Anda di halaman 1dari 25

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOTERAN DAN KESEHATAN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

PEDOMAN PELAYANAN KATETERISASI JANTUNG

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI


TAHUN 2018
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
Nomor :

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN CATHLAB

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

Menimbang :

1. Bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan


peranan Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, perlu adanya
penyelenggaraan Pelayanan Cathlab.
2. Rumah sakit dapat menyelenggarakan Pelayanan Cathlab sesuai
dengan kemampuan dan sumber daya rumah sakit.
3. Bahwa untuk melaksanakan proses Pelayanan Cathlab perlu
adanya pedoman dalam pelaksanaanya.
4. Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan
Peraturan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri tentang
pedoman Pelayanan Cathlab Rumah Sakit Bhayangkara Kediri.

Mengingat :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,


tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009,
tentang Rumah Sakit.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009,
tentang Pelayanan public;
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004,
tentang praktek kedokteran.
5. KepMenKes no. 1087/ MENKES/ SK/ VII/ 2010 tentang Standard
Kesehatandan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
6. KepMenKes no. 91/ MENKES/ SK/ 2014 Standart Pelayanan
Tehnik Cardiovaskular

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : PERATURAN RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI TENTANG


PEDOMAN PELAYANAN CATHLAB UNIT DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA KEDIRI

PASAL 1

Pedoman Pelayanan Cathlab Unit di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri sebagaimana


tercantum dalam lampiran peraturan ini.

PASAL 2

Pedoman ini harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali apabila
diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada.

PASAL 3

Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari
terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : Di Kediri
Pada Tanggal :
KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI

dr. M. MAS’UDI, Sp. S


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67110448
KEBIJAKAN PELAYANAN KATETERISASI JANTUNG (CATHLAB)
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KEDIRI
1. Peralatan di Cathlab harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Pelayanan di Cathlab harus seslalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
3. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang berlaku
4. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam
K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
5. Setiap pekerja harus bekerja sesuai dengan standard profesi.
6. Pelayanan Cathlab dilaksanakan dalam 24 jam.
7. Pengadaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan.
8. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
9. Setiap bulan wajib membuat laporan.
10. Untuk pencegahan infeksi nosokomial, setiap petugas diwajibkan mencuci tangan
sebelum dan sesuadah kontak dengan pasien.
11. Pada pasien tidak sadar untuk identifikasi mencocokkan status pasien dengan gelang
identitas pasien.
12. Setiap tindakan medis yang akan dilakukan harus ada informed consent.
13. Semua pasien yang masuk Cathlab harus dilaporkan dokter penanggungjawab
Cathlab, bila tidak bias dihubungi bias diwakilkan dokter jaga ruangan/ dokter jaga.
14. DPJP pasien yang di lakukan tindakan kateterisasi jantung adalah dokter spesialis
jantung.
15. DPJP utama ( Dokter Penanggung Jawab Cathlab ) berwenang dalam melaksanakan
praktek kedokteran kateterisasi jantung yang dibantu sepenuhnya oleh seluruh
perawat dan staf Cathlab yang bertugas. Kewenangan tersebut harus dengan tetap
memperhatikan dan mempertibangkan saran dari DPJP atau dokter spesialis lain yang
terkakait dengan perawatan pasien.dokter penanggungjawb
16. Dokter penanggung jawab Cathlab harus dapat melakukan prosedur critical care.
17. Kriteria perawat Cathlab adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan / pendidikan
perawat Cathlab dan telah mendapat sertifikat melalui program pelatihan dan
pendidikan yang telah diikuti oleh perhimpunan profesi yang terkait.
18. Semua pelayanan dan atau tindakan terhadap pasien harus didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.
19. Cathlab menerima rujukan pasien dari rumah sakit lain sesuai dengan standard dan
fasilitas yang dimiliki dan bila pasien memerlukan perawatan intensif yang lebih tinggi
tingkatannya dapat dirujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan kondisi pasien.
20. Kriteria pasien masuk / keluar Cathlab sesuai dengan pedoman pelayanan Cathlab.
21. Setiap penggunaan peralatan medis diinformasikan kepada penanggungjawab pasien.
22. Indikasi pemeriksaan laboratorium dan radiologi berdasarkan permintaan dari DPJP
( Dokter Penanggung Jawab Pasien ) dan setiap permintaan laboratorium dan
radiologi dituliskan pada formulir ditentukan.
23. Semua pasien di lakukan tindakan cateterisasi jantung di Cathlab tidak boleh
didampingi keluarga, kecuali pada saat diperlukan untuk mendapat informasi dari
Dokter pemberi layanan pasien.
24. Keluarga pasien hanya di ijinkan masuk Cathlab pada saat diperlukan untuk mendapat
informasi dari pemberi layanna pasien. Kecuali anak/ bayi di bawah 5 tahun boleh
ditunggu keluarga.
25. Untuk pengunjung tidak memakai baju khusus / skort, sepatu/ sandal tetap dipakai.
26. Untuk petugas tetap memakai seragam khusus Cathlab dan sepatu / sandal khusus.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Sejarah Kateterisasi Jantung
Kardiologi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran dan ranting ilmu
pengetahuan tentu saja tidak lepas dari sifat ilmu pengetahuan itu sendiri yang
dinamis. Kedinamisan ilmu kedokteran tercapai karena adanya penemuan-
penemuan teori, metode, terapi, dan alat-alat. Penemuan di bidang kardiologi
terus berkembang dari dulu hingga kini, sejakera William Harvey hingga zaman
transplantasi jantung sekarang ini.
Sejarah besar di bidang kardiologi diawali oleh terdeskripsikannya sirkulasi
darah manusia oleh William Harvey, pada tahun 1628. Beliau adalah seorang
dokter Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1706, Raymond de Vieussens, seorang
profesor anatomi dari Prancis, untuk pertama kali menggambarkan struktur
ruang dan pembuluh darah jantung.Setelah pijakan awal yang dirintis oleh
Harvey dan de Vieussens, pada tahun 1711 Stephen Hales melakukan usaha
konkret dalam temuan modalitas diagnostik yang penting dalam kardiologi yaitu
kateterisasi jantung. Beliau melakukan kateterisasi biventrikular pada kuda. Dua
puluh dua tahun kemudian, Hales untuk pertama kali mengukur tekanan
darah arterial. 
Langkah Hales diikuti oleh kemunculan tindakan kateterisasi-kateterisasi
eksperimental lain pada abad ke-19. Claude Bernard, seorang peneliti fisiologi
ternama dari Prancis, pada tahun 1844 menggunakan kateter untuk merekam
tekanan intrakardiak pada hewan. Beliaulah yang menciptakan istilah kateterisasi
jantung.
Kateterisasi jantung manusia semakin berkembang selama abad ke-20. 
Werner Forssmann pada tahun 1929 melakukan kateterisasi jantung kanan pada
dirinya sendiri di Eberswald, Jerman.Tindakan ini merupakan kateterisasi
pertama pada manusia yang terdokumentasi. Tujuan awalnya adalah
menemukan jalur yang efektif dan aman untuk memasukkan obat-obatan
resusitasi jantung. Forssmann lalu mengembangkan eksperimen-eksperimennya
ke arah injeksi media kontras intrakardiak melalui suatu kateter yang
ditempatkan dalam atrium kanan Kontribusinya tersebut, bersama
perkembangan media kontras nontoksik dan teknik radiologis, telah membuka
jalan bagi perkembanganangiografikoroner.
Kateterisasi jantung diagnostik pertama dikemnbangkan oleh André
Cournand dan Dickinson Richards pada 1941. Mereka menggunakan kateter
jantung guna keperluan diagnostik yaitu untuk mengukur tekanan jantung kanan
dan cardiac output.  Arteriografi koroner selektif diperkenalkan oleh Mason
Sones pertama kali pada tahun 1958. Sones lalu memublikasikan penjelasan
singkat tentang teknik yang beliau lakukan di Modern
Concepts of Cardiovascular Diseases pada tahun 1962. Perkembangan ini
menjadi gerbang pembuka suatu periode kemajuan cepat dalam aspek
arteriografi koroner selama medio 1960-an.
Peristiwa rekanalisasi arteri perifer dengan kateter oleh Charlos Theodore
Dotter pada 1963 makin menegaskan dimulainya era intervensi. Usaha Sones
dan Dotter ini disusul oleh kemunculan metode angiografi koroner femoral
perkutan yang dipopulerkan oleh Melvin Judkins dan Amplatz pada tahun
1967. Pada tahun tersebut, Judkins menciptakan sistem pencitraan koroner,
memperkenalkan kateter-kateter khusus, dan menyempurnakan pendekatan
transfemoral.
Teknik yang lebih mutakhir, yaitu angioplasti dengan balon, diperkenalkan oleh
Andreas Gruentzig pada pertengahan dekade 1970-an.  Rintisan beliau telah
membawa kemajuan berarti dalam perbaikan dan pengembangan teknik-teknik
kateterisasi.
Sekarang, angiografi koroner serta intervensi koroner perkutan dilakukan
terutama dengan pendekatan arteri radial serta arteri femoral. Di luar ranah
intervensi, momentum bersejarah lain dalam kardiologi lahir pada tahun 1912,
dimana penyakit jantung yang terjadi karena pengerasan arteri-arteri dijelaskan
untuk pertama kali oleh seorang dokter Amerika bernama James B.
Herrick. Sementara itu, penemuan sinar-X oleh Wilhelm Roentgen pada 1895
memungkinkan studi anatomi jantung untuk dilaksanakan dengan pendekatan
baru ini. Penemuan sinar-X ini disusul oleh kemunculan atlas radiografik arteri
koroner manusia yang pertama pada 1907. Atlas ini diciptakan dan
dipublikasikan oleh Friedrich Jamin dan Hermann Merkel. Perkembangan dalam
aspek teoretis kardiologi dan aspek radiologi tersebut secara tidak langsung juga
memengaruhi perkembangan dalam aspek kardiologi intervensional. 
Hingga saat ini, intervensi koroner perkutan telah menggeser kedudukan
operasi bypass arteri koroner sehingga menjadi suatu prosedur yang lebih umum
di banyak negara. Frekuensi pelaksanaannya terus bertambah. Tingkat
keberhasilannya lebih dari 95% dan risiko terjadinya komplikasi-komplikasi serius
pun menurun.

2. Fenomena Kardiologi Di Indonesia


Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak
Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang
disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90%
dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah
penyakit kardiovaskuler.
Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI
menunjukkan beberapa data yang menunjukkan tingginya angka kejadian
penyakit jantung di Indonesia. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit
jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar
883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5%
atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Melihat fenomena ini, RS
Bhayangkara Kediri merasa perlu meningkatkan pelayanan yang dapat
menyelesaikan masalah masyarakat yang sangat serius ini. Laboratorium
kateterisasi jantung pun didirikan dengan harapan menjadi solusi permasalahan
jantung yang berkembang di masyarakat khususnya masyarakat wilayah Kediri.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari pedoman pelayanan unit cathlab ini adalah untuk menjadi pedoman
bagi pelaksanaan pelayanan katerisasi jantung bagi tim cathlab dan juga bagi seluruh
unit pelayanan terkait di RS Bhayangkara Kediri.Selain itu, pedoman ini juga bertujuan
menjadi panduan bagi karyawan baru di lingkungan unit cathlab.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang Lingkup pelayanan kateterisasi jantung meliputi pelayanan diagnostik
invasif dan intervensi non bedah.
1. Diagnostik Invasif :
Diagnostik invasif merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa
struktur anatomi serta fungsi jantung & pembuluh darah termasuk ruang, otot,
katup serta pembuluh darah jantung ( pembuluh darah koroner ). Tindakan
diagnostik invasif yang bisa dilakukan di cathlab RS Bhayangkara Kediri adalah
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan angiografi koroner : pemeriksaan yang bertujuan untuk
melihat gambaran pembuluh darah koroner, khususnya untuk melihat
adanya penyempitan di pembuluh darah koroner. Terlihatnya penyempitan
di pembuluh darah koroner merupakan tanda pasti untuk diagnostik
penyakit jantung koroner.
b. Perikardial tapping / perikardiosintesis merupakan prosedur yang dilakukan
untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di ruang jantung untuk kemudian
dilakukan pemeriksaan terhadap cairan tersebut. Kateter yang digunakan
akan ditinggalkan di dalam tubuh yang dihubungkan dengan perikardial
drainase untuk mengeringkan ruang perikardial selama beberapa hari dan
membantu mencegah akumulasi cairan yang berulang.
2. Intervensi Non Bedah
Intervensi non bedah adalah tindakan intervensi yang sesuai indikasi untuk
dilakukan terhadap pasien setelah di temukan diagnosis yang tepat, dilakukan
secara perkutan melalui pembuluh darah tanpa pembedahan. Intervensi Non
Bedah yang dapat dilakukan adalah :
a. Percutaneus Coronary Intervention (PCI) atau Percutaneus Transluminal
Coronary Artery (PTCA) adalah suatu tindakan intervensi non bedah untuk
membuka kembali arteri koroner yang menyempit dengan mengembangkan
ballon atau stent pada pembuluh darah koroner yang menyempit melalui
kateter yang di masukan ke dalam lumen arteri melalui insisi kecil pada kulit.
b. Pemasangan Pacu Jantung atau Temporary Pace Maker ( TPM ):
pemasangan pacu jantung yang bersifat sementara pada pasien dengan
irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara memasukan kateter elektroda
ke dalam jantung, bagian luar dari elektroda disambungkan dengan
generator yang mengatur irama jantung yang terdapat di luar tubuh pasien.
c. Permanen Pace Maker ( PPM ) yaitu pemasangan pacu jantung yang
bersifat permanen pada pasien dengan Irama jantung lambat. Dilakukan
dengan cara yang sam seperti TPM hanya generatornya di taman di bawah
kulit bagian dada/ perut dengan menggunakan bius lokal.
d. Baloon Mitral Valvuloplasty (BMV) Adalah suatu tindakan minimal invasif
untuk memperlebar penyempitan katup mitral dengan melakukan dilatasi
terhadap katup mitral dengan menggunakan balon.
D. Batasan Operasional
1. Manajemen Penjadwalan Tindakan
Terdapat dua jenis tindakan kateterisasi jantung berdasarkan sifat urgensinya,
yaitu : cito dan elektif.
a. Tindakan emergency / CITO, adalah suatu tindakan yang dilakukan dngan
tujuan life saving pada seorang pasien yang berada dalam keadaan darurat.
Contoh tindakan cito adalah primary PCI.
b. Tindakan elektif, adalah suatu tindakan yang dilakukan terjadwal dengan
persiapan, dan dilakukan pada pasien dengan kondisi umum baik, bukan
gawat darurat.
2. Pelayanan Intra Katerisasi Jantung
Pelayanan intra kateterisasi jantung dilakukan oleh tim cathlab yang
terdiri atas dokter operator (dokter jantung intervensi), perawat scrub, perawat
sirkulasi, perawat monitor dan administrasi.
Sebelum masuk ruang tindakan, dilakukan pemeriksaan kelengkapan
dokumen dan persiapan medis pasien yang berhubungan dengan tindakan yang
akan dilakukan. Setelah pemeriksaan kelengkapan dirasa cukup, pasien
memasuki ruang tindakan dan dilakukan persiapan tindakan seseuai dengan
jenis tindakan yang direncanakan pada pasien tersebut.
Jika jenis tindakan adalah diagnostik, setelah mendapatkan kepastian
hasil diagnosa maka dokter intervensi akan menjelaskan secara langsung hasil
yang didapat kepada keluarga pasien dan rencana tindakan selanjutnya yang
diperlukan. Manakala dibutuhkan tindakan lanjutan segera maka keluarga dan
pasien akan dimintai persetujuan tindakan lanjutan atau perluasan tindakan.
3. Pelayanan Post Tindakan Kateterisasi Jantung
Setelah tindakan kateterisasi jantung pasien akan dirawat di ruang sesuai
petunjuk dokter ( ruang rawat biasa atau ICU). Perawat cathlab akan melakukan
operan yang berisi instruksi post tindakan cathlab kepada perawat di ruang
perawatan selanjutnya.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor : 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang RI Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang RI Nomor : 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
4. Undang-Undang RI Nomor : 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 374/Menkes/SK/V/2009 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standart Pelayanan Rumah Sakit ;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 tahun 2014 tentang
Standard Pelayanan Teknik Kardiovaskuler.
9.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Penanggungjawab/ kepala instansi : Dokter Spesialis jantung dan intervensi
cardio vasculer
2. Kepala Ruang : lulusan S1 Keperawatan ( bergelar S.Kep.Ners )
3. Wakil Kepala Ruang : lulusan D3 keperawatan ( bergelar Amd.kep )
4. Perawat : lulusan D3 keperawatan ( bergelar Amd.kep )
5. Administrasi : lulusan SMK

B. Distribusi ketenagaan
NAMA JABATAN KUALIFIKASI fungsi JML
FORMAL SDM
Instalasi Catlab Spesialis anastesiologi Managerial 1
Ka. Perawat Cathlab S.kep Ns keperawatan Managerial 1
Pelatihan Cathlab
Pelatihan ACLS
Pelatihan ECG/
.
Penaggung jawab D3 keperawatan Melakukan 1
shift (masa kerja 5 -10 administrasi
tahun) keperawatan &
Pelatihan Cathlab bertanggungjawa
Pelatihan ACLS b terhadap
Pelatihan ECG kelancaran tugas
dalam shift.
Perawat pelaksana D3 keperawatan Melakukan 3
Pelatihan Cathlab tindakan-tindakan
Pelatihan ACLS keperawatan
Pelatihan ECG/ sesuai SPO

.
Administrasi Cathlab DIII / SLTA Plus Melaukan 2
( menguasai sistem administrasi
administrasi ) berkaitan dengan
kebutuhan ruang
Pekarya SMP / SMA Melakukan 1
(mendapat tindakan cleaning
pengarahan/ pelatihan dan
pemeliharaan alat-alat bertanggungjawa
kateterisasi jantung) b menjaga
kebersihan ruang.
Jumlah 9

C. Pengaturan Jaga
Seluruh SDM unit cathlab bekerja dalam 1 shift (pagi) dengan 8 jam kerja (pkl.
08.00 WIB s.d. pkl 16.00 WIB). Jika ada tindakan CITO di luar jam kerja maka seluruh
SDM akan hadir atau sesuai kebutuhan.
BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang Cathlab


Terlampir

B. Standar Fasilitas
1. Standar fasilitas peralatan Cathlab

No Jenis Kelengkapan Jumlah Keterangan


1 Meja Counter 2 set Ruang administrasi
2 Telepon 1 buah Ruang administrasi
3 Komputer 2 set Ruang administrasi
4 Lemari Brother 1 set Ruang administrasi
5 Kursi putar beroda 2 buah Ruang administrasi
6 Kursi Tunggu 1 buah Ruang administrasi
7 Meja Tunggu 1 buah Ruang administrasi
8 Printer 1 set Ruang administrasi
9 Sound speaker 1 set Ruang administrasi
10 Pesawat telepon 1 buah Ruang administrasi
11 Tempat sampah 2 buah Ruang administrasi
12 Terminal kabel 2 buah Ruang administrasi
13 CCTV 1 buah Ruang administrasi
14 AC Panasonic 2.5 PK 1 buah Ruang administrasi
15 Alat Penimbang Badan 1 buah Ruang administrasi
16 Alat Pengukur Tinggi Badan 1 buah Ruang administrasi
17 Jam Dinding 1 buah Ruang administrasi
18 Apron setengah badan 5 buah Ruang operator
19 Apron tyroid 5 buah Ruang operator
20 Google 3 buah Ruang operator
21 Meja Kerja 3 buah Ruang operator
22 Kursi Putar Beroda 3 buah Ruang operator
23 Komputer 3 buah Ruang operator
24 Layar LED 1 buah Ruang operator
25 Meja Apron 1 buah Ruang operator
26 Printer 1 buah Ruang operator
27 AC Panasonic 2.5 PK 1 buah Ruang operator
28 Papan Jadwal 1 buah Ruang operator
29 Rak Sendal 1 set Ruang operator
30 TLD 5 buah Ruang operator
31 CCTV 1 buah Ruang operator
32 Dosimeter 2 buah Ruang tindakan
Mesin kateterisasi jantung GE
33 1 unit Ruang tindakan
Innova 2100
34 Troli emergency 1 buah Ruang tindakan
35 Defibrilator 1 buah Ruang tindakan
36 AC Panasonic 2.5 PK 2 buah Ruang tindakan
37 Jam Dinding 1 buah Ruang tindakan
38 Lemari kaca 4 buah Ruang tindakan
39 Tempat sampah medis 1 buah Ruang tindakan
40 Tempat sampah non medis 1 buah Ruang tindakan
41 Tempat sampah benda tajam 1 buah Ruang tindakan
42 Tempat sampah cairan 1 buah Ruang tindakan
43 Keranjang Plastik 1 buah Ruang tindakan
44 Sterilisator 1 buah Ruang tindakan
45 Troli instrumen besar 1 buah Ruang tindakan
46 Troli instrumen sedang 3 buah Ruang tindakan
47 Tromol besar 1 buah Ruang tindakan
48 Tromol kecil 2 buah Ruang tindakan
49 Kotak obat 1 buah Ruang tindakan
50 Terminal kabel 1 buah Ruang tindakan
51 Syringe pump 1 buah Ruang tindakan
52 Infuse pump 1 buah Ruang tindakan
53 Ambu bag 1 buah Ruang tindakan
54 Standar infus 1 buah Ruang tindakan
55 Humidifier 1 buah Ruang tindakan
56 Mesin suction 1 buah Ruang tindakan
Set instrumen koroangiografi /
57 5 set Ruang tindakan
PCI / TPM / Pericardial taping
58 Set instrumen PPM 1 set Ruang tindakan
59 Set linen steril 6 set Ruang tindakan
60 Tensimeter standing 1 buah Ruang tindakan
61 Parfume dispenser 1 buah Ruang tindakan
62 Tabung Oksigen 1 buah Ruang tindakan
63 Tangga pijakan kaki pasien 1 buah Ruang tindakan
64 Alat cek suhu dan kelembaban 1 buah Ruang tindakan
65 Obat-obatan 1 set Ruang tindakan
66 UPS 2 buah Ruang Mesin
67 Panel Kontrol 3 buah Ruang Mesin
Alat Pengukur Suhu dan
68 1 buah Ruang Mesin
Kelembaban
69 AC Panasonic 2.5 PK 2 buah Ruang Mesin
70 Cairan cooler 6 buah Ruang Mesin

ATK Jumlah Keterangan


1 Cash box 1 buah Ruang administrasi
2 Tempat pulpen 2 buah Ruang administrasi
3 Rak file 1 buah Ruang administrasi
4 Steples / Hecter Kecil 2 buah Ruang administrasi
5 Cutter 2 buah Ruang administrasi
6 Gunting 3 buah Ruang administrasi
7 Penggaris 2 buah Ruang administrasi
8 Box file 6 buah Ruang administrasi
9 Filing cabinet 7 buah Ruang administrasi
10 Bindex 2 buah Ruang administrasi
11 DVD RW 1 set Ruang operator
12 Tempat pulpen 1 buah Ruang operator
13 Kertas foto 1 set Ruang operator
14 Steples / Hecter Kecil 1 buah Ruang operator
15 Spidol Permanen 1 buah Ruang operator
16 Spidol Boardmaker 1 buah Ruang operator
Penghapus Papan
17 1 buah Ruang operator
Boardmaker
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

Sebelum di lakukan tindakan kateterisasi jantung pasien dan atau keluarga


harus mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai dasar pertimbangan
mengapa perlu dilakukan kateterisasi jantung. Penjelasan tersebut di berikan oleh
dokter spesialis jantung atau oleh kepala catlab.Atas penjelasan tersebut pasien
dan atau keluarga dapat menerima atau penyatakan persetujuan untuk di lakukan
tindakan kateterisasi jantung dengan menandatangani formulir informed consent.

INDIKASI TINDAKAN KATETERISASI JANTUNG

Indikasi kateterisasi jantung untuk mengidentifikasi struktur penyakit


jantung ,seperti penyakit aterosklerotik ,kelainan otot jantung (infark atau
kardiomiopati) dan katup atau kelainan jatung bawaan. Pada orang dewasa ini
menggunakan paling umum untuk mendiagnosa penyakit arteri coroner .
Indikasi lain tergatung hasil pemeriksaan fisik ,EKG, stress test jantung, hasil
echo,dan rontgen dada .indikasi secara spesifik seperti di bawah ini . penyakit
jantung koroner:
a. Curiga atau telah memiliki penyakit jantug coroner
1) Angina baru
2) Angina pektoris yang refrater/ tidak respon dengan terapi medis
3) Kecurigaan varian angina
4) Unstabel Angina
5) Recurrent(kambuh) Angina pasca intervesi /CABG
6) Evaluasi sebelum oprasi mayor
7) Silent iskemia
8) Exercise test yang positif
9) Atypical chest pain ynag dengan pemeriksaannon invasif tidak
memberikan konklusi
b. Infark Miocard
1) Infark Miokard akut
2) Angina paska Infark
3)Tidak layak trombolitik dan gagal trombolitik
4) Syok
5) Edema Paru
6) instabilitas hemodinamik
7) Persisten Iskemia
8) Komplikasi mekanik
c. Pasca VT/VF yang kausanya tidak jelas
d. Penyakit Katup jantung
e. Penyakit jantung kongenital sebelum tindakan oprasi
f. Diseksi Aorta
g. Perikardial Konstriktif atau tamponade
h. Cardiomiopathy
i. Pemeriksaan untuk tindak lanjut transplantasi jantung
j. Riwayat Resusitasi karena jantung berhenti
k. Pretindakan valvuloplasty dan kateterisasi diagnostik lain pada pasien usia
>40 th

KONTRAINDIKASI TINDAKAN KATETERISASI JANTUNG


Kontra indikasi di antaranya demam ,anemia ,ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia sebagai predisposisi aritmia),dan penyakit sistemik yang dalam masa
stabilisasi
a. Kontra Indikasi Absolut
Ketidaksiapan alat dan fasilitas kateterisasi
b. Kontra Indikasi Relatif
1) Demam dan infeksi sistemik
2) Intoksikasi obat (digitalis dll)
3) Kehamilan
4) Cerebrovascular acciden yang baru
5) Aritmia maligna yang tidak terkontrol
6) Pasien tidak koopertif
Pelaksanaan pelayanan di ruang kateterisasi jantung terbagi menjadi 4 fase, yaitu:
penjadwalan, pre-tindakan, intra tindakan dan post tindakan.
A. Penjadwalan Tindakan
Penjadwalan tindakan berlaku bagi pasien yang akan menjalani tindakan secara
elektif (terjadwal / tidak gawat darurat).
Setelah pasien mendapat pengantar tindakan kateterisasi jantung dari dokter jantung,
pasien akan menghubungi perawat cathlab untuk mendapatkan jadwal tindakan.

B. Pre-Tindakan
Sebelum tindakan, pasien akan melewati beberapa persiapan. Pasien akan
menjalani pemeriksaan EKG, echocardiography, laboratorium (darah rutin, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, fungsi ginjal, HbsAg, Anti HIV, GDS). Jika dibutuhkan
pasien juga akan dilakuakn pemeriksaan treadmill test atau Dobutamin Stress Echo
(DSE). Di ruang rawat inap, pasien akan dipasang kondom catheter atau dower
catheter.
Setiba di ruang cathlab, akan dilakukan pemeriksaan terkait kelengkapan
dokumen pasien berupa informed concent, gelang pasien, staus pasien, riwayat alergi
dan resiko aspirasi serta perdarahan.

C. Intra Tindakan
Saat pasien masuk ke ruang tindakan, perawat akan melakukan pemeriksaan
tanda – tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, saturasi O 2, dan suhu) serta
perekaman EKG. Kemudian dilakukan persiapan tindakan sesuai dengan jenis
tindakan yang akan dilakukan.

D. Post-Tindakan
Setelah tindakan selesai dilakukan, pasien dipersiapkan untuk dipindah ke
ruang pemulihan (recovery room). Di ruang pemulihan, pasien akan diobservasi
keadaan umumnya dan dilakukan pencabutan sheat. Ketika pasien sudah stabil dan
memenuhi kriteria untuk transfer ruangan, maka pasien akan dijemput oleh petugas /
perawat ruangan tempat perawatan selanjutnya.
BAB VI
LOGISTIK

A. Alat Dan Bahan Yang Dipakai


Unit Cathlab RS Bahayangkara Kediri setiap minggu mempunyai permintaan rutin
yang terbagi menjadi dua jenis yaitu barang medis dan barang non-medis. Jadwal
permintaannya setiap hari Selasa. Berikut tabel permintaan rutin Unit Cathlab RS RS
Bahayngkara Kediri:
No. Nama Barang
Barang medis
1 Spuit 50 cc
2 Spuit 20 cc
3 Spuit 10 cc
4 Spuit 5 cc
5 Spuit 3 cc
6 Spuit 1 cc
11 IV cath no. 20
12 needle 18
13 selang perfusor
14 bisturi no. 11
17 sof silk 2/0
18 DR. Sella Silk 2/0
19 Catgut 3.5
20 Chromic gut
21 Surgipro 3/0
22 nasal kanul
23 simple mask
24 NRM
25 Gamex no. 7
26 Gamex no.7,5
27 Gamex no. 8
28 Sensi Glove M
29 masker
30 Betadine
31 Alkohol 70%
32 kondom L
33 urin bag
34
36 Elektroda
Nacl 100ml
35
37 Nacl
D5%500ml
100ml
38 Ultravist
39 Bloodset
40 Threeway
41 Aquabides
42 Opsite kecil
43 Opsite besar
44 Alkohol swab
45 Transofix
46 Hopafix
47 Transokrap
48 Fasorbid
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rurumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di RS.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Standart Pasien Safety


Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan ICU adalah:
1. Ketepatan identitas
a. Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila : tidak terpasang, salah
penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah
alamat.
b. Target 100%. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap: Pasien yang
masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
c. Komunikasi SBAR.
d. Target 100%. Konsul ke dokter via telepon menggunakan metode SBAR.
e. Medikasi.
f. Ketepatan pemeberian obat.
g. Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah obat, salah dosis,
salah jenis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.
2. Ketepatan transfuse
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila : salah identitas pada
permintaan, salah tulis jenis produk darah, salah pasien.
3. Pasien jatuh :
Target 100%. Tidak ada kejadian pasien jatuh di Cathlab.
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat
kerja/aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
Tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamtan kerja di RS Bhayangkara Kediri
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Memperoleh keserasian dan tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kinerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang behaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
B. Tata Lakasana Keselamatan Karyawan
Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
1. Menganggap bahwa pasien maupaun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
2. Menggunakan lat pelindung (sarung tangan, kaca mata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker, dll) terutama bila terdapqat kontak dengan specimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, secret, dll.
3. Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur
yang ada, mis: memasang kateter, menyuntik, menjahit luka, memasang infuse,
dll.
4. Mencuci tangan dengan handscrub dan sabun antiseptic sebelum dan sesudah
menangani pasien.
5. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
6. Menggunakan baju khusus yang bersih.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. INDIKATOR MUTU RUANG CATHLAB:


JUDUL INDIKATOR Waktu Tunggu Pelayanan cateterisasi jantung
DIMENSI MUTU Akses TIPE INDIKATOR Output
TUJUAN Tersedianya pelayanan cateterisasi jantung pada hari kerja di setiap
Rumah Sakit yang mudah dan cepat diakses oleh pasien
DEFINISI Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien mendaftar
OPERASIONAL sampai dilayani oleh layanan cateterisasi jantung
LATAR Mutu pelayanan yang baik saat ini menjadi penting untuk
BELAKANG/ meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Banyak
ALASAN/ faktor penyebab ketidak puasan pasien dalam pelayanan kesehatan,
IMPLIKASI/ salah satunya adalah faktor waktu tunggu atau antrian. Waktu
RASIONALISASI tunggu merupakan salah satu tolak ukur mutu pelayanan kesehatan.
Lamanya waktu tunggu dianggap sebagai salah satu penyebab
pasien enggan datang lagi ke Pelayanan kesehatan.
FORMULA N
x 100 %=… %
D
NUMERATOR Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien IDIK yang disurvei
DENOMINATOR Jumlah seluruh pasien IDIK yang disurvei
TARGET ≤2 hari
KRITERIA INKLUSI Pasien yang datang IDIK untuk mendapatkan pelayanan
KRITERIA Pasien yang masuk antrian tetapi tidak dapat dihubungi melalui
EKSKLUSI telepon
SUMBER DATA Survei pasien IDIK
FREKUENSI DAN Frekuensi Setiap Bulan
CARA pengumpulan data
Pelaksana Ka. IDIK
PENGUMPULAN
pengumpulan data
DATA
Bentuk pengumpulan Rekapitulasi laporan pasien yang dilayani di
data IDIK
FREKUENSI DAN Frekuensi analisis Setiap bulan
CARA ANALISIS data
Pelaksana analisis Ka. IDIK
DATA
data
Bentuk analisis data Kalkulasi jumlah numerator, denominator,
pencapaian sesuai formula, kemudian
dibandingkan dengan target
FREKUENSI DAN Frekuensi proses Setiap 3 bulan
CARA PELAPORAN pelaporan
Pelaksana laporan Ka. IDIK
awal
Bentuk laporan awal Rekapitulasi jumlah numerator,
denominator, pencapaian sesuai formula,
kemudian dibandingkan dengan target,
disajikan dalam bentuk grafik tren
Penerima laporan Ka. Bidang Pelayanan Medis, ditembuskan
awal ke Ketua Pokja Mutu Pelayanan UPM
Pelaksana laporan Ka. Bidang Pelayanan Medis
lanjutan
Bentuk laporan Rekapitulasi pencapaian target, dalam
lanjutan bentuk grafik garis (tren) yang dibandingkan
dengan target, lengkap dengan interpretasi,
serta laporan pelaksanaan program
peningkatan mutu FOCUS-PDCA bila target
tidak tercapai
Penerima laporan Atasan langsung Ka. Bidang Pelayanan
lanjutan Medis, ditembuskan ke Ketua Pokja Mutu
Pelayanan UPM. UPM melaksanakan
analisa periodik tingkat rumah sakit
berdasarkan hasil laporan lanjutan yang
diterima dari masing-masing PIC.
LINGKUP AREA IDIK
PIC Ka. Bidang Pelayanan Medis

BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan Cathlab di Rumah Sakit Bhyangkara Kediri ini diharapkan dapat
menjadi panduan bagi seluruh petugas pemberi layanna yang menyelengggarakan
pelayanna pada pasien Cathlab. Berdasarkan sumber daya, sarana, parasarana dan
peralatan pelayanan Cathlab di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri .
Oleh karena itu, sumah sakit diharapkan akan terus mengembangkan pelayanan
sesuai dengan ketentuan pedoman Pelayanan Kateterisasi Jantung sesuai dengan situasi
dan kondisi yang kondusif bagi setiap program pengembangan layanan Cathlab di
Rumah Sakit Bhyangkara Kediri.
Sedangkan untuk kelancaran setiap pelaksanaan pelayanan Cathlab perlu adanya
penjabaran dari pedoman pelayanan dengan penyusunanStandart prosedur Oprerasional
di unit layanan Cathlab sehingga hambatan dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan
bisa diminimalkan.
Ditetapkan di : Kediri
Pada tanggal :
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri

dr. M. MAS’UDI, Sp. S


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 67110448

Anda mungkin juga menyukai