TINJAUAN PUSTAKA
mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa logam
2013) melakukan variasi arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan bending pada
baja SM 490 diperoleh perbedaan nilai kekuatan tarik dan bending. Penelitian ini
Mengelas bukan hanya memanaskan dua bagian benda sampai mencair dan
membiarkan membeku kembali, tetapi membuat lasan yang utuh dengan cara
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: prosedur pengelasan, bahan, elektrode dan
5
6
harus direncanakan cara pengelasan, bahan las dan jenis las yang digunakan, serta
yang dirancang. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa
las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan
energi panas. Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan
logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan
atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan
dan mesin sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan,
sistem perpipaan, otomotif, kereta api dan lain sebagainya. Sambungan las banyak
Teknik las gas Metal Inert Gas (MIG) merupakan salah satu jenis pengelasan
yang biasanya digunakan dalam pengelasan aluminium seri 5083 karena sesuai
untuk pelat aluminium yang tipis (3mm) (Mandall, 2005). Penggunaan pelat tipis
pada kapal sangat penting untuk mengurangi berat kapal, Sehingga konsumsi bahan
bakar akan berkurang dan dapat meningkatkan kecepatan kapal. Namun demikian
pengelasan pada pelat tipis (3mm) menimbulkan masalah seperti distorsi dan
tegangan sisa yang terjadi akibat distribusi temperatur yang tidak merata karena
panas lokal las, perbedaan laju pemanasan, dan pendinginan selama proses
pengelasan. Karena distorsi ini dapat menyebabkan hasil pengelasan tidak presisi
7
hingga suhu yang tepat dengan atau tanpa pemberian tekanan dan dengan atau tanpa
sumbernya: listrik, kimiawi optis, mekanis, dan bahan semi konduktor. Panas
digunakan untuk mencairkan logam dasar dan bahan pengisi agar terjadi aliran
bahan atau terjadi peleburan. Selain itu, panas dipakai untuk menaikkan dektilitas
sehingga aliran plastis dapat terjadi walaupun bahan tidak mencair, lebih jauh lagi,
struktural memakai energi listrik sebagai sumber panas yang paling banyak
digunakan adalah busur listrik (nyala). Busur nyala adalah pancaran arus listrik
yang relatif besar antara elektroda dan bahan dasar yang dialirkan melalui kolom
gas ion hasil pemanasan. Kolom gas ini disebut plasma. Pada pengelasan busur
nyala, peleburan terjadi akibat aliran bahan yang melintasi busur dengan tanpa
diberi tekanan. Proses lain ( jarang dipakai untuk struktur baja) menggunakan
sumber energi yang lain, dan beberapa proses ini menggunakan tekanan tanpa
memandang ada atau tidaknya pencairan bahan. Pelekatan (bonding) dapat juga
terjadi akibat difusi, partikel seperti atom disekitar pertemuan saling bercampur dan
1. Klasifikasi
Las busur biasanya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu elektroda tak
batang wolfram sebagai elektroda yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut
kawat las. Skema dari dua kelompok ini di tunjukan dalam gambar 2.1.
Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi dalam dua jenis yaitu
jenis dengan logam pengisi dan jenis logam tanpa pengisi. Kelompok elektroda tak
Kelompok elektroda tak terumpan masih dibagi lagi kedalam dua jenis
dengan logam pengisi dan logam tanpa pengisi. Kelompok ini biasanya
nama kelompok ini menjadi gas wolfgram gas mulia atau disebut las TIG.
9
Kelompok elektroda terumpan juga dibagi lagi dalam dua jenis berdasarkan
kawat elektrodanya, yaitu jenis kawat elektroda pejal dan jenis elektroda dengan
inti fluks. Dalam kelompok ini digunakan dua macam gas pelindung yaitu gas mulia
dan gas CO2 atau disebut dengan las MIG. Pelindung yang digunakan berupa
Pada jenis ini logam pengisi dimasukan ke dalam daerah arus busur sehingga
mencair dan terbawa ke logam induk. Tetapi untuk mengelas pelat yang sangat tipis
kadang- kadang tidak diperlukan logam pengisi. Las TIG dapat dilaksanakan
Blog.Indoneering.com/tag/macam-las-listrik/
pengumpanan logam pengisi dapat diatur terlepas dari besarnya arus listrik
ini memungkinkan las TIG dapat digunakan dengan memuaskan baik untuk pelat
baja tipis maupun pelat yang tebal. Keduanya adalah kualitas yang lebih baik dari
daerah las. Tetapi sebaliknya bila dibandingkan dengan las MIG, efisiensinya lebih
rendah dan biaya operasinya masih lebih tinggi. Oleh karena itu las TIG biasanya
digunakan untuk pengelasan dapat berupa listrik DC maupun listrik AC. Dalam hal
listrik DC rangkaian listriknya dapat dengan polaritas lurus dimana kutub positif
dihubungkan dengan logam induk dan kutub negatif dengan batang elektroda atau
rangkaian sebaliknya yang disebut polaritas balik. Skema dari kedua rangkaian ini
Dalam las logam gas mulia, kawat pengisi yang juga berfungsi sebagai
elektroda diumpankan secara terus menerus. Busur listrik terjadi antara kawat
pengisi dan logam induk. Gas pelindung yang digunakan adalah gas Argon, helium
gas O2 antara 2 sampai 5% atau CO2 antara 5 sampai 20%. Dalam banyak hall as
MIG sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena sifat-sifatnya yang baik,
misalnya :
1. Karena konsentarsi busur yang tinggi, maka busurnya sangat mantap dan
2. Karena dapat menggunakan arus yang tinggi maka kecepatannya juga sangat
sifat-sifat lainnya lebih baik dari pada yang dihasilkan dengan cara pengelasan
lain.
Karena hal-hal tersebut diatas maka las MIG banyak sekali digunakan dalam
praktek terutama untuk pengelasan baja-baja kualitas tinggi seperti baja tahan
karat, baja kuat dan logam-logam bukan baja yang tidak dapat dilas dengan cara
yang lain.
dari busur yang dihasilkan dalam gambar 2.4 ditunjukkan keadaan busur dalam las
MIG dimana terlihat ujung elektroda yang selalu runcing. Hal inilah yang
oleh beberapa hal, antara lain polaritas listrik dan arus listrik. Dalam las MIG
biasanya digunakan arus listrik searah dengan tegangan tetap sebagai sumber
tenaga. Dengan sumber tenaga ini biasanya penyemburan terjadi bila polaritasnya
12
adalah polaritas balik. Di samping polaritas ternyata bahwa besar arus juga
memegang peranan penting, bila besar arus melebihi suatu harga tertentu yang
disebut harga kritik barulah terjadi pemindahan sembur. Diagram dalam gambar 2.5
arus kritik tergantung dari pada bahan kawat las, garis tengah kawat dan jenis gas
juga menurun. Penambahan gas CO2 ke dalam gas Argon akan menaikkan besarnya
arus listrik.
Gambar 2.5 : Pengaruh Perubahan Arus Terhadap Ukuran dan Frekwensi Tetesan
Pada umumnya las MIG dapat digunakan secara memuaskan, kecuali satu
hal yaitu cara ini agak sukar untuk pengelasan posisi tegak dan untuk pelat-pelat
tipis. Hal ini dapat diperbaiki dengan menggunakan arus rendah yang
Pengelasan elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi
busur listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat
lain :
Las elektroda terbungkus atau Shield Metal Arc Welding (SMAW) adalah
cara pengelasan yang banyak digunakan pada masa ini. Dalam cara pengelasan ini
digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Dalam Gambar
2.6 dapat dilihat dengan jelas bahwa busur listrik terbentuk diantara logam induk
dan ujung elektroda. Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung
Okumura, 2000).
Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair
dan membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Bila
digunakan arus listrik yang besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi
halus seperti terlihat dalam Gambar 2.6, sebaliknya bila arusnya kecil maka
butirannya menjadi besar seperti tampak dalam Gambar 2.7 (Wiryosumarto dan
Okumura, 2000).
sifat mampu las dari logam. Secara umum dapat dikatakan bahwa logam
mempunyai sifat mampu las tinggi bila pemindahan terjadi dengan butiran yang
halus. Sedangakan pola pemindahan cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya arus
seperti diterangkan diatas dan juga oleh komposisi dari bahan fluks yang
logam cair yang terkumpul ditempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang
oksidasi. Dalam beberapa fluks bahannya tidak dapat terbakar, tetapi berubah
menjadi gas yang juga menjadi pelindung dari logam cair terhadap oksidasi dan
terbungkus fluks memegang peranan penting karena fluks dapat bertindak sebagai
berikut :
busur stabil.
3) Menghasilkan lapisan terak diatas kolom yang mencair dan memadatkan las
memperlambat pendinginan.
Pada proses GMAW (Gas Metal Arc Welding), elektrodanya adalah kawat
menerus dari 1 gulungan yang disalurkan melalui pemegang elektroda (alat yang
berbentuk pistol seperti pada gambar 2.8). Perlindungan dihasilkan seluruhnya dari
gas atau campuran gas yang diberikan dari luar (Fuadi, 2015).
Mula-mula metode ini dipakai hanya dengan perlindungan gas mulia (tidak
reaktif) sehingga disebut MIG (Metal Inert Gas/gas logam mulia). Gas yang reaktif
biasanya tidak praktis, kecuali CO2 (karbon dioksida). Gas CO2, baik CO2 saja
atau dalam campuran dengan gas mulia, banyak digunakan dalam pengelasan baja
(Fuadi, 2015).
semua logam, namun, gas ini tidak dianjurkan untuk baja karena mahal serta
kenyataan bahwa gas pelindung dan campuran gas lain dapat digunakan. Untuk
pengelasan baja karbon dan beberapa baja paduan rendah baik (1) 75% argon dan
25% CO, ataupun (2) 100% CO2 lebih dianjurkan. Untuk baja paduan rendah yang
16
Pencampuran gas mulia dan gas reaktif membuat busur nyala lebih stabil dan
kotoran selama pemindahan logam lebih sedikit. Pemakaian CO2 saja untuk
pengelasan baja merupakan prosedur termurah karena rendahnya biaya untuk gas
dan baiknya sifat mekanis timbunan las. Satu-satunya kerugian ialah pernakaian
Las busur rendam Submerged Arc Welding (SAW) adalah suatu cara
mengelas dimana logam cair ditutup dengan fluks yang diatur melalui suatu
penampung fluks dan logam pengisi yang berupa kawat pejal diumpankan secara
terus menerus. Dalam pengelasan ini busur listriknya terendam dalam fluks seperti
terlihat dalam 9ambar 2.9 karena prinsip ini maka cara ini dinamakan las busur
Karena dalam pengelasan ini busur listriknya tidak kelihatan, maka sangat
mempergunakan kawat elektroda yang besar maka sangat sukar untuk memegang
alat pembakar dengan tangan tepat pada tempatnya. Karena kedua hal tersebut
maka pengelasan selalu dilaksanakan secara otomatis penuh. Mesin las otomatik
gambar 2.10. Pada jenis ini kepala las dibawa oleh kereta yang berjalan melalui
rel penuntun sepanjang garis las. Fluks yang diperlukan diumpankan melalui pipa
penyalur dari penampung fluks yang juga terletak di atas kereta. Biasanya mesin
las ini melayani satu elektroda saja, tetapi untuk memperbaiki efisiensi pengelasan
kadang-kadang satu mesin melayani dua atau tiga elektroda (Wiryosumarto dan
Okumura, 2000).
Pengelasan FCAW adalah Las busur listrik yang kawat lasnya terdapat fluk
(pelindung inti tengah). Las FCAW adalah kombinasi antara proses pengelasan
GMAW, SMAW dan SAW. Dalam pengelasan FCAW ini sumber energi
menggunakan arus listrik DC atau AC yang diambil dari pembangkit listrik atau
Pengelasan FCAW merupakan salah satu jenis las listrik yang proses kerjanya
memasok filler elektroda atau kawat las secara mekanis terus menerus ke dalam
busur listrik. Kawat las atau Elektroda yang digunakan untuk pengelasan FCAW
terbuat dari logam tipis yang digulung cylindrical kemudian dalamnya di isi dengan
flux yang sesuai dengan kegunaannya. Proses Pengelasan FCAW ini sebenarnya
sama dengan pengelasan GMAW, namun membedakan adalah kawat las atau
2, yaitu:
19
logam las yang mencair dengan menggunakan gas dari hasil penguapan atau
2) Gas shielding FCAW (perlindungan gas) adalah perlindungan dengan dual gas,
yaitu melindungi logam las yang mencair dengan menggunakan gas sendiri juga
Dua metode di atas sama-sama menghasilkan terak las yang berasal dari flux
dalam kawat las yang berfungsi untuk melindungi logam las saat proses
pengelasan:
1) FCAW mempunyai sifat metalurgi las yang bisa dikontrol dengan pemilihan
fluks.
3) Saat pembentukan manik atau rigi-rigi las yang cair dapat dilindungi oleh slag
yang tebal.
dengan Argon sebagai gas pelindung. Tetapi untuk menghindari logam las
pemilihan fluks yang mempunyai sifat pengikat oxygen atau deoxydizer (Jones,
2015).
Masukan panas (heat Input) adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang
las ketika sumber panas bergerak (Subeki, 2007). Heat input merupakan parameter
penting karena seperti halnya pemanasan awal dan temperatur interpass, heat input
properties dan struktur metalurgi dari HAZ. Rumus yang digunakan untuk
Dimana,
Apabila heat input dari suatu pengelasan terlalu tinggi maka daerah HAZ
akan menjadi lebar sehingga mudah terjadi cacat seperti undercut. Akan tetapi
apabila heat input terlalu kecil maka juga akan menimbulkan cacat las seperti
inclusion (Riyadi, 2011). Pada penggunaan heat input yang semakin tinggi akan
(Subeki, 2007).
tegangan sisa sehingga dapat meningkatkan sifat mekanik sambungan las. Salah
untuk mengontrol distorsi dan tegangan sisa telah dilakukan oleh (Burak dkk, 1977;
Burak dkk,1979) dengan membuat tegangan tarik di daerah las sebelum dan selama
pengelasan dengan mengatur gradien suhu. yaitu dengan cara pemberian panas
mengurangi distorsi dan tegangan sisa yang terjadi pada hasil pengelasan. Prinsip
kerja metode ini berupa pemberian tegangan termal (thermal tensioning ) untuk
menggunakan efek termal pada pelat dengan ketebalan lebih dari 4 mm dan untuk
penggunaan pesawat luar angkasa dengan ketebalan pelat yang tipis (4 mm), maka
dapat mengurangi distorsi yang terjadi secara signifikan pada pelat 4 mm. Deo dan
(Preheating) merupakan factor yang sangat kritis dimana temperatur yang tidak
sesuai berakibat ditorsi yang terjadi tidak akan hilang secara maksimal.
untuk mengurangi distorsi, tekukan, dan tegangan sisa (Michaleris dan Sun, 2004).
dkk (1997) melakukan simulasi menggunakan finite element analysis (FEA) pada
tegangan sisa termal yang terjadi berkurang secara signifikan. (Michaleris dan Sun,
untuk mengurangi distorsi, tekukan, dan tegangan sisa.” (Tsai dkk., 1999) dengan
Dareah lasan terdiri dari 3 bagian yaitu logam lasan, daerah pengaruh panas
(Heat Affected Zone). Selama proses pengelasan berlangsung, logam las dan daerah
Pada pengelasan baja, kandungan C pada logam las biasanya dibuat rendah yaitu
0,1 % massa, dengan tujuan untuk mempertahankan sifat mampu las atau
pendinginan, yaitu dari logam las cair berubah menjadi ferit-δ kemudian γ (austenit)
dan akhirnya menjadi α (ferrit). Pada umumnya laju pendinginan pada proses
akibatnya struktur mikro yang terbentuk tidak selalu mengikuti diagram fasa
(Subeki, 2007).
terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur, dan sebagai unsur utama campuran adalah
dengan penambahan Cu, Mg, Si. Mn, Zn, Ni, dan sebagainya, secara satu persatu
atau bersama-sama.
Paduan aluminium dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu alumunium wronglt
alloy (lembaran) dan alumunium costing alloy (batang cor). Alumunium (99,99%)
memiliki berat jenis sebesar 2,7 g/cm3, densitas 2,685 kg/m3, dan titik leburnya
pada suhu 6600C, alumunium memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi
24
dari baja. Sifat tahan korosi alumunium diperoleh dari terbentuknya lapisan oksida
alumunium dari permukaan alumunium. Lapisan oksida ini melekat kuat dan rapat
Paduan ini dapat di heat treatment terutama yang mengandung (2,5-5%) Cu. Dari
seri ini yang terkenal seri 2017 dikenal dengan nama “duralimin” mengandung
pada komposisi standard dari Al, 4,5%Cu, 1,5%Mg, 0,5%Mn, dinamakan paduan
ketahanan korosi yang jelek, jadi apabila ketahanan korosi khusus diperlukan
permukaannya dilapisi dengan Al murni atau paduan Al yang tahan korosi yang
25
disebut pelat alkad. Paduan ini banyak digunakan untuk alat-alat yang bekerja pada
temperatur tinggi misalnya pada piston dan silinder head motor bakar.
dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Dalam diagram fasa, Al-Mn
dan 3004 yang dipergunakan sebagai paduan tanpa perlakuan panas. Paduan dalam
seri ini tidak dapat dikeraskan dengan heat treatment. Seri 3003 dengan 1,2%Mn
mudah dibentuk, tahan korosi, dan (weldability) baik. Banyak digunakan untuk pipa
Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan yang sangat
bagus, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran. Sebagai
tambahan, paduan ini memiliki ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien
pemuaian yang sangat kecil, dan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.
Karena memiliki kelebihan yang baik, paduan ini sangat banyak dipakai. Tetapi
dalam hal ini modifikasi tidak perlu dilakukan. Sifat-sifat silumin sangat diperbaiki
oleh perlakuan panas dan sedikit diperbaiki oleh unsur paduan. Umumnya
perlakuan pelarutan dan dituakan dinamakan silumin gamma dan yang hanya
panas, bahan ini biasa digunakan untuk torak motor. Koefisien pemuaian termal Si
yang sangat rendah membuat koefisien termal paduannya juga rendah apabila
29% Si untuk memperhalus butir primer Si. Proses penghalusan akan lebih efektif
dengan penambahan P oleh paduan Cu-P atau penambahan fosfor klorida (PCl5)
yaitu terutama mengandung 5%Si. Paduan seri ini non heat treatable. Paduan seri
4032 yang mengandung 12,5%Si mudah ditempa dan memiliki koefisien muai
Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam keseimbangan dengan larutan
padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa antar logam Al3Mg2. Sel
satuannya merupakan hexagonal susunan rapat (eph) tetapi ada juga yang sel
satuannya kubus berpusat muka (fcc) rumit. Titik eutetiknya adalah 450ºC, 35%Mg
dan batas kelarutan padatnya pada temperature eutektik adalah 17,4% yang
sangat baik disebut hidrinalium. Paduan dengan 2-3%Mg dapat mudah ditempa,
dirol dan diekstrusi. Paduan Al-Mg umumnya non heat tretable. Seri 5052 dengan
2,5%Mg banyak digunakan untuk campuran minyak dan bahan bakar pesawat
terbang. Seri 5052 biasa digunakan sebagai bahan tempaan. Paduan 5056 adalah
27
diperlakukan kekerasan tinggi. Paduan 5083 adalah paduan antara (4,5% Mg) yang
kuat dan mudah dilas sehingga banyak digunakan sebagai bahan untuk tangki LNG.
Seri 5005 dengan 0,8% Mg banyak digunakan sebagai batang profil extrusi. Seri
5050 dengan 1,2% Mg dipakai sebagai pipa saluran minyak dan gas pada
kendaraan.
jarang terjadi, namun apabila secara simultan mengandung Si, maka dapat
diperkeras dengan penuaan panas setelah perlakuan pelarutan. Hal ini dikarenakan
dari sistem biner semu dengan Al. Paduan dalam sistem ini memiliki kekuatan yang
lebih kecil dibanding paduan lainnya yang digunakan sebagai bahan tempaan, tetapi
sangat liat, sangat baik kemampuan bentuknya untuk penempaan, ekstrusi dan
memiliki kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi hantaran listrik maka
dipergunakan untuk kabel tenaga. Dalam hal ini percampuran dengan Cu, Fe, dan
Silisida) yang memberikan kekuatan tinggi pada paduan ini setelah proses heat
treatment. Seri 6053, 6061, 6063 memiliki sifat tahan korosi sangat baik dari pada
28
digunakan untuk piston motor dan silinder head motor bakar, part sepeda. dll
sejak lama bahwa paduan sistem ini dapat dibuat keras sekali dengan penuaian
setelah perlakuan pelarutan. Tetapi sejak lama, tidak dipakai sebab mempunyai sifat
patah getas oleh retakan korosi tegangan. Di Jepang pada permulaan tahun 1940,
Iragashi dkk mengadakan studi dan berhasil dalam pengembangan suatu paduan
dengan penambahan kira-kira 0,3%Mn atau Cr, dimana bitur Kristal padat
diperhalus, dan mengubah bentuk presipitasi serta retakan korosi tegangan tidak
terjadi. Pada saat itu paduan tersebut dinamakan ESD, Duralumin, superekstra.
Selama perang dunia ke II, di Amerika Serikat dengan maksud yang hampir sama
telah dikembangkan pula suatu paduan, yaitu suatu paduan yang terdiri dari Al-5,
Penggunaan paduan ini paling besar adalah untuk konstruksi pesawat udara. Di
atau kekuatan luluh (fatique strength). Sifat mekanik didefinisikan sebagai ukuran
kemampuan bahan untuk membawa atau menahan gaya atau tegangan. Pada saat
29
Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-beban
yang dikenakan kepadanya. Dimana beban-beban tersebut dapat berupa beban tarik,
tekan, bengkok, geser, puntir,atau beban kombinasi (Iqbal, 2013). Beberapa sifat
tahan terhadap goresan , pengikisan (abrasi), penetrasi. Sifat ini berkaitan erat
kerusakan. Sifat ini sangat diperlukan bagi bahan yang akan diproses dengan
sebagainya. Sifat ini sering juga disebut sebagai keuletan atau kekenyalan
2.7 Distorsi
logam itu sendiri. Seorang operator las harus memiliki kemampuan bagaimana
panas, termasuk akibat dari proses pengelasan. Terjadinya pemuaian benda kerja
daerah pengelasan.
1. Ada penyebab utama distorsi yang sering terjadi pada pengelasan logam
a. Tegangan Sisa
Tegangan sisa adalah seluruh bahan logam yang digunakan dalam industri
misalnya batangan, lembaran atau yang lain yang diproduksi dengan proses
menahan tegangan di dalam bahan. Tegangan sisa ini tidak selalu menimbulkan
masalah, namun jika bahan kerja menerima panas akibat pengelasan atau
pemotongan dengan panas, maka tegangan sisa akan menghilang secara tidak
sumber panas dari nyala busur akan mengakibatkan pertambahan panjang dan
2. Terdapat tiga jenis utama perubahan bentuk (ditorsi) pada pengelasan, yaitu :
Distorsi arah melintang adalah jika mengelas salah satu ujung, dan sisi yang
lain akan bertambah panjang akibat pemuaian. Kemidian saat pendinginan, sisi
c. Distorsi Menyudut
Distorsi menyudut jika sudut dari benda yang dilas berubah akibat kontraksi
lebih besar pada permukaan pengelasan karena jumlah hasil pengelasan yang lebih
banyak.
sambungan dengan penguat dan sambungan isis yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
a. Sambungan Tumpul
3. Sambungan bentuk T dan bentuk silang ini secara garis besar terbagi
Dalam pengelasan mungkin ada bagian batang yang menghalangi, hal ini
4. Sambungan Tumpang
5. Sambungan Sisi
Untuk jenis sambungan ini pelatnya harus dibuat alur terlebih dahulu
ujung pelat tanpa ada alur. Sambungan las ujung hasilnya kurang
listrik yang tinggi. Oleh karena itu, pengelasan jenis ini hanya
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitu sambungan dengan pelat
penguat tunggal dan sambungan dengan pelat penguat ganda seperti yang
sambungan tumpang.