PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan.
Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur.
Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di
Indonesia.
Menurut S. Nasution, istilah kurikulum untuk pertama kali masuk di dalam kamus
inggris Webster pada tahun 1856. Istilah ini pada awalmya digunakan dalam bidang olah raga
sebagai suatu jarak yang harus ditempuh seorang pelari, atau diartikan sebagai sebuah
“chariot” ( semacam kereta pacu), yaitu alat yang dibawa dari start sampai finish.
Kemuduian, istilah ini di gunakan dalam dunia pendidikan sebagai sejumlah mata pelajaran
yang harus ditempuh untuk mencapai tingkat tertentu yang disajikan oleh sebuah lembaga
pendidikan.1
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan
perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
1
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi VI, (Bandug: Jemmars, 1982), hlm. 7-8
1
Perubahan tidak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi perbaikan selalu
mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan adalah
pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi
dapat juga memperburuk keadaan. Anak yang mula-mula tidak mengenal ganja, dapat
berubah menjadi anak yang mengenalnya lalu terlibat dalam kejahata. Perubahan di sini tidak
membawa perbaikan. Namun demikian sering diadakan perubahan dengan maksud terjadinya
perbaikan (Nasution : 2003; hal. 122).2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kurikulum ?
2. Konsep kurikulum pendidikan ?
3. Bagaimana perubahan kurikulum di Indonesia?
4. Apa dampak dari perubahan kurikulum pada mutu pendidikan?
2
Nasution. Asas-Asas Kurikulum. (Jakarta: PT.Bumi Aksara: 2003) hlm. 122
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Pengertian dan Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan, menarik untuk di bahas. Istilah
kurikulum telah menjadi istilah lazim dunia pendidikan dalam bahasa Indonesia. Secara
etimologis atau asal kata, istilah ini merupakan serapan dari bahasa Yunani. Yang awalnya
digunakan untuk dalam dunia olah raga, berasalndari kata “curir” artinya pelari. Sementara
“curere” artinya ditempuh atau berpacu. Yaitu jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari.3 Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa
mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
1. Menurut Nasution, “Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.”
2. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan
keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
3. Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang
diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur
pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud
kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program
pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.
4. John Dewey 1902;5 kurikulum dapat diartikan sebagai pengajian di sekolah dengan
mengambil kira kandungan dari masa lampau hingga masa kini. Pembentukan
kurikulum menekankan kepetingn dan keperluan masyarakat.
5. Frank Bobbit 1918, Kurikulum dapat diartikan keseluruhan pengalaman, yang tak
terarah dan terarah, terumpu kepada perkembangan kebolehan individu atau satu siri
latihan pengalaman langsung secara sedar digunakan oleh sekolah untuk melengkap
3
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Gaung Persada, Jakarta : 2010) hlm. 2
3
dan menyempurnakan pendedahannya. Konsep beliau menekankan kepada
pemupukan perkembangan individu melalui segala pengalaman termasuk pengalaman
yang dirancangkan oleh sekolah.
6. Menurut Hasan Kurikulum bersifat fleksibilitas mengandung dua posisi. Pada posisi
pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi
diklat. Dengan demikian, pada posisi teoritik yang harus dikembangkan dalam
kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembang
kurikulum. Terdapatnya posisi pengembang ini karena adanya perubahan pada
pemikiran kependidikan atau pelatihan.
7. Hilda Taba ;1962 Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan
bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik
selama di sekolah.
8. Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum
Planning” menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk
mempengaruhi belajar baik berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”.
9. Menurut B. Ragan, beliau mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua
pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah”.
10. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Jadi, kurikulum itu merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk
menciptakan suatu pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah
atau lembaga pendidikan untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian kurikulum secara
luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar siswa saja tetapi
segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan.
4
B. Konsep Kurikulum Pendidikan
Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang
rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang
nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar
kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur
tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.4
6
Moh. Suardi, Ideologi Politik Pendidikan Kontemporer. (Yogyakarta: Deepublish: 2005) hlm 98-104
6
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Jumlah pelajarannya sembilan.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat
mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi
apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
2. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum model ini banyak mendapatkan kritikan,
sebab guru terlalu disibukkan menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran, sehingga konsentrasinya kurang terfokus.
3. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL).
4. kurikulum 1994
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan
Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing,
misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan agar isu-isu tertentu
7
masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
5. Kurikulum 2004
Kurikulum ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kopetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan
individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Kurikulum ini berorientasi pada hasil dan dampak dari proses pendidikan serta
keberagaman individu dalam menguasai semua kopetensi.7
7. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum
terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain itu penataan kurikulum pada kurikulum 2013
dilakukan sebagai amanah dari UU No.20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional
dan peraturan presiden N0. 5 tahun 2010 tentang rencana pembangunan jangka
menengah nasional.8
7
Ibid
8
Mohammad Nuh, Kurikulum 2013, (Kompas: 2013)
8
D. Dampak Perubahan Kurikulum pada Mutu Pendidikan
Perubahan kurikulum berdampak baik dan buruk bagi mutu pendidikan,
dimana dampak baiknya yaitu pelajar bisa belajar dengan mengikuti perkembangan
zaman yang semakin maju tapi didukung dengan faktor-faktor seperti kepala sekolah,
guru, tenaga pengajar, siswa didik bahkan lembaga itu sendiri. Dimana kepala sekolah
harus berhubungan baik dengan atasannya dan membina hubungan baik dengan
bawahannya, lalu guru juga harus bermutu, maksudnya gurunya harus memberi
pelajaran yang dapat dicerna oleh peserta didik, lalu siswa juga harus
bermutu,maksudnya siswa dapat belajar dengan baik,giat belajar serta kritis dalam
setiap pelajaran.
Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan perubahan
kurikulum yang begitu cepat menimbulkan masalah-masalah baru seperti menurunya
prestasi siswa, hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem
pembelajaran pada kurikulum yang baru. Perubahan ini juga berdampak pada sekolah
dimana visi dan misi suatu sekolah yang sedang ingin dicapai terganggu dengan
perubahan kurikulum tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
Dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia, salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan adalah melakukan perubahan kurikulum
pendidikan. Perubahan tersebut merupakan salah satu langkah pengembangan antara
kurikulum yang ada dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Sampai saat ini pemerintah Indonesia telah menerapkan kurang lebih tujuh bentuk kurikulum,
yaitu Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, kurikulum1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004
atau Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
yang terakhir adalah Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum berdampak baik dan buruk bagi mutu pendidikan, dimana dampak
baiknya yaitu pelajar bisa belajar dengan mengikuti perkembangan zaman yang semakin
maju tapi didukung dengan faktor-faktor seperti kepala sekolah, guru, tenaga pengajar, siswa
didik bahkan lembaga itu sendiri. Dimana kepala sekolah harus berhubungan baik dengan
atasannya dan membina hubungan baik dengan bawahannya, lalu guru juga harus bermutu,
maksudnya gurunya harus memberi pelajaran yang dapat dicerna oleh peserta didik, lalu
siswa juga harus bermutu,maksudnya siswa dapat belajar dengan baik,giat belajar serta kritis
dalam setiap pelajaran.
Dampak negatifnya adalah mutu pendidikan menurun dan perubahan kurikulum yang begitu
cepat menimbulkan masalah-masalah baru seperti menurunya prestasi siswa, hal ini
dikarenakan siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran pada
kurikulum yang baru. Perubahan ini juga berdampak pada sekolah dimana visi dan misi suatu
sekolah yang sedang ingin dicapai terganggu dengan perubahan kurikulum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
10
Anam, Choirul, 2009. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Sidoarjo:
Hasibuan, Lias, 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
http://edukasi.kompas.com/read/2013/03/08/08205286/Kurikulum.2013
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I.
11