Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
i
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-
Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan Laporan [jenis laporan] yang berjudul [judul
laporan].Terima kasih saya ucapkan kepada ibu [nama guru/dosen] yang telah membantu
kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman
seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat
waktu.
Saya menyadari, bahwa laporan [jenis laporan] yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,Saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan [jenis laporan] ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
Asdiana Meliani
DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul............................................................................................................ i
Kata pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan............................................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Pengukuran Suhu.............................................................................................. 2
B. Pengukuran Nadi.............................................................................................. 6
C. Pengukuran Pernafasan..................................................................................... 8
D. Pengukuran Tekanan Darah.............................................................................. 10
E. Konsep Soap..................................................................................................... 12
Bab III Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................... 16
B. Saran................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada di
dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau
kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan
perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya
merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap
perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada
pasien tentu berbeda dengan pasien yang lainnya. Tingkat kegawatan dan penanganan
pasien juga berbeda beda, mulai dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien
yang sakit ringan. Prosedur pameriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien
meliputi pengukuransuhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan
pengukuran tekanan darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tanda vital.
2. Apa yang dimaksud dengan suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah, dan
Pernafasan.
3. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi suhu tubuh.
4. Bagaimana mekanisme tekanan darah.
5. Bagaimana prosedur pengukuran tanda vital.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien dalam tubuh.
2. Untuk mengetahui suhu tubuh pasien.
3. Untuk mengetahui denyut nadi pasien.
4. Untuk mengetahui tekanan darah pasien.
5. Untuk mengetahui pernafasan pasien.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran Suhu
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang diperoleh dengan panas yang
hilang.
Suhu Inti
Manusia bersifat homeotermik, yaitu, suhu inti dipertahankan sekitar 37oC (Celsius)
berapa pun suhu lingkungan eksternal, jika terjadi ketidak seimbangan, tubuh akan
sangat terpengaruh karena manusia tidak dapat menoleransi perubahan tentang suhu
yamg ekstrem. Suhu inti merujuk pada suhu otak, organ abdomen dan dada, yang
merupakan bagian tubuh yang paling hangat. Suhu inti biasanya dicapai 2 cm di bawah
permukaan tubuh (Hinchliff et al, 1996), dengan dua per tiga masa tubuh dipertahankan
pada suhu ini. Pengukuran suhu inti yang paling akurat, “gold standard” ditemukan di
arteri pulmoner (Board, 1995).
Suhu Perifer
Suhu perifer yang berasal dari kulit dan otot rangka sering kali lebih rendah dari pada
suhu inti dalam hal respons terhadap suhu lingkungan eksternal dan membantu
mengatur suhu inti dengan membantunya menghilangkan dan mendapatkan panas. Suhu
perifer menurun secara proposional sesuai dengan peninggkatan jarak dari inti sehingga
suhu dahi dapat menjadi 34,8oC, lengan 33,6oC, dan kaki 31,1oC (Houndas & Ring,
1982).
Efek suhu ekstrem
Mempertahankan suhu tubuh agar tetp konstan merupakan hal yang sangat penting
untuk memastikan fungsi sell dan reaksi kimianya yang optimal, yang berpengaruh
terhadap system tubuh. Hinchliff et al. (1996) menyatakan bahwa setiap peningkatan
suhu tubuh 0,5oC akan meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan sebesar 7% disertai
dengan peningkatan frekuensi jantung dan pernafasan sebagai kompensasinya. Menurut
Gould (1994) setiap kenaikan suhu 1,0oC menyebabkan peningkatan frekuensi nadi
sebesar 20 denyut per menit dan frekuensi nafas 7 kali per menit. Ketika suhu naik
sampai 40,5oC, mulai terjadi kerusakan sel. Suhu lebih dari 42oC dapat menyebabkan
disfungsi otak, koma, kolaps kardiovaskuler, dan kematian. Penurunan suhu tubuh akan
menyebabkan aktivitas otot yang tidak terkoordinasi dan keletihan, kehilangan
kesadaran, aritmia jantung, dan kematian.
2
Nilai normal
Menurut dubois (1948) suhu oral normal berkisar antara 35,8- 37,3oC sedangkan
Fulbrook (1993) mengemukakan bahwa termostat internal berkisar antara 36,9-37,1oC.
Setiap orang memiliki suhu “normal” yang berkisar di antara rentang tersebut. Kenaikan
suhu inti sebesar 1oC sulit untuk dideteksi bila orang tersebut mempunyai suhu normal
36,0oC.
3
Indikasi
Takahashi (1998) menyatakan bahwa pengukuran suhu telah menjadi bagian rutin dari
asuhan yang diberikan oleh bidan, Meskipun tidak lagi menjadi tuntutan, pengukuran
suhu memiliki reliabilitas yang bervariasi. Akibatnya, bidan lebih dianjurkan untuk
memberikan asuhan secara individual berdasarkan kebutuhan masing-masing.
Takahashi (1998) menyatakan bahwa hanya terdapat sedikit indicator kesejahteraan
untuk wanita pascanatal. Berikit merupakan indikasi:
- Pada saat masuk rumah sakit
- Selama persalinan, biasanya setiap 4 jam atau lebih sering bila ada indikasi
- Setelah pelahiran, terhadap ibu dan bayinya, kemudian sesuai kebutuhan
- Bila ada kondisi klinis yang memerlukan baik bagi ibu maupun bayiinya
- Persalinan praterm
- Transfusi darah
• Oral
Rasional penggunaan. Pengukuran suhu melalui oral secara tradisional dianggap
sebagai car yang akurat dan hamper noninvasive. Termometer harus diletakkan di salah
satu kantong sublingual, yang terletak di kedua sisi lidah. Satu cabang arteri karotis,
arteri sublingual terdapat di bawah kantong sublingual (closs, 1987). Darah yaqng
berada di dalam pembuluh darah ini mengalir ke hipotalamus sehingga berespons sangat
cepat terhadap perubahan suhu tubuh. Tempat ini merupakan daerah yang siap pakai,
dengan sedikit rasa tidak nyaman pada ibu, dan kontak minimal dengan cairan tubuh.
4
Nilai normal suhu. Hasil pengukuran suhu per oral yang dapat diterima adalah antara
35,8oC dan 37,3oC (Dubois 1948). Suhu di bagian lain dari mulut lebih rendah dari suhu
di kantong sublingual. Suhu di dalam mulut dapat dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Alat yang digunakan. Termometer sekali pakai yang terbuat dari kaca dan
thermometer elektronik dapat digunakan untuk pengukuran suhu melalui oral. Dengan
menggunakan pembungkus sekali pakai (bila memungkinkan) dan teknik pembersihan
yang tepat, infeksi silang dapat dcegah.
• Membran timpani
Rasional penggunaan. Membantu timpani telinga menerima suplai darah yang sama
dengan hipotalamus dan terletak derkat dengannnya sehingga membrane timpani
dianggap akurat untuk memperkiran suhu inti. Kental auditorius terinsulasi
(mempertahankan suhunya) dan mudah untuk dijangkau.
Alat yang digunakan. Penggukuran suhu di membran timpani hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan thermometer timpani khusus.
Keakuratan. Keakuratan bergantung pada suhu sekitar di dalam telinga. Berikut ini
adalah factor-faktor yang dapat memengaruhi validitas suhu:
- Kelembapan, misalnya, verniks kaseosa, cairan amnion.
- Infeksi
- Meningkatkan suhu udara, misalnya, incubator
- Kotoran telinga berlebihan
- Pembedahan yang baru dilakukan
• Rektal
Rasional pengggunaan. Daerah rektal sudah sejak dulu ditetapkan sebagai daerah
yang reliable dan mudah digunakan untuk mengukur suhu (Fullbrook, 1993). Daerah ini
memiliki suplai darah yang baik (arteri haemoroid), terinsulasi dengan baik dan
berkaitan erat dengan suhu inti. Daerah ini cukup jauh dari inti tubuh tetapi responsnya
terhadap perubahan lebih lamban daripada daerah lain.
Nilai normal suhu.Nilai normal suhu per rektal,antara 36,1oC dan 37,8oC, tercatat
lebih tinggi dari suhu di daerah lain (Closs, 1987). Hal ini terjadi akibat
5
adanya insulin pada daerah tersebut, dan waktu respons yang lambat. Aktivitas bakteri usus
normal juga berpengaruh.
Suhu tinggi yang salah dapat terjadi akibat adanya feses atau inflamasi. Pengunaan
daerah ini harus dihindari bila terjadi diare dan adanya hemoroid dapat membuat
prosedur ini terasa sangat tidak nyaman
Keakuratan pembacaan bergantung pada teknik. Temometer rektal harus dimasukkan
dengan kedalaman yang tepat dan lamanya waktu yang benar. Ibu cenderung merasa
tidak nyaman dan malu. Privasi dan martabat harus diperhatikan. Paksaan harus
dihindari untuk mengurangi risiko perforasi anus. Potensi infeksi silang dan kontaminasi
cukup tinggi.
• Aksila
Rasional penggunaan dan nilai normal. Daerah aksila secara tradisional pernah
dianggap sebagai daerah yang paling tidak akurat dibandingkan daerah lainnya, tetapi
penelitian terbaru telah mengubah pendapat ini. Fulbnrook (1993) menemukan bahwa
suhu aksila berhubungan erat dengan suhu inti. Oleh karena itu, ia menyimpulkan
bahwa nilai normal untuk suhu per aksila orang dewasa sama dengan suhu per oral oran
dewasa: 35,8-37,3oC. Daerah ini juga disarankan untuk pengukuran suhu tubuh bayi.
Adanya rambut aksila, deodorant atau keringat belum pernah diteliti kaitannya dengan
keakuratan suhu. Ketidakakuratan hasil pemeriksaan akan terjadi bila thermometer
terpasang untuk waktu yang tidak sesuai atau bila ibu mengalami malnutrisi dan lipatan
kulit aksila tidak kontak secara baik dengan thermometer.
Alat yan digunakan. Termometer elektronik dan thermometer air raksa sekali pakai
yang terbuat dari kaca dapat digunakan untuk pengukuran suhu per aksila.
B. Pengukuran Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat di raba diberbagai tempat pada
tubuh. Nadi merupakan indicator stasus sirkulasi. Sirkulasi merupakan alat melalui apa
sel menerima nutrien dan membuang sampah yang dihasilkan dari metabolisme.
Supaya sel berfungsi secara normal sesuai yang di
6
distribusikan darah ke sel-sel yang membutuhkan nutrient. Menurut Jamieson et al, 1997),
nadi adalah pelebaran dan recoil elastis berirama pada saat ventrkel kiri memompakan
darah ke dalam sikulasi. Nadi teraba di seluruh bagian tubuh dimana arteri dapat
dipalpasi di atas bagian yang keras, biasanya tulang. Frekuensi jantung juga dapat
didengarkan melalui auskultasi.
Pengkajian nadi meliputi frekuensi, volume, dan keteraturan. Nadi yang lemah atau
kuat, cepat atau penuh, semuanya mengindikasi perubahan dalam jumlah darah yang
dipompakan. Nadi yang tidak teratur menggambarkan ketidakteraturan kegiatan
pemompaan jantung (Hinchiff et al, 1993).Denyut nadi dapat dibedakan menjadi denyut
nadi apical dan perifer. Nadi radialis dan apical merupakan tempat yang paling sering
digunakkan untuk mengkaji frekuensi nadi. Denyut nadi apical adalah denyut nadi yang
dirasakan di apeks jantung. Denyut perifer adalah denyut nadi yang dirasakan pada
perifer tubuh seperti leher, pergelangan dan kaki. Pada klien yang sehat laju denyut
perifer sama dengan denyut jantung. Perubahan kesehatan klien dapat memperlemah
denyut perifer dan membuatnya sulit untuk dideteksi. Sehingga pengkajian denyut
perifer merupakan suatu komponen penting dalam pengkajian kesehatan menyeluruh.
Lokasi denyut perifer yang paling umum digunakkan adalah denyut radial. Palpasi
denyut radial dilakukan dengan meletakkan tiga ujun jari pada pergelangan anterior
sepanjang tulang radius. Jika denyut teratur, hitanglah denyut selama 30 detik. Jika
denyut tidak teratur, hitunglah denyut selama 1 menit penuh. Denyut nadi normal pada
wanita dewasa sehat yang tidak hamil memiliki frekuensi jantung yang teratur dengan
jumlah denyutan kira-kira 70 denyut per menit (dpm), dengan rentang normal antara
60-100 denyut per menit. Bayi baru lahir memiliki frekuensi jantung 110-160 denyut
per menit, dengan rata- rata kira- kira 130 denyut per menit (Kozier et al, 1998).
Pada bayi baru lahir frekuensi jantung bervariasi sesuai dengan
pernafasan.Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat. Pemeriksaan nadi dapat disertai pemeriksaan denyut jantung untuk
mengetahui adanya pulsus deficit yaitu denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga kecepatan denyut jantung lebih tinggi dari pada
kecepatan denyut nadi. Taki kardi adalah kasis dimana denyut jantung lebih cepat dari
pada kecepatan normal. Penilaian denyut jantung yang lain adalah taki kardi sinus
yang ditandai dengan 10-15 denyutan dari menit ke menit dan taki kardi
supraventricular paroksimal yang ditandai dengan yang sulit dihitung karena terlalu
cepat (lebih dari 200 kali
per menit).
Disamping taki kardi terdapat bradikardi yang merupakan frekuensi denyut jantung
lebih lambat dari normal. Dalam penilaian bradikardi terdapat bradikardi sinus dan
bradikardi relative yaitu apabila denyutan nadi lebih sedikit dibandingkan kenaikan
suhu. Pemeriksaan nadi yang lain adalah iramanya yaitu
7
apakah iramanya normal atau tidak. Disritmia sinus merupakan ketidak teraturan nadi,
denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan akan lebih lambat saat ekspirasi. Kemudian
apabila teraba nadi sepasang-sepasang dinamakan pulsus bigeminus dan apabila
teraba tiga kelompok disebut pulsus trigeminus.
C. Pengukuran pernafasan
Kelangsungan hidup manusia bergantung pada kemampuan oksigen untuk mencapai sel-
sel tubuh dan karbodioksida dikeluarkan dari sel. Pernafasan adalah mekanisme tubuh
menggunakan pertukaran udara antar atmotsfer dengan darah serta darah dengan sel.
Pernafasan termasuk fentilasi (pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru),
difusi (pergerakan oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan sel darah, merah)
dan perkusi (distribusi sel darah merah dari dank e paru-paru). Frekuensi, kedalam dan
irama gerakan ventilasi menandakan kualitas dan efisiensi ventilasi. Tas diagnostic
yang mengukur kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah arteri memberikan
informasi yang berguna tentang difusi dan perfusi. Bagaimana pun juga analisis efisiensi
pernafasan membutuhkan data pengkajian yang terintergrasi dari ketiga proses tersebut.
Orang dewasa sehat dalam keadaan isrtirahat bernafas secara teratur kira- kira 12-20 kali
per menit (Kozier et al, 1998). Pernafasan dapat dikendalikan secara sadar, misalnya
pada saat berenang, bernyanyi dan sebagainya, tetapi secara tidak sadar di tentukan oleh
mekanisme yang pasti tepat.
Bayi baru lahir mungkin bernafas secara tidak teratur dengan jumlah pernafasan 30-80
kali per menit, dengan rata-rata 40 kali per menit (Sweet, 1992).
8
No. Pola pernafasan Deskripsi
1 Dispnea Susah bernafas yang menunjukkan
adannya retraksi
2 Bradipnea Frekuensi pernafasan lambat yang
abnormal, irama teratur
3 Takipnea Frekuensi pernafasan cepat yang abnormal
4 Hipernea Pernafasan cepat dan dalam
5 Apnea Tidak ada pernafasan
6. Cheyne stokes Periode pernafasan cepat dalam yang
bergantian dengan periode, apnea
umumnya pada bayi dan anak-anak
selama
tidur nyenyak, depresi dan kerusakan otak.
7. Kusmaul Nafas dalam yang abnormal., bisa cepat,
normal atau lambat umumnya pada
asidosis metabolic
8 Biot Nafas tidak teratur, menunjukkan adanya
kerusakan otak bagian bawah dan
depresi
pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indicator untuk mengetahui fungsi
system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam paru dan pengaturan keseimbangan asam basa.
Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
4. Hitung frekuensi dan irama pernafasan
5. Cacatan hasil
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9
D. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang di
dorong dengan tekanan dari jantung. Tekanan sistematik atau arteri darah, tekanan darah
dalam system arteri tubuh adalah indicator yang baik tentang kesehatan kardiovaskular.
Aliran darah mengalir pada system sirkulasi karena perubahan tekanan. Darah mengalir
dari daerah yang tekanannya tinggi ke daerah yang tekanannya rendah. Kontraksi
jantung mendorong darah dengan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan
maksimum saat ventrikel relaks, darah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan
diastolic atau minimum. Tekanan diastolic adalah tekanan minimal yang mendesak
dinding arteri setiap waktu.Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan
kiri, kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Di Indonesia, tekanan darah biasanya
diukur dengan tensimeter air raksa
Tidak ada nilai tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang
nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh kondisi saat
itu, misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari marathon, memiliki tekanan
yang tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat,
tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHG. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.
Rentang sistolik normal adalah 100-140 mmHg, sedangkan diastolic normal yaitu 60-
90 mmHg.
10
Kekentalan atau viskositas ini tergantung pada perbadingan sel darah merah dengan
plasma. Semakin kental darah menyebabkan semakin tinggi tekanan dan semakin
banyak tenaga yang di perlukan.
11
11) Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
12) Catat hasil
13) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Cara auskultasi
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi (manusia coba)
4) Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi terlentang
5) Buka lengan baju
6) Pasang manset pada lengan kanan/kiri sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu
ketat maupun terlalu longer).
7) Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8) Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
10) Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
11) Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
12) Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar denyut
13) Catat tinggi air raksa pada manometer:
Suara Korotkoff 1: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi.
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolic secara auskultasi.
14) Catat hasilnya pada catatan pasien
15) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
E. Konsep Soap
TINJAUAN KASUS
PRAKTIK PERSONAL HYGIENE PADA PASIEN MENCUCI DAN MENYISIR
RAMBUT
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 25 JANUARI 2021
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Rawat Inap
No. Register : 80-2540
1. DATA SUBJEKTIF
a.IDENTITAS PASIEN
12
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
c.riwayat penyakit:
1) RiwayatPenyakit Sekarang:
Ibu mengatakan bahwa sekarang sedang merasakan sesak nafas badan lemas dan
3) Riwayatpenyakit Keluarga :
Ibu mengatakan bahwa dari pihak keluarganya,kakek dari ibu tersebut dulu pernah
2. DATA OBJEKTIF
a.PemeriksaanUmum
1) KeadaanUmum :Lemah
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV
4) BB : 56 kg TB : 158 cm
b. PemeriksaanFisik
13
Mata : skklera tidak ikterik, konjung tiva tidak anemis
c. PemeriksaanPenunjang
3. ANALISA
4. PENATALAKSANAAN
a. intervensi
14
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam. Personal hygiene pada
rambut kembali terpenuhi dan meningkatkan percaya diri pasien.
2. Rambut klien bersih
3. Rambut klien wangi dan tidak lengket
4. Rambut rapi
b. rencana tindakan
EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal hygiene berdasarkan
kriteria hasil pada tujuan keperawatan yaitu:
a. Rambut Pasien tampak bersih dan rapi
b. Rambut pasien wangi dan tidak lengket
c. Pasien terlihat senang dan nyaman
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem
tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan.
Pengkajian/pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk
memantau perkembangan pasien saat dirawat. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah
menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang
sederhana maupun canggih. Pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi system pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen
dan karbondioksida dalam paru-paru dan pengaturan keseimbangan asam-basa.
B. Saran – Saran
1. Diharapkan agar petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan tanda- tanda vital
selalu memperhatikan prosedur pelaksanaan.
2. Diharapkan agar petugas kesehatan melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yang
meliputi tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernapasan secara rutin
dan terjadwal.
3. Diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan tanda-tanda vital secara teratur petugas
kesehatan dapat memantau keadaan pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
-M. Clevo Rendy. 2010. Keterampilan Dasar Bidan dan Perawat. Yogyakarta: Nuha Medika
-Pratiwi, Adelina. 2015. Buku Ajar Keterampilan Dasar Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika
-Ruth, Johnon, & Wendy Taylor. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
17