BAB I
LATAR BELAKANG
2.1Definisi
2.2Etiologi
Peningkatan tekanan intra abdomen terjadi pada 4 hingga 15% pasien dengan
penanganan intensive bedah pada berbagai kondisi klinis termasuk pembedahan
abdomen yang lama, akumulasi ascites, trauma tumpul abdomen, ruptur
aneurisma aorta abdomen, pancreatitis hemoragik, fraktur pelvis, ileus dan
obstruksi usus, pneumoperitoneum dan syok septic.7
Obstruksi bowel
Ileus
Pneumoperitoneum
Abdominal packing
Abses
Ascites
Edema visceral
Mesenteric revascularization
Transplantasi ginjal
Retroperitoneal Pankreatitis
Abses
Dinding abdomen Hematom Rectus sheath
MAST trousers
Ascites
Kehamilan
Dialisis peritoneal
2.3Klasifikasi 8
2.Sekunder ACS
3.Kronik
Keadaan dimana ACS kembali terjadi akibat tindakan bedah sebelumnya atau
terapi medis pada primer atau ACS sekunder
2.4Patofisiologi
Gambar 1. Skema terjadinya peningkatan tekanan intra-abdomen
- Disfungsi ginjal
Disfungsi ginjal merupakan dampak yang paling sering terjadi. Efek klasik
IAH/ACS pada system ginjal yaitu oliguria hingga menjadi anuria dengan IAP
yang meningkat. IAP 15–20 mmHg dapat terjadi oliguria, sementara IAP lebih
dari 30 mmHg dapat terjadi anuria. Mekanisme terjadinya disfungsi ginjal
terdapat banyak factor. ACS membuat gangguan pada kardiovaskular dengan
menurunkan curah jantung sehingga menurunkan aliran arteri ginjal,
meningkatkan resistensi vascular ginjal, menurunkan filtrasi glomerulus dan
kompresi vena ginjal.4
- Disfungsi paru
- Disfungsi jantung
- Disfungsi hepar
Penurunan aliran darah arteri hepatic, vena porta dan sirkulasi mikro berhubungan
dengan IAH. Ketika babi yang teranestesi IAP-nya meningkat hingga 20 mmHg,
kebalikan dari Q konstan dan tekanan arteri rata-rata, aliran arteri hepatic
berkurang hingga 55%, aliran vena porta menurun hingga 35% dan aliran sirkulasi
mikro hepatic berkurang hingga 29% dibandingkan dengan control. Penurunan
pada aliran sirkulasi mikro hepatik yang sama juga terjadi pada pasien dengan
kolesistektomi per laparoskopi. Pasien dengan trauma kemungkinan meningkat
resiko sekunder terhadap penurunan aliran darah portal dan visceral yang terjadi
selama syok.4
- Disfungsi Splaknik
Sama seperti dampak yang terjadi pada hati, ginjal dan vena cava inferior, efek
predominan dari peningkatan IAP juga mengurangi perfusi splaknik. Hipoperfusi
splaknik dapat terlihat pada IAP 15 mmHg dengan laporan kasus iskemia
intestinal yang memerlukan intervensi operatif setelah laparoskopik elektif
mempertahankan 15 mmHg pneumoperitonium. Bagaimanapun aliran darah arteri
mesenterikum, mukosa usus, dan vena porta telah menurun dengan peningkatan
IAP. Ini dapat diukur pada pengaturan klinis dengan tonometri gaster yang
mengindikasikan penurunan perfusi pada perut. Sebuah studi menunjukkan bahwa
penurunan perfusi gaster disimpulkan dengan penurunan pHi gaster yang
berkurang lebih awal dari tanda-tanda ACS (oliguria, tekanan puncak inspirasi
meningkat). Penurunan perfusi gastrointestinal ini terjadi tidak bergantung pada
penurunan Q. IAP yang meningkat juga menunjukkan tekanan vena porta yang
meningkat. Ini kemungkinan salah satu factor kontribusi pada patofisiologi varises
esophagus pada pasien dengan gagal hati. Meningkatnya IAP hingga 10 mmHg
menghasilkan peningkatan tekanan varises, volume, radius dan ketegangan
dinding. Sebagai tambahan, penurunan perfusi splaknik dan cedera reperfusi
ditunjukkan dengan produksi sitokin dari usus. Ini berperan dalam perkembangan
komplikasi septic dan atau sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) dan
kegagalan organ multipel.4
- Gagal napas yang ditandai dengan PCO2 yang meningkat, volume tidal
yang berkurang, tingginya tekanan puncak inspirasi.
- Koagulopati (platelet <> 15 detik atau partial thromboplastin time (PTT) > 2
kali normal atau international standardised ratio (INR) > 1.5)
ACS ditetapkan dengan terjadinya peningkatan IAP dan adanya kegagalan sistem
organ.9
Pasien yang dirawat di ICU sebaiknya diskrining untuk melihat faktor resiko
terjadinya IAH/ACS dan dengan kegagalan organ yang baru atau progresif. Bila
dua atau lebih faktor resiko dijumpai, pengukuran IAP harus dilakukan. Dan bila
IAH ditemukan, pengukuran IAP serial harus dilakukan pada pasien tersebut.8
Pengukuran IAP terdiri dari berbagai teknik yaitu penempatan metal intra-
abdomen langsung (sudah lama ditinggalkan), tekanan vena kava inferior
(beresiko thrombosis dan infeksi), tekanan gaster (jarang digunakan tetapi
berguna bila terdapat trauma buli-buli dimana distensi buli merupakan
kontraindikasi) dan tekanan buli-buli. Gold standard pengukuran IAP adalah
dengan tekanan buli-buli.4
Pada pasien dengan keadaan tertentu terdapat indikasi dilakukan pemantauan IAP
untuk deteksi dini adanya IAH.
2.7Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :1
- Arterial blood gas (ABG): cara cepat untuk mengukur deficit pH,
laktat dan basa.
Radiografi :1
- USG Abdomen
2.8Penanganan
Penanganan harus berdasarkan pada pemeriksaan klinis dengan
peningkatan IAP. IAP kritis yang menimbulkan berbagai disfungsi organ
bergantung pada keadaan premorbid pasien. Pasien gemuk setiap saat meningkat
IAP tetapi telah terkompensasi dengan hal tersebut. Grade I IAH secara umum
hanya memerlukan resusitasi volume dengan pemantauan tekanan berkelanjutan.
Beberapa pasien tidak membaik keadaannya. Pasien dengan grade II harus
ditangani berdasarkan gejalanya. Bila oliguria ringan dengan kompresi jantung
dan paru minimal, dapat diresusitasi lebih lanjut dan dilanjutkan dengan
memantau tekanan. Bila pasien mengalami cedera intra-kranial atau kompresi
berat yang lebih, operasi dekompresi harus dipikirkan. Grades III dan IV
ditangani dengan operasi dekompresi. Saat ini sebagian besar penulis menyetujui
bahwa tekanan kritis untuk ACS adalah antara 20 hingga 25 mmHg.3
III26–35 Dekompresi
- Blokade neuromuskular
- Dekompresi rektum
- Agent gastro-/colo-prokinetik
- Parasentesis
- Drainase perkutan
- Diuretik
- Hemodialisis / ultrafiltrasi
5. Organ Pendukung
Manajemen pembedahan:
Jika fasia dibiarkan terbuka dan abdomen penuh, kulit bisa tertutup atau
dibiarkan terbuka. Kulit bisa ditutup menggunakan jahitan, penjepit kain, perban
lateks Esmarch atau mesh. Jika mesh dijahit ke kulit, akan ditutup dengan adesif
drape yang steril dan drape(Vi-drape™ or Steri Drape™). Menjahit bahan sintetis
ke kulit bukan ke fasia, mempersiapkan fasia untuk definitive closure berikutnya.
Jika penutupan kulit saja menyebabkan peningkatan IAP, kulit dibiarkan terbuka.
Usus ditutupi dengan nonadhesive, nonporous materi (seperti tas atau perekat usus
terlipat menggantungkan dirinya sendiri sehingga sisi perekat menempel pada
dirinya sendiri).
KESIMPULAN
- Gagal napas yang ditandai dengan PCO2 yang meningkat, volume tidal
yang berkurang, tingginya tekanan puncak inspirasi.
Hasil dari IAH dilihat paling mudah dalam ginjal dan system pernapasan.
Namun, hampir setiap sistem organ dapat terpengaruh. Dalam trauma atau pasien
lain beresiko tinggi untuk mengembangkan ACS berdasarkan temuan perioperatif,
pengobatan terbaik adalah penggunaan TAC untuk mengurangi insiden (meski
tidak secara utuh mencegah) pengembangan ACS. Jika ACS terjadi, pengobatan
dengan dekompresi akan mampu memberikan terapi terbaik dengan resolusi
kardiovaskular, paru, dan ginjal derangements, meskipun derajat dapat ditetapkan
untukkegagalan organ multiple berikutnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN