Anda di halaman 1dari 33

Public Finance and Public Policy Jonathan

CopyrightGruber
© 2010Fifth
WorthEdition
Publishers
Copyright © 2016 Worth Publishers 1 of 53
PKN STAN - Diploma 3

Perpajakan dan 8.1 Jenis-jenis Pajak

8.2 Measuring Fairness of Tax


Pengaruhnya terhadap System
8.3 Defining The Income Tax
Perekonomian Base

8
PREPARED BY

MUHAMMAD AFDI NIZAR

Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 2 of 53
8.1
Jenis Pajak

1. Taxes on Earnings (Pajak atas Penghasilan)


o Payroll tax : Pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diperoleh dari pekerjaan seseorang. Contoh :
Pajak untuk Jaminan Sosial, Asuransi Pengangguran
2. Taxes on Individual Income (Pajak atas
Pendapatan Individu)
o Individual income tax: Pajak yang dibayarkan atas
penghasilan individu yang diperoleh selama tahun
berjalan. Contoh : Pendapatan bunga dan
Pendapatan deviden.Dalam banyak kasus, pajak
berlaku untuk pendapatan keluarga, bukan individu
o Capital gains: Penghasilan dari penjualan aset
modal, seperti saham, lukisan, dan rumah.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 3 of 53
8.1
Jenis Pajak
3. Taxes on Corporate Income (Pajak atas Pendapatan
Korporasi)
o Corporate income tax : Pajak yang dikenakan atas
penghasilan korporasi.
4. Taxes on Wealth (Pajak atas Kekayaan)
o Wealth taxes: Pajak yang dibayarkan atas nilai aset,
seperti real estat atau saham, yang dimiliki oleh
seseorang atau keluarga.
o Property taxes: Suatu bentuk pajak kekayaan berda-
sarkan nilai real estat, termasuk nilai tanah dan setiap
struktur yang dibangun di atas tanah.
o Estate taxes: Suatu bentuk pajak kekayaan berda-
sarkan nilai harta yang ditinggalkan (warisan) ketika
seseorang meninggal, seperti uang, properti, dan
sebagainya)
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 4 of 53
8.1
Jenis Pajak

5. Taxes on Consumption:
o Sales taxes: Pajak yang dibayar oleh konsumen
kepada vendor di titik penjualan.
o Excise tax: Pajak yang dibayarkan atas penjualan
barang tertentu, seperti rokok atau bensin.

 Payroll taxes, income taxes, dan wealth taxes


disebut juga pajak langsung (direct taxes),
karena dikenakan secara langsung pada sumber
daya individu.
 Consumption taxes disebut pajak tidak langsung
(indirect taxes), karena memajaki penggunaan
sumber daya ketimbang sumber daya itu sendiri.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 5 of 53
8.1
Jenis Pajak

2004 2018

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 6 of 53
8.1
Struktur Dasar Pajak Pendapatan
Penghitungan Basis Pajak (tax base)
Pajak pendapatan dinilai berdasarkan penghasilan
kotor dikurangi pengurangan (deductions) dan
pengecualian (exemptions).
Penghitungan tax base :
 Gross income : jumlah total berbagai sumber
pendapatan individu.
– Termasuk upah, bunga, dividend, pendapatan sewa, etc.
 Adjusted gross income (AGI) : pendapatan bruto
(kotor) individu dikurangi deduksi (pemotongan) tertentu
– Termasuk kontribusi akun pensiunan tunjangan, dan
barang-barang lainnya.

─ Taxable income : jumlah pendapatan yang tersisa setelah


dikurangi pengecualian dan pengurangan dari pendapatan
bruto yang disesuaikan (AGI).

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 7 of 53
8.1
Pajak Pendapatan Perorangan : Penghitungan
Tax Base
Gaji Rp 5.750.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan Rp 287.500
(5% x Rp 5.750.000) Rp 200.000
2. Iuran Pensiun
Jumlah Pengurang Per Bulan Rp 487.500
Penghasilan Neto Sebulan Rp 5.262.500
Penghasilan Neto Setahun Rp 63.150.000
(12 x Rp 5.262.500)
PTKP Setahun Rp 58.500.000
– Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
– Tambahan karena Menikah Rp 4.500.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.650.000


PPh Pasal 21 Terutang Rp 232.500
(5% x Rp 4.650.000)
PPh Pasal 21 bulan Januari
Rp 19.375
(Rp 232.500 : 12 bulan)

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 8 of 53
8.1
Struktur Dasar Pajak Pendapatan
Penghitungan Basis Pajak (tax base)
Untuk membentuk AGI dari pendapatan bruto, kurang-
kan exemptions dan deductions.
• Exemption: jumlah tetap yang bisa dikurangkan wajib
pajak dari AGI untuk anggota dependen sebuah rumah
tangga, dan juga bagi wajib pajak dan pasangan wajib
pajak.
• Wajib pajak bisa mengambil satu dari dua jenis
deductions :
o Standard deduction: jumlah tetap yang bisa dikurangkan
wajib pajak dari pendapatan kena pajak (taxable income).
o Itemized deductions: Alternatif standard deduction, di
mana seorang wajib pajak memotong jumlah total uang
yang dibelanjakan untuk berbagai pengeluaran, seperti
hadiah untuk amal dan bunga atas hipotek rumah.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 9 of 53
8.1
Struktur Dasar Pajak Pendapatan
Tax Rates dan Taxes Paid

 Tax credits: jumlah yang diizinkan bagi wajib


pajak untuk menguragi pajak terutang kepada
pemerintah melalui belanja, seperti child care.
 Withholding: pengurangan estimasi pajak
yang terutang secara langsung dari
penghasilan pekerja.
 Refund: perbedaan antara jumlah yang
dipotong dari penghasilan pekerja dengan
pajak terutang jika yang pertama lebih tinggi.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 10 of 53
8.2

Pengukuran Fairness Sistem Pajak


 Keadilan (fairness) adalah masalah penting dan tujuan
yang sulit dipahami.
 Dua fitur utama dari sistem pajak :
─ Tarif pajak marjinal (marginal tax rate) : Persentase yang
dibayarkan dalam pajak dari penghasilan yang diperoleh
berikutnya.
─ Tarif pajak rata-rata (average tax rate) : Persentase
pendapatan bruto yang dibayarkan dalam bentuk pajak.
 Perbedaan penting lainnya adalah.
─ Tarif pajak menurut Undang-undang (statutory tax
rates) : tarif pajak yang tercantum dalam skedul pajak yang
sah.
─ Tarif pajak efektif (effective tax rates) : tarif pajak yang
benar-benar dibayar oleh seseorang.
─ Keduanya berbeda karena sejumlah pengecualian dan
deduksi dari penghasilan kena pajak, yang mengurangi
basis pajak.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 11 of 53
8.2

Pengukuran Fairness Sistem Pajak


Vertical & Horizontal Equity
Dua tujuan distribusi yang dipertimbangkan dalam
pengukuran pajak yang adil :
 Keadilan vertikal (vertical equity) : Prinsip dimana
kelompok dengan sumber daya yang lebih banyak
membayar pajak yang lebih besar dibandingkan
kelompok dengan sedikit sumber daya.
─ Bisa dimotivasi oleh SWF utilitarian, yang menyerukan
redistribusi.
 Keadilan horizontal (horizontal equity) : Prinsip
dimana individu yang sama yang membuat pilihan
ekonomi berbeda harus diperlakukan sama melalui
sistem perpajakan.
─ Kenyataannya, ketidakadilan horizontal sulit didefinisikan,
karena orang secara endogen membuat pilihan untuk
mendapatkan lebih banyak atau lebih sedikit.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 12 of 53
8.2

Pengukuran Fairness Sistem Pajak


Pengukuran Vertical Equity

Keadilan vertikal mungkin membutuhkan perpajakan


yang progresif.
 Progressive: sistem pajak dimana tarif pajak rata2
yang efektif naik dgn meningkatnya pendapatan.
 Proportional: sistem pajak dimana tarif pajak
rata2 yang efektif tidak berubah dengan berubah-
nya pendapatan, sehingga semua wajib pajak
membayar proporsi yang sama dari pendapatan-
nya dalam pajak.
 Regressive: sistem pajak dimana tarif pajak rata2
yang efektif turun dengan turunnya pendapatan.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 13 of 53
8.3
Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan
Definisi Pendapatan Komprehensif Haig-Simons

Apa jenis pendapatan yang dikenakan pajak?


 Haig-Simons comprehensive income definition:
mendefinisikan sumber daya yang bisa dikenakan
pajak sebagai perubahan dalam kekuatan individu
untuk mengkonsumsi selama satu tahun.
 Potential annual consumption: Total konsumsi
selama setahun, ditambah peningkatan kekayaan.
 Ini adalah pandangan terbaik sebagai ukuran ability to
pay – tanpa memperhatikan pilihan aktual dalam arti
konsumsi dan tabungan..

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 14 of 53
8.3
Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan
Definisi Pendapatan Komprehensif Haig-Simons
 Definisi Haig-Simons memperbaiki vertical equity dan
horizontal equity.
─ Dalam vertical equity, mereka yang memiliki sumber
daya lebih banyak (bahkan melalui saluran tak kena
pajak) memiliki penghasilan lebih tinggi.
─ Dalam horizontal equity, orang-orang yang sama
dalam hal sumber daya yang mendasari membayar
jumlah yang sama terlepas dari bentuk di mana
mereka menghabiskan sumber daya.
 Implementasi definisi yang ideal ini sulit karena 2 alasan :
─ Mendefinisikan kekuatan seseorang untuk mengkon-
sumsi/kemampuan membayar (ability to pay)
─ Masalah pengeluaran terkait pekerjaan (pengeluaran
non-konsumsi)

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 15 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi karena Pertimbangan Ability-to-Pay
 Sulit mendefinisikan kemampuan membayar (ability
to pay) pajak. Berbagai gangguan (shocks)
mempengaruhi ability to pay dan digunakan untuk
menjustifikasi pengurangan dalam sistem pajak
aktual  terjadi deviasi dalam mendefinisikan tax
base.
 Salah satu alasan deviasi adalah memperhitungkan
biaya (expenses) yang tidak berkaitan dengan kon-
sumsi yang diinginkan.
– Pengurangan karena kerugian properti & korban jiwa
– Pengurangan untuk belanja medis
– Pengurangan untuk pembayaran pajak daerah

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 16 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi karena Pertimbangan Ability-to-Pay

 Meskipun deviasi tersebut mempengaruhi ability


to pay, namun bisa menjadi pilihan sampai batas
tertentu.
– Individu memiliki kontrol atas pengeluaran medis, dan
beberapa dari deduksi ini dapat mewakili konsumsi.
– Pembayaran pajak daerah yang lebih tinggi dapat
mencerminkan fasilitas yang lebih besar dan barang
publik lokal.
 Dengan demikian, deduksi penuh untuk keduanya
sulit dibenarkan dengan definisi Haig-Simons

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 17 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi karena Costs of Earning Income

 Alasan lain deviasi adalah sejumlah pengeluar-


an yang bukan untuk konsumsi tapi mencermin-
kan biaya mencari nafkah.
o Biaya yang sah untuk melakukan bisnis
harus dikurangi dari penghasilan.
o Kesulitan muncul dalam mendefinisikan sah
(legitimate)

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 18 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Definisi Pendapatan Komprehensif Haig-Simons

 Sejumlah aktivitas menghasilkan manfaat


eksternal bagi masyarakat, yang memberikan
alasan untuk deviasi dari definisi pendapatan
Haig-Simons.
– Jadi, salah satu alasan deviasi dari Haig-
Simons adalah untuk mengoreksi
eksternalitas.
 Deviasi dijustifikasi karena :
1. alasan sumbangan amal (charitable giving)
dan
2. kepemilikan rumah.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 19 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Haig-Simons: Sumbangan Amal

 Pasar privat kurang memberikan dukungan amal


untuk banyak barang publik karena masalah
free-rider.
 Karena sumbangan amal dapat dikurangkan dari
pajak, harga relatif memberikan $1 untuk amal
adalah $(1 - t); dimana t = marginal tax rate.
 Perlakuan pajak menghasilkan manfaat
(penyediaan barang publik) dengan biaya
deviasi dari definisi H-S.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 20 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Pendapatan H-S : Spending crowd-out vs. tax
subsidy crowd-in

 Subsidi pajak akan menjadi alternatif penyediaan


barang publik oleh pemerintah.
 Kenapa pemerintah memilih deviasi dari definisi
pendapatan Haig-Simons bukan meningkatkan
belanja pemerintah?
 Alasan pertama berkaitan dengan crowd-out.
─ Jika pemerintah menyediakan barang publik secara
langsung, itu bisa meng-crowd-out pemberian amal
privat. Dengan menyediakan subsidi pajak efek
pendapatan dan efek substitusi menyebabkan
pemberian privat lebih besar. Ini crowds-in pemberian
privat.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 21 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Pendapatan H-S : Spending crowd-out vs. tax
subsidy crowd-in

 Pada saat yang sama, subsidi pajak memberikan


keringanan pajak kepada mereka yang
mendukung barang publik tanpa break. Tax break
memiliki dampak :
─ Dampak marjinal (marginal impacts) : perubahan
perilaku yang diharapkan pemerintah yang
didorong melalui insentif pajak yang diberikan.
─ Dampak inframarginal (intramarginal impacts) :
keringanan pajak yang diberikan pemerintah
kepada mereka yang perilakunya tidak berubah
dengan kebijakan pajak baru.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 22 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Pendapatan H-S : Spending crowd-out vs. tax
subsidy crowd-in
 Contoh : pemerintah memberikan $1 juta kepada
tunawisma tanpa tax breaks.
 Jika pemerintah mengurangi pajak (deductible) untuk
amal sebesar =50%, maka sumbangan akan
meningkat, katakan-lah menjadi $1.5 juta.
 Dampak marjinal : peningkatan sumbangan $500
ribu
 Dampak inframarginal : $500 ribu dalam potongan
pajak baru bagi mereka yang sudah menyumbang.
 Break pajak yang paling hemat biaya (cost-efficient) :
dampak marjinal > dampak yang mengubah perilaku.
─ Dalam kasus-kasus tersebut pengeluaran pemerintah
yang kecil dapat memberikan eksternalitas yang besar.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 23 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Efek Belanja Pemerintah vs. Subsidi Pajak

 Penentuan efek subsidi pajak dan belanja pemerin-


tah secara langsung, secara matematis :

d  private_ charity  d  private_ charity 


1
d tax _ break  d  government 
─ Jika peningkatan sumbangan amal per $ tax break >
1 — pengurangan sumbangan amal per $ belan-ja
pemerintah, maka pemberian lebih banyak ke-
ringanan pajak (dan mengurangi pengeluaran pe-
merintah) meningkatkan sumbangan amal.
 Pemerintah mendapat lebih banyak benefits
dibanding cost dari subsidi pajak.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 24 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Efek Belanja Pemerintah vs. Subsidi Pajak
 Bukti empiris menunjukkan bahwa elastisitas
sumbangan amal terkait dengan subsidi pajak
adalah sekitar -1.
– Dengan elastisitas ini, marginal effect dari subsidi
pajak sama denngan inframarginal effect, atau $1
penurunan penerimaan pemerintah menyebabkan
pengeluaran amal meningkat $1.
 Bukti juga menunjukkan $1 belanja pemerintah
secara langsung menambah belanja keseluruhan
sekitar 30-90¢.
 Dengan demikian, subsidi untuk sumbangan
privat merupakan cara yang lebih efisien dalam
penyediaan sumber daya sumbangan amal.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 25 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Efek Belanja Pemerintah vs. Subsidi Pajak

 Subsidi pajak mungkin juga lebih disukai karena


mempertahankan kedaulatan konsumen. Preferensi
legislator mungkin tidak sama dgn warga negara.
 Kerugiannya adalah bahwa sektor swasta mungkin
tidak dapat memastikan distribusi pengeluaran amal
yang efisien.
─ Sebagian besar individu melakukan sedikit riset
sebelum menyumbang.
─ Pendekatan ini memiliki potensi untuk mengha-
silkan sumbangan yang tidak memberikan
banyak manfaat bagi target yang dimaksud.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 26 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Definisi Pendapatan HS : Perumahan
 Deviasi lain dari definisi H-S, yang menjustifikasi
alasan eksternalitas adalah subsidi pajak untuk
kepemilikan rumah.
─ Hipotek (mortgage) : perjanjian untuk menggunakan
properti tertentu, biasanya rumah, sebagai jaminanan
untuk pinjaman.
 Kepemilikan rumah disubsidi melalui pengurangan
bunga hipotek rumah, tapi pembayaran sewa
rumah/apartemen bukan tax deductible.
 Kepemilikan rumah bisa memberikan eksternalitas
melalui kewarganegaraan yang bertanggung jawab.

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 27 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Definisi Pendapatan HS : Perumahan
 Apakah kepemilikan rumah memiliki eksternalitas positif?
─ Meskipun ada korelasi positif antara kepemilikan rumah dan
hasil yang baik bagi lingkungan (misal, lebih banyak aktivisme
politik, dll.), Temuan ini mungkin hasil dari bias seleksi.
─ Dengan bias seleksi, berarti bahwa pemilik rumah adalah
tetangga yang lebih baik dengan cara yang tidak dapat
diobservasi oleh para peneliti. Misal, mereka yang memiliki
rumah mungkin lebih cenderung ke koneksi sosial dan
pemeliharaan yang lebih baik tanpa memandang status
kepemilikan mereka.
─ Sejumlah besar bukti menunjukkan bahwa subsidi pajak
memang meningkatkan konsumsi perumahan, tetapi di
sepanjang margin intensif (intensive margin : berapa banyak
rumah yang akan dikonsumsi) ketimbang margin ekstensif
(extensive margin : apakah memiliki atau menyewa).
• Argumen eksternalitas positif umumnya bergantung pada
extensive margin; sehingga tidak ada alasan yg jelas untuk
deviasi dari definisi pendapatan HS bagi perumahan.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 28 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Deviasi Definisi Pendapatan HS : Subsidi Pajak (Tax
Deductions vs. Tax Credit)
 Pengurangan pajak (tax deductions) : jumlah yang
wajib pajak diperbolehkan untuk mengurangi peng-
hasilan kena pajaknya dengan pengeluaran untuk
sumbangan amal atau bunga hipotek rumah.
─ Harga efektif dari aktivitas tersebut dikurangi dari $1
sampai $(1-t); dimana t = marginal tax rate.
• Kredit pajak (tax credits) memperbolehkan wajib
pajak mengurangi jumlah pajak terutang kepada
pemerintah sebesar jumlah tertentu (misal., jumlah
belanja perawatan anak).
─ Jika pengeluaran individu di bawah jumlah kredit,
harga efektif dari aktivitas dikurangi dari $ 1 hingga $ 0.
Jika pengeluaran lebih tinggi, harga efektifnya = $ 1.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 29 of 53
8.3

Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan


Tax Deductions vs. Tax Credit : Pertimbangan Efisiensi

 Keputusan apakah yang lebih tepat tax


deduction atau tax credit, pemerintah mengha-
dapi trade-off antara sistem yang mensubsidi
sumbangan secara parsial (deduction) atau
sebagian secara penuh dan sebagian tidak
(credit).
 Misal. sumbangan amal diganti dengan kredit
pajak hingga $1.000.
─ Untuk orang yang memberikan kurang dari $1.000,
kredit pajak memberikan insentif yang jauh lebih kuat
untuk meningkatkan sumbangan.
─ Setelah seseorang memberikan lebih dari $1.000,
tidak ada lagi manfaat dari kredit pajak.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 30 of 53
8.3
Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan
Tax Deductions vs. Tax Credit : Pertimbangan Efisiensi
dan Pertimbangan Keadilan
 Dengan alasan efisiensi, instrumen yang tepat
tergantung pada :
─ Sifat permintaan atas barang yang disubsidi.
─ Seberapa penting barang itu untuk mencapai
tingkat perilaku minimal (misal., health coverage
atau housing consumption).
 Dengan alasan keadilan (vertical equity), tax
credits lebih adil dibanding deductions.
─ Nilai deduction bertambah karena tarif pajak,
sehingga deductions menjadi regressive.
─ DI sisi lain, credits tersedia sama untuk semua
pendapatan, sehingga menjadi progressive.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 31 of 53
8.3
Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan
Tax Refundable
Apakah tax credits dapat dikembalikan
(refundable)?
 Refundable: menggambarkan tax credits yang
tersedia bagi individual bahkan jika mereka
membayar sedikit atau tidak membayar pajak.
 Banyak kalangan konservatif keberatan dengan
gagasan bahwa mereka yang berutang sedikit atau
tidak ada pajak penghasilan mendapatkan
pengembalian uang.
 Para pendukung menyatakan bahwa, walaupun
keluarga berpenghasilan rendah membayar sedikit
pajak penghasilan, mereka membayar sebagian
besar dari pendapatan mereka untuk pajak lainnya.
Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 32 of 53
8.3
Mendefinisikan Basis Pajak Pendapatan
Intinya : Tax Expenditures

 Deviasi dari Haig-Simons merupakan tax


expenditures.
─ Pengeluaran pajak (tax expenditures) : Hilangnya
pendapatan pemerintah yang disebabkan oleh keten-
tuan hukum pajak yang memungkinkan pengecualian
khusus, pemotongan atau pengu-rangan dari penda-
patan bruto, atau yang membe-rikan kredit khusus,
tarif pajak preferensial, atau penangguhan kewajiban.
─ Pemerintah mengukur seberapa banyak tax revenue
yang hilang karena pengecualian asuransi kesehatan
dari kompensasi yang bisa dikenakan pajak, atau
memperbolehkan pengurangan kontribusi sumbangan
amal

Diploma
Public III – PKNand
Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Fifth Edition Copyright © 2016 Worth Publishers 33 of 53

Anda mungkin juga menyukai