Judul Laporan “Asuhan Kebidanan P ada Bayi Baru Lahir Fisiologis Pada Ny
S Umur 2 jam di Puskesmas Ngaringan”
Telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi Laporan Praktik Klinik di
Puskesmas Ngaringan
Grobogan, .......................2021
Mengetahui
Pembimbing Institusi
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan Kebidanan Nifas
dan Menyusui
Penulisan makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Program
Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang Poltekkes Kemenkes
Semarang.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bidan pembimbing klinik pada Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui ibu Ngatminah, S.ST.Keb
2. Umaroh, SKM, S.Tr.Keb, M.Kes selaku dosen pembimbing Praktik Klinik
Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
3. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan.
4. Keluarga yang selalu mendukung penulis.
5. Semua pihak yang ikut membantu penulisan makalah yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Grobogan, 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global yang
yaitu Angka Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup jauh dari
target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan pada tahun
2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016).
Faktor penyebab kematian bayi di Indonesia berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa, penyebab kematian terbanyak
pada kelompok bayi 0-6 dominasi oleh gangguan/kelainan pernafasan (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%). Dilain pihak faktor ibu yang
berkontribusi terhadap lahir mati dan kematian bayi diusia 0-6 hari adalah
Hipertensi Maternal (23,6%), komplikasi kehamilan dan kelahiran (17,5%),
ketuban pecah dini dan perdarahan antepartum masing-masing (12,5%).
Penyebab utama kematian bayi pada kelompok 7-28 hari yaitu Sepsis (20,5%),
malformasi kongenital (18,1%) dan pnemonia (15,4%). Dan penyebab utama
kematian bayi pada kelompok 29 hari – 11 bulan yaitu Diare (31,4%), pnemonia
(23,8) dan meningitis/ensefalitis (9,3%), sedangkan cakupan KN 1 : 77,31%
( Kemenkes, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat. Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir normal adalah
asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu jam pertama
setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
nafas spontan dengan sedikit bantuan. (Prawirohardjo, 2009 : 28).Adapun
permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia neonatorum,
ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll.(Ribeiro, 2014)
Periode segera setelah bayi baru lahir merupakan awal yang tidak
menyenangkan bagi bayi tersebut. Hal ini disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterin) dengan lingkungan kehidupan sekarang (ekstrauterin)
yang sangat berbeda. Di dalam uterus janin hidup dan tumbuh dengan segala
kenyamanan karena ia tumbuh dan hidup bergantung penuh pada ibunya.
Sedangkan, pada waktu kelahiran, setiap bayi baru lahir akan mengalami
adaptasi atau proses penyesuaian fungsi – fungsi vital dari kehidupan di dalam
uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut
juga homeostasis atau kemampuan mempertahankan fungsi – fungsi vital,
bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-fungsi vital
(sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme). Oleh
karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan perawatan yang
dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan berhasildan
perkembangan intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi adaptasi fungsi-
fungsi vital (sirkulasi, respirasi, susunan saraf pusat, pencernaan dan
metabolisme). Oleh karena itu, bayi baru lahir memerlukan pemantauan ketat dan
perawatan yang dapat membantunya untuk melewati masa transisi dengan
berhasil (Lubis, 2018)
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia, mempertahakan suhu
tubuh bayi terutama pada bayi berat lahir rendah, pemotongan dan perawatan tali
pusat, pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian
oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan berat
badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi petugas kesehatan
bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu pertama sangat dipengaruhi oleh
kondisi ibu pada waktu ibu hamil dan melahirkan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakuakn asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal untuk
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan secara langsung kepada bayi
baru lahir secara optimalselama dalam, persalinan, sehingga didapat ibu dan
anak yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian data pada BBLN baik data subyektif
maupun obyektif.
b. Dapat membuat interpretasi data dengan tepat pada BBLN
c. Dapat menentukan diagnosa/masalah potensial dan antisipasi pada BBLN
d. Dapat menentukan tindakan segera yang tepat untuk BBLN
e. Dapat membuat perencanaan tindakan yang tepat untuk BBLN
f. Dapat melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat dengan baik pada
BBLN
g. Dapat melakuakn evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan dari awal
sampai akhir pada BBLN.
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada bayi baru lahir normal
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas
sebagai mahasiswakebidanan.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir normal.
3. Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologi yang terjadi pada
bayi baru lahir secara fisiologi maupun psikologi serta masalah pada bayi
sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan bayinya.
4. Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan meningkatkan
mutu pelayanan.
5. Masyarakat
Merupakan informasi bagi masyarakat tentang perubahan fisiologi yang
terjadi pada bayi baru lahir baik secara biologis dan psikologi serta masalah
pada bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Klasifikasi
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut
Marmi (2015) , yaitu :
a. Neonatus menurut masa gestasinya :
1) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
2) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
3) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
b. Neonatus menurut berat badan lahir :
1) Berat lahir rendah : < 2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
3) Berat lahir lebih : > 4000 gram
c. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan) :
1) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
2) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
7. Perubahan Fisiologis
a. Sistem Pernafasan
Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan khususnya
toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang
terdapat dalam percabangan trakheobronkial keluar sebanyak 10-28 cc.
Setelah torak lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan terjadinya
beberapa hal sebagai berikut yaitu:
1) Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
2) Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan penting:
pembuluh darah kapiler paru makin terbuka untuk persiapan
pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan menyebar sehingga
memudahkan untuk menggelembungnya alveoli, resistensi pembuluh
darah paru makin menurun sehingga dapat meningkatkan aliran darah
menuju paru, pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi untuk
menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar
25 mm air.
3) Saat toraks bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi dengan
ekspirasi yang berlangsung lebih panjang untuk meningkatkan
pengeluaran lendir.
Diketahui pula bahwa intrauteri, alveoli terbuka dan diisi oleh cairan
yang akan dikeluarkan saat toraks masuk jalan lahir. Sekalipun ekspirasi
lebih panjang dari inspirasi, tidak selurh cairan dapat keluar dari dalam
paru. Cairan lendir dikeluarka dengan mekanisme berikut yaitu perasan
dinding toraks, sekresi menurun, dan resorbsi oleh jaringan paru melalui
pembuluh (Kebidanan et al., 2020). Adapun upaya napas pertama bayi
berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru
2) Mengembangkan jaringan alveol paru untuk pertama kali. Untuk
mendapat fungsi alveol, harus terdapat surfaktan yang cukup dan
aliran darah melalui paru
3) Produksi surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
meningkat sampai paru matang sekitar 30-34 minggu. Surfaktan
mengurangi tekanan permukaan dan membantu menstabilkan dinding
alveol sehingga tidak kolaps pada akhir persalinan.
4) Tanpa surfaktan alveoli akan kolaps setelah tiap kali pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernapas. Untuk itu diperlukan banyak
energi pada kerja tambahan pernapasan. Peningkatan energi
memerlukan dan menggunakan lebih banyak oksigen dan
glukosa.Peningkatan ini menimbulkan stress bayi
5) Pada waktu cukup bulan, terdapat cairan didalam paru bayi
6) Pada waktu bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru
7) Seorang bayi yang dilahirkan melalui SC (Sectio Caesarea)
kehilangan manfaat perasan thorax ini dapat menderita paru basah
dalam jangka waktu lama. Pada beberapa tarikan napas pertama,
udara ruangan memenuhi trachea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa
cairan di dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah
8) Semua alveoli akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu. Fungsi pernapasan dalam kaitan dengan fungsi
kardiovaskuler
9) Oksigenasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara
10) Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi
11) Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh darah
yang berguna menerima oksigen yang berada dalam alveol, sehingga
terjadi penurunan oksigenasi ke jaringan,yang memperburuk hipoksia
12) Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveoli dan menyingkirkan cairan paru, dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Lestari,
2019).
b. Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk menyelenggarakan sirkulasi
terbaik mendukung kehidupan luar rahim, haru terjadi :
1) Penutupan foramen ovale jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
1) Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun
2) Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan yang mengurangi volume dan tekanannya
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen
sedikit mengalir ke paru utk menjalani proses oksigenasi ulang
1) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan
2) Oksigen pada pernapasan pertama menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh paru (menurunkan resistensi pembuluh
paru), ini akan meningkatkan sirkulasi ke paru sehingga terjadi
peningkatan volume darah pada atrium kanan. Dengan peningkatan
tekanan pada atrium kanan ini dan penurunan tekanan pada atrium
kiri, foramen ovale secara fungsi akan menutup. Dengan pernapasan
kadar oksigen darah akan meningkat, sehinggamengakibatkan duktus
arteriosus mengalami konstriksi dan menutup.
3) Vena umbilikus, duktus arteriosus dan arteri hipogastrika tali pusat
menutup secara fungsi dalam beberapa menit setelah lahir dan tali
pusat diklem.
4) Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan
(Lestari, 2019).
c. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari pada
suhu di dalam kandungan ibu. Agar tetap mempertahankan panas dapat
diperoleh dari pergerakan tungkai dan stimulasi lemak coklat. Namun jika
suhu ruangan terlalu dingin maka bayi rentan kehilangan panas karena
mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belom berfungsi secara sempurna
oleh karena itu jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas
tubuh maka bayi akan rentan mengalamai hipotermi.
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir ke lingkunganya dapat
terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut:
1) Konduksi
Konduksi merupakan kehilangan panas pada bayi melaui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Melalui
proses ini panas dari tubuh bayi akan berpindah langsung ke objek
lain yang lebih dingin yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi.
2) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas
ini dapat terjadi ketika membiarkan bayi terlentang di ruang yang
relatif dingin
3) Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas yang terjadi ketika
menempakan bayi berdekatan dengan benda-benda yang suhunya
lebih rendah dari bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini
dikarenakan benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara lansung)
4) Evaporasi
Evaporasi merupakan perpindahan panas dengan cara mengubah
cairan menjadi uap. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri. Kehilangan panas juga dapat terjadi ketika bayi baru
lahir langsung dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan
dan diselimuti.
Adapun cara mencegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya
berikut :
1) Keringkan bayi dengan seksama Mengeringkan dengan cara menyeka
tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi
memulai pernapasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
3) Selimuti bagian kepala bayi Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya Pelukan ibu
pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam
jam setelah lahir (Lestari, 2019).
d. Metabolisme Karbohidrat
Kehidupan janin di dalam kandungan mendapatkan kebutuhan glukosa
dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat menyebabkan bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru
lahir, glukosa darah akan menurun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen,
terutama di hati selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi baru lahir
yang menderita diabetes militus (DM) dan BBLR mengalami prubahan
glikogen menjadi glukosa meningkat atau terjadi gangguan pada
metabolisme asam lemak yang menyebabkan kebutuhan neonatus tidak
terpenuhi, kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemi selain itu bayi
akan mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia
(Jamil et al., 2017).
e. Sitem Peredaran Darah
Perubahan peredaran darah yang terjadi yaitu pada saat paruparu mulai
berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh
akan berubah. Perubahan tersebut mencangkup penutupan foramen ovale
pada atrium jantung serta penutupan duktus venosus dan duktus
arteriosus. Ketika tali pusat diklem dan bayi tarik nafas untuk pertama
kali maka sirkulasi darah akan berubah, pada saat tali pusat dipotong
resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun hal tersebut menyebabkan penutupan duktus venosus secara
pasif dalam waktu 3-7 hari dan dengan mengurangi darah aliran darah
yang melalui vena kava inferior.
Ekspansi paruh menurunkan tahanan vaskuler pulmonal sehingga
meningkatkan aliran darah ke atrium kanan, kedua hal ini menyebabkan
tekanan atrium kanan berkurang, sedangkan tekanan atrium kiri
meningkat , Perubahan tekanan ini ovale menutup. Penutupan foramen
ovale dapat terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa bulan (Lestari,
2019).
f. Sistem Gastrointestinal
Janin ketika sudah cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat
lahir. Kemampuan bayi baru lahir menelan karena terdapat sentuhan pada
langit-langit mulut bayi sehingga memicu bayi untuk menghisap selain itu
juga karena adanya kerja peristaltik lidah dan rahang yang memeras air
susu dan payudara ke kerongkongan bayi sehingga memicu refleks untuk
menelan. Gumoh sering terjadi pada bayi baru lahir karena hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belom sempurna. Kapasitas
lambung bayi baru lahir cukup bulan sekitar 30 cc, kapasitas lambung ini
akan bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan dan
perkembangan pada bayi.
Pada pencernaan bayi baru lahir menggandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini disebut mekonium.
Mekonium biasanya dikelurkan 12-24 jam pertama dan dalam dalam 4
hari biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna kekuningan. Enzim
dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali
pada amilase dan lipase. Amilase dihasilkan dari kelenjar saliva setelah 3
bulan dan oleh prankes setelah usia 6 bulan. Sementara lipase baru
dihasilkan oleh pankreas setelah usia 6 bulan (Lestari, 2019).
g. Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Pada saat dalam kandungan plasenta merupakan sawar yang menjaga
janin bebas dari antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem kekebalan
tubuhnya belom matang.
Sistem kekebalan tubuh akan memberikan kekebalan alami dan
kekebalan yang didapat, kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan alami adalah
perlindungan oleh membran mukosa kulit , fungsi saringan saluran nafas,
pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia
oleh lingkungan asam lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada
tingkat sel yaitu sel darah yang dapat membunuh mikroorganisme asing.
Namum pada BBL sel darah ini belom matang oleh karena itu belum
mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien , kekebalan ini
didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi terhadap
antigen asing.
Belum matangnya kekebalan alami pada bayi maka menyebabkan bayi
rentan mengalami terkena infeksi, oleh karena itu pencegahan terhadap
infeksi (seperti pada praktik persalinan yang aman dan menyusi ASI
sacara dini sangat penting terutama kolostrum)
h. Perubahan Sistem Ginjal
Kadar natrium bayi baru lahir relatif lebih besar dari pada kalium
karena ruangan ekstra seluler yang luas. Ginjal telah berfungsi tetapi
belum sempurna karena nefron masih belom banyak. Laju filtrasi
glomerulus BBL hanyalah 30-50% akibatnya kemampuan mengeluarkan
limbah dari dalam masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama
jumlah urine sekitar 20-30 mL/Jam dan meningkat sekitar 100-200
Ml/Jam pada akhir minggu pertama. Bayi yang diberikan susu formula
umumnya lebih sering BAK, tetapi jumlah urin bayi yang diberikan ASI
meningkat 3-4 hari setelah kolostrum sudah tidak produksi lagi. Setelah
hari keempat bayi seharusnya sudah BAK 6-8 kali setiap 24 jam.
i. Sistem Saraf
Pada saat bayi lahir sistem saraf belom terintegrasi sempurna namun
cukup untuk mendukung kehidupan di ekstarauterin. Sebagian besar
fungsi neourologis berupa refleks primitif misalnya refleks moro, refleks
rooting, refleks menghisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks
grasping, refleks stepping, refleks tonus leher dan refleks babinski. Sistem
saraf autonom sangat penting selama transisi karena merangsang respirasi
awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa, mengatur
sebagian kontrol suhu.
Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah sangat berkembang dan memiliki
dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk
proses perlekatan.
1) Pendengaran
Berkembang sangat baik saat lahir. Bayi bereaksi terhadap suara
dengan berpaling ke arah sumber suara. Bayi baru lahir memberi
respons terhadap suara berfrekuensi rendah seperti suara denyut
jantung atau lagu nina bobo dengan menurunkan aktivitas motorik
dan berhenti menangis. Suara yang berfrekuensi tinggi memicu reaksi
waspada
2) Pengecap
Mampu membedakan rasa manis dan asam pada usia 72 jam.
3) Penghirup
Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan ASI yang lain
4) Peraba
Sensitif terhadap nyeri bereaksi terhadap stimulasi taktil
5) Penglihatan
Mampu memfokuskan pada objek yang terang dan berjarak 20 cm.
pupil bereaksi terhadap cahaya da refleks berkedip mudah
dirangsang. Bayi sangat sensitif terhadap cahaya jika ruangan dalam
kondisi gelap maka bayi refleks membuka mata dengan lebar dan
melihat disekelilingnya.
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin akan dialami oleh bayi adalah :
a. Asfiksia
merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang bersifat
mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan
hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik
asidosis.Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat
(CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernapas.
b. Hipoglikemia
Hipoglikemia didefinisikan sebagai kadar gula darah (blood sugar
level/BSL) <2,6 mmol/L ketika diukur dengan glukometer bedside atau
mesin gas darah (1 mmol/L = 18 mg/dl). Untuk bayi makrosomik
penilaian dilakukan pada usia 1 jam, 2 jam, dan 4 jam, kemudian setiap 4
jam selama 24 jam hingga stabil
c. Hipokalsemia
Hipokalsemia disebabkan ketidaknormalan pada kadar kalsium ibu yang
disalurkan pada janin. Kadar kalsium dalam darah ibu yang tinggi selama
kehamilan (diabetes) direspon oleh janin berupa hipoparatiroid yang
kemudian menyebabkan hipokalsemia.
d. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah naiknya kadar bilirubin serum melebihi
normal. Pada neonatus terdiri dari hiperbilirubin tidak terkonjugasi
(indirek) dan terkonjugasi (direk). Gejala yang paling mudah
diidentifikasi adalah kulit selaput lendir menjadi kuning. Dikatakan
ikterus bila bilirubin serum >5mg/dl.
e. Polisitemia
Polisitemia adalah keadaan ketika jumlah sel darah merah (eritrosit) yang
terkandung dalam darah melampaui batas normal sehingga darah menjadi
lebih kental. Biasanya didefinisikan sebagai hematokrit (Ht) vena di atas
0,65. Polisitemia dapat terjadi pada bayi yang terlahir dari ibu dengan
diabetes mellitus,Bayi yang berisiko (pertumbuhan janin terhambat,
makrosomia, kembar) harus diperiksa hematokritnya.
f. Trombositopenia
Trombositopenia adalah penurunan kadar trombosit dalam darah akibat
hemodilusi. Kadar trombosit dalam darah adalah <100.000 sel/uL jika
dinyatakan mengalami trombositopenia (Saifuddin. 2008)
9. Penatalaksanaan
a. Penaganan Bayi Baru Lahir
1) Membersihkan jalan
2) Memotong dan merawat Tali Pusat
3) Mempertahankan Suhu tubuh Bayi
4) Memberikan injeksi vitamin K
5) Memberi obat/salep mata, untuk mencegah infeksi
6) Identifikasi Bayi
7) Pembersihan jalan nafs, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan
krisis, dan dokter memberi intruksi khusus.
b. Pengkajian Bayi Baru Lahir
Fisik Nilai Apgar
0 1 2
Denyut jantung Tidak ada Kurang dari Lebih dari
100/menit 100/menit
Upaya respirasi Tidak ada Nafas lambat Baik menangis
dan tidak teratur
Tonus otot Lemah Fleksi Normal
dengan
gerakan
Respon terhadap Tidak ada Wajah Respon baik
stimulus respon menyeriangi dengan
mengangis
Warna tubuh Putih Biru Merah muda
(Varney, 2003: 891)
Semua bayi diperiksa segera setelah lahir untuk mengetahui apakah
transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan
lancar dan tidak ada kelainan. Pemeriksaan medis komprehensif
dilakukan dalam 24 jam pertama kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi
baru lahir harus dilakukan, tujuannya untuk mendeteksi kelainan atau
anomali kongenital yang muncul pada setiap kelahiran dalam 10-20 per
1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap kelainan yang
terdeteksi pada saat antenatal, mempertimbangkan masalah potensial
terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden
infant death syndrome (SIDS).
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
Untuk menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas
bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
c. Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi,
dilakukan manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi
mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau
perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali
pusat dengan satu tangan melindungi perut bayi. Perawatan tali pusat
adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena
menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus
d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama
biasanya berlangsung pada menit ke-45-60 dan berlangsung selama 10-20
menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya. Jika bayi masih belum melakukan IMD
dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang
pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontakkulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
f. Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin
1%, oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain). Pemberian salep atau tetes
mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata
tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
g. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1
dosis tunggal dipaha kiri Semua bayi baru lahir harus diberi
penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha
kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang
dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan
beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi
yang kurang pasti pada bayi Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6
jam setelah lahir
h. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan
hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
i. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap
berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar kematian
BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak lanjut
(KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali
pada umur 8-28 hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
j. Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan
dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia
2 tahun. Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur
dalam SK Menkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian
ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai hak untuk
dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru
lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosis. Evaluasi merupakan
tahapan akhir dari asuhan kebidanan yang penting guna mengetahui sejauh
mana kemajuan dan keberhasilan telah dicapai dalam evaluasi dan
pemantauan dalam perencanaan tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif pelaksanaannya. Mengevaluasiapakah penanganan
bayi baru lahir dengan hipotermiatelah diberikan dengan semaksimal
mungkin dan komplikasi- komplikasi yang mungkin terjadi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kebidanan, A., Pada, K., & Di, N. Y. D. (2020). Disusun Oleh : WINDA TRI UTAMI
NIM . B 17031 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA
HUSADA SURAKARTA TAHUN 2020.
Juli, J. (2018). Poltekkes kemenkes ri medan jurusan kebidanan medan prodi d-iii
kebidanan tahun 2018.
Tyastuti. (2017). Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. E.a.L Di Puskesmas
Penfui Kecamatan Maulafa Periode 18 Februari S/D 18 Mei 2019. Lta, 184.
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/handle/123456789/1726
Pengantar, K. (2016). LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi
Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : WIWI
NOVIYANTI PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Dr. Arifianto. 2012. Orangtua Cermat, Anak Sehat. Jakarta: Gagas Media
Dwienda R, Octa, dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.
Ibrahim CS.2013.Perawatan Kebidanan. Jakarta : Bhratara Niaga Media
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Julina.2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta:
Deepublish
Kementerian Kesehatan RI. (2012). PeraturanPemerintah RI No.33 Tahun 2012
tentangPemberian ASI Eksklusif. Diakses dariwww.depkes.go.id.
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widiastini, Luh Putu. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Bogor: In Media