Anda di halaman 1dari 8

RESUME KEWARISAN ISLAM

MATA KULIAH : AGAMA


DOSEN : D.R DESMAL FAJRI S.Ag.MH

Di Susun Oleh:
Nama : Asti Rahmadania
NPM : 2010011311041
Fakultas : Ekonomi Bisnis
Priodi : Akuntansi
Kelas : AK 1 B

UNIVERSITAS BUNG HATTA


TP 2020/2021
TUGAS Ke-9
BAB VIII
KEWARISAN ISLAM

A. Kewarisan

1. Pengertian
hukum kewarisan Islam mengatur peralihan harta dari seseorang
yang telah meninggal kepada yang masih hidup. Dalam pembagian
harta waris tidak terjadi kesalahan dapat dilaksanakan dengan
seadil-adilnya,hukum kewarisan akan dapat menunaikan hak-hak
yang berkenan dengan harta waris setelah ditinggalkan oleh waris
atau pewaris Dan disampaikan kepada ahli waris yang berhak
untuk menerimanya dengan demikian seseorang dapat terhindar
dari dosa yakni memakan harta orang yang bukan haknya karena
tidak ditunaikan hukum Islam mengenai kewarisan.
2. Sumber hukum kewarisan Islam.
Dalam Al-Qur'an surat an-nisa (4) ayat 7-12, An-nisa (4) ayat 33,
An-nisa (4) ayat 176, hadis atau sunnah nabi Muhammad SAW
yang berhubungan dengan hukum warisan adalah sebagai berikut.
Hadis nabi dari Ibnu Abbas riwayat sunan Tirmidzi: "berikanlah
Farid atau bagian yang telah ditentukan dalam Alquran kepada
yang berhak menerimanya dan selebihnya berikanlah kepada
keluarga laki-laki yang terdekat."hadis nabi dari Jabir menurut
riwayat abu Daud Tirmidzi Ibnu Majah dan Ahmad:"janda sa'ad
IBN Rabi' datang kepada Rasulullah SAW bersama dua orang
anak perempuannya. Lalu ia berkata:"ya Rasulullah, ini dua
orang anak perempuan Sa'ad yang telah gugur dalam peperangan
bersama anda di Uhud. Paman mereka mengambil harta
peninggalan ayah mereka dan tidak memberikan apa-apa untuk
mereka. Keduanya tidak mungkin kawin tanpa harta nabi
berkata"Allah akan menetapkan hukum dalam kejadian itu"
sesudah itu turunlah ayat-ayat tentang kewarisan kemudian nabi
memanggil si paman dan berkata"berikanlah dua pertiga untuk
dua orang anak Sa'ad, seperdelapan untuk jandanya dan yang
sisanya adalah untuk mu."
3. Asas-asas kewarisan Islam
● Asas ijbari
adalah peralihan harta seseorang yang meninggal dunia
kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut
ketetapan Allah telah digantungkan kepada kehendak pewaris
atau ahli waris. Terdapat Q.S An. Nisa'(4) ayat 7,11,12 dan
176
● Asas bilateral
adalah seorang menerima hak warisan dari 2 belah pihak
yaitu pihak kerabat keturunan laki-laki dan dari pihak kerabat
keturunan perempuan. Terdapat Q.S An. Nisa'(4) ayat
7,11,12 dan 176
● Asas individual
harta warisan yang dapat dibagi-bagi pada masing-masing
ahli waris untuk dimiliki secara perorangan.
● Asas keadilan yang berimbang
adalah keseimbangan antara hak dan kewajiban antara hak
yang diperoleh seseorang dengan kewajiban yang harus
ditunaikan nya.
● Asas semata akibat kematian
berarti bahwa ku arisan semata-mata sebagai akibat kematian
seseorang menurut ketentuan hukum kewarisan Islam,
peralihan harta seseorang kepada orang lain yang disebut
dengan kewarisan, terjadi setelah orang yang mempunyai
harta meninggal dunia.
4. Sebab-sebab adanya hak kewarisan
a. Hubungan kekerabatan
Ditentukan oleh adanya hubungan darah hubungan darah
ditentukan pada saat adanya kelahiran.
b. Hubungan perwakilan
-antara suami dan istri telah berlaku akad nikah yang sah
-antara suami dan istri masih berlangsung ikatan pernikahan
pada saat meninggalnya salah satu pihak.
c. Wala'
hubungan yang tercipta dari tindakan seseorang pemilik
budak yang memerdekakan bedaknya itu.
d. Hubungan sesama islam
Terjadi apabila seseorang yang meninggal dunia tidak
memiliki ahli waris,maka harta warisnya itu diserahkan pada
perbendaharaan umum atau yang disebut Baitul mal yang
akan digunakan oleh umat Islam.
5. Hal-hal yang menghalangi harga kewarisan
a. Pembunuhan
Nabi Muhammad SAW bersabda artinya:"dari Amr Bin Syu'aib,
dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW bersabda
pembunuhan tidak mendapatkan warisan apapun atau dari yang
dibunuh."HR Al-Nasa'i dan Al-Daraquthni.
b. Perbedaan agama
Perbedaan agama yang dianut oleh polaris dengan ahli waris
tidaklah mewarisi dari yang bukan muslim rinduku itu pula
sebaliknya
c. Perbudakan
status budak yang dapat menjadi ahli waris karna dipandang tidak
cakap mengurusi harta dan telah putus hubungan dengan
kekeluargaan kerabatnya.
6. Rukun-rukun ke warisan
a. Muawarris (pewaris)
orang yang mewariskan dan meninggal dunia
b. Mahrus
Harta peninggalan si mati yang akan di pusaka ia setelah dikurangi
biaya perawatan, hutang hutang, zakat dan setelah digunakan untuk
melaksanakan wasiat.
c. Waris (ahli waris)
yaituorang yang akan mewarisi yang mempunyai hubungan
dengan semua waris baik hubungan kekeluargaan maupun
perkawinan.
7. Ahli waris
a. Dzawil Faridl
itu keluarga dekat yang kemudian mereka akan mendapatkan
bagian tertentu"farudhul muqaddarah / farudhul ashabah." *
waris berhak mewarisi harta berjumlah 25 orang yang terdiri dari
16 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.
b. Dzawil arham
keluarga yang punya hubungan darah lain anak orang yang
berjumlah 25 di atas yang termasuk sudah dzawill arham itu ialah
cucu dari anak perempuan, anak dari saudara perempuan,anak dari
saudara laki-lak,i paman seibu, paman dari pihak ibu, saudara
perempuan ibu, saudara perempuan ayah, ayahnya ibu, nenek dari
pihak ayah dan ibu, anak perempuan paman anak dari saudara laki-
laki yang seibu.
8. Bagian-bagian ahli waris
a. Bagian dzawil furudl

N Ahli waris Bagian dan ketentuan serta Keterangan


o keadaan

1 Anak laki-laki ‘ashabah (menghabisi Tidak


semua harta) pernah
tehijab
2 Anak a. ½ bila sendiri Tidak
perempuan b. ⅔ bila dua orang pernah
c. ‘ashabah bil ghairi terhijab
bersama anak laki-
laki dan bagiannya
½ bagian anak laki-
laki
3 Ibu a. ⅙ bila ada anak
laki-laki,anak
perempuan,dua
orang saudara atau
lebih baik yang
kandung, sebapak,
seibu atau campuran
a
d

b. Ashabah
dialah ahli waris yang berhak menerima harta warisan sisa dengan
tidak ditentukan bagiannya merupakan golongan ahli waris ashab
ah yaitu
● Ashabah binafsih
yaitu ahli waris mendapat ashab ah karena dirinya sendiri
bukan ditarik oleh yang lain.
● Ashabah bil ghair
ya allah golongan ahli waris ashab ah jenis kelamin
perempuan karena yang menariknya menjadi ashabah adalah
saudara laki-lakinya yang lebih dahulu menjadi ahli waris
ashabah yaitu dari golongan ashabah binafsih
● Ashabah ma'al ghoir
perempuan yang menjadi ahli waris ashabah lantaran yang
menariknya menjadi ahli waris ashabah adalah golongan
far'un perempuan seperti anak perempuan dan cucu
perempuan dari laki-laki.
c. Hijab
Secara etimologi berarti menghalangi / mencegah, secara istilah
terhalang nya seseorang dari sebagian atau semua harta warisan
nya karena adanya ahli waris lain.
● Hijab nuqsan
Menghalangi atau mengurangi bagian ahli waris yang telah
ditentukan
● Hijab hirman
itu menghalangi secara total misal saudara perempuan
kandung berhak menerima bagian ½ tetapi karena bersama
anak laki-laki menjadi tertutup.

B. MASALAH-MASALAH DALAM PENYESALAN WARISAN

1. Kewarisan banci/wadam (khuntsa)


Dalam hukum islam khuntsa dipahami sebagai orang dengan alat
kelamin ganda atau orang yang tidak jelas alat kelaminnya.
khuntsa dibagi 2 yaitu khuntsa bukan musykil adalah khuntsa yang
dapat diketahui mana yang lebih dominan apakah laki-laki atau
perempuan. Khuntsa bukan musykil adalah yang tidak dapat
diketahui mana yang lebih dominan apakah laki-laki atau
perempuan.
2. Kewarisan orang hilang (mafqud)

3. Kewarisan anak dalam kandungan


4. Kewarisan anak zina dan anak li'an

Anda mungkin juga menyukai