TINJAUAN PUSTAKA
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori agency. Teori keagenan
Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau
lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
principal adalah pemegang saham atau investor dan yang dimaksud agent adalah
manajemen yang mengelola perusahaan. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya
manajemen.
Menurut Eisenhardt dalam Bayu (2010) teori agensi menggunakan tiga asumsi
sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manusia akan bertindak
agent termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana
dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja
sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki
lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan
kewenangan untuk mengelola perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak
seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal
terutama karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
agen. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen
tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan prinsipal, sehingga menimbulkan biaya
keagenan (agency cost), Ujiyantho dan Pramuka (2007). Agency cost merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk biaya pengawasan terhadap agen,
pengeluaran yang mengikat oleh agen, dan adanya residual loss, Jensen dan Meckling
(1976). Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan keputusan
Menurut Eisenhardt dalam Bayu (2010) teori agensi menggunakan tiga asumsi
sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manusia akan bertindak
agent termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana
meningkat. Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak principal tidak
dapat memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent bekerja
sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki
lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan
perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang memicu timbulnya kecurangan dalam
laporan keuangan yang mengakibatkan laporan keuangan yang dilaporkan tidak
kewenangan untuk mengelola perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak
seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal
terutama karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar
Ali dalam Bayu (2010) mengatakan bahwa manajer yang telah diberi wewenang
prinsipal dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas
yang yang telah disepakati. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda
dikehendaki.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat
kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan rendahnya
principal tentang usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agennya
melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya. Oleh karena itu, dalam
2.1.2 Leverage
Rasio leverage atau rasio utang yang biasa dikenal dengan rasio solvabilitas,
atau rasio utang adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang dan jangka pendek. Hal ini umumnya sangat penting bagi seorang kreditur
karna akan menunjukan posisi keuangan perusahaan. Semakin kecil rasio ini maka
semakin pula risiko yang akan dialami oleh kreditur untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut
nya untuk memenuhi kualitas laporan keuangan yang baik , terhindar dari
kecurangan , andal dan dapat dibandingkan serta perusahaan dapat tepat waktu dalam
sebagai berikut:
sampai sejauh mana biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi suatu perusahaan”.
Operating leverage juga dapat diartikan penggunaan dana dengan biaya tetap dengan
harapan pendapatan yang dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup
Financial leverage berasal dari keberadaan biaya finansial tetap dalam arus
pendapatan perusahaan. Financial leverage diukur dengan persentase dari total hutang
terhadap ekuitas perusahaan pada suatu periode yang disebut juga Debt to Equity
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan
untuk membayar hutang. Selain itu DER juga dapat memberikan gambaran mengenai
Menurut Agnes Sawir (2000-13) ada dua jenis rasio leverage yaitu rasio utang
Rasio ini memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh
kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi hasil persentasenya cenderung semakin besar
to total asset ratio yang memperlihatkan kekayaan yang dimiliki dan kemampuan
2.1.2.4. Rasio Utang terhadap Aktiva atau Debt to Tottal Asset Ratio
Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar aktiva yang dibiayai dengan
hutang. Semakin tinggi rasio, maka resiko yang akan dihadapi perusahaan akan
semakin besar. DAR dihitung dengan membagi total hutang (liability) dengan total
aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dibiayai dengan
hutang. Semakin tinggi rasio, berarti semakin besar aktiva yang dibiyayai dengan
Rasio ini menggambarkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang
dibelanjai dengan hutang, atau berapa bagian dari aktiva yang digunakan untuk
menjamin hutang. Total hutang mencakup baik utang lancar maupun utang jangka
panjang.
Ukuran secara umum dapat diartikan sebagai perbandingan besar kecilnya suatu
objek. Sedangkan perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang
atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi
dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomi manusia. Menurut Sawir (2001)
perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat diklasifikasikan
besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai saham, dan lain sebagainya.
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan
besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small
firm).
Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah total
aset atau aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset besar
dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Selain itu aset perusahaan yang besar
memiliki kontrol yang lebih baik terhadap kondisi pasar, kurang rentan terhadap
besar harus memenuhi public demand atas pengungkapan yang lebih luas. Hal ini
Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan Nilai total aset suatu
perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas setiap perluasan modal
hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap hilangnya kontrol dari pihak
perusahaan besar dengan sahamnya tersebar sangat luas akan berani mengeluarkan
Menurut undang-undang No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil menjelaskan bahwa
digolongkan kedalam kelompok usaha kecil. Dengan adanya ketentuan ini, maka
dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp
1.000.000.000 dapat dikelompokan kedalam industry menengah dan besar. Selain itu
ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang dimiliki oleh perusahaan
a. Perusahaan kecil, asset kurang dari Rp 200.000.000 diluar tanah dan bangunan
b. Perusahaan menengah, asset lebih besar dari Rp 200.000.000 dan lebih kecil dari Rp
c. Perusahaan besar, asset lebih dari Rp 5.000.000.000 diluar tanah dan bangunan
Classification of Business by Size
Size
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa suatu perusahaan dalam digolongkan
kedalam kelompok usaha kecil apabila memiliki jumlah karyawan antara 0-50
karyawan, total asset sebesar $0-$25 juta dan memiliki total penjualan dikisaran angka
karyawan, total asset sebesar $25-$100 juta dan memiliki total penjualan sebesar $50-
jumlah karyawan lebih dari 1.000 karyawan, total asset lebih dari $100 juta dan
jumlah penjualan lebih dari $250 juta. Pada umumnya, perusahaan yang besar
2.1.4 Profitabilitas
semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan kas, modal
dan sebagainya seperti yang diungkapkan oleh Gitman (2003) dalam Dewi Agustina
Agustina, 2006).
keuntungan tersebut pengelola perusahaan harus mampu bekerja secara efisien serta
dapat digunakan rasio Return on Asset. Rasio Return on Total Asset mengukur
tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti
dari laporan keuangan korporasi, yang dapat digunakan oleh semua pihak yang
keuangan perusahaan, struktur permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi
penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja ekonomi dari bisnis. Secara
kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan menunjukkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan tersebut.
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan
Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu;
sekarang;
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk mengetahui besarnya tingkat
e. Manfaat lainnya.
Teori ini menunjukkan bahwa kenaikan ROA berarti terjadi kenaikan laba bersih dari
saham sehingga return saham yang diperoleh investor peusahaan akan semakin besar
pula begitu juga sebaliknya. ROA dianggap sebagai suatu ukuran efisiensi
pengelolaan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan, jika rasio ini meningkat
manajemen cenderung dipandang lebih efisien dari sudut total aset (kekayaan) yang
dimiliki perusahaan.
2.1.5 Likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
finansial jangka pendek tepat pada waktunya (Sartono, 2001). Likuiditas perusahaan
dapat ditunjukkan oleh besar kecilnya aset lancar yaitu aset yang mudah untuk diubah
menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan. Likuiditas
merupakan salah satu faktor yang nantinya dapat mempengaruhi ketepatan waktu
pendek yang jatuh tempo. Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk
sedangkan tingkat likuiditas yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat
tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kabar baik (good news) bagi perusahaan,
keuangannya dengan tepat waktu karena akan membuat reaksi pasar menjadi positif
lancar sehingga rasio ini yang paling lazim digunakan. Berarti, semakin tinggi rasio
tagihannya/kewajibannya.
2.1.6 Umur Perusahaan
Adapun penelitian terdahulu tentang penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Penggunaan leverage financial merupakan salah satu keputusan penting dari manajer
terhadap profitabilitas pada berbagai penggunaan modal (utang), secara teori dapat dikatakan
menggunakan modal, maka penggunaan modal yang lebih besar akan meningkatkan
profitabilitas.
Menurut Hanafi dan Halim (2007) utang sering diidentikkan dengan leverage yang
artinya pengungkit laba, artinya utang digunakan untuk meningkatkan keuntungan yang
mampu dihasilkan dari penggunaan sumber modal sendiri. Perusahaan yang menggunakan
hutang lebih banyak juga akan memperoleh peningkatan profitabilitas yang lebih besar.
memberikan profitabilitas yang lebih besar dari bunga hutang tersebut. Financial Leverage
terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap.
Apabila perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Bunga
ini harus dibayar, berapapun keuntungan operasi perusahaan. Bagi perusahaan yang
menggunakan hutang, mereka tentu berharap untuk bisa memperoleh laba operasi dari
penggunaan hutang tersebut yang lebih besar dari biaya bunganya (Husnan 1998).
Selain itu, hal ini juga akan meyebabkan terjadinya penghematan pajak, analisis
leverage financial memusatkan perhatian pada perubahan laba setelah pajak sebagai akibat
perubahan laba akuntansi. Menurut Singapurwoko dan El-Wahid (2011) Leverage Financial
yang baik tergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri, seberapa baik perusahaan
bahwa dalam industri yang berbeda menghasilkan hubungan yang berbeda, salah satu hal
penting adalah bahwa hubungan antara utang dan profitabilitas. Adanya pengaruh positif
antara Leverage financial terhadap Rasio profitabilitas terjadi karena Profitabilitas suatu
perusahaan akan dihasilkan jika perusahaan itu sendiri bisa mengelola modal dari aktiva yang
dimilikinya secara baik dan efisien sehingga tingkat proitabilitasnya juga meningkat (Aini,
2013).
jumlah hutang dan semakin pendek jangka waktu pelunasannya maka semakin besar beban
tetap perusahaan. Selain itu perlu diperhatikan antara manfaat yang diperoleh dengan
pengorbanan yang diambil sehingga penggunaan hutang bisa meningkatkan nilai perusahaan
financial merupakan sumber dana yang berasal dari pihak internal atau dari pihak eksternal
contohnya dari hutang, perusahaan akan mendapatkan profitabilitas jika penggunaan modal
digunakan secara baik, karena perusahaan akan mengahasilkan Profitabilitas yang baik
tergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri, seberapa baik perusahaan mengelola utang
mereka untuk meningkatkan keuntungan atau laba dari operasi perusahaan itu sendiri. Dari
penyataan diatas maka penulis akan menguji apakah leverage financial berpengaruh positif
terhadap profitabilitas perbankan yang diukur menggunakan rasio ROA, Jika pengaruh
leverage financial positif maka akan efisien. Berdasarkan argumen di atas, maka hipotesis
Total assets turnover merupakan rasio perputaran aktiva, Rasio ini merupakan ukuran
seberapa jauh aktiva yang telah dipergunakan dalam kegiatan atau menunjukkan berapa kali
aktiva berputar dalam periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa
periode menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa
semakin efisien penggunaan aktiva sehingga meningkat (Sawir, 2001). Perputaran aktiva bisa
menjadi semakin tinggi karena, tingkat perputaran aktiva yang tinggi bisa menjadi salah satu
indikator bahwa kinerja bank tersebut semakin baik. Sedangkan TATO dipengaruhi oleh
besar-kecilnya penjualan dan total aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Karena itu,
TATO dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada satu sisi dan pada sisi lain diusahakan
agar pendapatan dapat meningkat relatif lebih besar dari peningkatan aktiva (Helmia, 2011).
Menurut Nahdi, dan Najmudin (2011) menyimpulkan bahwa TATO mempunyai pengaruh
positif terhadap profitabilitas bank umum syariah. Oleh karenanya, diharapkan pihak bank
bisa lebih memperhatikan tingkat perputaran aktiva menjadi semakin tinggi. Karena, tingkat
perputaran aktiva yang tinggi bisa menjadi salah satu indikator bahwa kinerja bank tersebut
perputaran aktiva sehingga ROA perusahaan meningkat, sehingga perusahaan itu sendiri
dapat dikatakan dalam kondisi baik dan mampu untuk menghasilkan profitabilitas yang baik,
anyak sedikitnya proporsi hutang yang digunakan oleh bank tidak mempengaruhi
profitabilitas bank. Karena pada dasarnya, sebagian besar modal bank itu sendiri juga berasal
semakin efektif perusahaan mengelola asetnya. Maka semakin besar TATO akan semakin
baik karena semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan
adanya pengaruh dari TATO, serta banyak sedikitnya proporsi hutang yang digunakan oleh
bank tidak mempengaruhi profitabilitas bank. Karena pada dasarnya, sebagian besar modal
bank itu sendiri juga berasal dari hutang. Rasio ini merupakan ukuran seberapa jauh aktiva
yang telah dipergunakan dalam kegiatan atau menunjukkan berapa kali aktiva berputar dalam
periode tertentu. Apabila dalam menganalisis rasio ini selama beberapa periode menunjukkan
suatu trend yang cenderung meningkat, memberikan gambaran bahwa semakin efisien
penggunaan aktiva sehingga meningkat (Sawir, 2001). Sedangkan TATO dipengaruhi oleh
besar kecilnya pendapatan dan total aktiva, baik lancar maupun aktiva tetap. Karena itu,
TATO dapat diperbesar dengan menambah aktiva pada satu sisi dan pada sisi lain diusahakan
agar pendapatan dapat meningkat relatif lebih besar dari peningkatan aktiva ,
Dengan demikian hubungan antara TATO dengan ROA adalah positif. Jika pengaruh TATO
positif maka semakin baik dan semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan dalam
Ukuran Perusahaan dapat di definisikan suatu skala atau nilai dimana perusahaan
dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai saham, dan lain
sebagainya. Jadi semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula modal
yang ditanamnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam memasuki pasar modal,
memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya, yang kesemuanya ini akan
mempengaruhi keberadaan total aktivanya. Ukuran perusahaan yang besar diharapkan dapat
meningkatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya pengumpulan dan pemrosesan informasi.
Hal senada juga diungkapkan Sawir (2001), dimana perusahaan besar yang
mempunyai sumber daya yang besar pula akan melakukan pengungkapan pendapatan lebih
luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi
tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak
eksternal seperti investor dan kreditor, sehingga tidak memerlukan tambahan biaya yang
besar untuk melakukan pengungkapan lebih luas. Dengan demikian, perusahaan yang besar
mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil.
profitabilitas hal ini karena perusahaan menunjukkan nilai asset yang dimiliki oleh
perusahaan. Ketika sebuah perusahaan memiliki asset lebih dari perusahaan lain tetapi hal ini
tidak hanya menunjukkan bahwa lebih besar dari yang lain, tetapi juga memiliki kapasitas
yang lebih baik, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat
dimana dengan adanya skala ekonomi akan membuat perusahaan besar lebih efisien karena
lebih mampu menjalankan usahanya dengan baik, dengan jumlah yang besar dan biaya yang
lebih kecil, sehingga perusahaan besar mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi.
Perusahaan yang sudah mapan kondisi keuangannya juga sudah stabil. Selain itu, ukuran
bank yang besar lebih diinginkan karena memungkinkan bank menyediakan menu jasa
Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena
kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas lebih besar dan
tingkat kepercayaan investor atau nasabah juga lebih besar karena mempunyai kinerja
operasional yang lebih besar. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih
investasi yang lebih baik. Berdasarkan argumen di atas, maka hipotesis yang diajukan penulis
adalah:
Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga (secara makro) yaitu harga dari penggunaan
uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena
melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan
dengan peranan waktu didalam kegiatan kegiatan ekonomi, tingkat suku bunga muncul dari
kegemaran untuk mempunyai uang sekarang. Suku bunga bank Indonesia merupakan suku
bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh bank nIndonesia secara periode yang
berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter. Secara sederhana, suku bunga ban Indonesia
merupakan indikasi tingkat suku bunga jangka pendek yang diinginkan bank Indonesia dalam
Suku bunga Bank Indonesia mempengaruhi profitabilitas bank, ketika suku bunga Bank
Indonesia naik, maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang berakibat langsung
terhadap penurunan sumber dana pihak ketiga . Penurunan dana pihak ketiga ini sebagai
akibat dari pemindahan dana masyarakat ke bank konvensional untuk mendapat imbalan
bunga yang lebih tinggi. Apabila dana pihak ketiga turun, maka profitabilitas bank juga akan
perekonomian. Dalam penelitian ini digunakan dari luar perusahaan yaitu dengan
menggunakan analisis lingkungan makro ekonomi. Variable makro ekonomi yang digunakan
adalah inflasi, suku bunga BI (BI Rate), dan Produk Domestik Bruto, dimana ketiga faktor ini
merupakandampak dari krisis finasial global tahun 2008, dan sangat mempengaruhi kondisi
instrument konvensional untuk mengendalikan laju inflasi dimana inflasi yang tinggi
menyatakan bahwa suku bunga Bank Indonessia berpengaruh negatif terhadap profitabilitas
perusahaan. Peningkatan suku bunga Bank Indonesia bagi perusahaan yang memiliki hutang
besar akan membayar bunga bertambah besar sehingga profitabilitas perusahaan menurun.
Meningkatnya sukubunga BI akan diikuti peningkatan suku bunga tabungan, sehingga akan
pengembalian yang lebih tinggi, Semakin tinggi suku bunga Bank Indonesia, maka
profitabilitas perusahaan akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya jika suku bunga bank
Indoneisia menurun maka tingkat profitabilitas perusahaan akan meningkat (Sahara, 2013).
Tingkat suku bunga Bank Indonesia berpengaruh terhadap kondisi perkonomian perusahaan,
semakin banyak hutang, maka akan semakin tinggi tingkat suku bunganya, dan jika tingkat
suku bunga Bank Indonesia tinggi maka profitabilitas perusahaan akan menurun.
Berdasarkan landasan teori dan beberapa penelitian terdahulu, penelitian ini menguji
pengaruh Leverage Financial, Total Assets TurnOver, Ukuran perusahaan (Firm Size) dan
Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Profitabilitas. Oleh karena itu dapat penulis simpulkan
Gambar 2.1
Model Penelitian
LEVERAGE FINANCIAL
H1+
H2+
TOTAL ASSET TURN
PROFITABILITAS
OVER
H3+
UKURAN
PERUSAHAAN