Proposal Elis Diyanti (Uji Turnitin)
Proposal Elis Diyanti (Uji Turnitin)
PROPOSAL
ELIS DIYANTI
201601062
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua adalah proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh, namun tidak semua
system tubuh mengalami kemunduran fungsi pada waktu yang sama, lanjut
usia ada empat kriteria yaitu lanjut usia (pertengahan) yang usianya 45
sampai 59, lanjut usia (elderly) yang usianya diantara 60 sampai 74 tahun,
lanjut usia tua (old) yang usianya 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua
(very old) yang usianya diatas 90 tahun. 1 Indonesia merupakan peringkat ke
lima negara dengan jumlah Lanjut usia (Lansia) terbanyak di dunia sebanyak
9,03% atau 25 juta jiwa, peringkat ke satu negara Jepang dengan jumlah
lansia 32,2% atau 300 juta, peringkat ke dua yaitu negara China dengan
jumlah 23% atau 200 juta jiwa, peringkat ke tiga negara Amerika Serikat
dengan jumlah 23% 100 juta jiwa, dan peringkat ke empat negara India
dengan jumlah 21% atau 70 juta jiwa.2 Di Provinsi Sulawesi Tengah, total
seluruh lansia usia lebih 60 tahun, dari 13 Kabupaten/ Kota tahun 2018
sebanyak 238.707 jiwa, sedikit meningkat di banding tahun 2017 yaitu
228.359 jiwa, Sedangkan diprovinsi Nusa Tenggra Timur pada tahun 2018
dengan jumlah lansia tertinggi sebanyak 408.348 jiwa.3
Salah satu permasalahan penyakit yang paling banyak terjadi pada lansia
adalah Vertigo. Vertigo merupakan keluhan yang paling sering dialami oleh
lansia yang merupakan adanya sensasi gerakan dari tubuh seperti rotasi
(berputar) tanpa adanya sensasi berputar yang sebenarnya, dapat sekeliling
yang dirasakan berputar ataupun badan yang dirasakan berputar. Keluhan
yang paling dinyatakan yaitu : pusing, sempoyongan, rasa seperti melayang
atau dunia terasa seperti terbalik. 4
Dari data yang di dapatkan di Negara Amerika Serikat, sekitar 8 juta
orang dengan prevelensi 50% dari usia 40 tahun sampai orang tua yang
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka pertanyaan dalam penelitian ini yaitu :
”Bagaimanakah efektifitas pengaruh latihan Brandt Daroff terhadap kejadian
vertigo pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kamonji. ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis Efektifitas pengaruh latihan Brandt Daroff
terhadap kejadian vertigo pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
Kamonji.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kejadian vertigo pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji sebelum diberikan Latihan Brandt Daroff
b. Untuk Mengetahui kejadian vertigo pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji sesudah diberikan Latihan Brandt Daroff
c. Untuk menganalisa Efektifitas pengaruh pemberian latihan Brandt
Daroff dengan kejadian vertigo pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi Pendidikan STIKes Widya Nusantara Palu
Manfaat pendidikan keperawatan khususnya Ilmu Keperawatan
STIKes Widya Nusantara diharapkan penelitian ini dapat memperkaya
bahan pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang cara
mengembangkan kemampuan dalam metode eksperimen di bidang ilmu
keperawatan khususnya yang berhubungan dengan informasi tentang
6
2. Tempat Penelitian
Penelitian tentang Efektifitas pengaruh latihan Brandt Daroff dengan
kejadian vertigo pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kamonji di
harapkan dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu pengetahuan,
khusunya dalam bidang kesehatan bahwa Brandt Daroff Exercise sebagai
salah satu alternatif dan metode nonfarmakologi yang dapat mengurangi
keluhan pusing pada penderita vertigo.
3. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan agar penelitian ini dapat
memberikan pengetahuan dan dijadikan tolak ukur tentang Efektifitas
pengaruh latihan Brandt Daroff dengan kejadian vertigo pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Kamonji atau referensi terbaru yang dapat
diberikan untuk mengembangkan penelitian berikutnya dalam bidang ini.
Dan saran untuk peneliti selanjutnya bisa menggunakan terapi
nonfarmakologi yang bisa diberikan seperti terapi rehabilitasi vestibular
lainnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
a) Sel, saat seseorang memasuki lanjut usia keadaan sel
dalam tubuh pasti akan berubah, seperti ukuran lebuh besar
dan jumlahnya yang menurun, sehingga mekanisme
perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,
otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
b) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada
lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya
syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran salah satunya adalah hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra
penglihatan akan terjadi gangguan seperti kekeruhan pada
kornea, hilangnya daya akomodasi penglihatan dan
menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan
terjadi seperti menurunnya respon terhadap nyeri dan
berkurangnya kelenjar keringat. Pada indra pembau akan
terjadinya gangguan seperti menurunnya kekuatan otot
pernafasan, yang menyebabkan kemampuan membau atau
mencium juga berkurang.
c) Sistem gastrointestinal, gangguan yang akan terjadi pada
seperti menurunya selara makan , seringnya terjadi
gangguan konstipasi, menurunya produksi air liur (Saliva)
dan menurunnya gerak peristaltic usus.
d) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
gangguan pengecilan sehingga terjadi aliran darah ke ginjal
menurun.
e) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan
cairan dan mengalami kerapuh, keadaan postur tubuh akan
lebih pendek, persendian menjadi kaku dan tendon
mengkerut.
f) Sistem Kardiovaskuler, gangguan kardiovaskuler pada
lansia yaitu: penurunan pompa jantung akan mengakibatkan
penurunan pompa darah, ukuran jantung secara keseluruhan
menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung
mengalami penurunan , akibat adanya akumulasi lipit
menyebabkan katup jantung pada lansia akan lebih tebal
dan kaku. Hilangnya distensibility pada arteri menyebabkan
Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia dan Tekanan
darah diastolic biasanya akan tetap sama atau sedikit
meningkat.17
2) Perubahan intelektual
Akibat proses penuaan juga akan terjadi penurunan pada
kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion ( IQ)
yaitu fungsi pada otak kanan mengalami penurunan sehingga
mengakibatkan lansia akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi nonverbal, mengatasi suatu masalah, berkonsentrasi
dan kesulitan untuk dapat mengenali wajah seseorang. Perubahan
yang lain adalah perubahan pada ingatan , penurunan kemampuan
otak menyebabkan seorang lansia menjadi kesulitan untuk
menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga
kemampuan untuk dapat mengingat pada lansia juga menjadi
menurun. 18
3) Perubahan keagamaan
Pada umumnya pada lanjut usia akan semakin teratur dan
semakin dekat dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut
bersangkutan dengan keadaan lansia yang merasakan akan
meninggalkan kehidupan dunia.19
2. Klasifikasi Vertigo
Vertigo terbagi menjadi 2 yaitu vertigo vestibular dan vertigo
nonvestibular. Vertigo vestibular memiliki kriteria sebagai berikut:
perasaan dirinya berputar atau objek yang berputar, pusing permanen
dengan mual dan gangguan keseimbangan lainnya. Sedangkan Vertigo non
vestibular mencakup vertigo karena gangguan pada visual dan
sistem proprioseptif. 27
Klasifikasi Vertigo vestibular dapat dibagi menjadi dua bagian
berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, yaitu:
1) Vertigo sentral
Vertigo sentral terjadi karena adanya kelainan dibatang otak yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum. Gejala yang sering menyertai
vertigo sentral adalah berupa penglihatan ganda, kesulitan mendalam
elan, kelemahan otot-otot wajah, sakit kepala yang sangat berat,
gangguan kesadaran, tidak mampu berbicara, hilangnya kordinasi,
serta mual dan muntah.
2) Vertigo perifer
Vertigo yang terjadi karena adanya gangguan pada saluran yang
disebut kanalis semisirkularis , yaitu di telinga bagian dalam yang
fungsinya untuk mengatur keseimbangan tubuh. Gejala yang serring
dirasakan yaitu pusing, pandangan menjadi gelap, berkeringat, mual
dan muntah, kelemahan dalam berkonsentrasi, dan jantung berdebar-
debar.
c. Organ vestibular telinga bagian dalam terdiri atas tiga bagian yaitu:
Urikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Kanalis semisirkularis
berfungsi sebagai pendeteksi gerakan rotasi. Setiap kanal
semisirkularis ini terisi oleh endolimfe dan pada bagian dasar terdapat
gelombang yang disebut dengan ampula, ampula ini mengandung
kupula, kupula adalah suatu masa gelatin yang memiliki massa jenis
10
yang sama dengan endolimfe serta melekat pada sel rambut telinga.
Selain itu kupula juga memiliki peran sebagai sensor gerak untuk
kanal semisirkularis dan akan aktif oleh defleksi yang disebabkan oleh
aliran endolimfe. Kemudian utrikulus dan sekulus juga mempunyai
peran sebagai pendeteksi gravitasi. Organ reseptor dari keduannya
adalah macula. Macula utrikulus terletak dididasar utrikulus kira-kira
dibagian kanalis semisirkularis horizontal. Sedangkan macula sakulus
terletak didinding medial sakulus. Pada setiap makula terdapat sel
rambut yang mengandung endapan kalsium disebut otokonia.31
Fungsi keseimbangan diatur oleh beberapa organ-organ penting di
tubuh yang input sensoriknya akan diolah oleh susunan saraf pusat
(SSP). Fungsi ini diperantarai beberapa reseptor, yaitu: 32
a) Reseptor vestibular
b) Reseptor visual
c) Reseptor somatik
Reseptor vestibular sebagai pengatur keseimbangan diatur oleh
organ aparatus vestibularis (labirin) yang berada di telinga dalam.
Labirin ini dilindung oleh tulang yang paling keras. Labirin terbagi
atas 2 bagian, yaitu labirin tulang dan labirin membran. Di antara
labirin tulang dan labirin membran ini terdapat suatu cairan yang
disebut perilimfa sedangkan di dalam labirin membran terdapat cairan
yang disebut endolimfa. Labirin berfungsi untuk menjaga
keseimbangan, mendeteksi perubahan pada posisi, dan gerakan kepala
Labirin terdiri dari :
a) Labirin kinetik: Tiga kanalis semisirkularis
b) Labirin statis: Organ otolit (sakulus dan utrikulus) yang
terdapat sel-sel reseptor keseimbangan pada tiap
pelebarannya.33
4. Patofisioligi
11
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yaitu justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang
dilakukan dan memberi landasan topik yang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalahnya.42 Dalam penelitian ini peneliti mengambil
variabel bebas adalah Brandt Daroff sedangkan variabel terikat yaitu
Vertigo pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji. Gambaran yang
lebih jelas dan terarah alur penelitian ini digambarkan dalam rangka
konsep seperti berikut :
: Variable Independen
: Variabel Dependen
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat Efektifitas
pengaruh latihan Brandt Daroff terhadap kejadian vertigo pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas Kamonji.”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu menggunakan desain analitik Pre
Esperimental one group pre and post test. Observasi dilakukan dua kali yaitu
sebelum diberikan perlakuan (01) disebut pretest, dan sesudah eksperimen
(02) disebut dengan posttest.
01 X 02
Keterangan :
01 : pretest sebelum dilakukan latihan brandt daroff kepada kelompok
Perlakuan
X : Perlakuan yang diberikan latihan brandt daroff
2 posttest setelah dilakukan brandt daroff terhadap kelompok perlakuan
18
19
2
[ Zα+ Zβ ] s
n= ( x 1−x 2 ) 2
[ 1,96+0,84 ] 2,76
n= ( 1,84 )
n=( 5,6 )2
n=18,54=18 orang
2) Kriteria Eksklusi
a) Responden yang tidak bersedia diteliti
b) Responden memiliki gangguan (gangguan
jantung,peningkatan intrakranial dan gangguan pernapasan)
c) Riwayat pernah operasi leher
d) Tuli
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dan nilai dari objek
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.48 Dalam penelitian ini
menggunakan dua variabel yaitu :
1) Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan dan timbulnya variabel dependen.49
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
Latihan Brandt Daroff
2) Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel independen.50 Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah Vertigo.
21
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah karakteristik yang diamati dari sesuatu yang
didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati atau diukur itulah
yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat
diulangi oleh orang lain.51
1. Latihan Brandt Daroff
Definisi : Latihan Brandt Daroff merupakan latihan fisik yang
bertujuan untuk melakukan adaptasi terhadap sistem
vestibuler sentral, dilakukan dengan 4 tahap gerakan
selama 5 hari pada waktu pagi,siang, dan sore.
Alat ukur : Lembar SOP Latihan fisik Brandt Daroff
Cara ukur : Pemberian latihan fisik Brandt daroff
2. Vertigo
Definisi : Merupakan rasa berputar yang mengacu pada
sensasi dimana penderitanya merasa bergerak dan
berputar
Alat ukur : Lembar Visual vertigo scale (VVAS)
Cara ukur : Pengisian Visual vertigo scale (VVAS)
Skala : Nominal
Hasil ukur : Selisih (rerata ± s.b)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
SOP Latihan Brandt daroff dan pengisian lembar Visual vertigo scale
(VVAS)52 untuk mengetahui skala vertigo yang dirasakan oleh responden
sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Kemudian penggunaan alat tulis
dan kamera dalam penelitian ini sebagai media dalam pencatatan hasil ukur
dan kamera sebagai pendokumentasian kegiatan penelitian ini.
22
b) Intervensi
Pemberian latihan brandt daroff dilakukan 3 kali pada
pagi,siang,dan sore kepada responden yang bersedia selama 5
hari lamanya.
c) Post Intervensi
Setelah 5 hari dilakukan latihan brandt daroff tersebut
maka akan dilakukan kembali pengisian Visual Vertigo
Analogue Scale (VVAS) untuk mengetahui skala vertigo.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data lansia yang menderita vertigo
di Wilayah kerja puskesmas kamonji.
23
H. Analisis Data
Analisa data merupakan upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik data tersebut bisa di pahami dan bermanfaat
sebagai solusi permasalahan, terutama permasalahan yang ada di dalam
penelitian.54 Adapun analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis
univariat dan bivariat yang diolah dalam komputer menggunakan software
analisis yaitu SPSS.
1. Analisa Univariat
Data dianalisa secara univariat. Menganalisa data dapat
dilakukan terhadap setiap variabel penelitian. Analisa data biasanya
dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus sebagai
berikut55:
Rumus :
F
P= x 100%
N
Keterangan :
P : Persentase
F : Jumlah Subjek yang ada pada kategori tertentu
N : Keseluruhan responden
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa yang dapat dilakukan
terhadap dua variabel yang di duga ada berhubungan atau
berkolerasi..metode analisa statistik yang akan digunakan ini adalah
uji paired T-Test. Uji Paire T-Test (uji T- berpasangan) dilakukan
karena data yang akan dikumpulkan dari dua sampel yang saling
berhubungan itu, artinya adalah salah satu sampel akan mempunyai
dua data. Mau ada tidaknya perbedaan yang bermakna sebelum dan
24
Indentifikasi Masalah
Pengaruh latihan Brandt Daroff dengan kejadian vertigo
pada lansia
Perumusan Masalah
Desain Penelitian
Jenis penelitian kuantitatif desain preexperimental design
dengan pendekatan One Grup Pretest Postest design
Populasi
Semua lansia yang menderita vertigo di wilayah kerja Puskesmas Kamonji
Sampel
Lansia yang menderita vertigo yang sesuai dengan kriteria inklusi
Tehnik sampling
Pusposive sampling
Proses Penelitian
Hasil
Ada pengaruh pemberian latihan Brandt Daroff terhadap
lansia yang mengalami Vertigo
Gambar Skema Alur Penelitian
C. Indikasi
Latihan Brandt Daroff sangat dianjurkan untuk dilakukan pada pasien
yang memiliki riwayat vertigo
D. Kontraindikasi
1) Pasien yang memiliki gangguan (gangguan jantung,peningkatan
intrakranial dan gangguan pernapasan)
2) Pasien yang memiliki Riwayat pernah operasi leher
3) Pasien yang memiliki gangguan Tuli
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
01 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
Keterangan Hasil :
0 sampai 3 : Pusing ringan
4 sampai 6 : Pusing sedang
7 sampai 10 : Pusing berat