Laporan Kasus Obstetri Lydia Alessia (0107320002)
Laporan Kasus Obstetri Lydia Alessia (0107320002)
OBSTERI
Disusun oleh:
Nama: Lydia Alessia W. T.
NIM: 0107320002
Penguji:
dr. Dyana Safitri Velies, Sp.OG(K), M.Kes
I. Identitas Pasien
i. Nama : Ibu M
ii. Jenis Kelamin : Perempuan
iii. Usia : 28 Tahun
iv. Status Perkawinan : Sudah Menikah
v. Agama : Islam
vi. Alamat : Parung Panjang
vii. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
viii. Tanggal Masuk RS : 22 April 2021 (jam 07.30)
ix. Tanggal Pemeriksaan : 22 April 2021 (jam 10.00)
Anamnesis
i. anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
v. Riwayat Obstetri
Gravida Tahun Cara Usia Jenis Berat Komplikasi
Persalinan Persalinan Kehamilan Kelamin Lahir
1 2017 Sectio 38 – 39 Perempuan 3200 Tidak ada
minggu gram
vi. Riwayat Kehamilan Sekarang
i. HPHT : 4 Agustus 2020
ii. Usia Kehamilan : 37 minggu
iii. Taksiran Persalinan : 11 Mei 2021
x. Riwayat Sosial
Pasien saat ini tidak merokok & minum alkohol
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
• Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
• Tekanan Darah : 100/80 mmHg
• Denyut Nadi : 87x/ menit
• Suhu : 36.7 oC
• Pernapasan : 24x/ menit
• Tinggi Badan/ Berat Badan : 148 cm/ 62 kg
• Berat Badan Sebelum Hamil : 50 kg
o BMI : 22,83 kg/m2
ii. Diagnostik
Ultrasonografi
Pemeriksaan laboraturium viral load CD4+
iii. Terapeutik
Suplemen Zat Besi 60 mg/ hari
Suplemen Kalsium 1,5 – 2 gr/ hari
Anti-retroviral yang direkomendasikan pada ibu hamil;
Tenofovir (300 mg) + Lamivudin (300 mg) + Efavirens (600 mg)
iv. Bedah
Dilakukan persalinan sectio caesarea untuk mencegah penularan virus HIV dari
ibu ke bayi
v. Edukasi
i. Melakukan edukasi SADAR kepada pasien tentang pentingnya
mengontrol dan melanjutkan kembali pengobatan ARV1
- Tujuan terapi ARV untuk mencegah kerusakan system dan jaringan.
Dengan demikian, resiko infeksi oportunistik dapat dicegah dan jumlah
CD4 dapat dipertahankan untuk tetap tinggi. Setelah pengobatan patuh
ARV minimal 6 bulan, VL dapat mencapai level tidak terdeteksi (
<1000 copy/mL) sehingga resiko penularan vertical rendah.
Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 37 minggu, datang dengan tujuan untuk
melakukan kontrol ANC setelah dirujuk dari RS Mitra Keluarga akibat memiliki
riwayat penyakit HIV yang putus pengobatan ARV selama 1 tahun. Hal ini menjadikan
kehamilan pada pasien dikategorikan sebagai kehamilan resiko tinggi.
Pencegahan penularan infeksi virus HIV dari ibu ke anak (PPIA), didefinisikan
sebagai intervensi pencegahan infeksi virus HIV dari ibu kepada bayi yang meliputi
penanganan komprehensif dan berkelanjutan pada perempuan dengan HIV sejak
sebelum kehamilan hingga setelah kehamilan serta termasuk pelayanan bayi lahir dari
ibu HIV. Pada pasien ini, pilar pendekatan pasien komprehensif untuk mencegah
transmisi vertikal HIV atau yang dikenal dengan Prong, yang dapat dilakukan adalah;
Prong 1, yaitu pencegahan penularan HIV pada wanita, Prong 2, yaitu perencanaan
kehamilan, Prong 3, yaitu pencegahan transmisi vertikal HIV dari ibu ke bayi dan
Prong 4, yaitu penyediaan terapi, perawatan, dan dukungan yang baik bagi ibu dengan
HIV serta anak dan keluarganya.1
Resiko penularan HIV dari ibu ke anak tanpa upaya pencegahan atau intervensi
berkisar antara 20 – 50%. Sedangkan dengan upaya pencegahan penularan HIV yang
baik, resiko penularan dapat diturunkan hingga < 2%. Rantai penularan ini dapat terus
terjadi jika kita tidak segera melakukan kontrol dan pencegahan terhadap faktor resiko
penularan selama kehamilan, persalinan, dan setelah bayi lahir. Penularan virus HIV
dari ibu hamil ke janinnya dapat terjadi melalui plasenta selama kehamilan (5-10%),
jalan lahir selama persalinan (8-9% pada persalinan pervaginam dan 2-4% pada
persalinan sectio caesarea), dan pemberian ASI pada masa menyusui (15-20%).2
Faktor resiko penularan dari ibu ke anak dapat dipengaruhi oleh tiga komponen,
yaitu1; faktor ibu, faktor bayi, dan faktor obstetri.
Faktor Ibu Faktor Bayi Faktor Obstetri
• Nilai viral load virus • Prematuritas • Jenis persalinan
HIV di dalam darah • BBBLR • Lama persalinan
• Nilai CD4+ di dalam • Lama menyusu, bila • Ketuban pecah dini
darah tanpa pengobatan > 4 jam sebelum
• Status gizi selama • Luka pada mulut persalinan
kehamilan bayi, jika bayi meningkatkan
• Penyakit infeksi menyusu resiko 2x lipat
selama kehamilan • Tindakan
• Masalah payudara, episiotomi, ekstraksi
jika menyusui vakum, dan forsep
Selama kehamilan, plasenta dapat melindungi janin dari infeksi HIV. Namun, bila
terjadi peradangan, infeksi, atau kerusakan barrier plasenta, virus HIV dapat menembus
plasenta sehingga terjadi penularan dari ibu ke anak.
Pada pasien ini, terdapat faktor resiko penularan ibu ke bayi yang tinggi dari
faktor ibu akibat penyakit HIV-nya yang tidak terkontrol yang ditunjukkan dengan ibu
tidak tahu jumlah dan tidak rutin memeriksakan nilai viral load & CD4+ nya, serta
pengobatan ARV yang sudah berhenti selama 1 tahun. Dua pertiga transmisi vertikal
infeksi virus HIV pada bayi terjadi pada masa akhir kehamilan hingga persalinan.1 Oleh
karena itu, pasien diminta untuk secepat mungkin melakukan konsultasi kepada TS
dari departemen penyakit dalam agar pasien dapat menerima dan melanjutkan
pengobatan ARV segera sebelum dilakukan persalinan dengan metode bedah sesar
elektif. Prosedur bedah sesar elektif menurunkan resiko transmisi virus HIV sebesar
50% bila dibandingkan dengan metode persalinan lainnya. Bedah sesar elektif
dilakukan pada ODHA hamil dengan jumlah viral load > 1000 copy/mL pada usia
gestasi 38 minggu atau bila jumlah viral load tidak diketuahui pada trimester ketiga
kehamilan. Hal ini bertujuan untuk dapat melakukan intervensi pencegahan transmisi
dengan persiapan sebaik dan semaksimal mungkin dengan harapan transmisi ibu ke
anak dapat benar-benar dihindari.
DAFTAR PUSTAKA