Anda di halaman 1dari 9

GONAD MATURATION OF SEPAT MUTIARA

(Trichogaster leeri Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS


By

Habibi1), Sukendi2), Netti Aryani2)


Abstract

The research was conducted from Maret – Mei 2013 in laboratory of


breeding Fishery and Marine Science Faculty of Riau University. The aim of this
research was to investigate suitable feed for the maturation of the gonads of sepat
mutiara (Trichogaster leeri Blkr) reared with different feeding treatment such as
Gonad Maturity Level (TKG), gonad maturation index (IKG), fecundity, egg
diameter and egg maturation. The research method used was Completely
Randomized Design (CDR) with three treatments and three replications. The
treatment in this study were P1 (Tubifex sp), P2 (Shrimp pellet), P3 (Shrimp pellet
+ Vitamin E).

The result showed that good feed for the maturation of the gonads was
shrimp pellets + Vitamin E, total fish reached TKG IV 13 tails , index gonad
somatic 9,32 %, fecundity of 2646 eggs, egg diameter 0.70 mm. The temperature
range from 26-28 0 C, pH 5-6, dissolved oxygen 4-5 ppm.

Keyword: different feed, Gonad maturation, Trichogaster leeri Blkr


1)
Student of Faculty of Fishery and Marine Science, Riau University
2)
Lecture of Faculty of Fishery and Marine Science, Riau University

PENDAHULUAN induk yang akan dipijahkan.


Ikan sepat mutiara Pematangan induk dapat dilakukan
(Trichogaster leeri Blkr) merupakan dengan pemberian pakan yang
salah satu jenis ikan air tawar yang tepat, baik dari kualitas maupun
belum berhasil dibudidayakan kuantitasnya. Oleh sebab itu
sebagai layaknya ikan budidaya penelitian ini akan menjawab jenis
lainnya. Sehingga sebagian besar pakan apakah yang terbaik untuk
masyarakat melakukan penangkapan merangsang pematangan gonad ikan
untuk memenuhi kebutuhannya, oleh sepat mutiara (Trichogaster leeri
karena itu perlu untuk diselamatkan. Blkr).
Melalui kajian-kajian dalam bidang Penelitian ini bertujuan untuk
pembenihan yang meliputi tahapan mengetahui jenis pakan yang cocok
pematangan gonad induk, pemijahan, untuk pematangan gonad yang
penetasan telur, pemeliharaan larva meliputi parameter-parameter yaitu
sampai benih siap dibesarkan dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG),
ditebarkan kembali ke perairan Indeks kematangan gonad (IKG),
umum (Restocking). fekunditas, dan diameter telur ikan
Pematangan gonad induk sepat mutiara ( Trichogaster leeri
yang diambil dari perairan alam Blkr ) yang dipelihara dengan
sangat perlu dilakukan untuk calon pemberian pakan yang berbeda.
Sedangkan manfaat dari Pengamatan tingkat kematangan
penelitian ini diharapkan dapat gonad (TKG) dilakukan dengan
memberikan informasi tentang mengukur Kecepatan matang gonad
pemberian pakan yang tepat untuk menggunakan satuan hari mulai dari
kematangan gonad induk ikan sepat induk ikan dipelihara hingga matang
mutiara( Trichogaster leeri Blkr ) gonad (ikan berada pada TKG IV).
sehingga didapatkan calon induk Jumlah ikan sepat mutiara yang
yang siap untuk dipijahkan, baik mencapai kematangan gonad
melalui pemijahan buatan maupun tertinggi pada perlakuan Pelet Udang
pemijahan semi alami. + Vitamin E ( P3) dengan
persentase 86,7 % (13 ekor) diikuti
METODE PENELITAN dengan perlakuan Pelet Udang (P2)
Penelitian ini dilaksanakan dengan persentase 60 % (9 ekor)
pada bulan Maret – Mei 2013 di dan perlakuan Tubifex sp (P1)
laboratorium Pembenihan dan dengan persentase 46,7 % (7 ekor).
Pemuliaan Ikan (PPI) Fakultas Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Gambar 2. Histogram Jumlah
Universitas Riau. Bahan yang Ikan sepat mutiara yang mencapai
digunakan ikan uji yaitu ikan sepat tingkat kemetangan gonad (TKG IV)
mutiara dengan jumlah ikan betina 5 dari masing-masing perlakuan
ekor dan ikan jantan 2 ekor, pelet
udang, Tubifex sp, vitamin E.
Sedangkan alat yang digunakan
kateter canula, timbangan analitik,
mikroskop mikrometer, cover glass,
alat bedah, akuarium, thermometer,
kertas grafik, DO meter, alat tulis
dan alat dokumentasi.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Gambar 2. Histogram jumlah ikan
eksperimen menggunakan sepat mutiara yang
Rancangan Acak Lengkap (RAL), mencapai tingkat
dengan menggunakan satu faktor, kematangan gonad IV
tiga taraf perlakuan dan tiga kali pada masing-masing
ulangan, sehingga diperoleh 9 unit peralakuan.
percobaan adapun perlakuan yang
digunakan adalah : Dari ketiga pengamatan dapat
P1 = Cacing Sutera dilihat semakin lama waktu
(Tubifex sp) pemeliharaan maka makin banyak
P2 = Pelet udang jumlah ikan yang matang gonad
P3 = Pelet udang + mencapai TKG IV yang didapatkan
Vitamin E selama pemeliharaan. Bila
digambarkan dalam bentuk grafik
HASIL DAN PEMBAHASAN jumlah ikan sepat mutiara yang
mencapai TKG IV dari mulai
4.1. Tingkat Kematangan Gonad
pengamatan I sampai III dapat vitellogenesis (vitellogenin)
dilihat pada Gambar 3. membantu proses pembentukan telur
dan pematangan ovari.
Menurut (Machlin, 1990
dalam Aryani, 2002) bahwa fungsi
vitamin E sebagai antioksidan yang
mencegah terjadinya oksidasi asam
lemak terutama pada asam lemak tak
jenuh sehingga vitamin E berperan
untuk meningkatkan proses
kematangan pada telur. Vitamin E
berpengaruh terhadap kualitas telur
yang dihasilkan karena vitamin E
Gambar 3. Histogram ikan sepat berperan sebagai antioksidan asam
mutiara yang mencapai lemak dalam tubuh. Vitamin E dan
TKG IV dari pengamatan asam lemak essensial dibutuhkan
I sampai pengamatan ke secara bersamaan untuk pematangan
III. gonad ikan dengan dosis vitamin E di
dalam pakan akan bergantung kepada
Jika dilihat dari Gambar 3 kandungan asam lemak esensial yang
dapat disimpulkan bahwa semakin ada pada pakan (Yulfiperius, 2001).
lama pemeliharaan, maka semakin
banyak ikan sepat mutiara yang 4.2. Indek Kematangan Gonad (%)
mencapai tingkat kematangan gonad
TKG IV. Hal ini disebabkan karena Penentuan nilai Indek
ikan dalam merespon terhadap Kematangan Gonad ikan dilakukan
makanan meningkat sehingga terhadap ikan tingkat pematangan
kandungan dalam pakan dapat gonad (TKG IV). Nilai IKG (%)
dimanfaatkan oleh ikan untuk proses didapat dari berat gonad dibagi
pematangan gonad. Pada perlakuan dengan berat tubuh ikan uji dikali
pemberian pakan pelet udang + vit E dengan 100 %. Nilai indeks
menunjukkan peningkatan yang jelas kematangan gonad (IKG) ikan uji
yaitu pada pengamatan I didapat 2 selama penelitian berkisar antara
(ekor), pengamatan ke II sebanyak 5 7,91 – 9,32 %. Nilai rata – rata pada
(ekor) dan pada pengamatan ke 3 P1(Tubifex Sp) adalah 7,91 %
didapatkan ikan sepat mutiara yang sedangkan pada P2 (Pelet Udang)
matang gonad sebanyak 6 (ekor). bernilai 8,2 % dan pada P3 (Pelet
Adliana (2013) menyatakan Udang + Vit E) bernilai 9,32 %.
bahwa salah satu faktor yang sangat Perlakuan yang menghasilkan nilai
menentukan dalam pematangan rata-rata tertinggi adalah perlakuan
gonad adalah vitamin E. Hasil P3 yang menggunakan pakan pelet
penelitian terlihat bahwa penggunaan udang + vitamin E yaitu 9,32 %.
vitamin E dalam pakan sangat Selanjutnya bila digambarkan
mempengaruhi jumlah dan waktu dalam bentuk histogram nilai indeks
pencapaian matang gonad ikan dari kematangan gonad (IKG) ikan sepat
TKG II ke TKG IV, ini diakibatkan mutiara dari masing – masing
karena adanya proses vitellogenesis perlakuan selama penelitian dapat
dalam hati sehingga hasil dari proses dilihat pada Gambar 4.
Perbedaan nilai indeks kematangan
gonad diduga karena ikan sepat
mutiara memiliki berat tubuh dan
panjang lebih kecil daripada ikan
sepat siam dan sepat rawa,
dikarenakan ukuran tubuh
mempengaruhi jumlah fekunditas,
diameter telur dan indeks
kematangan gonad. Peningkatan nilai
indek kematangan gonad dapat
disebabkan oleh perkembangan oosit.
Nilai indeks kematangan gonad
Gambar 4. Histogram nilai rata-rata
terkait dengan mutu pakan yang
indek kematangan gonad
dikonsumsinya maka makin baik
(%) ikan sepat mutiara
mutu pakan maka nilai IKG akan
pada masing-masing
lebih tinggi (Yulfiperius, 2009).
perlakuan.

Dari Gambar 4 dapat terlihat 4.3. Fekunditas (butir)


nilai indeks kematangan gonad (%)
yang berbeda dari setiap perlakuan. Histogram nilai fekunditas
Hasil terbaik pada P3 yaitu pelet ikan sepat mutiara yang mencapai
udang + vitamin E, penambahan tingkat kematangan gonad IV dari
vitamin E dalam pakan dapat masing-masing perlakuan selama
mempengaruhi proses kematangan penelitian dapat dilihat pada Gambar
gonad, keadaan ini dapat terlihat dari 5.
peningkatan IKG yang cukup besar
dari setiap pemeriksaan.
Pertambahan jumlah vitellogenin
akan mengakibatkan bertambahnya
nilai GSI karena bobot gonad dalam
tubuh ikan akan semakin bertambah.
Pada saat proses vitelogenesis
berlangsung, granula kuning telur
bertambah dalam jumlah dan
ukurannya, sehingga volume oosit
membesar (Yaron, 1995 dalam
Yulfiperius, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian Gambar 5. Histogram nilai
menunjukkan indeks kematangan fekunditas ikan sepat mutiara pada
gonad (IKG) ikan sepat mutiara setiap perlakuan
sebesar 9,32 %, hasil yang dilakukan
oleh Adliana (2013) terhadap ikan Perbedaan nilai fekunditas
sepat siam yang diberi vitamin E antara perlakuan P1 dengan
nilai rata-ratanya adalah 11,7% serta perlakuan P2 tidak terlalu besar, dan
Noverzon (2013) nilai indeks perbedaan antara P2 dengan P3 juga
kematangan gonad terhadap ikan tidak terlalu besar, sedangkan
sepat rawa sebesar 10,59 %. perbedaan nilai fekunditas antara P1
dengan P3 besar. Ini diakibatkan
karena pada awal penelitian ukuran
dan berat ikan berbeda namun
perbedaan hasil yang diperoleh tidak
terlalu besar antara perlakuan P2 dan
P3.Selanjutnya Hardjamulia (1987)
menyatakan bahwa apabila pakan
yang diberikan kepada induk ikan
kurang bermutu akan terjadi resorbsi
kuning telur yang menyebabkan
fekunditas berkurang dan
kematangan telur terlambat.
Hasil fekunditas ikan sepat Gambar 6. Histogram rata-rata
mutiara dengan rata - rata sebesar diameter telur ikan sepat mutiara
2.646 butir. Beberapa hasil pada setiap perlakuan.
penelitian terhadap nilai fekunditas Dari Gambar 6. dapat dilihat
ikan air tawar di perairan umum telah ukuran diameter telur yang yang
berhasil diteliti sebelumnya, sepat diperoleh berbeda untuk setiap
biru (Trichogaster trichopterus) perlakuan. Perlakuan yang tertinggi
berkisar antara 4500 – 7500 butir tedapat pada perlakuan P3 0,70 mm.
(Putra, Sukendi, dan Usman, 1991), Dari ketiga perlakuan, yang terbaik
ikan tambakan (Helestoma adalah perlakuan P3 yaitu pelet
temmincki) berkisar antara 10400 – udang + vitamin E. Selanjutnya
18173 butir (Sukendi, Siregar, diikuti pada perlakuan P2 0,62 mm
Yurisman, dan Pardinan, 1992). yang menggunakan pellet udang, dan
Fekunditas sepat mutiara lebih kecil diikuti pada perlakuan P1 0,60 mm
terhadap ikan perairan air tawar yang menggunakan Tubifex sp. Hal
lainnya dikarenakan beberapa faktor ini menunjukkan bahwa perlakuan
yaitu : ukuran ikan (berat dan P3 merupakan perlakuan yang
panjang) (Synder, 1983 dalam terbaik untuk pematangan gonad
Yulfiperius, 2009) nilai fekunditas pada ikan sepat mutiara. Perbedaan
dipengaruhi juga oleh ketersediaan ukuran diameter telur diperoleh
makanan (Wootton, 1979), dan disebabkan oleh pemberian vitamin
ukuran diameter telur (Woynarovich E ke pakan yang diberikan kepada
dan Horvath, 1980). induk, yang mengandung baik
protein, lemak maupun unsur mikro
4.4. Diameter Telur (mm) nutrient, induk ikan sepat mutiara
yang diberi pakan yang mengandung
Histogram diameter telur ikan vitamin E menghasilkan ukuran
sepat mutiara dari masing – masing diameter telur yang lebih besar
perlakuan selama penelitian dapat dibandingkan dengan perlakuan yang
dilihat pada Gambar 6. lainnya. Seperti sudah diketahui
bahwa salah satu fungsi dari vitamin
E adalah sebagai antioksidan yang
dapat mencegah terjadinya oksidasi
lemak pada telur terutama pada asam
lemak tak jenuh sehingga
menghasilkan diameter telur yang
besar.
Dari hasil penelitian terhadap Lingga dan Susanto (2003)yang
ikan sepat mutiara didapatkan menyatakan bahwa suhu optimum
perlakuan terbaik terdapat pada untuk pemijahan ikan adalah suhu 20
perlakuan III (Pelet Udang + Vitamin - 280C sedangkan untuk ikan yang
E) diameter telur sebesar 0,70 mm, memijah disungai suhu 20-300C, pH
ini sesuai dengan hasil penelitian berkisar antara 7-8.
Adliana (2013) didapat diameter
telur ikan sepat siam berkisar antara KESIMPULAN
0,76-0,82 mm. Menurut Noverzon Dari hasil penelitian dapat
(2013) terhadap pematangan gonad disimpulkan bahwa untuk
ikan sepat rawa diameter telur pematangan gonad induk ikan sepat
terbaik terdapat pada perlkuan III mutiara perlakuan yang terbaik
sebesar 0,71 mm. Hartika (2013) adalah P3 ( pelet udang + vitamin E )
diameter telur ikan sepat mutiara menghasilkan jumlah ikan yang
sebelum disuntik dengan ovaprim mencapai tingkat kematangan gonad
berkisar antara 0,57-0,67 mm dan (TKG) IV sebesar 13 ekor (86,7%),
setelah disuntik diameter telur indeks kematanagan gonad (IKG)
bertambah berkisar 0,74 sampai 0,91 sebesar 9,32 %, fekunditas sebesar
mm. 2.646 butir dan diameter telur
sebesar 0,7 mm.
4.5. Pengukuran Kualitas Air
DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran kualitas air suhu,
pH dan oksigen terlarut (DO) diukur Adliana C. 2013. Pematangan Gonad
sebanyak tiga kali yaitu awal Ikan Siam (Trichogaster
penelitian, pertengahan penelitian pectoralis Blkr) Dengan
dan pada akhir penelitian. Untuk Perlakuan Pemberian Pakan
mengetahui hasil pengukuran Yang Berbeda. Fakultas
kualitas air dapat dilihat pada Tabel Perikanan dan Ilmu
7. Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru
Tabel 6. Hasil pengukuran kualitas
air pada semua Affandi,R. 1998. Studi Kebiasaan
perlakuan selama Makanan Ikan Gurame
penelitian (Osphoronemus gouramy).
Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
No Parameter Hasil Alat Dan Perikanan Indonesia.
1 Suhu 26 – Termometer Vol.1 no.2 Jurnal
280C Manajemen Sumberdaya
2 pH 5–6 pH Perairan Fakultas Perikanan
Indikator IPB. Bogor. Hal 56-57.
3 Oksigen 4–5 DO Meter
Terlarut ppm Aryani, N. 2002. Penggunaan
Vitamin E Pada Pakan
Dari Tabel 6 dapat dilihat Untuk Pematangan Gonad
bahwa suhu berkisar antara 26-28 0C, Ikan Baung (Mystus
pH kisaran 5-6 dan O2 terlarut 4-5 nemurus). Jurnal Perikanan
ppm. Hal ini sesuai dengan pendapat dan Ilmu Kelautan.
Fakultas Perikanan dan Gibson,G.G & P.Skett. 1991.
Ilmu Kelautan Universitas Pengantar Metabolisme
Riau 6 (1) : 28 – 36 Obat. (Alih bahasa Iis
Aisyah B., Dari;
Bactiar, Y., 2005. Menghasilkan Introduction to drug
Pakan Alami Untuk Ikan metabolism). UI press.
Hias. AgromediaPustaka. Jakarta.
Jakarta. 76 hal
Hardjamulia, A. 1987. Beberapa
Basri, Y. 1997. Penambahan Vitamin Aspek Pengaruh penundaan
Pada Pakan Buatan Dalam dan Frekuensi Pemijahan
Usaha Meningkatkan Terhadap Induk Ikan Mas (
Potensi Reproduksi Induk Ciprinus Carpio L)
Ikan Gurame ( desertasi Fakultas Pasca
Osphoronemus gouramy Sarjana Institut Pertanian
Laccepede). Tesis , Bogor. Bogor
Program Pasca Sarjana Hartika,R. 2013. Pengaruh
Institur Pertanian Bogor. Penyuntikan Ovaprim
Bogor. 84hal Dengan Dosis Yang
Berbeda Terhadap Ovulasi
Boer,I, Adelina. 2005. Buku Ajar dan Mutu Telur Ikan Sepat
Ilmu Nutrisi dan Pakan Mutiara. Fakultas
Ikan. Fakultas Perikanan Perikanan dan Ilmu
dan Ilmu Kelautan Kelautan. Universitas Riau.
Universitas Riau. Pekanbaru
Pekanbaru. 78 hal

Safran Makmur, 2004. Proses Izquierdo M. & H. Fernández-


Metabolisme Protein Pakan Palacios. 1997. Nutritional
Pada Ikan. Balai Riset Requirements ofMarine
Perikanan Perairan Umum. Fish Larvae and
Palembang Broodstock. CIHEAM-
IAMZ. Zaragoza, Spain, p.
Boyd. C.E.1982. Water Quality 243-264.
Management in Pond. For
Aquculture Departement of Junaidi S. 2010. Pematangan Gonad
Fisheris and Allied Ikan Motan (Thynnichthys
Experiment Station. thynnoides Blkr) Dengan
Elsevier Publishing Perlakuan Pemberian Pakan
Company, Newyork 550 Yang Berbeda. Fakultas
Perikanan dan Ilmu
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Kelautan. Universitas Riau.
Armico Bandung. 190 hal Pekanbaru

Effendi,M.I. 2002. Biologi Kamler, E. 1992. Early life history of


Perikanan. Yayasan fish. An energetic
Pustaka Nusatama. approach. Chapman and
Yogyakarta. 162hal. Hill. London. 267 p
Lam, T. J. 1985. induced Spawning Pulungan, C. P.,B. Amin dan R. M.
in Fish In C. S. Lee and I. Putra, 1989. Fekunditas dan
C. Liao (Eds). Perkembangan Gonad Ikan
Reproduction and Culture Betok (Anabas testudineus)
at milfish the Ocean dari Perairan Teratak
Institute, Hawai. Buluh, Kabupaten Kampar,
Riau. Pusat Penelitian
Machlin,L.J. 1990. Hand Book of Universitas Riau.
Vitamin. Second Edition. Pekanbaru
Revised and Expended.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan
Mokoginta,I. 1998. Pematagan kunci identifikasi ikan.
Gonad Induk Ikan Kelemak Binacipta. Bandung. 508
(Laptobarbus hovenii) hal.
Melalui Teknik
Pengelolaan Makanan. Sedana, I.P. 1996. Prinsip Dasar
Fakultas Perikanan IPB. Kualitas Air dan
Bogor. Pengelolaannya. Fakultas
Perikanan dan Ilmu
Nikolsky,G. V.1963. The Ecology of Kelautan. Universitas Riau.
Fishs. Academic Press. Pekanbaru
New York.
Syafei,D.S., M.F.Raharjo.,
National Research Council). 1993. R.Afandi., M.Brajo &
Nutrien requirement of fish. Sulistiono. 1992. Fisiologi
NationalAcademy of Ikan II, Reproduksi Ikan.
Science, Washington D.C. IPB. Bogor.
115 pp.
Sudjana. 1992. Deasain dan
Parakkasi,A.1999. Ilmu Nutrisi dan aanalisis eksperimen
Makanan Ternak Ruminan. Tarsito. Bandung. 285hal
UI Press, Jakarta.
Sukendi. 2005. Vitellogenesis dan
Pamungkas, W., Z. I. Azwar, dan E. Manipulasi Fertilisasi pada
Tahapari. 2003. “ Pengaruh Ikan. Bahan Ajar Mata
Pakan Buatan, Ikan dan Kuliah Biologi Reproduksi
Udang Rucah Terhadap Ikan. Jurusan Budidaya
Perkembanagan Gonad Perikanan Fakultas
Serta Perkembanagan Ikan Perikanan dan Ilmu
Betutu (Oxyeleotris Kelautan Universitas Riau.
Marmorata Bleeker)” Pekanbaru. (Tidak
Prosiding semi loka diterbitkan)
Aplikasi Teknologi pakan
dan Pernnya Bagi Susanto, 1986. Membuat Kolam
Perkembangan Usaha Ikan. PT Penebar Swadaya.
Perikan Bididaya. Badan Jakarta. 146 hal
Riset Kelautan Dan
Perikanan. Bogor
Tim Iktiology. 1989. Ikhtiology. Yulfiperius. 2001. Pengaruh Kadar
Institut Pertanian Bogor Vitamin E Dalam Pakan
Fakultas Perikanan Jurusan Terhadap Kualitas Telur
Manajemen Sumberdaya Ikan Patin
Perairan. Bogor. 163 hal. (Pangasiushypoptthalmus).
Tesis. Ilmu Periaran,
Tang U. M. Dan Affandi R. 2001. Program Pasca Sarjana.
Biologi Reproduksi Ikan. Institut Pertanian Bogor.
Pusat Peneliti Pantai dan 40hal
Perainan Universitas Riau.
Pekanbaru. 110tp Zairin. M. J. O, ”Carman dan E.
Nurdiana, 2000” Pengaruh
Uktolseja. J.C.B dan Purwassasmita, Perendaman Embrio di
1987. Fekunditas dan Larutan 17 α –
Diameter Telur Ikan Metiltesteron Terhadap
Cakalang (Katsuwonus Nibah Kelamin Ikan Tetra
pelamis lineus) di Perairan Kongo (Micralestes
Sekitar Ambon. Jurnal interruptus)” Jurnal
Penelitian perikanan laut, Biosains, 5:7-12
44 : 47 – 76

Wardoyo, S. 1981. Kriteria Kualitas


Air untuk Keperluan
Pertanian dan Perikanan.
Training Dampak
Lingkungan PPHLH-
USDIPSIL. IPB. Bogor. 40
hal (tidak diterbitkan)

Waynorovich dan Horvath, 1980.


The Artificial Propagation
of Warm Water Fin Fishes
A manual for Extention
FAO Fish Tech Pap (201) :
183.

Wootton, R. J. 1979. Energy Cost Of


Egg Production and
Enviromental Of fecundity
in Teleos Fishis. In P.J.
Miller, ed. Fish Phenology:
Anabolic Adaptiveness in
Teleos. The Zoological
Society of London.
Academic Press, London

Anda mungkin juga menyukai