Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang
Seks adalah topik yang sudah lama dianggap tabuh oleh orang dewasa. Secara bertahap,
pengetahuan tentang seks dan pembicaraan tentang masalah seksualitas telah dikenal sebagai hal
yang penting dan perlu bagi perkembangan manusia. Sejak pertengahan tahun >23%-an, tenaga
perawat kesehatan telah mengenali keterkaitan kesehatan seksual sebagai komponen
kesejahteraan. Meskipun demikian, banyak klien dewasa yang kurang pengetahuan tentang
seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan seksualitas.
Misalnya, kekhawatiran mencakup hal tentang melakukan hubungan seksual setelah melahirkan,
kenormalan perkembangan, dan ansietas terhadap seks medikasi anthiprensi pada fungsi seksual.
Dalam pendekatan holistik terhadap perawatan kesehatan klien, semua aspek saling berintraksi.
oleh karena itu, seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek biologis, psikologis,
sosiologis, budaya, dan spiritual manusia. Kebutuhan untuk mengetahui dan menghadapi isu
seksualitas dalam praktek perawatan kesehatan tidakdapat diabaikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari seksualitas ?
2. Apa saja aspek – aspek dari seksualitas ?
3. Apa saja fungsi seksualitas ?
4. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan seksualitas ?
5. Apa saja respon seksualitasn ?
6. Apa saja dimensi seksualitas ?
7. Apa saja masalah dalam seksualitas ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhui tugas kelompok dalam mata ajar psikososial
dalam keperawatan selain itu diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep seksualitas yang
sedang marak di dunia.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami apa definisi seksualiatas
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek – aspek seksualitas
3. Untuk mengetahui dan memahami fungsi seksualitas
4. Untuk mengetahui dan memahami pertumbuhan an perkembangan seks manusia
5. Untuk mengetahui dan memahami respon seksualitas
6. Untuk mengetahui dan memahami dimensi seksualitas
7. Untuk mengetahui dan memahami masalah dalam seksualitas
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Seksualitas adalah kebutuhandasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan


dengan alat reproduksi ( Stevens, 1999 ).

Seksualitas adalah suatu aspek inti manusia sepanjang kehidupannya dan meliputi seks, identitas
dan peran gender, orientasi seksual, erotisme, kenikmatan, kemesraan dan reproduksi ( WHO
dalam Mardiana, 2012 ).

2.2 Aspek – aspek Seksualitas

1. Seksualitas dalam arti sempit


 Alat kelamin
 Kelenjar dan hormone – hormone
 Anggota tubuh dan cirri – cirri badaniah
 Hubungan kelamin
2. Seksualitas dalam arti luas
 Perbedaan tingkah laku
 Atribut
 Perbedaan peran
2.3 Fungsi Seksualitas
 Kesuburan
Pada beberapa kebudayaan, seorang wanita muda mungkin merasakan adanya keinginan
yang kuat untuk membuktikan kesuburannya bahkan walaupun ia sebenarnya belum
menginginkan anak pada tahap kehidupannya saat itu. Ini adalah macam masyarakat yang
secara tradisional wanita hanya dianggap layak dinikahi apabila ia sanggup membuktikan
kesuburannya.
 Kenikmatan
Mungkin pendorong primer atau mendasar perilaku seksual adalah kenikmatan atau
kesenangan yang dirasakan yaitu suatu kombinasi kenikmatan sensual dan kenikmatan
khas seksual yang berkaitan dengan orgasme.
 Mempererat ikatan dan meningkatkan keintiman pasangan
Dalam suatu pertalian seksual yang ekslusif, pasangan melakukan secara bersama-sama
hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan dengan orang lain. Ini adalah esensi dari
keintiman seksual. Efektivitas seks dalam memperkuat keintiman tersebut berakar dari
risiko psikologis yang terlibat; secara khusus, resiko ditolak, ditertawakan, mendapati
bahwa dirinya tidak menarik, atau kehilangan kendali dapat memadamkan gairah
pasangan.
 Menegaskan maskulinitas atau feminitas
Sepanjang hidup kita, terutama pada saat-saat identitas gender terancam karena sebab lain
(mis., saat menghadapi perasaan tidak diperlukan atau efek penuaan), kita mungkin
menggunakan seksualitas untuk tujuan ini.
 Meningkatkan harga diri
Merasa secara seksual bagi orang lain, atau berhasil dalam upaya seksual, secara umum
dapat meningkatkan harga diri.
 Mencapai kekuasaan atau dominasi dalam hubungan
Kekuasaan (power) seksualitas cenderung dianggap sebagai salah satu aspek
maskulinitas, dengan pria, baik karena alasan sosial maupun fisik, biasanya berada dalam
posisi dominan. Namun, seks dapat digunakan untuk mengendalikan hubungan baik oleh
pria dan wanita dan karenanya sering merupakan aspek penting dalam dinamika
hubungan. Kekuasaan tersebut mungkin dilakukan dengan mengendalikan akses ke
interaksi seksual, menentukan bentuk pertalian seksual yang dilakukan, dan apakah
proses menimbulkan efek positif pada harga diri pasangan. Sementara dapat terus
menjadi faktor dalam suatu hubungan yang sudh berjalan, hal ini juga merupakan aspek
yang penting dan menarik dalam perilaku awal masa “berpacaran”.
 Mengungkapkan permusuhan
Aspek penting dalam masalah “dominasi” pada interaksi seksual pria-wanita adalah
pemakaian seksualitas untuk mengungkapkan permusuhan. Hal ini paling relevan dalam
masalah perkosaan dan penyerangan seksual. Banyak kasus penyerangan atau pemaksaan
seksual dapat dipandang sebagai perluasan dari dominasi atau kekuasaan, biasanya oleh
pria terhadap wanita. Juga terdapat keadaan-keadaan dengan penyerangan seksual dapat
dipahami sebagai suatu ungkapan kemarahan, baik terhadap wanita itu sendiriatau
terhadap wanita itu sebagai pengganti wanita lain.
 Mengurangi ansietas atau ketegangan
Menurunnya gairah yang biasanya terjadi setelah orgasme dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi ansietas atau ketegangan.
 Pengambilan resiko
Interaksi seksual menimbulkan berbagai risiko, berkisar dari yang relatif ringan, misalnya
ketahuan, sampai serius misalnya hamil atau infeksi menular seksual. Adanya resiko
tersebut menjadi semakin bermakna dan mengganggu dengan terjadinya epidemi HIV
dan AIDS. Bagi sebagian besar orang, kesadaran adanya resiko akan memadamkan
respon seksual sehingga mereka mudah menghindari resiko tersebut. Namun, bagi
beberapa individu, gairah yang berkaitan dengan persepsi resiko malah meningkatkan
respons seksual. Untuk individu yang seperti ini, resiko seksual menjadi salah satu
bentuk  kesenangan yang dicari.
 Keuntungan materi
Prostitusi adalah bentuk yang jelas dari aktivitas seksual untuk memperoleh keuntungan
dan hal ini sering merupakan akibat dari kemiskinan. Pernikahan, sampai masa ini masih
sering dilandasi oleh keinginan untuk memperoleh satu bentuk perlindungan dan bukan
semata mata ikatan emosional komitmen untuk hidup bersama.  
 
2.4 Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia
Pertumbuhan dan perkembangan seks manusia disebut libido. Pertumbuhan dan
perkembangan seks manusia terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Fase kegembiraan
Adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa menit sampai
beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
 Peningkatan ketegangan otot
 Peningkatan denyut jantung
 Perubahan warna kulit
 Aliran darah ke daerah genital
 Mulainya pelumasan Vagina
 Testis membengkak dan skrotum mengencang
2. Fase plateau
Adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yang terjadi
dalam fase ini meliputi:
 Fase kegembiraan meningkat
 Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
 Klitoris menjadi sangat sensitive
 Testis naik ke dalam skrotum
 Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan
tekanan darah
 Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot
3. Fase orgasme
Adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan fase terpendek, hanya
berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
 Kontraksi otot tak sadar
 Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
 Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi rahim berirama
 Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan
ejakulasi
 Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh
4. Fase resolusi
Adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke tingkat fisiologis normal. Fase
resolusi ditandai dengan relaksasi, keintiman,dan seringkali kelelahan. Sering kali
perempuan tidak memerlukan fase resolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan
kemudian orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum
orgasme selanjutnya. Seiring pertambahan usia laki-laki, panjang dari fase refraktori
akan sering meningkat.
2.5 Respon Seksualitas

2.6 Dimensi Seksualitas

 Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi. Material genetic dalam telur
yang telah dibuahi terorganisir dalam kromosom yang menjadikan perbedaan
seksual. Ketika hormone seks mulai mempengaruhi jaringan janin, genitalia
membentuk karakteristik laki-laki dan perempuan. Hormon mempengaruhi
individu kembali saat pubertas, dimana anak perempuan mengalami menstruasi
dan perkembangan karakteristik seks sekunder, dan anak laki-laki mengalami
pembentukan spermatozoa (sperma) yang relatif konstan dan perkembangan
karakteristik seks sekunder.
 Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari. Apa
yang sesuai dan dihargai dipelajari sejak dini dalam kehidupan dengan mengamati
perilaku orangtua. Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama
pada anak-anaknya.
Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus
dan nonverbal. Seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual
berhubungan dengan apa yang telah orangtua mereka tunjukan kepada mereka
tentang tubuh dan tindakan mereka. Orangtua memperlakukan anak laki-laki dan
perempuan secara berbeda berdasarkan jender.

 Sosio – Kultural
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide
tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang
ditunjukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang
hubungan seks yang hanya dalam perkawinan sampai sikap yang
memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan
seksual yang melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik
internal.

2.7 Masalah dalam Seksualitas

Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:


1.       Ketidaktahuan mengenai seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya
sendiri. Sebuah hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak
orang. Masalah ketidaktahuan terhadap seks sudah betul-betul merakyat. Ini berpangkal
dari kurangnya pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak
memperolehnya pada waktu remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas
informasi, bukan pendidikan. Itu terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan
seks di sekolah atau lembaga formal lainnya. Akibatnya, keingintahuan soal seks
didapatkannya dari berbagai media. Untuk itu orang tua hendaknya memberikan
pendidikan soal seks kepada anak-anaknya sejak dini. Salah satunya dengan memisahkan
anak-anaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluh tahun, sekalipun sama-
sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya dengan menghindarkan anak-anaknya
mandi bersama keluarga atau juga teman-temannya.
Orang tua harus menjawab jujur ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-
jawaban yang diberikan hendaknya mudah dimengerti dan sesuai dengan usia si anak.
Karena itulah, orang tua dituntut membekali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan
tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak akan terjadi pada usia 13 – 15
tahun pada pria dan 12 – 14 tahun pada wanita. Saat itulah yang dinamakan masa
pubertas yaitu masa peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja. Pada saat itu pula,
mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.
2.       Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini
dalam melakukan hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang
wanita harus ikut bekerja di luar rumah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Pada
waktu suami istri pulang dari kerja, mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang
sedang lelah jarang merasakan bahwa hubungan seks menarik minat. Akhirnya mereka
memilih untuk tidur. Kelelahan bisa menyebabkan bertambahnya usaha yang diperlukan
untuk memuaskan kebutuhan lawan jenis dan merupakan beban yang membuat kesal
yang akhirnya bisa memadamkan gairah seks.
3.       Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai
perang terbuka atau tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi
kendala hubungan emosional mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay.
Pasangan dapat mempertajam perselisihan mereka dengan menghindari seks atau
mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan dengan orang lain, yang sangat
melukai perasaan pasangannya. Kemarahan dan kecemasan yang tidak terpecahkan bisa
menyebabkan sejumlah masalah seksual antara lain masalah ereksi, hilang gairah atau
sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya
biasanya tidak baik dan tidak juga buruk. Jadi haruslah dipandang hanya sebagai
perbedaan. Kemarahan, ketegangan atau perasaan kesal akan selalu menghambat gairah
seks.
4.       Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap
seperti “kerja malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi
berlebihan sampai ke suatu titik yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu
adalah kemarahan yang disadari atau tidak disadari karena harapan anda tidak terpenuhi.
Masalah ini diderita oleh kebanyakan pasangan yang sudah hidup bersama bertahun-
tahun. Sebagian pasangan yang sudah hidup bersama untuk jangka waktu yang lama
merasa kehilangan getaran kenikmatan yang datang ketika melakukan hubungan seks
dengan pasangan yang baru. Orang demikian melihat rayuan penguat ego, dibandingkan
bila bersenggama dengan mitra baru.

Anda mungkin juga menyukai