14170-Article Text-44405-3-10-20180402
14170-Article Text-44405-3-10-20180402
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Background: Free sex is a relationship that is done by men and women without matrimony. The purpose this
study is to investigate the phenomenon of sex behavior based factors, according Snehandu B.Kar,: behavior
intention, social -support, accessebility of information, personal autonomy, and action situation.
Methods: This study uses qualitative. The technique taking informants is snowball sampling, which uses six
key informants and six informants triangulation. Data collection techniques using depth interview which then
proceed with the analysis of descriptive data.
Results: The results showed that the sexual behavior of informants is a free sex is never done kissing, necking,
petting, until intercourse performed with a lover (girlfriend) and with sex workers.
Conclusion: Conclusions Sexual behavior informant affected by behavior intention, social-support, accessebility
information, personal autonomy, and action situation. Advice to couples informant is expected to establish
more intensive communication to the spouse so that it can controlling for sexual behavior is not free and is
expected to use condoms during sexual intercourse as prevention of sexually transmitted diseases (STDs).
115
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
116
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
variabel persepsi seks bebas terhadap variabel belum resmi (pacar) kedalam kamar tersebut.
perilaku seksual sebesar 35,76%. Jika persepsi Informan A juga mengkui bahwa pernah
seseorang terhadap suatu objek adalah persepsi membawa pasangannya (pacar) di salah satu
yang benar maka tindakannya terhadap hal acara dan menyewa penginapan di acara
tersebut merupakan tindakan yang benar. tersebut, informan A tidak merasa asing dengan
Anggota klub motor yang memiliki persepsi hal tersebut karena merupakan suatu hal
positif terhadap seks bebas dalam hal ini lumrah. Selain mengunjungi beberapa acara
menganggap seks bebas sebagai hal yang wajar, anniversary diluar kota informan A juga pernah
menunjukan perilaku seksual dengan kategori melakukan kegiatan touring sampai ke Sumatra
tinggi atau sering melakukan hubungan seksual Selatan dengan 2 anggota lain yaitu informan B
dengan pasangan di luar nikahnya dan dan informan C.
sebaliknya. Wawancara juga dilakukan kepada
Hasil studi pendahuluan yang telah informan B dan informan C yang dilakukan
dilakukan pada bulan Desember 2016 pada 20 secara terpisah. Ketiga Informan tersebut
anggota club motor X diKota Semarang menceritakan hal yang sama mengenai perjalan
didapatkan hasil yaitu sebanyak 70% pernah mereka menuju Sumatra. Mereka melakukan
melakukan hubungan seks bebas. Sebanyak perjalanan selama 10 hari. Selama perjalan 10
100% anggota pernah melakukan kissing, 85% hari tersebut selain membutuhkan makanan dan
anggota pernah melakukan necking, 70% tempat untuk beristirahat mereka juga
anggota pernah melakukan petting, dan 70% membutuhkan kebutuhan biologis akan seks
anggota pernah melakukan intercourse. Selain itu karena mereka jauh dari pasangannya (pacar).
juga diketahui bahwa 10% anggota pernah Ketika mereka beristirahat disalah satu
mengalami gatal disepanjang alat kelamin dan basecamp club motor X di. Sumatra disana
5% anggota pernah mengalami lecet atau borok mereka melihat seorang wanita dan wanita
disekitar alat kelamin. tersebut adalah seorang pekerja seksual, salah
Hasil studi pendahuluan yang telah satu anggota club motor X Sumatra
dilakukan pada 3 anggota club motor X di Kota menawarkan mereka bertiga untuk memakai
Semarang yang dilakukan dengan cara wanita tersebut, namun hanya informan B yang
melakukan wawancara dengan mengajukan mau melakukan hubungan seksual dengan
pertanyaan kepada informan A, informan B, wanita tersebut.
dan informan C. Informan A adalah salah satu Selain fenomena-fenomena tersebut
anggota club motor X yang bedomisili di Kota ketiga informan juga menceritakan bahwa
Semarang dan anggota aktif yang melakukan mereka pernah menerima tamu dari anggota
kegiatan-kegiatan di club motor X Kota club motor lain yang mengunjungi Kota
Semarang, seperti aktif dalam mengikuti kopdar Semarang dan tamu tersebut menanyakan
setiap hari jumat malam di Balai Kota tentang tempat-tempat prostitusi di Semarang.
Semarang. Kopdar sendiri merupakan acara Tamu tersebut meminta mereka untuk
rutin yang diadakan setiap hari jumat yang menemani ke tempat prostitusi tersebut, bahkan
bertujuan selain untuk silaturahmi antar anggota pernah ada tamu dari club motor lain yang
juga untuk mengadakan rapat mingguan. Selain membawa pekerja seksual sendiri untuk
kopdar informan A juga aktif mengunjungi menemani kegiatan touring nya, dan mereka
acara anniversary di beberapa kota. Informan A melihat tamu tersebut beristirahat dengan
menceritakan berbagai situasi mengenai seks wanita tersebut di basecamp club motor X
bebas diacara tersebut, dibeberapa acara Semarang.
disediakan penginapan bagi anggota yang dari Dalam melakukan seks bebas tidak hanya
jauh dan membawa keluarga untuk beristirahat, pada tempat prostitusi, namun jika club motor
namun ada beberapa anggota yang menyalah mengadakan acara di club malam beberapa
gunakannya, mereka membawa pasangan yang orang yang sedang tidak sadarkan diri karena
117
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
pengaruh alkohol melakukan seks dengan terdapat dua informan yang pernah
wanita yang baru dikenalnya di club malam mengunjungi tempat prostitusi, satu informan
tersebut. mengaku pernah melakukan hubungan seksual
Kekompakan semua anggota club sangat dengan wanita pekerja seksual serta satu
terjaga, mereka tidak memperdulikan status, informan hanya mengunjungi tempat prostitusi
umur, maupun jabatan dalam melakukan setiap tidak sampai melakukan hubungan seksual.
aktifitas baik dalam kegiatan club maupun diluar Informan dalam melakukan hubungan seksual
kegiatan club. pertama kali rata-rata pada usia yang relatif
Berdasarkan uraian diatas peneliti muda yaitu saat SMA dengan usia kurang dari
mempunyai ketertarikan ingin meneliti tentang 18 tahun.
fenomena “Perilaku seks bebas pada anggota Hal ini sejalan dengan penelitian yang
club motor X di Kota Semarang”. dilakukan ole Ari Pristiana Dewi (2014) yang
mengungkapkan bahwa separuh remaja di
METODE Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kota Depok
berperilaku seksual berisiko (56,8%) yaitu
Penelitian ini menggunakan penelitian pegangan tangan, berpelukan, masturbasi berat,
kualitatif. Teknik pengambilan informan dalam ciuman bibir, saling meraba bagian sensitif,
penelitian ini yaitu secara snowball sampling. melakukan petting dan hubungan seksual. Selain
Fokus penelitian adalah fenomena perilaku seks itu juga disebutkan bahwa remaja dengan
bebas pada anggota club motor X Kota frekuensi berpacaran lebih dari satu kali
Semarang. Fenomen perilaku seks bebas memiliki peluang berperilaku seksual berisiko
anggota club motor X Kota Semarang sendiri sebanyak dua kali daripada dengan remaja pada
meliputi fenomena seks bebas pada club motor X frekuensi berpacaran satu kali.
di Kota Semarang serta kaitannya dengan Behaviour intention (niat yang
faktor-faktor yang membentuk perilaku, antara mempengaruhi perilaku), yaitu: enam informan
lain yaitu: bagaimana niat dalam berperilaku, memiliki minat terhadap hubungan seksual
bagaimana teman sebaya mempengaruhi karena sudah menjadi kebiasaan dan sudah
perilaku, ada atau tidaknya informasi tentang menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk
HIV/AIDS, bagaimana kebebasan untuk pertama kali melakukan hubungan seksual
mengambil keputusan dalam berperilaku, serta informan tidak memiliki niat dalam
bagaimana situasi lingkungan yang mendukung melakukannya, namun karena dalam situasi dan
dalam berperilaku . kondisi yang mendukung sehingga informan
Data didapat melalui observasi tidak melakukan hubungan seksual tanpa
berstruktur dan wawancara mendalam. disadarinya. Untuk kedua dan ketiga kalinya
Pengamatan langsung dilapangan menggunakan informan melakukan hubungan seksual dengan
catatan lapangan. Wawancara mendalam pasangannya disertai niat terlebih dahulu karena
dilakukan kepada anggota club motor X Kota sudah mulai merasa terbiasa dan sudah menjadi
Semarang yang berjumlah 6 orang. kebutuhan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyu
HASIL DAN PEMBAHASAN Rahardjo yang menyatakan bahwa alasan
hubungan seks pertama kali karena rangsangan
Perilaku seksual informan adalah perilaku pasangan seks sebagai jawaban yang paling
seks bebas yaitu pernah melakukan kissing, sering muncul. Temuan ini sedikit berbeda
necking, petting, hingga intercourse. Selain itu dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan
enam informan sering melakukan hubungan bahwa keinginan untuk menyalurkan gairah
seksual dengan pasangannya dengan rata-rata seks, kemauan sendiri, dan rasa ingin tahu
mereka dalam melakukan hubungannya dua adalah beberapa alasan yang paling sering
sampai tiga kali dalam satu minggu. Serta disebut. Dalam penelitian Komang Yuni
118
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
119
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
tentang seksualitas, sehingga menimbulkan lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan,
kenyataan-kenyataan pahit atau dengan kata dapat merupakan faktor yang kondusif bagi
lain, dari beberapa kenyataan pahit yang sering anak/remaja untuk berperilaku tidak wajar.
terjadi pada remaja sebagian akibat pemahaman Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam
yang keliru mengenai seksualitas. 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan
Seperti pendapat Ibe (2005) bahwa masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan
pendidikan seks perlu dilakukan untuk (gangguan keamanan dan ketertiban
mencerahkan siswa remaja dalam masalah HIV masyarakat). Lokalisasi Dolly dan Jarak bisa
/ AIDS dan penyakit menular seksual lainnya dikategorikan sebagai faktor kerawanan
dan tentang pentingnya tes HIV. Tes HIV masyarakat (ling-kungan). Responden yang
dengan konseling pra dan pasca tes harus memiliki kontak tinggi dengan lokalisasi,
dilakukan disubsidi atau dibuat bebas untuk cenderung akan berperilaku seksual tidak wajar
kaum muda. Memastikan hal itu Kaum muda karena lokalisasi dapat menjadi lingkungan
yang tidak terinfeksi adalah strategi terbesar yang kondusif untuk responden berperilaku
mencegah penyebaran HIV di institusi tersier. seksual tidak wajar.
Personal autonomy (perilaku dipengaruhi
oleh kebebasan individu), yaitu: otonomi PENUTUP
pribadi informan dalam hal mengambil
tindakan atau keputusan. Informan memiliki Perilaku seksual informan adalah perilaku
kebebasan dalam mengambil keputusan untuk seks bebas yaitu pernah melakukan kissing,
berperilaku seksual, namun terdapat necking, petting, hingga intercourse. Informan
penghambat dan larangan dari orang tua dan dalam melakukan hubungan seksual pertama
pasangannya untuk melakukan hubungan kali rata-rata pada usia yang relatif muda yaitu
seksual. Pengambilan keputusan atas dasar saat SMA dengan usia kurang dari 18 tahun.
kebebasan pribadi tersebut dilakukan individu Perilaku seksual informan dipengaruhi oleh niat
tanpa adanya intervensi yang kuat dari orang- dalam melakukan hubungan seks (behaviour
orang sekitarnya karena pada dasarnya intention), perilaku seks informan dipengaruhi
keputusan yang diambil merupakan wujud dari oleh teman sebaya (social-support), perilaku seks
niat atau keinginan individu. informan dipengaruhi oleh tidak cukupnya
Action Situation (perilaku dipengaruhi oleh informasi kesehatan (accessebility of information),
situasi lingkungan), yaitu: perilaku seksual perilaku seks informan dipengaruhi oleh
informan dipengaruhi oleh situasi lingkungan kebebasan individu dalam mengambil
sekitar, hal ini dikuatkan dengan adanya keputusan (personal autonomy), dan perilaku seks
beberapa tempat prostitusi di Kota Semarang informan dipengaruhi oleh situasi lingkungan
dan di beberapa daerah yang dikunjngi informan yang mendukung (action situation).
informan serta lingkungan tempat tinggal
informan yang bebas (kos/kontrakan) sehingga UCAPAN TERIMA KASIH
memudahkan dan mendukung informan dalam
melakukan hubungan seksual. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada
Hal ini sejalan dengan penelitian Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Ketua
Amaliyasari (2008) yang menyatakan bahwa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, dosen
terdapat faktor eksternal yang dapat pembimbing skripsi, Bapak dan Ibu dosen
mempengaruhi perilaku seksual responden beserta staff, serta seluruh responden yang
adalah kontak responden dengan lokalisasi bersedia terlibat dalam penelitian ini.
(responden yang mempunyai kontak tinggi
dengan lokalisasi memiliki angka sedikit lebih DAFTAR PUSTAKA
rendah dari responden yang mempunyai kontak
rendah dengan lokalisasi). Faktor kondisi Amaliyasari, Y., Puspitasari, N. (2008). Perilaku Sek-
sual Anak Usia Pra Remaja di Sekitar Loka-
120
Dewi Sartika Rahadi dan Sofwan Indarjo / Journal of Health 2 (2) (2017)
lisasi dan Faktor yang Mempengaruhi. Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja di
Jurnal Penelitian Dinas Sosial, 7(1): 54-60. SMA Muhammadiyah 3 Surakarta. Jurnal
Badahdah, A.M., Sayem, N. (2010). HIV-Related Ilmu Kesehatan, 10 (1): 39-47.
Knowledege and AIDS Stigma among Manafe, L. A., Kandou, G. D., Posangi, J. (2014).
collage Student in Yamen. NCBI, 16 (8): 901- Hubungan antara Pengetahuan, Sikap, Peran
904. Guru, Media Informasi (Internet) dan Peran
Banun, F.O.S., Setyorogo. (2012). Faktor-Faktor Teman Sebaya dengan Tindakan Pencega-
Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual han HIV/AIDS pada Siswa di SMA Negeri
Pranikah Pada Mahasiswa Semester V 4 Manado. JIKMU, 4 (4): 644-655.
STIKes X Jakarta Timur 2012. Jurnal Ilmiah Pinandari, A.W., Wilopo, S. A., Ismail, D. (2015).
Kesehatan, 5(1): 12-19. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Formal
Candra, R.D., Nadeak, K. (2013). Tingkat dan Hubungan Seksual Pranikah Remaja In-
Pengetahuan Pelajar SMA Harapan-1 donesia. National Public Helath Journal, 10 (1):
Medan Tentang Seks Bebas dengan Risiko 44-50.
HIV/AIDS. E-Journal FK USU, 1(1): 1-4. Sanjaya, R. (2014). Hubungan antara Persepsi Seks Bebas
Cynthia., Trida. (2007). Konformitas Kelompok dan dengan Perilaku Seksual Pada Komunitas Motor
Perilaku Seks Bebas Pada Remaja. Jurnal di Bandung. Skripsi. Universitas Pendidikan
Psikologi, 1 (1): 75-80. Indonesia: Bandung.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2015). Profil Sosodoro, O., Ova, E., Wahyuni, B. (2009).
Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013-2015, Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS Dengan
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah: stigma Orang dengan HIV/AIDS
Semarang. Dikalangan Pelajar SMA. Jurnal of Communi-
Ibe, S.N. (2005). HIV/AIDS Awareness Study of ty Medicine and Public Health, 25 (4): 210-217.
Fresh Students in Tetiary Institution in Susanti, S., Setyowati, E., Nanik, Rr. (2013). Persepsi
Rivers State of Nigeria. Bioline International, 9 Siswa Kelas XI SMK Negeri 4 Surabaya
(1): 11-13. terhadap Perilaku Seks Bebas dikalangan
Irfan, I.H., Wahyu, R. (2016). Harga Diri Seksual, Pelajar Surabaya. IPI, 3 (1): 2.
Kompulsivitas Seksual, dan Perilaku Seks Suwarni, L. (2009). Monitoring Parental dan Perilaku
Berisiko pada Orang dengan HIV/AIDS. Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual
Jurnal Psikologi, 43 (1): 54-55. Remaja SMA Di Kota Pontianak. Jurnal
Maryatun. (2013). Peran Teman Sebaya Terhadap Proosi Kesehata n Indonesia, 4(2): 127-132.
121