi elektromedis

g.  SK Menpan Nomor  94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.

h.  Kepmenkes Nomor  128  tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas

i.   Kepmenkes Nomor  279  tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.

j.   Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional

k.  Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
l.   Permenkes Nomor  920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta

m. Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan

2.2.3 Lingkup Keperawatan Home Care

Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang lingkup pelayanan home care adalah:

1.  Pelayanan medik dan asuhan keperawatan

2.  Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik

3.  Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik

4.  Pelayanan informasi dan rujukan

5.  Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan

6.  Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan

7.  Pelayanan perbaikan untuk kegiatan social

2.2.4 Skill Dasar yang Harus Dikuasai Perawat

Berdasarkan SK Dirjen YAN MED Nomor :  HK. 00.06.5.1.311 menyebutkan ada 23

tindakan keperawatan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat home care antara lain :

1.  Vital sign

2.  Memasang nasogastric tube

3.  Memasang selang susu besar

4.  Memasang cateter

5.  Penggantian tube pernafasan

6.  Merawat luka dekubitus

7.  Suction

8. Memasang peralatan O2

9. Penyuntikan (IV,IM, IC,SC)


10. Pemasangan infus maupun obat

11. Pengambilan preparat

12. Pemberian huknah/laksatif

13. Kebersihan diri

14. Latihan dalam rangka rehabilitasi medis

15. Tranpostasi klien untuk pelaksanaan pemeriksaan diagnostic

16. Pendidikan kesehatan

17. Konseling kasus terminal

18. Konsultasi/telepon

19. Fasilitasi ke dokter rujukan

20. Menyiapkan menu makanan

21. Membersihkan Tempat tidur pasien

22. Fasilitasi kegiatan sosial pasien

23. Fasilitasi perbaikan sarana klien.

2.3 Asuhan Keperawatan Home Care Klien Dengan Gastritis

2.3.1 Pengkajian

pengkajian meliputi :

1. Nama:

2. Usia:

3. Jenis kelamin:

4. Jenis pekerjaan:

5. Alamat:

6. Suku/bangsa:
7. Agama:

8. Tingkat pendidikan:

bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang

gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis

sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta

memperparah penyakit ini.

9. Riwayat sakit dan kesehatan

a) Keluhan utama: Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.

b) Riwayat penyakit saat ini: Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari

gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau

bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

c) Riwayat penyakit dahulu: Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang,

riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan perumusan

diagnosis keperawatan. Diagnosa yang akan muncul antara lain :

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen biologis.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,masukan nutrisi yang

tidak adekuat.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan prosesn penuaan.

4. Ansietas berhubungan dengan faktor afektif.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Keterbatasan kognitif.


.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnose NOC NIC


Keperawatan
Nyeri Acut Paint control 1605 Paint Management 1400
b/d Agens Setelah dilakukan Pengkajian:
Biologis tindakan keperawatan 1. Kaji nyeri secara komprehensif meliputi
selama 1 x 24 jam lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuen
diharapkan masalah si,kualitas,intensitas dan factor
nyeri akut pada penyebab.
pasien dapat teratasi 2. Observasi respon nonverbal
dengan indicator: menunjukkan ketidaknyamanan
a) 160501 terutama pada pasien yang tidak mampu
Pasien berkomunikasi secara efektif
mampu Mandiri:
menyebutkan 1. Gunakan strategi komunikasi teraupetik
factor untuk mengetahui nyeri dan respon
prepitasi nyeri pasien terhadap nyeri.
b) 160513 2. Tentukan dampak nyeri yang dirasakan
Pasien pasien
melaporkan 3. Kontrol factor lingkungan yang mampu
perubahan menimbulkan respon ketidaknyamanan
gejala/ nyeri pada pasien.
terhadap 4. Kurangi factor prepitasi nyeri
kesehatan. Penyuluhan
c) 160511 1. Ajarkan penggunaan teknik
Pasien nonpharmakogi (teknik relaksasi)
melaporkan 2. Ajarkan prinsip dalam penangan nyeri
pengendalian Kolaborasi:
nyeri 1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya untuk menentukan dan
menjalankan therapy,jika perlu.
Paint Level Relaxation therapy 6040
2102 Intervensi :
Setelah dilakukan 1. Gambarkan keuntungan dan penggunaan
tindakan keperawatan teknik relaksasi dan type relaksasi yang
selama 1 x 24 jam akan digunakan.
diharapkan masalah 2. Berikan deskripsi yang detail mengapa
nyeri akut pada memilih intervensi relaksasi
pasien dapat teratasi 3. Ketahui terlebih dahulu apa yang
dengan indicator: dibutuhkan untuk relaksasi
a.210201 Reported 4. Ajak pasien untuk rileks dan rasakan sensasi
pain yang mungkin muncul
b. 210206 Facial 5. Berikan waktu yang tidak mengganggu
expression of pain karena pasien butuh istirahat
c.210208 6. Gunakan relaksasi sebagai strategi untuk
Restlessness memberikan medikasi nyeri
7. Evaluasi dan dokumentasi kan respon pasien
dalam therapy relaksasi

Ketidaksei Nutritional Status : Nutrition Management 7200


bangan Food & Fluid Intake Intervensi:
nutrisi kurang 1008 Pengkajian :
dari Setelah 1. Kaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
kebutuhan dilakukan tindakan makanan
tubuh b/d keperawatan selama 3 2. Tentukan makanan yang disukai pasien
anoreksia,mas x 24 jam diharapkan 3. Tentukan jumlah kalori yang diperlukan
ukan nutrisi masalah tubuh
yang tidak ketidakseimbangan 4. Tentukan jumlah protein, zat besi ,dan
adekuat nutrisi kurang dari vitamin yang di butuhkna oleh tubuh,jika
kebutuhan tubuh perlu
dapat teratasi dengan Mandiri :
indicator: 5. Berikan makanan tambahan ( snack)
a) 100801 Pasien seperti juice buah,jika perlu
mampu 6. Timbang BB pasien pada interval yang tepat
memenuhi 7. Monitor pemasukan nutrisi dan kalori yang
kebutuhan nutrisi dikomsumsi oleh tubuh
melalui oral. Penyuluhan
b) 100803 Pasien 8. Berikan informasi tentang nutrisi yang
mampu dibutuhkan oleh pasien dan bagaimana cara
memenuhi untuk memenuhinya.
kebutuhan cairan Kolaborasi
melalui oral. 9. Lakukan kolaborasi dengan petugas ahli gizi
c) Pasien mampu untuk menentukan program diet yang
mempertahankan sesuai.
Berat badan
Gangguan Sleep 0004 Sleep Enhancement 1850
pola tidur b/d Setelah dilakukan Pengkajian:
proses tindakan keperawatan 1. Kaji adanya perasaan stress situsional
penuaan selama 3 x 24 jam sebelum istirahat
diharapkan masalah 2. Tentukan efek medikasi dari kepatenan pola
gangguan pola tidur istirahat terhadap pasien.
dapat teratasi dengan Mandiri:
indicator : 1. Gambarkan pentingnya keadekuatan
a) 000401 Hour istirahat/tidur
of sleep 2. Monitor kepatenan itirahat/tidur dan durasi
b) 000402 tidur pasien.
Observerse 3. Promosikan waktu yang dibutuhkanpasien
hours of sleep untuk beristirahat
c) 000405 Sleep 4. Persiapkan lingkungan yang nyaman untuk
efficiency mendukung pola istirahat
5. Persiapkan kondisi yang
nyaman,mis:masase,posisi dan sentuhan
yang efektif untuk mendukung pola tidur
Penyuluhan:
1. Instruksikan pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi untuk mendukung pola
tidur.
2. Diskusikan dengan pasien/keluarga tentang
penggunaan teknik tidur
Kolaborasi:
1. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
dalam pemberian therapy.
Rest 0003 Music Therapy 4400
Setelah dilakukan Intervensi :
tindakan keperawatan 1. Jelaskan perubahan spesifik dalam
selama 3 x 24 jam kebiasaan dan/psikologi yang diinginkan
diharapkan masalah (mis: relaksasi,stimuli,konsentrasi dan
gangguan pola tidur reduksi nyeri
dapat teratasi dengan 2. Tentukan seberapa penting music bagi
indicator : individu tertentu
a. 000303 Rest 3. Identifikasi jenis music yang disukai
quality individu
b. 000308 4. Banrtu pasien untuk memberikan posisi
Emotionally yang menyenangkan
rested 5. Berikan batasan stimuli (mis:
c. 000301 Amount cahaya,suara,pengunjung,penelpon) saat
of rest pasien mendengar music favoritnya
6. Gunakan headphone,sesuai indikasi
7. Pastika volume adekuat dan nyaman pada
pasien.
8. Evaluasi respon pasien.
Ansietas b/d Kontrol ansietas diri Mengurangi ansietas (5820)
factor afektif (1402) Pengkajian :
Setelah dilakukan 1. Kaji hal apa saja yang dapat menimbulkan
tindakan keperawatan ketakutan klien
selama 3 x24jam 2. Kaji faktor verbal dan non verbal kecemasan
diharapkan pasien
kecemasan teratasi Mandiri :
dengan kriteria hasil : 3. Bantu pasien untuk
1. Monitor beradaptasi dengan
ointensitas dari keadaannya
ansietas 4. Dengarkan keluhan pasien
2. Menganjurkan 5. Ajarkan pasien untuk
istirahat yang menggunakan teknik
adekuat Respon relaksasi
control ansietas Penyuluhan :
6. Anjurkan keluarga utuk selalu berada di
dekat pasiesn
Kolaborasi :
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
therapy jika diperlukan.
Defisiensi Cognition (0900) Cognitive stimulation (4720)
pengetahuan Setelah dilakukan Pengkajian :
b/d tindakan keperawatan a. orientasi klien terhadap waktu tempat dan
Keterbatasan selama 3 x24jam orang
kognitif diharapkan b. persiapkan planning stimulasi sensory
kecemasan teratasi c. sediakan tempat ataupun objek familiar dan
dengan kriteria hasil : gambarkan lingkungan pasien
a. (090005) orientassi Mandiri :
pengetahuan a. merangsang memory dengan cara
b. (090015) memberikan pengulangan setelah
komunikasi yang menyatakan sesuatu
tepat sesuai usia b. Coba berbincang bincang pada pasien
c. (090006) memory c. Gunakan memory langsung : ceklist, jadwal
langsung dan notes kecil.
d. Minta pasien mengulangi informasi
e. Gunakan komunikasi perbal dan tuliskan
intruksi
f. Gunakan tv, radio, music sebagai bagian
dalam program planning stimuli
Penyuluhan:
a. Berkonsultasi dengan keluarga untuk
menetapkan kognitif pada pasien
b. berikan waktu atau periode untuk istirahat
c. Gunakan sentuhan teraupetik

2.3.4 Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan progam.Program

dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari klien, memandirikan keluarga.Seringkali

perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk

merencanakan implementasi (Achjar, 2010).

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan

sekumpulan informasi yang sistimatik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari

serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah

dicapai (Parton, 1986 dalam Achjar, 2010).

Anda mungkin juga menyukai