HIV (AIDS)
Disusun oleh:
Emanuel Handik ( 1601080453)
a. Gejala mayor :
Penurunan berat badan lebih dari 10%
Diare kronik lebih dari 1 bulan
Demam lebih dari 1 bulan (kontinu atau intermiten).
b. Gejala minor :
Batuk lebih dari 1 bulan
Dermatitis pruritik umum
Herpes zoster rekurens
Candidiasis oro-faring
Limfadenopati umum
Herpes simpleks diseminata yang kronik progresif
2. AIDS dicurigai pada anak ( bila terdapat paling sedikit dua gejala
mayor dan dua gejala minor dan tidak terdapat sebab sebab
imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau
etiologi lainnya.
a. Gejala mayor :
Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang
abnormal
Diare kronik lebih dari 1 bulan
Demam lebih dari 1 bulan
b. Gejala minor :
Limfadenopati umum
Candidiasis oro-faring
Infeksi umum yang berulang (otitis, faringitis, dsb).
Batuk persisten
Dermatitis umum
Infeksi HIV maternal
1.5 Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar
50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5
tahun pertama, dan menca pai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu
singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya
terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah
putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam
DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada
akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih
manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4
biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong
berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem
kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang
kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme
asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong,
sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya
terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang
yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada
beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam
darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak
mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus
di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap
penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain
terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+
yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang
beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS,
jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai
200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk
melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak
banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada
AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus
menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam
mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama
3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut
“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksiyang
Hubungan seksual dengan pasangan HIVsampai menjadi
Transfusi AIDS
darah yang membutuhkan waktu sedikitnya Ibu
26hamil
Tertusuk jarum bekas
berganti-ganti, dengan yang terinfeksi HIV terinfeksi HIV menderita HIV
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
(Heri : 2012.) Virus masuk dalam tubuh lewat luka berdarah
Terjadi perubahan pada struktural sel diatas akibat transkripsi RNA virus + DNA sel sehingga terbentuknya provirus
MK : Resiko
Distres Perubahan status Informasi yang
MK : Ansietas Infeksi Oportunistik diterima baik MK : kesiapan
Spiritual kesehatan
pengetahuan
Ulkus Genital
PCP (Pneumonia Pneumocystis)
Menginvasi mukosa saluran cerna Dermatitis Serebroika
MK : Gangguan
Citra Tubuh
MK : Nyeri
MK :
Koping efektif
- kesiapan peningkatan
manejemen kesehatan
- kesiapan peningkatan
konsep diri
5) Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal
6) Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel
perifer monoseluler.
7) Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif
B. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
C. Tes Lainnya
a) Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya
komplikasi lain
b) Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
c) Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
d) Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
e) Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
2. Tes HIV
Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.Kurang
dari 1% penduduk perkotaan di Afrika yang aktif secara seksual telah menjalani
tes HIV, dan persentasenya bahkan lebih sedikit lagi di pedesaan. Selain itu,
hanya 0,5% wanita mengandung di perkotaan yang mendatangi fasilitas
kesehatan umum memperoleh bimbingan tentang AIDS, menjalani pemeriksaan,
atau menerima hasil tes mereka. Angka ini bahkan lebih kecil lagi di fasilitas
kesehatan umum pedesaan. Dengan demikian, darah dari para pendonor dan
produk darah yang digunakan untuk pengobatan dan penelitian medis, harus
selalu diperiksa kontaminasi HIV-nya.
Tes HIV umum, termasuk imunoasaienzim HIV dan pengujian Western
blot, dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan
mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi
dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window
period) bagi setiap orang dapat bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan
waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat
pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan
HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun
perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun metode-metode
tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah
digunakan secara rutin di negara- negara maju.
3. USG Abdomen
4. Rongen Thorak
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Penatalaksanaan keperawatan
1. Aspek Psikologis, meliputi :
a. Perawatan personal dan dihargai
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalah-masalahnya
c. Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d. Tindak lanjut medis
e. Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f. Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2. Aspek Sosial.
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan bentuk dukungan
dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:
a. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan
b. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Penghargaan
3. Dukungan Instrumental
4. Dukungan Informatif
- Ribavirin
- Diedoxycytidine
- Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan
keberhasilan terapi AIDS.
1. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.
Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).
Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat
pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan
kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.
Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan
otot).
Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat
sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.
c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:
Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor
stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi
sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.
Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada
kelainan ginjal dan hati.
Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak
disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak,
digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain
Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan
bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan
Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat,
Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan
vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan
kekebalan tubuh.
Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan
gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan
bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa
cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin
fluid).
Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti
(natrium, kalium dan klorida).
Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini
sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat
kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang
cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde
sebagai makanan utama atau makanan selingan.
Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering
Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik,
termik, maupun kimia.
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu
kepada pasien dengan:
1.8 Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial.
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dapertemen kesehatan RI. 2007 . Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang
dewasa dan Remaja Edisi Kedua, Jakarta
Dinas kesehatan kota Bukittinggi 2016.Gambaran kasus HIV dan AIDS di Sumatra Barat
Sampai dengan 2016.
Dirjen. PP & PL. Kemenkes. RI. (2012). Laporan Kasus Hiv-Aids Di Indonesia Triwulan
IV, bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2011
Drew , W. Lawrence . 2001. HIV & AIDS Retrovirus. USA: The McGraw-Hill
Companies. Jakarta, Gramedia
Muma, Richard D. (1997). HIV : Manual untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC
Nasronudin . 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Mollekuler, Klinis dan Sosial.
Surabaya
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
Terap Antiretroviral. Jakarta
KPA. (2010). Pedoman Program Pencegahan HIV melalui Transmisi Seksual. Jakarta
KONSEP ASKEP
Pengkajian
1. Identitas Klien Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
alamat, penanggung jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.
2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit Mudah lelah, tidak nafsu makan,
demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi, nyeri saat
menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut, pusing, sakit kepala, kelemahan
otot, perubahan ketajaman penglihatan, kesemutan pada extremitas, batuk
produkti / non. c.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya
klien mengeluhkan diare,demam berkepanjangan,dan batuk
berkepanjangan.
Riwayat kesehatan dahulu Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit
herper simplek, diare yang hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh,
kerusakan immunitas hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun
seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh.
Riwayat Keluarga Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan
melalui hubungan seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung
dengan darah penderita melalui ASI.
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tampak pucat,
berketombe.
Dada : inspeksi, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada
retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas teraba simetris, tidak ada
tangan kiri.
Objektif 1= Meningkat
1. Pernafasan pursed-lip 2= Cukup meningkat
2. Pernafasan cuping hidung 3= Sedang
3. Diameters toraks anterior-posterior meningkat 4= Cukup Menurun
4. Ventilasi semenit menurun 5= Menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah 1. Menggigil
7. Vasokonstriks
i perifer
8. Kutis
memorata
9. Pucat
10. Takikardi
1= Menurun
2= Cukup menurun
3= Sedang
4= Cukup Meningkat
5= Meningkat
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Perilaku
sesuai anjuran
2. Verbalisasi
minat dalam
belajar
3. Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topic
4. Kemampuan
mengambarka
n pengalaman
sebelumnya
yang sesuai
dengan topic
5. Perilaku
sesuai dengan
pengetahuan
1= Menurun
2= Cukup Menurun
3= Sedang
4= Cukup Meningkat
5= Meningkat
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Kemampuan
menuntaskan
aktivitas
No Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
1= Memburuk
1 Keluhan nyeri
2= Cukup Memburuk
2 Meringis
3= Sedang
3 Sikap protektif 4= Cukup Membaik
64 Gelisah
ANSIETAS 5= Membaik TERAPI RELAKSASI
5 DEFINISI
Kesulitan tidur
No Kriteria emosi
Hasil dan 1 pengalaman
2 3 4 5 individu
6 Kondisi subyektif Observasi :
1 Menarik
Frekuensi diri
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat - Identifikasi penurunan tingkat energi,
nadi
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
7 Berfokus pada
2 Pola napastindakan untuk menghadapi ancaman
melakukan gejala lain yang mengganggu kemampuan
diri sendiri
3 Tekanan kognitif
8 Diaforesis
darah
PENYEBAB - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
4 Proses
1. Krisis situasional efektif digunakan
Perasaan
9 berpikir
2. Kebutuhan tidak terpenuhi - Identifikasi kesediaan, kemmapuan, dan
depresi Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam
5 Focus
3. Krisis maturasional penggunaan teknik sebelumnya
(tertekan) diharapkan Nyeri berkurang dengan kriteria hasil :
6 Fungsi
4. Ancaman
Perasaan takut terhadap konsep diri - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
berkemih
5. Ancaman terhadap kematian tekanan darah, dan suhu sebelum dan
mengalami
10
7 Perilaku
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan 1= Menurun sesudah latihan
cedera
7. Disfungsi fungsi keluarga
berulang 2= Cukup Menurun - Monitor respons terhdap terapi relaksasi
8 Nafsu makan
8. Hubungan orang tua anak tidak memuaskan 3= Sedang
11 Anoreksia
9 Pola9.tidur
Faktor keturunan (temperamen mudah 4= Cukup Meningkat Terapeutik :
Perineum teragitasi sejak lahir) - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
12 5= Meningkat
terasa
10.tertekan
Penyalahgunaan zat gangguan dengan pencahayaan dan suhu
Uterus
11. teraba
Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, ruang nyaman, jika memungkinkan
13 No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
membulat polutan, dan lain-lain) - Berikan informasi tertulis tentang
12. Kurang terpapar informasi
Ketegangan persiapan dan prosedur teknik relaksasi
14 1. Integritas kulit
otot - Gunakan pakaian longgar
15 GEJALA DAN TANDA MAYOR
Pupil dilatasi - Gunakan nada suara lembut dengan irama
Subyektif 2 Integritas kulit lambat dan berirama
16 Muntah
17 Mual
1. Merasa bingung - Gunakan relaksasi sebagai strategi
2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi 3 Titer antibodi penunjang dengan analgetik atau tindakan
yang dihadapi medis lain, jika sesuai
3. Sulit berkomunikasi 5 Kadar sel
Obyektif Tempat Edukasi :
1. Tampak gelisah 6 Kadar sel Tβ - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
2. Tampak tegang jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik,
3. Sulit tidur meditasi, napas dalam, relaksasi otot
1= Meningkat progresif)
GEJALA DAN TANDA MINOR 2= Cukup meningkat - Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
Subyektif yang dipilih
3= Sedang
1. Mengeluh pusing - Anjurkan mengambil posisi nyaman
2. Anoreksia 4= Cukup Menurun - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
3. Palpitasi 5= Menurun releksasi
4. Merasa tidak berdaya - Anjurkan sering mengulangi atau melatih
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5 teknik yang dipilih
Obyektif - Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
1. Frekuensi nafas meningkat 1. Infeksi (mis. Napas dalam, peregangan, atau
2. Frekuensi nadi meningkat berulang imajinasi terbimbing)
3. Tekanan darah meningkat 2 Tumor
4. Diaforesis
5. Tremor
3 Penurunan BB
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar 5 Fatigue kronis
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih \
10. Berorientasi pada masa lalu
1= Memburuk
KONDISI KLINIS TERKAIT 2= Cukup Memburuk
1. Penyakit kronis progresif (mis. kanker, 3= Sedang
penyakit autoimun) 4= Cukup Membaik
2. Penyakit akut 5= Membaik
3. Hospitalisasi
4. Rencana operasi No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6. Penyakit neurologis 1. Suhu tubuh
7. Tahap tumbuh kembang
2 Sel darah
putih
7 DEFISIT PENGETAHUAN PROMOSI KESIAPAN PENERIMAAN
INFORMASI
DEFINISI
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif Observasi :
Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam - Identifikasi informasi yang akan
yang berkaitan dengan topik tertentu
diharapkan Nyeri berkurang dengan kriteria hasil : disampaikan
- Identifikasi pemahaman tentang kondisi
PENYEBAB saat ini
1. Keterbatasan kognitif 1= Menurun - Identifikasi kesiapan menerima informasi
2. Gangguan fungsi kognitif 2= Cukup Menurun Terapeutik :
3. Kekeliruan mengikuti anjuran 3= Sedang - Lakukan penguatan potensi pasien dan
4. Kurang terpapar informasi 4= Cukup Meningkat keluarga untuk menerima informasi
5. Kurang minat dalam belajar 5= Meningkat - Libatkan pengambilan keputusan dalam
6. Kurang mampu mengingat keluarga untuk menerima informasi
7. Ketidaktahuan menemukan sumber - Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5 membutuhkan layanan keperawatan
informasi
- Dahulukan menyampaikan informasi baik
1. Integritas kulit
(positif) sebelum menyampaikan informasi
GEJALA DAN TANDA MAYOR kurang baik (negative) terkait kondisi
Subjektif 2 Integritas kulit
pasien
1. Menanyakan masalah yang dihadapi - Berikan nomor kontak yang dapat
Objektif 3 Titer antibodi dihubungi jika pasien membutuhkan
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai bantuan
5 Kadar sel
anjuran - Catat identitas dan nomor kontak pasien
Tempat untuk mengingatkan atau follow up
2. Menunjukkan persepsi yang keliru
6 Kadar sel Tβ kondisi pasien
terhadap masalah
- Fasilitasi akses pelayanan pada saat
dibutuhkan
GEJALA DAN TANDA MINOR 1= Meningkat Edukasi :
Subjektif 2= Cukup meningkat - Berikan informasi berupa alur, leaflet atau
- Tidak tersedia 3= Sedang gambar untuk memudahkan pasien
Objektif mendapatkan informasi kesehatan
4= Cukup Menurun
1. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat - Anjurkan keluarga mendampingi pasien
5= Menurun
2. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. selama fase akut, progresif atau terminal,
apatis, bermusushan, agitasi, histeria) jika memungkinkan
KONDISI KLINIS TERKAIT No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1. Kondisi klinis yang baru dihadapi 1. Infeksi
2. Penyakit akut berulang
3. Penyakit kronis 2 Tumor
KETERANGAN
Diagnosis ini dispesifikan berdasarkan topik 3 Penurunan BB
tertentu, yaitu :
1. Gaya hidup sehat 5 Fatigue kronis
2. Keamanan diri \
3. Keamanan fisik anak
1= Memburuk
4. Kehamilan dan persalinan
2= Cukup Memburuk
5. Kesehatan maternal pasca melahirkan
3= Sedang
6. Kesehatan maternal prekonspsi
4= Cukup Membaik
7. Keterampilan psikomotorik
8. Konservasi energi 5= Membaik
9. Latihan toileting
10. Manajemen arthritis rheumatoid No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
11. Manajemen asma
1. Suhu tubuh
12. Manajemen berat badan
13. Manajemen demensia 2 Sel darah
14. Manajemen depresi putih
15. Manajemen disritmia
16. Manajemen gagal jantung
17. Manajemen gangguan lipid
18. Manajemen gangguan makan
19. Manajemenhipertensi
20. Manajemen kanker
21. Manajemen nyeri
22. Manajemen osteoporosis
23. Manajemen penyakit akut
24. Manajemen penyakit arteri perifer
25. Manajemen penyakit ginjal
26. Manajemen penyakit jantung
27. Manajemen penyakit kronis
28. Manajemen penyakit paru obstruktif
kronis
29. Manajemen pneumonia
30. Manajemen proses penyakit
31. Manajemen sklerosis multiple
32. Manajemen stroke
33. Manajemen waktu
34. Manajemen penyakit jantung koroner Tujuan :
35. Medikasi Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam
36. Mekanika tubuh diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
37. Menyusui kriteria hasil :
38. Menyusui dengan botol 1= Menurun
39. Nutrisi bayi/anak 2= Cukup Menurun
40. Pencegahan jatuh 3= Sedang
41. Pencegahan kanker 4= Cukup Meningkat
42. Pencegahan konsepsi 5= Meningkat
43. Pencegahan stroke
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
44. Pencegahan trombus
45. Pengontrolan penggunaan zat 1 Verbalisasi
46. Peningkatan fertilitas v
47. Peran menjadi orang tua kepuasan
48. Perawatan bayi terhadap diri
49. Perawatan kaki 2 Verbalisasi
50. Perawatan ostomi kepuasan
v
51. Perilaku sehat
52. Program aktivitas terhadap harga
53. Program diet diri
54. Program latihan 3 Verbalisasi V
55. Prosedur tindakan
kepuasan
56. Seks aman
57. Seksualitas terhadap
58. Stimulasi bayi dan anak penampilan
peran
4 Verbalisasi V
kepuasan
terhadap citra
tubuh
5 Verbalisasi v
kepuasan
terhadap
identitas diri Observasi :
8 ANSIETAS 6 Verbalisasi V - Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
keinginan gejala lain yang mengganggu kemampuan
DEFINISI
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu meningkatkan kognitif
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat - Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
konsep diri efektif digunakan
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
7 Verbalisasi V - Identifikasi kesediaan, kemmapuan, dan
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
rasa percaya penggunaan teknik sebelumnya
PENYEBAB - Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
diri tekanan darah, dan suhu sebelum dan
13. Krisis situasional
8 Verbalisasi v sesudah latihan
14. Kebutuhan tidak terpenuhi
15. Krisis maturasional penerimaan - Monitor respons terhdap terapi relaksasi
16. Ancaman terhadap konsep diri Terapeutik :
terhadap - Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
17. Ancaman terhadap kematian
18. Kekhawatiran mengalami kegagalan keterbatasan gangguan dengan pencahayaan dan suhu
19. Disfungsi fungsi keluarga ruang nyaman, jika memungkinkan
diri - Berikan informasi tertulis tentang
20. Hubungan orang tua anak tidak memuaskan
21. Faktor keturunan (temperamen mudah persiapan dan prosedur teknik relaksasi
teragitasi sejak lahir) - Gunakan pakaian longgar
22. Penyalahgunaan zat 1= Memburuk - Gunakan nada suara lembut dengan irama
23. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, 2= Cukup Memburuk lambat dan berirama
polutan, dan lain-lain) 3= Sedang - Gunakan relaksasi sebagai strategi
24. Kurang terpapar informasi 4= Cukup Membaik penunjang dengan analgetik atau tindakan
5= Membaik medis lain, jika sesuai
GEJALA DAN TANDA MAYOR Edukasi :
Subyektif - Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
4. Merasa bingung No Kriteria hasil 1 2 3 4 5 jenis relaksasi yang tersedia (mis. Musik,
5. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi meditasi, napas dalam, relaksasi otot
yang dihadapi 1. Tindakan V progresif)
6. Sulit berkomunikasi sesuai - Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
Obyektif perasaan yang dipilih
4. Tampak gelisah - Anjurkan mengambil posisi nyaman
5. Tampak tegang - Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
6. Sulit tidur releksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih
GEJALA DAN TANDA MINOR teknik yang dipilih
Subyektif - Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
Tujuan : (mis. Napas dalam, peregangan, atau
5. Mengeluh pusing
6. Anoreksia Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam imajin
7. Palpitasi diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
8. Merasa tidak berdaya kriteria hasil :
1= Menurun
Obyektif 2= Cukup Menurun
11. Frekuensi nafas meningkat 3= Sedang
12. Frekuensi nadi meningkat 4= Cukup Meningkat
13. Tekanan darah meningkat 5= Meningkat
14. Diaforesis
15. Tremor
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
16. Muka tampak pucat
17. Suara bergetar 1 Melakukan V
18. Kontak mata buruk
19. Sering berkemih tindakan untuk
20. Berorientasi pada masa lalu mengurangi
KONDISI KLINIS TERKAIT faktor rersiko
8. Penyakit kronis progresif (mis. kanker, 2 Menerapak v
penyakit autoimun)
program
9. Penyakit akut
10. Hospitalisasi perawatan
11. Rencana operasi 3 Aktivitas v
12. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
hidup sehari-
13. Penyakit neurologis
14. Tahap tumbuh kembang hari efektif
memenuhi
tujuan
kesehatan
4 Penerimaan V
terhadap
perubahan
status
kesehatan
5 Kemampuan v
melakukan
tindakan
9 Resiko Infeksi b.d AIDS Observasi
pencegahan
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
masalah sistemik
Definisi
Beresiko mengalami peningkatan terserang kesehatan Terapeutik
organisme patogernik 6 Kemampuan V - Batasi jumlah pengunjung
peningkatan - Berikan perawatan kulit pada luka edema
- Cuci tanga sebelum dan sesudah kontak
Faktor Resiko kesehatan
dengan pasien dan lingkungan pasien
- Penyakit kronis 7 Pencapaian V
- Pertahankan tekhnik Aseptik pada pasien
- Efek prosedur invasif
pengendalian resiko tinggi
- Malnutrisi
kesehatan Edukasi
- Peningkatan paparan organisme patogen
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
lingkungan
1= Meningkat - Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
2= Cukup meningkat - Ajarkan etika batuk
Gangguan Peristaltik 3= Sedang - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
Kerusakan integritas kulit 4= Cukup Menurun - Anjurkan meningkatkan nutrisi
Perubahan sekresi PH 5= Menurun - Anjurkan mneingkatkan asupan cairan
Penurunan kerja siliaris
No Kriteria Hasil 1 2 3 4 5 Kolaborasi
Ketuban pecah lama
1 Verbalisasi v - Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Ketuban pecah sebelum waktunya
kesulitan Merokok
dalam Statis cairan tubuh Tujuan :
- Ketidakadekuatan peratanana tubuh Setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam
menjalani diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan
sekunder
program kriteria hasil :
Penurunan HB
perawatan/ Imununosupresi
1= Menurun
pengoabatan Leukkopenia 2= Cukup Menurun
Suprersi respon inflamasi 3= Sedang
Vaksinasi tidak adekuat 4= Cukup Meningkat
5= Meningkat
No Kriteria hasil 1 2 3 4 5
1 Verbalisasi V
minat dalam
belajar
2 Kemampuan V
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topic
3 Kemampuan V
menggambark
an
pengalaman
sebelumnya
yang sesuai
dengan topik
4 Perilaku V
sesuai dengan
pengetahuan