Anda di halaman 1dari 14

Nama: Novita B.

Wadu

Nim: 1801010085

Kelas/Semester: B/VI

SOAL UTS JURNALISTIK

1. Jelaskan secara singkat 2 dasar pedoman UUD yang menyatakan tentang Jurnalistik!

2. Jelaskan hakikat dari Jurnalistik!

3. Sebutkan dan jelaskan serta berikan contoh yang tepat dari komponen-komponen Jurnalistik!

4. Sebutkan dan jelaskan serta berikan contoh yang tepat dari jenis-jenis berita!

5. Susunlah ringkasan berita yang tepat dan jelas memenuhi 5W+1H!Minimal 2 contoh berita.

Jawaban:

1.

 Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945

KODE ETIK JURNALISTIK


PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana diamanatkan oleh pasal 28
Undang-Undang Dasar 1945. Oleh sebab itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.

Mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum, seluruh
wartawan Indonesia menjunjung tinggi konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang bertanggung
jawab, mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu kewartawanan Indonesia
serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan terutama
anggota PWI.

PENAFSIRAN
PEMBUKAAN
Kode Etik Jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani wartawan dalam melaksanakan
kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin sepenuhnya oleh Pasal 28 UUD 1945, yang merupakan
landasan konstitusional wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.

 Kemerdekaan mengeluarkan pikiran ialah hak paling mendasar yang dimiliki setiap insan wartawan,
yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati oleh semua pihak. Sekalipun kemerdekaan mengeluarkan
pikiran merupakan hak wartawan yang dijamin konstitusi, mengingat negara kesatuan Republik
Indonesia ialah negara berdasarkan hukum, maka setiap wartawan wajib menegakkan hukum, keadilan
dan kebenaran dalam menggunakan haknya untuk mengeluarkan pikiran.
 Wartawan bersama seluruh masyarakat, wajib mewujudkan prinsip-prinsip kemerdekaan pers yang
profesional dan bermartabat.
 Tugas dan tanggungjawab yang luhur itu hanya dapat dilaksanakan, apabila wartawan selalu berpegang
teguh kepada kode etik jurnalistik, dan masyarakat memberi kepercayaan penuh serta menghargai
integritas profesi tersebut.

 Mengingat perjuangan wartawan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan
bangsa Indonesia, maka selain bertanggungjawab kepada hati nuraninya, setiap wartawan wajib
bertangungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada Masyarakat, Bangsa dan Negara dalam
melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sesuai dengan kode etik jurnalistik.

 Sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya itu, dan untuk melestarikan kemerdekaan pers yang
profesional dan bermartabat serta kepercayaan masyarakat, maka dengan ikhlas dan penuh kesadaran
wartawan menetapkan kode etik jurnalistik yang wajib ditaati dan diterapkan.

BAB I KEPRIBADIAN  DAN  INTEGRITAS


PENAFSIRAN

Wartawan harus memiliki kepribadian dalam arti keutuhan dan keteguhan jati diri, serta integritas dalam
arti jujur, adil, arif dan terpercaya.   

Kepribadian dan integritas wartawan yang ditetapkan di dalam Bab I Kode Etik Jurnalistik mencerminkan
tekad PWI mengembangkan dan memantapkan sosok Wartawan sebagai profesional, penegak
kebenaran, nasionalis, konstitusional dan demokratis serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Pasal 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,   berjiwa  Pancasila   taat Undang-
Undang Dasar Negara RI, kesatria, bersikap independen  serta terpercaya dalam mengemban profesinya.

Pasal 2

       Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya
menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) yang dapat
membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung
perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang dan
prasangka atau diskriminasi terhadap jenis kelamin,  orang cacat, sakit, miskin atau lemah.

Pasal 3

       Wartawan tidak beriktikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta
suara dan gambar) yang menyesatkan, memutar balikkan fakta, bohong, bersifat fitnah,  cabul,  sadis,
dan  sensasional.

Pasal 4
Wartawan tidak menyalahgunakan profesinya dan tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suar, suara dan gambar), yang dapat menguntungkan atau
merugikan seseorang atau sesuatu pihak.  

BAB II
CARA  PEMBERITAAN  

Pasal 5

       Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari kecepatan
serta tidak mencampuradukkan fakta dan opini. Tulisan yang berisi interpretasi dan opini, disajikan
dengan menggunakan nama jelas penulisnya.   Penyiaran karya jurnalistik rekaulang  dilengkapi dengan
keterangan,  data tentang sumber rekayasa yang ditampilkan.

Pasal 6

        Wartawan menghormati dengan tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta
suara dan gambar) kehidupan pribadi, kecuali menyangkut kepentingan umum.

Pasal 7

        Wartawan selalu menguji informasi, menerapkan  prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang
serta menghormati asas praduga tak bersalah.
            Wartawan menghormati asas praduga tak bersalah, senantiasa menguji kebenaran informasi, dan
menerapkan  prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang serta.

Pasal 8

             Wartawan  tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak
menyebut identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

BAB III SUMBER  BERITA

Pasal 9

               Wartawan menempuh cara yang profesional, sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan
karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) dan selalu menyatakan identitasnya
kepada sumber berita, kecuali dalam peliputan yang bersifat investigative.

Pasal 10

       Wartawan dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang
tidak akurat dengan disertai permintaan maaf, dan memberi kesempatan hak jawab secara proporsional
kepada sumber atau obyek berita.

Pasal 11

       Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber
berita serta meneliti kebenaran bahan berita .

Pasal 12

       Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut
sumbernya.

Pasal 13

       Wartawan dalam menjalankan profesinya memiliki hak tolak untuk melindungi identitas dan
keberadaan narasumber yag tidak ingin diketahui.  Segala tanggung jawab akibat penerapan hak tolak
ada pada wartawan yang bersangkutan.

Pasal 14
       Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi
yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan berita serta tidak menyiarkan keterangan "off
the record".

BAB IV KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK

Pasal 15
       Wartawan harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Jurnalistik PWI
(KEJ-PWI) dalam melaksanakan profesinya.

Pasal 16
       Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penaatan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada pada
hati nurani masing-masing.

Pasal 17
       Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik
Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.

       Tidak satu pihakpun diluar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan dan atau
medianya berdasar pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik.:

Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun
Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup

a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan
kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers
yang ditetapkan Dewan Pers.
b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan
oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk
unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan
bentuk lain.

2. Verifikasi dan keberimbangan berita

a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.

b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk
memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.

c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:

1) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;

2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel dan
kompeten;

3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat
diwawancarai;

4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan
verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir
dari berita yang sama, di dalam kurung dan menggunakan huruf miring.

d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan
setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan
tautan pada berita yang belum terverifikasi.

3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang
ditempatkan secara terang dan jelas.

b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan
proses log-in terlebih dahulu untuk dapat mempublikasikan semua bentuk Isi Buatan Pengguna.
Ketentuan mengenai log-in akan diatur lebih lanjut.

c. Dalam registrasi tersebut, media siber mewajibkan pengguna memberi persetujuan tertulis bahwa
Isi Buatan Pengguna yang dipublikasikan:

1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;


2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian terkait dengan suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan;

3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.

d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna
yang bertentangan dengan butir (c).

e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar
ketentuan pada butir (c). Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat
diakses pengguna.

f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan
Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional
selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima.

g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung
jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c).

h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan bila tidak mengambil
tindakan koreksi setelah batas waktu sebagaimana tersebut pada butir (f).

4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan
Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang
diberi hak jawab.

c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan
atau hak jawab tersebut.

d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka:

1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber
tersebut atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;

2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain
yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu;
3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas
berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung
jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.

e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi
sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).

5. Pencabutan Berita

a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar
redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban
atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.

b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut.

c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik.

6. Iklan

a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan iklan.

b. Setiap berita/artikel/isi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan
keterangan ”advertorial”, ”iklan”, ”ads”, ”sponsored”, atau kata lain yang menjelaskan bahwa
berita/artikel/isi tersebut adalah iklan.

7. Hak Cipta

Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

8. Pencantuman Pedoman

Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang
dan jelas.

9. Sengketa

Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini
diselesaikan oleh Dewan Pers.

Jakarta, 3 Februari 2012


https://dewanpers.or.id/
2. Hakikat Jurnalistik

A. Sejarah Jurnalistik Literatur jurnalistik menyebutkan bahwa produk jurnalistik pertama adalah Acta
Diurna yang artinya “Catatan Harian”, terbit di zaman Romawi ketika Julius Cesar berkuasa (60 SM).

Acta Diurna merupakan kegiatan jurnalistik yang berkisar pada hal-hal yang sifatnya informative saja,
terutama untuk kepentingan kerajaan Romawi. Setiap warga diperbolehkan membaca isi Acta Diurna,
bahkan boleh juga mengutipnya untuk disebarluaskan dan dikabarkan lagi ketempat lain. Namun ada
yang menyebutkan bahwa cikal bakal jurnalistik bukanlah “Acta Diurna”, melainkan sejarah Nabi Nuh.
Yang dikisahkan disuruh berlindung di atas kapal dan terjadi banjir besar dan saat mereka semua
kelaparan mereka Nabi Nuh mengirim burung Dara keluar untuk mengecek, dan didapatinya burung itu
kembali dengan membawa setangkai batang. Berdasarkan temuan tersebut, Nabi Nuh menyimpulkan
bahwa banjir sebenarnya sudah mulai surut, hanya saja permukaan daratan masih tertutup air.
Informasi itupun disampaikan Nabi Nuh kepada para pengikutnya. Berdasarkan kisa tersebut, para ahli
sejarah menamakan Nabi Nuh sebagai seorang pencari berita sekaligus penyiar kabar
(wartawan/jurnalis) yang pertama kali didunia.

Sehubung dengan cerita tersebut, maka “catatan harian” sebagai kegiatan jurnalistik, pada dasarnya
dilakukan melalui berbagai tahapan, seperti proses mencari berita, mengumpulkan, mengolah, dan
kemudian menyiarkan. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,
sehingga menghasilkan radio, televise, dan film, jurnalistik pun menjadi semakin luas cakupannya.
Kehadiran media elektronik (radio, televise, dan kini media online) memberikan pengaruh yang cukup
kuat terhadap jurnalistik media cetak. Untuk menyiasatinya, pekerja jurnalistik media cetak berusaha
mengubah teknik pengolahan beritanya. Hal ini bertujuan agar informasi yang sampai ke masyarakat
masih tergolong actual dan khalayak sasarannya (pembaca) tetap tertarik untuk membeli surat kabar
meskipun khalay sudah mengetahui lebih dahulu sebuah informasi melalui radio dan televisi.

B. Pengertian Jurnalistik Untuk memahami jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang : 1.
jurnalistik secara harifah (etimologi) artinya kewartawanan dan kepenulisan. 2. Kedua, jurnalistik secara
konseptual (terminology) mengandung tiga pengertian, yaitu: - Jurnalistik adalah proses “aktivitas” atau
“kegiatan” - Jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis - Jurnalistik
adalah bagian dari “bidang kajian” komunikasi/publisistik. 3. junalistiksecara praktis adalah proses
pembuatan informasi (news processing) hingga penyebarluasan melalui media massa, baik media cetak,
elektronik maupun media online.

Ada empat komponen dalam jurnalistik :

- Informasi : Berita dan Pendapat

- Penyusun Informasi

- Penyebaran informasi

- Media informasi

Adapun pengertian jurnalistik menurut beberapa pakar antara lain sebagai berikut :
- Fraser Bond : “Jurnalistik adalah penyajian berita dalam segala bentuk dan momentum berita kepada
public”

- Roland E. Walseley : “Jurnalistik adalah proses pengumpulam, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan
penyebaran informasi umum, opini, hiburan, secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan
pada surat kabar, Majalah, dan disiarkan di stasiun siaran.”

- A. Muis : “Umumnya, semua definisi jurnalistik memasukan unsure media massa, penulisan berita dan
waktu yang tertentu (aktualitas).”

C. Jurnalistik : Keterampilan, Ilmu, dan Profesi Seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
komunikasi, jurnalistik yang dahulunya dianggap hanya keterampilan menulis semata berubah mejadi
objek studi ilmiah tersendiri. Berkaitan dengan itu, Prof. Harsojo mengutip pendapat Robert Bierstedt
dalam bukunya “the Social Order”, menganggap jurnalistik sebagai objek studi ilmiah.

Bierstedt menempatkan jurnalistik dan publisistik (istilah lain untuk komunikasi) dalam urutan ilmu-ilmu
terapan. Keduanya pun masuk dalam pengelompokan ilmu social (social science). Journalism dibentuk
tak hnya mempelajari dan meneliti hal-hal yang bersangkutan dengan persuratkabaran semata,
selanjutnya journalism semakin berkembang menjadi mass communication. Dalam perkembangan
selanjutnya, mass communication dianggap tidak tepat lagi karena bukan merupakan proses komunikasi
yang sifatnya menyeluruh. Komunikasi social selalu menggunakan media tradisional seperti isyarat,
perlambang, gerak tubuh, tatap muka (face to face), pertunjukan, kentongan, angkringan, dan dengan
audiensi/khalayak yang selalu terbatas.

Komunikasi massa bersifat tidak langsung (indirect communication) serta dibatasi oleh ruang (massa
yang luas, anonym, dan heterogen), waktu, jarak, dan tempat. Jurnalistik sebagai cikal bakal ilmu
komunikasi tidak terlepas dari kajian seluruh aspek media massa. Tidak hanya terbatas pada kajian
media cetak surat kabar atau Majalah, tapi juga media elektronik (radio, film, dan televise), dan bahkan
kini mencakup pula media online. Oleh karena itu, dari segi implementasi, jurnalistik dapat
dikatagorikan dalam dua garis besar, yaitu : pertama, jurnalistik yang pengertian dan prosesnya sebagai
bagian dari ilmu komunikasi (ilmu publisistik); kedua, jurnalsitik yang pengertian dan prosesnya sebagai
profesi dan keterampilan (Yunus,2010).

Bagaimana dengan momentum perkembangan jurnalistik di Indonesia ? Semakin pesatnya


pertumbuhan perusahaan media di Indonesia, siring dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan
penerbitnya. Profesi jurnalis atau wartawan kini menjadi pilihan profesi yang makin digemari
masyarakat. Bukan itu saja, peluang menjadi presente televisi misalnya, merupakan sesuatu yang
ditunggu-tunggu oleh para fresh graduate. Sebenarnya, di era Orde Baru, jurnalistik sempat mengalami
stuck. Namun, di era reformasi hingga sekarang ini, jurnalistik berubah mejadi sangat dinamis.
Menyadari bahwa fungsi dari media massa itu adalah sebagai lembaga informasi dan edukasi, media
massa harus membuat suatu program yang tidak hnya sebagi hiburan semata, tetapi juga dapat
memberikan informasi yang berharga yang dapat dipetik sebagai pelajaran bagi kahalayaknya. Menurut
penulis, masyarakat hendaknya menjadi khalayak yang aktif/kritis (active audience), bukan khalayak
yang pasif, terutama jika mengakses informasi melalui media online. Sejalan dengan pernyataan Prof.
Abdurrahman Mas’ud, Ph.D., dalam sebuah tulisannya di media online bahwa cirri-ciri audiensi/khalayak
yang kritis adalah khalayak yang bersikap selektif (memilih), utilitarian (manfaat), dan intentional (tidak
dapat dipengaruhi).

3. komponen-komponen apa saja yang ada dalam dunia jurnalistik.

1.    Informasi

Informasi, bisa masih berupa isu yang belum jelas, yang memang jadi tugas wartawanlah untuk
memperjelas isu tersebut melalui  reportase/liputan. Untuk mendalami isu, wartawan harus
melakukan persiapan-persiapan, mulai dari menyiapkan daftar pertanyaan, menentukan narasumber
hingga alat kerja pendukung, missal kamera, catatan, hingga alat rekam audio.

Dalam proses reportase, wartawan harus mematuhi sejumlah ketentuan sesuai dengan karakter
informasinya, seperti disiplin klarifikasi, berimbang yang terpenting adalah semua yang diatur dalam
kode etik.

2.    Penyusunan informasi

Setelah memperoleh kejelasan dan penjelasan dari informasi, selanjutnya tugas wartawan adalah
menyusun informasi tersebut menjadi naskah berita, bisa dalam bentuk berita langsung atau straight
News/Spot News/Hard news. Akan dibahas dalam tulisan selanjutnya.

3.    Penyebarluasan informasi

Selanjutnya, usai melalui proses editing sesuai dengan jenis media massa tempat wartawan bekerja
oleh redaktur atau editor, naskah berita disiarkan atau disebarluaskan melalui media massa, cetak,
eletronik atau online/siber.

4.    Media massa.

Seperti sudah disinggung pada komponen jurnalistk sebelumnya, media massa secara umum terbagi
atas tiga, media cetak, media eletronik, siber/online.

Kemudian muncul pertanyaan, apakah informasi yang beredar di media sosial termasuk karya
jurnalistik?. Jawabannya bisa “YA” tetapi bisa juga “BUKAN”.

Informasi yang berkembang di media sosial seperti Facebook, Twitter, Google+, bisa dikatakan karya
jurnalistik jika akun di media sosial penyampai berita merupakan media mainstream,  dalam artian
akun tersebut resmi milik media resmi berbadan hokum, dan informasi yang disebarkan benar hasil
kerja jurnalistik.

Informasi di media sosial tidak bisa disebut karya jurnalistik atau berita, jika akun penyebar berita
adalah perorangan, meski kadang informasi yang disampaikan benar adanya. Sebab, untuk bisa
disebut karya jurnalistik harus memenuhi beberapa ketentuan, missal narasumber yang jelas,
berimbang, dan obyektif.
4. Jenis – Jenis Berita Jurnalistik
Setiap hari di televisi, di koran atau majalah, di radio, bahkan di media online kita pasti menemukan
berita. Berita adalah sebuah laporan mengenai suatu peristiwa, baik berupa fakta atau opini yang
bersifat aktual, penting, dan menarik. Berita dibutuhkan oleh semua orang, sebab dengan berita kita bisa
mengikuti informasi terkini mengenai suatu peristiwa, situasi, atau perkembangan sesuatu.

Berita dapat disajikan dalam bentuk tulisan (teks), gambar (foto, ilustrasi), suara, ataupun video dan
suara. Berita yang disajikan dalam media cetak seperti Koran dan majalah biasanya berbentuk tulisan
serta foto. Sedangkan berita yang muncul diradio suara biasanya dalam bentuk. Berita yang muncul di
televisi biasanya berbentuk video, dan jika di media online seperti situs berita menggabungkan seluruh
bentuk berita, baik tulisan, gambar, suara, maupun video

Dalam jurnalistik sendiri, berita terbagi dalam beberapa jenis berita. Pembagian tersebut dilakukan
berdasarkan isi berita yang dibuat, termasuk dilihat dari proses peliputannya, penyusunan, serta
penyajiannya. Berikut ini Pakar Komunikasi akan menjabarkan jenis –  jenis berita  dalam kacamata
jurnalistik

1. Straight News: Straight News atau berita langsung adalah berita yang ditulis secara ringkas, lugas, apa
adanya, dan biasanya berisi informasi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, atau informasi
terkini mengenai suatu hal / peristiwa. Berita jenis ini seringkali ditempatkan di halaman depan surat
kabar, atau menjadi berita utama di televisi dan media online. Contoh berita straight news misalnya
berita tentang hasil quick count jumlah suara pada pemilihan presiden.

2. Hard News: Hard news padadasarnya merupakan bagian dari straight news. Hard news merupakan
berita paling update, berkualitas, serta memiliki nilai. Biasanya hard news berisi berita yang bersifat
khusus atau mengenai peristiwa yang tidak disangka akan terjadi (tiba – tiba). Contoh berita hard news
misalnya berita tentang meledaknya bom panci di sebuah halte di Jakarta, atau kebakaran di sebuah
pasar tradisional.

3. Soft News: Soft news juga merupakan bagian dari straight news yang merupakan berita langsung,
terbaru. Bedanya dengan hard news adalah bahwa soft news menyajikan berita yang sifatnya ringan dan
nilai beritanya berada dibawah nilai berita yang dimiliki hard news. Soft news biasanya berupa berita
pendukung dari berita utama, atau berita-berita yang tidak bersifat serius dan menegangkan. Berita soft
news misalnya berita tentang keramaian ditempat-tempat wisata pada masa liburan yang sedang
berlangsung, dll.

4. Interpretative News: Interpretative news merpakan pengembangan dari straight news. Interpretative
news meruapakan berita langsung yang dilengkapi dengan tambahan informasi seperti pendapat atau
penelitian yang dilakukan oleh penulisnya. Informasi tambahan tersebut bisa berupa data-data yang
terkait, latar belakang peristiwa, atau hasil wawancara dengan pengamat, atau ahli. Namun
pengembangan berita jenis ini lebih menekankan kepada fakta daripada opini. Contoh berita jenis ini
misalnya, mengenai dampak pengeboman yang dilakukan teroris terhadap jumlah wisatawan
mancanegara yang datang ke Indonesia.

5. Depth News: Depth news atau berita mendalam menyajikan berita yang berisi ulasan mendalam
mengenai suatu peristiwa. Biasanya berita jenis ini akan lebih menonjolkan informasi mengenai
‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ peristiwa ini terjadi. Mengapa terjadi, apa penyebabnya, bagaimana
prosesnya, bagaimana dampaknya, apa yang harus dilakukan untuk kedepannya.
Tidak seperti straight news yang ringkas, berita jenis ini seringkali lebih panjang sebab mengungkapkan
informasi secara tuntas. Depth News biasanya disajikan dalam rupa liputan khusus. Contoh berita depth
news misalnya tentang hilangnya seorang anak yang ternyata di bunuh dan di sembunyikan oleh ibu
angkatnya sendiri.

6. Investigation News: Investigation news atau berita investigasi merupakan berita yang ditulis
berdasarkan hasil penyelidikan yang secara khusus dilakukan pada suatu peristiwa. Biasanya jurnalis
melakukan hal ini  dengan tujuan tertentu, misalnya untuk membongkar tindakan penyelewengan yang
merugikan kepentingan publik, membongkar suatu jaringan illegal logging, pembakaran hutan, dll.

Investigation news berupaya untuk mengungkapkan hal-hal tersembunyi dibalik suatu kejadian, sehingga
seringkali dalam melakukan penelusuran informasi dan penylidikan untuk berita ini, jurnalis harus
bertindak seperti intel dan bisa jadi mempertaruhkan nyawanya. Contoh berita investigation news
misalnya berita mengenai pembakaran hutan yang ternyata di dalangi perusahaan – perusahaan besar
dengan tujuan tertentu.

7. Opinion News: Opinion News merupakan berita yang berisi opini tentang suatu peristiwa hangat yang
sedang terjadi. Berita ini biasanya bersumber dari pendapat pengamat atau ahli mengenai isu, masalah,
atau peristiwa yang diangka tersebut. Selain pengamat, sumbet opini juga dapat diambil dari pendapat
yang diutarakan oleh mahasiswa ataupun masyarakat umum. Contoh berita opini misalnya berita
mengenai komentar pengamat mengenai dampak kebijakan pemerintah mengenai para buruh terhadap
kesejahteraan para buruh di Indonesia.

8. Comprehensive News: Comprehensive news merupakan berita yang berisi laporan mengenai fakta
dari suatu peristiwa yang ditinjau secara menyeluruh. Tidak seperti berita langsung yang biasanya
merupakan serpihan fakta perhari dan tidak memperhatikan keterkaitan berita tersebut dengan berita
lain; berita komprehensif meninjau fakta dari berbagai aspek .

Berita komprehensif berusaha menggabungkan  berbagai serpihan fakta tersebut menjadi suatu
bangunan cerita peristiwa dengan benang merah yang terlihat jelas. Sehingga berita jenis ini bersifat
utuh dan menyeluruh. Contoh comprehensive berita misalnya berita mengenai terorisme di Indonesia,
penyebarannya, tujuannya, dan segala aspek yang menyangkut didalamnya.

9. Feature Story: Berbeda dengan straight news, depth news, atau interpretative news yang menyajikan
informasi mengenai peristiwa terbaru yang penting, Feature story tidak menyajikan informasi yang
penting bagi pembaca. Dalam Feature story, penulis mencari fakta yang akan menarik pembaca. Penulis
memberikan reading experiences pada pembaca dengan menyajikan berita yang ditulis dengan gaya
penulisan humor sehingga membuat pembaca tertarik. Contoh feature story misalnya berita tentang
buah pisang yang jika dikomsumsi secara rutin akan dapat menyembuhkan penyakit lambung.

10. Editorial Writing: Editorial writing merupakan berita yang ditulis secara khusus sebagai representasi
dari pikiran suatu institusi. Pikiran tersebut diuji didepan sidang pendapat umum. Sehingga penulis
editorial bukan menulis atas nama dirinya sendiri, melainkan atas nama sebuah surat kabar, majalah
atau stasiun radio dan televisi. Oleh sebab itu penulis editorial kemungkinan akan diberi instruksi
sebelum menulis . Editorial menyajikan fakta dan opini, menafsirkan berita penting dan mempengaruhi
pendapat umum mengenai berita tersebut.

Dalam menulis sebuah berita perlu memperhatikan unsur 5W + 1H untuk membuat berita yang lengkap,
dan utuh. Unsur tersebut yaitu What (apa), Who (siapa), Why (mengapa), When (kapan), Where
(dimana), dan How (bagaimana). Selain itu, dalam penulisan berita juga ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar berita tersebut layak untuk di publikasikan. Syarat tersebut antara lain: merupakan fakta
(nyata), terkini (actual), seimbang (tidak memihak), lengkap (memenuhi unsure 5W+1H), menarik miat
pembaca, dan disusun secara sistematis

5. Contoh berita 1: Dua warga meninggal akibat tanah longsor di Kota Kupang
 Senin, 25 Januari 2021 08:33 WIB

kondisi curah hujan cukup tinggi sehingga sangat membahayakan


Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur,
melaporkan terjadi peristiwa longsor di Kota Kupang, Senin dini hari, yang mengakibatkan dua orang
warga meninggal dunia.

"Longsor terjadi sekitar pukul 05.00 WITA tadi di sekitar bantaran kali Liliba di RT16/RW04 Kelurahan
Tuak Daun Merah," kata Kepala BPBD Kota Kupang Maxi Didok ketika dikonfirmasi di Kupang, Senin.

Ia menyebutkan peristiwa tanah longsor itu menewaskan dua orang yang merupakan sepasang suami-
isteri berinisial PT dan M.

Korban longsor yang meninggal sudah dievakuasi dan saat ini berada Rumah Sakit Leona Kota Kupang,
katanya.

Maxi yang ketika dihubungi sedang berada di lokasi kejadian menjelaskan peristiwa longsor terjadi di
tempat yang cukup terjal dan sangat membahayakan.

Saat terjadi longsor, lanjut dia, sebuah batu berukuran besar yang berada di area lebih tinggi terlepas
dan menghantam rumah warga korban meninggal yang berada di bawah.

Maxi mengatakan, rumah-rumah warga di sekitar lokasi longsor seperti hanya bergantungan di atas
tebing sehingga ketika terjadi peresapan air dari limbah maupun air hujan dengan intensitas cukup tinggi
menimbulkan terjadinya longsor.

"Karena itu kami sudah di lokasi untuk melakukan penanggulangan dan rencana kalau bisa hari ini
relokasi masyarakat dulu karena kondisi curah hujan cukup tinggi sehingga sangat membahayakan,"
katanya.

Contoh berita 2: Tanah longsor timbun delapan orang di Manggarai Barat, NTT
 Jumat, 8 Maret 2019 14:14 WIB

Korban yang tertimbun tanah longsor ada delapan orang di Mbeling, dua orang di antaranya sudah
ditemukan dalam kondisi meninggal
Kupang (ANTARA) - Sebanyak delapan orang tertimbun bencana tanah longsor di Desa Tondong Belang,
Kecamatan Mbliling, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Korban yang tertimbun tanah longsor ada delapan orang di Mbeling, dua orang di antaranya sudah
ditemukan dalam kondisi meninggal," kata Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, Frans, kepada Antara ketika dihubungi dari Kupang, Jumat.

Ia mengatakan, kedelapan korban ini merupakan warga yang menghuni dua unit rumah yang tertimbun
tanah longsor.

Saat ini, lanjutnya, tim gabungan terus melakukan penggalian timbunan tanah dengan dukungan
kendaraan berat untuk mencari sejumlah korban lainnya.

Frans menjelaskan, kondisi hujan deras melanda Manggarai Barat dan sekitarnya dalam beberapa hari
terakhir telah mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor di daerah itu.

Bencana tanah longsor, katanya, terjadi pada lebih dari 20 titik lokasi yang di antaranya juga berdampak
pada putusnya akses jalan nasional di daerah itu.

"Seperti di ruas jalan nasional yang menghubungkan Ruteng-Labuan Bajo. Sekarang sementara dilakukan
pengerukan untuk membuka akses jalan darurat," katanya.

Ia mengatakan, selain itu banjir juga mengakibatkan dua jembatan di jalur jalan nasional yang
menghubungkan Kota Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat dengan darah lain di Pulau Flores putus
total.

Ia menambahkan, pihaknya masih terus melakukan upaya penanganan di lapangan serta mendata
jumlah merugikan akibat bencana banjir dan tanah longsor tersebut.

"Informasi selanjutnya akan disampaikan setelah kami lakukan pendataan, namun sejauh ini korbannya
ada delapan orang tertimbun tanah longsor," katanya.

Anda mungkin juga menyukai