Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
manusia untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatannya. Pada
hakikatnya manusia mempunyai beberapa kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi, baik Fisiologis maupun Psikologis. Pada tahun 1950, Abraham
Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang
kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki
Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima
kategori kebutuhan dasar manusia yang mana salah satunya adalah
kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs) itu
sendiri memiliki prioritas tertinggi dalam Hierarki Maslow, karena
merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup.
Kebutuhan Fisiologis menurut Maslow ini meliputi 8 kebutuhan manusia
yang harus terpenuhi dan salah satunya yaitu Kebutuhan Oksigen Dan
Pertukaran Gas (Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2007).
Oksigen menjadi kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses
metabolisme sel, kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang
bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian. Oleh karena itu sistem
pernapasan memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen ini.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu
dan lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2
agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan
untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya) melalui darah guna
dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2 akan
kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke lingkungan

1
2

karena tidak berguna lagi oleh tubuh. Kapasitas (daya muat) udara dalam
paru-paru itu sendiri yaitu 4500-5000 ml (4,5-5,1), dimana udara yang
diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% (±500 ml), yakni yang
dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan
biasa (Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2007).
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada
kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Beberapa gangguan
pada pemenuhan kebutuhan oksigen antara lain adalah gangguan
pertukaran gas dan perubahan pola napas . Gangguan pertukaran gas
merupakan kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolar – kapiler. Sedangkan Perubahan
pola napas yang umum terjadi yaitu takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
napas kussmaul, hipoventilasi, dyspnea dan orthopnea.
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen lainnya yaitu obstruksi jalan
napas yang disebabkan oleh benda asing seperti makanan, akumulasi
sekret, atau oleh lidah yang menyumbat orofaring pada pasien yang tidak
sadar, serta adanya sumbatan total atau sebagian pada jalan napas bronkus
dan paru (Mubarak, W.I. & Chayatin, N. 2007).
Selain itu ada pula gangguan lainnya seperti hipoksia, dan
hipoksemia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan
atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan
oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit
ventilasi berhenti spontan. Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan,
kecemasan, menurunya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat,
pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta clubbing finger.
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah
normal (normal PaO2 85-100 mmHg, SaO2 95%). Keadaan ini disebabkan
oleh gangguan ventilasi, perfusi, difusi, pirau (shunt), atau berada pada
tempat yang kurang oksigen. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan,
vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala
hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas 35x/menit, nadi
cepat, serta sianosis. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat akan
menyebabkan komplikasi lebih lanjut bahkan kematian (tartowo dan
wartonah. 2010).
Penyakit saluran pernafasan memiliki prevalensi yang cukup tinggi, di
Amerika sendiri kira-kira 35 juta warganegaranya mengalami gangguan
respirasi obstruktif. Gangguan ini menyebabkan angka morbilitas yang
tinggi, yang menghabiskan dana 154 juta dolar Amerika untuk mengatasi
efeknya. Selain itu gangguan ini merupakan penyebab kematian ke-tiga di
dunia setelah gangguan Jantung dan Kanker. Angka mortilitas akibat
gangguan ini kian meningkat, pada tahun 2008 insiden mortilitasnya
hingga 135.5/100.000 kematian. (American Lung Association. New
York:Lung Dieseases Data;2008 dalam Tryanni Vania;2013).
Dalam bukunya, Asmadi (2009) mengatakan bahwa kebutuhan
oksigen dapat dipenuhi dengan beberapa metode, diantaranya inhalasi
oksigen (terapi oksigen), fisioterapi dada, napas dalam dan batuk efektif,
serta penghisapan lendir (suctioning).
Salah satu penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen adalah Gagal Ginjal Kronik (Chronic
Kidney Disease). Gagal ginjal kronik merupakan fungsi ginjal yang
mengalami kerusakan secara irreversible atau tidak dapat kembali seperti
semula, tubuh juga tidak mampu menjaga metabolisme dan tidak mampu
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga ureum atau azotemia
mengalami peningkatan (Smeltzer & Bare, 2010 dalam jurnal Bahtiar.
R.F. 2016).
Keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita gagal
ginjal kronik adalah sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam atau
bahkan pernafasan kussmaul. Hal tersebut dapat terjadi karena GFR <50%
mengganggu produksi renal HCO3- sehingga H+ tidak dapat dieksresikan
yang kemudian menimbulkan asidosis metabolik, atau juga dapat
disebabkan karena pH darah menurun akibat perubahan elektrolit serta
hilangnnya bikarbonat dalam darah. Selain itu sesak napas juga bisa
disebabkan karena adanya penumpukan cairan di dalam jaringan paru atau
dalam rongga dada akibat overload cairan karena ginjal tidak mampu
mengeksresikan natrium (Bahtiar. R.F. 2016).
Oleh karena itu, Intervensi tentang pemenuhan kebutuhan oksigen
sangat dibutuhkan pada kondisi tersebut, untuk mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih serius seperti koma atau bahkan kematian.
Berdasarkan uraian dan keterangan latar belakang diatas berbagai
upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memahami
lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien
Chronic Kidney Disease khususnya di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan gangguan pemenuhan Kebutuhan
Oksigen pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan Oksigen pada pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang
Kenanga RSUD DR. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan Oksigen di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan Oksigen di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan Oksigen di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan Oksigen di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan Oksigen di ruang Kenanga RSUD DR. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Laporan tugas akhir asuhan keperawatan gangguan pemenuhan
kebutuhan Oksigen pada pasien Gagal Ginjal Kronik ini bertujuan
untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada pasien
Gagal Ginjal Kronik.
b. Bagi Rumah Sakit
Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan salah satu contoh hasil
dalam melakukan asuhan keperawatan bagi pasien khususnya
dengan gangguan sistem pernafasan Gagal Ginjal Kronik.
c. Bagi Instansi Akademik
Laporan tugas akhir ini dapat dijadikan referensi bagi institusi
pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik.
d. Bagi Pasien
Laporan tugas akhir dapat menjadi acuan bagi pasien dan keluarga
untuk mengetahui tentang penyakit Gagal Ginjal Kronik serta
perawatan yang benar agar pasien mendapat perawatan yang tepat.
E. Ruang Lingkup
Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan study kasus
yang dilakukan pada dua orang pasien. Asuhan keperawatan dilakukan
untuk masing-masing pasien selama tiga hari. Asuhan keperawatan ini
berfokus pada kebutuhan dasar pemenuhan kebutuhan oksigen yang
dilakukan mulai dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merumuskan
rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan, serta evaluasi
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Asuhan ini dibatasi hanya
melakukan asuhan keperawatan dalam gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigen pada pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di ruang Kenanga RSUD
DR. H Abdul Moeloek Provinsi lampung, yang dilakukan pada Febuari
2019.

Anda mungkin juga menyukai