Anda di halaman 1dari 7

KEMISKINAN DI INDONESIA :

KONSEP, PENDEKATAN DAN STRATEGI PENGENTAS~

Oleh: ~· Musiyam

Abstract

Apparently, the policy ,to raise.poverty in Indonesia start to change. In P]PT I,


the strategy to raise the poverty accupied the position" Side stream of develop- ·
ment" only. That is, the effort to raise the poverty only apllied the components of
macro economic policy to maintain the growth of the economy in high posdion. In
P]PT II this effort occupy the position "main-stream of development". That is, no~
only does the effort depend on "trickle down ejfect", but also through direct attack
that concern to destitute people. . ··
The poverty phenomenon is complex problem and multidimensional, that's.not
merely concern with welfare aspect (materially). Therefore, in o1·der to the raising
of poverty run effectively, we have to look tbe dimension of poverty as a whole. ·
Complexity ofpoverty prolJlems vary from place to place. Therefore, it is needed an
accurate strategy and it must consider the characteristic of poverty and the poten-
cy that suitable to be developed.

lntisari

Kebijakan pengentasan kemiskinan di Indonesia, nampaknya mulai terjadi


pergeseran. Pada P]PT I strategi pengentasan kemiskinan hanya menduduki posi-
si ''Side stream of development'~ Artinya upaya pengentasan kemiskinan .banya
menerapkan bagian dari kebijakan ekonomi makro untuk mempertahankan per- .
tumbuhan ekonomi yang tinggi. Pada P]PT II upaya pengentasan kemiskinan mu-
lai menduduki posisi. ''Main-Stream of development". Artinya, upaya pengen.tasan
kemiskinan tidak hanya bergantung pada "trickle down effect", akan tetapi me-
lalui langkah-langkah tindakan segera (direct attack) yang langsung mengena
kelompok miskin.
Fenomena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multi~ ·
dimensional (bersegi banyak), yang tidak semata-mata berkaitan dengan aspek ·
kesejahteraan (walfare) dalam arti matel"ial. J<..qrenanya agar supaya pengentas-.·
an kemiskinan dapat be~jcdan efektif, maka perlu melibat dimensi kemiskinan se• ;•
cara utuh. Kompleksitas masalah kemiskinan bervariasi an tara wilayah satu de~· •.
ngan lainnya. Karenanya diperlukan suatu strategi yang tepat dengan memper- ; ·'
timbangkan karakteristik kemiskinan yang ada dan potensi yang layak untuk
dikembangkan .. • ,.;_,

Forum Geografi No.ll Th.VI/Desember 1992 61 ;;


kup menghasilkan "trickle · dawn ef-
Pendahuluan
fect" (efek tctesan ke bawah) yang op-
Isyu kemiskinan di Indonesia mulai timal dalm tempo yang lebih cepat.
bergema kembali ketika memasuki Atas dasar pemikiran ini upaya pengen-
PJPT II pemerintah bertekad untuk me- tasan kemiskinan tidak Jagi sepenuh-
ngentaskan penduduk yang masih her- nya menggantungkan pada "trickle
ada di bawah garis kemiskinan, yang down effect", akan tetapi mclalui Jang-
pada tahun 1990 jumlahnya masih 27,2 kah-langkah tindakan yang langsung
juta jiwa atau 15,08 persen dari total (direct attack) menyentuh problema
jumlah penduduk. Tekad pemerintah kemiskinan. Bebcrapa upaya yang da-
ini ditandai dengan langkah presiden pat dicatat akhir-akhir ini antara lain
setelah kabinet pembangunan II ter- melalui pemetaan kantong kemiskinan
bentuk, Jangsung mengkoordinasikan dan program Inprcs Desa Tertinggal
14 menteri untuk secara terpadu dan (IDT) yang tengah dirumuskan.
menyeluruh menangani persoalan ke- Namun demikian perlu disadari, fe-
miskinan. Lebih dari itu pcmcrintah nomcna kemiskinan mcrupakan sesua-
mengangkat Prof. Dr. Mubyarta, se- tu yang kompleks, berdimensi banyak
orang pakar ckonomi kerakyatan yang (multidimensial) dan mempunyai varia-
mempunyai pcngetahuan dan perha- si yang bcsar antara wilayah satu dc-
tian sangat bcsar terhadap kemiskinan ngan lainnya, tergantung dari Jatar so-
sebagai Assisten Menteri Percncanaan si al budayanya dan faktor sumberdaya
Pembangunan Nasionai/Ketua BAPPE- fisik yang mendukungnya. Dengan de-
NAS, yang secara khusus ditugaskan mikian memang cukup sulit untuk me-
mcnangani pcningkatan pcmcrataan rumuskan suatu kcbijakan dan strategi
dan peningkatan pcndapatan pcndu- yang scragam sccara nasional. Tulisan
duk miskin. ini dimaksudkan untuk mengidentifi-
Fcnomcna di atas sctidaknya meng- kasi dimcnsi-dimensi kemiskinan di In-
indikasikan adanya pergeseran kebijak- donesia . Pembahasan selanjutnya akan
an statcgi pcngentasan kemiskinan. Da- fokuskan pada penilaian terhadap pen-
Jam PJPT I strategi pengentasan kemis- dckatan dan stratcgi pengentasan ke-
kinan hanya mcnduduki "Side · Stream miskinan di negara-negara sedang bcr-
of development". · Artinya pada PJPT I kembang pacta umumnya dan di Indo-
kcbijakan pengentasan kemiskinan ha- nesia khususnya.
nya mcrupakan bagian kecil dari upaya
mempertahankan pertumbuhan yang
Konsep dan Pe~dekatan
setinggi-tingginya. Dengarr demikian
maka opaya pengentasan· kemiskinan Seperti telah disinggung di depan,
' - ; ' ( ' ~ . mcrupakan bagian integral dari kebi- bahwa fenomena kemiskinan merupa-
jakan ekonomi makro yang 'bertujuan kan persoalan yang kopleks dan multi
untuk mempertahankan pertumbuhan dimensional. Oleh karenanya maka ke-
ekonomi yang tihggi. Pada Pelita V miskinan dapat ditelaah . dari dimensi
nampaknya mulai disadari bahwa kebi- ekonomi, sosial dan politik, bahkan ~
jakan dan strategi pembangunan yang O dari aspck ketersediaan sumber daya
bcrorientasi pacta pertumbuhan eko- alam. Singkatnya, secara umum kemis-
nomi dan profitabilitas sektor swasta kinan tidak hanya berhubungan de-
yang selama ini dilaksanakan tidak cu- ngan aspek material saja, tetcpi juga as-

62 Forum Geografi No.l1 Th.VI/Desember 1992


pek-aspek uang material (Ellis, 1984). juta jiwa (40,08%), pada tahun 1990
Asumsi dasar yang'dipakai untuk mena- menurun menjadi 27,2 juta jiwa
ngani masa(ah kciniskinan seCama ini (I 5,08%). Di pedesaan jumlah pendu-
adalah masalah kcmiskinan merupakan duk miskin dari tahun 1976 - 1990 tu- ··
fenomena rcndahnya kesejahteraan run scbesar 27,4 juta jiwa (26,04%), se-
dan kurangnya penguasaan terhadap dangkan diperkotaan turun sebesar
sumbcr (recources). Dasar pemikiran 600 ribu jiwa (22,04 persen) (BPS,
demikian misalnya tercermin dari pen- 1992). Dari angka di atas maka dapat
dekatan pengukuran kemisldnan yang dikatakan pembangunan selama ini te-
disebut dengan pendekatan ambang lah bcrhasil dalam mcngentaskan scba-
batas kemiskinan (poverty treshold) gian besar· penduduk miskin , terutama
dan pendekatan "reciprocal entitle- yang tinggal di pedcsaan.
ment" (Freideman, 1981). Namun demikian ukuran yang digu-
Penekanan pendekatan pertama nakan BPS di atas banyak mendapat-
adalah pacta tingkat hidup seseorang kan tanggapa dan kritik dari para ·pa-
untuk hidup dan mempertahankan diri kar. Nasikun (1993) mclihat bcbcrapa
untuk hidup. Di sini kemiskinan diukur kclemahan dari ukuran kemiskinan tcr-
dari berapa proporsi penduduk yang sebut. Pertama, kriteria batas ambang
di bawah garis kemiskinan. Nilai batas garis kemiskinan yang ditetapkan BPS
kemiskinan dapat diukur dengan kon- sebesar 2100 kalori perkapita per hari
sumsi kebutuhan fisik minimum. Ukur- dipandang terlalu rendah . Menurutnya
an ini sering disebut dengan ukuran kritcria: ini hanya Jayak dalam. situasi
kemiskinan absolut (Dillon dan Her- darurat untuk menbedakan penduduk ~ 1
manto, 1993). yang miskin dari penduduk yang tidak
Ukuran kemiskinan absolut banyak miskin. Ukuran di atas diparidang tidak
digunakan di negara-negara berkem- pantas Jagi, ·lcbih-lebih untuk mcngu -
bang, termasuk di Indonesia sebagai kur kemiskinan sampai akhir PJPT II.
salah satu indikator pcnting keberha- Kedua, tolok ukur BPS hanya meng-
silan pcmbangunan. Bahkan ukuran ini ungkapkan satu dimcnsi saja yakni di-
digunakan sebagai pertimbangan pen- mensi "monetaris". Dilain pihak kemis-
ting Bank Dunia dalam memberikan kinan juga berkaitan dcngan dimcnsi
pinjaman. Di Indonesia ukuran resmi non-monetaris. Di sini jclas tolok ukur
yang dikeluarkan Biro Pusat Statistik BPS tidak akan mampu mengungkap
adalah konsumsi yang setara dcngan dimensi-dimensi lain kemiskinan . Mi-
2.100 kalori per kapita per hari atau salnya kesehatan, pcndidikan dan lain -
pacta tahun 1990 setara dengan penda- lain.
patan seldtar Rp. 20.000 per kapita per Pcndekatan kedua menekankan
bulan untuk wilayah perkotaan dan batlwa kcmiskinan merupakan cermin-

(BPS, 1992). mengakumulasikan basis kekuasaan so-


Diakui dengan menggunakan ukur- sial. Kekuasaan sosial disini tidak ha-
an di atas pembangunan di Indonesia nya terbatas pada modal produktif (ta-
selama ini, dalam hal pengentasan ke- nah, perumahan peralatan, teknologi
miskinan telah menunjukkan keberha- dll), tetapi juga meliputi sumber-sufud
silan yang berarti. Pada tahun 1976 ber keuangan (penghasilan dan krec
jumlah penduduk miskin sebesar 54,2 dit), organisasi sosial dan politik, ja-

Forum Geognifi No. ll Th.VI/Desembcr 1992 63


ringan sosial untuk mcmperoleh pckcr;,: rendahnya konsumsi kalori dan . pro ~
jaan, perolehan informasi, yang semua, tcin, tclah mengakibatkan. "pertumb~h,:_
nya berguna untuk meningkatkan an keccrdasan anak-anaknya juga ren-
kesejahteraan hidup. Singkatnya dalall): dah. Akibatnya akan melestarikan k(\:.
pendekiitan ini ~emiskinan dipandang tcrtinggalan anak-anak merck~ . dari
sebagai · persoahm struktural. Ukuran anak-anak - ~cluarga lapisan ,atas . .Dam-
yang dipakai untuk menentukan kemis- pak seJanjumya .. kompetisi , ~kan pe-
kinan adalah ketersediaan fasilitas atau.· luang dan sumber dalall) masyarakat,,
sarana sosial per-kapita. Artinya yang , · anak-anak kclompok miskin akan cen-,
ditekankan dalam pendekatan ini ada-. . dcrung bcrada pada pihak yang lemah. _·
Jah , distribusi kebutuhan nyata per-ka- Pcrlu ditambahk;m untuk ka5us di Asi~. .
, . . . . ,, • ' I ~

pita terhadap setiap sumber daya (pen- . Selatan dan Asia Tcnggara, terny11ta ke-
didikan, perumahan, kesehatan dll) da- miskinan berkorelasi positip dengan
Jam suatu masyarakat dibanding masya ~ jumlah anggota k;eluarga. (Dillon dan
rakat Jain. Ukuran ini lazim dengan hermanto, 1993).-llubungan serupa ju-
ukuran kemiskinan relatif. · ga terjadi di Indonesia. Pada tahun
Dari uraian di atas maka dapat di- 1990 rata-rata anggota rumah tangga
simpulkan bahwa persoalan kemiskin- miskin scbcsar 6,1 jiwa, semen tara ang-
an bcrkaitan dengan kescjahtcraan gota rumaht angga yang tidak miskin
(welfare) dan struktur. Tetapi mcnurut rata-rata 4,1 jiwa per rumah tangga
Mulyarto (1993), disamping dua di- (BPS, 1992). Ilal ini mengisyaratkan
mensi yang tclah discbut di muka, ma- bahwa _pcrsoalan kcmiskinan adalah
sih ada bcbcrapa dimrnsi yang bcrkait- juga masalah kepcndudukan.
an dcngan profil kemiskinan . Penama, Ketiga, kcmiskinan juga merupakan
kemiskinan adalah masalah kcrentanan masalah kebudayaan . Artinya kemiskin-
(vulnerability) . Pcmbangunan infra- an yang diwariskan dari generasi ke gc-
struktur ekonomi dan pertanian, sc- ncrasi bcrikutnya tidak secara otomatis
pcr:li pcrbaikan sarana dan prasarana menghapuskan kemiskina_n budaya
transportasi, irigasi, pengadaan sapro- (Culture of poverty) . Kebudayaan ke-
di dan sebagainya, dapat saja mening- miskinan ini, oleh Oscar Lewis (dalam
katkan pendapatan petani dalam bes~r­ Smith, 1982) digambarkan sebagai si-
an yang memadai. Akan tetapi keke- kap yang apatis, fatalitas dan kurang
ringan karena musim selama dua ta- mcmpunyai keuletan merencanakan
hun, akan dapat menurunkan tingkat masa depan . Nilai-nilai ters~but diso-
hidup petani sampai titik terendah. De- sialisasikan dari generasi ke generasi
mikian pula, intervensi program mela- berikutnya, sehingga mereka telah
lui PIR akan dapat menaikkan tingkat mensyaratkan scdcmikian rupa sehing-
hidup p'Ctani perkcbunan, akan tetapi ga tingkah Jaku mercka sendiri menja-
pefiur:unan harga di pasaran dunia, da- min akan tctap miskin. ·
pat, mendorong petani menjadi bang- Dari apa yang tclah diuraikan di
krut. muka dapat disimpulkan bahwa feno-. ,
Kedua, kemiskinan juga ditandai mcna kemiskinan adala.h kompleks dan •
oleh "tingkat ketergantungan " (dipen- bersifat multidirnepsb.l. Kar~n·anya, pe>'
dcncy rate), karena besarnya keluarga, 0 ngcntasan kc' miski~an ya11g , '.~udah
dan beberapa diantaranya masih, balita. mcnjadi tckad nasional akan · kurang
Hal demikian masih ditambah cie ngan memadai apabila dilaksanakan hanya

64 forum Geografi No.ll Th.Vl/Desember 1992


melalui strategi kesejahteraan, yang se- mckanisme efck mcnycbar (spread ef-
cara operasional mengarah pacta kese- fect) atau efck tetesan ke bawah (trick-
jahteraan fisik. le down effect) dari pusat-pusat per-
tumbuhan ke wilayah pinggiran (pede-
saan). Namun akhirnya banyak para
Strategi Pengentasan Kemisk.inan
pakar meragukan kecfektifan Strategi ·
Pacta awal pemerintahan Orde I3a- ini untuk memecahkan kemiskinan .
ru, strategi pembangunan eli Indonesia Menurut Todaro (1981) hal demikian
lebih difokuskan pacta pcrtumbuhan disebabkan strategi ini lebih m.e men-
ekonomi. Karenanya fokus dari kebi- tingkan kota (urban bias), dan industri
jakan pembangunan lebih diprioritas- yang dikembangkan adalah industri
kan pacta sektor-sektor yang dapat pcngganti import yang padat modal
menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan teknologi , hemat tenaga kerja, ser-
yang tinggi (Mulyarta, 1987) . Atas dasar ta kurang terkait dengan sektor perta-
pandangan ini maka untuk mengentas- nian.
kan penduduk miskin, industri dilctak- Pada sekitar tahun 1970-an strategi
kan sebagai sektor. unggul (leading sec- pembangunan pertanian lebih mem-
tor) dan relatif meninggalkan scktor pcrolch perhatian, dengan dicanang-
pertanian. kannya "rcvolusi hijau" (green nivolu-
Strategi di atas pada dasarnya bcr- tion), yakni program komersialisai dan
sumber dari teori dualisme dari Boeke, intcnsifikasi pcrtanian. Dcngan ' diper-
yang memandang b:1hwa struktur c ko- kcnalkannya tcknologi baru eli bidang
nomi di negara-negara berkcmbang, pcrtanian (tcrutama tanaman pangan},
termasuk Indonesia bcrsifat dualistik. introduksi bibit unggul dan penyedia-
Di satu pihak hidup sistem kapitalis an saprodi secara memadai, memang
(Barat) yang maju, di pihak lain hidup tclah mcnunjukkan keberhasilan ya:ng
sistem tradisional yang bcrcorak pra- luar biasa. Indonesia yang pada tahun-
kapitalis Ohinghan, 1992). Di sini sis- tai1Un . scbelumnya merupakan negara
tern tradisional (pertanian) dipandang pcngimpor beras terbcsar di dunia, pa-
sebagai penghambat clalam pemba- da tahun 1984 dapat mencapai swa-
ngunan ekonomi dan proses moderni- sembada beras. Dengan demikian ma-
sasi, yang selanjutnya menghambat ka salah satu aspek ckonomi dad ke-
proses pengentasan kemiskinan. miskinan yang paling mendasar dapat
Berdasar anggapan bahwa industri tcratasi.
merupakan sektor unggul dalam pem- Namun demikian hadirnya "rcvolusi
bangunan, maka sampai akhir 1960-an hijau" ternyata juga mendatangkan
di kebanyakan negara- negara scdang dampak ncgatif yang berkaitan dengan ·
berkembang, termasuk Indonesia, stra- . kcmiskinan di pedesaan . Collier (1977)
tegi pembangunan yang diterapkan un- seorang pakar ekonomi yang giat mela-
tuk membantu proses transformasi so- kukan penelitian lapangan di pedesaan
sial ekonomi mengandalkan pada pe n- Jawa bcrsama para anggota staf Lemba -
dekatan "growth centre" (Tadjuddin, ga Survei Agro Ekonomi, mensinyalir
1991). Dengan memusatkan industri di bahwa hadirnya pcmbangunan perta-
pusat pertumbuhan, diharapkan masa- nian yang tcrkenal dengan revolusi lJi...
lah keterbelakangan dan ke miskinan jau, tclah mcnycbabkan menyempitnya
berangsur-angsur berkurang, mdalui pcluang kerja eli pedesaan dan sema-

foru m Geografi No.1 I Th .vl / Descmber 1992 65


kin mempertajam polarisasi pcnguasa- pertama yang perlu dipikirkan adalah
an lahan. Collier mcnemukan bahwa kaum miskiri ''akan selalu bergantung
teknologi baru yang diperkenalkan di pada proyek. Alternatif kedua, yang le-
bidang pertanian cenderung memba- bih radikal adalah intervensi unfuk
tasi· peluang kerja di sektor pertanian. membina kesadaran dan kekuatan b-
Penekanan pada komersialisasi dan in- um miskin. Sasaran dari program ini
tensifikasi petanian untuk menghasil- adalah meningkatkan kemarttpuan· b-
kan pangan sebesar-besarnya telah um miskin untuk mengartikulasikan ke-
mendorong melemahnya posisi lemba- pcntingannya kepada sistem. Dalam
ga-lembaga tradisional pertanian, yang jangka panjang diharapkan cara ini
pada gilirannya mempersempit peluang akan meningkatkan "bergaining posi-
kerja. Contoh yang cukup jelas adalah tion" kaum miskin dan berkelanjutan-
perubahan penanaman dengan ani-ani nya (sustiamability) upaya pengentasan
ke sistem tebasan tclah mengurangi kemiskinan.
kescmpatan kerja wanita secara nyata Berdasar anggapim bahwa persoal-
(Ilajami dan Kckuchi, 1987). an kaum miskin dapat dipecahkan mc-
- Kcmiskinan juga merupakan pcr- lalui prakarsa dan partisipasi kaum
soalan struktural, yaitu adanya hu- miskin, maka pcrlu dikembangkan stra-
bungan dcpendcnsi antara kaum mis- tegi desentralisasi. Strategi ini menem-
kin dan clit desa, pelepas uang dan bi - patkan fokus pengambil keputusan pa-
rokrat, yang ccndcrung mclcstarikan da unit yang paling dekat pada kelom-
kcmiskinan. Karcnanya, satu-satunya pok sasaran. Dengan cara dcmikian
jalan adalah dcnga.p . "mematahkan" muncul kcputusan yang paling mere-
(de- linking) hubungan ini (Mulyarta, fleksikan aspirasi dan kepentingan
1993). Melalui strategi ini diharapkan obyektif kaum miskin. Dalam tingkat
potcnsi kaum miskin dapat tumbuh implemcntasi ada persoalan yang perlu
dcngan kekuatannya sendirL Data~ mendapat pcrhatian, yaitu struktur dan
tingkat implcmentasi strate~ ini, ada prosedur yang _kurang mendukung
dua hal yang perlu mendapat perha- (Mulyanto, 1987) . Meskipun dalam ke-
tian. Pertama, melalui cara bagaimana tentuan formal sudah ada ketentuan
hubungan dependcnsi yang eksploi- yang mcngatur "bottom up planning",
tatiftersebut dapat dipatahkan; kcdua, seperti adanya LKMD, tctapi dalam ke-
sebcrapa jauh strategi ini dapat berke- nyataannya lembaga ini lebih berfungsi
lanj~:~Jan (Sustainable) . sebagai implementasi proyek-proyek
,pcrlu juga disadari bahwa untuk sektoral dan regional yang lebih ber-
mematahkan dipendensi tersebut juga sifat paket dari atas (top down).
sangat t<;rgantung dari kemauan politik Menyadari bahwa kemiskinan juga
(political will) dari pemegang kekua- merupakan persoalan kesenjangan
saan. Beberapa alternatif yang dapat spatial antar wilayah, maka perlu stra-
ditempuh, pertama, adalah dengan tcgi integrasi keruangan . Dalam strategi
menggantikan dependensi kepada elit ini perlu diupayakan ada!lya keterpa~· -~
menjadi dependensi kepada proyck duan pengerribangan antar wilayah de- ·~
atau pemerintah yang bersifat mem- ngan :incnsenislka'n hubungan antar
bantu dan memberikan akses sumber- 0 desa-kota sebagai si.lb;srstetn suatu wi-
sumber ekonomi, daripada bersifat layah. Strategi deriiiklan' ak-an :memung-
eksloitatif. Kelemahan dari alternatif kinkan terintegrasinya hubunga·n desa-

66 Forum Geografi No.11 Th.Vl/Desember 1992


kota didalam perencanaan pengentas- merupakan masalah yang sangat kom-
an kemiskinan. plek dan multidimensional, yang tak
Di samping kesenjangan antara de- semata-mata berkaitan dengan aspek
sa-kota, fenomena kemiskinan di Indo- kesejahteraan (walfare) dalam penger-
nesia juga ditandai oleh kesenjangan tian material. Karena itulah agar upaya
antar Jawa-luar Jawa dan wilayah Indo- pcngcntasan kemiskinan yang nampak-
nesia Bagian Barat Indonesia llagian . nya sudah menjadi tekad nasional da-
Timur (IBT). Dalam logika pembangun- pat berjalan dengan efektif, maka perlu
an yang berfokuskan pada pcrtumbuh- mclihat soal kemiskinan secara kom-
an ekonomi, memang memfokuskan prehensif.
pembangunan d IBT kurang mengun- Kedua, menyadari bahwa ciri-ciri
tungkan, karena profitabilitasnya kecil . kemiskinan dan kompleksitas masalah-
Dengan demikian pembangunan IBT nya bcrvariasi antani Wilayah satu de-
harus dilaksanakan sebagai realisasi ngan lainnya, maka dipcroleh strategi
terhadap pemerataan pembangunan yang tepat berdasarkan pada karak-
untuk seluruh rakyat. tcristik kcmiskinan yang ada. Strategi
pcngcntasan kcmiskinan untuk suatu
wilayah dapat merupakan kombinasi
Kesimpulan
dari strategi-stratcgi yang telah disebut
Berdasarkan apa yang telah diurai- di depan tergantung dari sifat-sifat kc-
kan di depart, maka dapat ditarik bcbe- miskinan yang ada . -
rapa kesimpulan. Pertama, kcmiskinan

DAFTAR PUSTAKA

B. P. S, 1992, Kemiskinan dan Pemerataan Pemerataan Pendapatan, Jakarta.


Callier, William, L. , 1977, Agricultural Evolution in Java: The Decline of Shared
Proverty, Paper tidak dilerbitkan.
Dillan, H.S. dan 1-Iermanto, 1993, Kemiskinan di Negara llcrkembang: Masalah Kon-
septual dan Global, Prisma, 3 (12) , hal 23-33. ·
Drakakis Smith, David, 1982, Urbanization Housing and Development Proccess,
St. Marlin Press, New York.
Ellis, G.F.R. 1984, The Dimentions of Poverty; Social Indicator Research, hal 153·
229.
Freidman, John, 1981, Kemiskinan Urban Di Amerika Latin, dalam Andre Bayo Ala,
Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Liberty, Yogyakarta.
Hayami, Yujiiro dan Kckuchi, Masao, 1987, Dilema Ekonomi Desa: Suatu Pende-
katan Ekonomi Terhadap Kelembagaan di Asia, Yayasan Obor In-
donesia, Jakarta.
Jhinghan, M.L., 1992, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan (terjemah@ ),
Rajawali, Jakarta.
Nasikun, 1993, Masalah Batasan Ambang Kemiskinan, Paper tidak diterbitkan.
Tadjudin, NE., 1991, Pembangunan dan Trarisformasi Tenaga Kerja,. Paper iidak
diterbitkan.

Forum Geografi No.l1 Th.VI/Desember 1992 67

Anda mungkin juga menyukai