Anda di halaman 1dari 7

14

M
TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SO
AL
SB

sejarah
MP
TN

SESI 14
SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK INDONESIA
PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)

A. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA


Pada 27 Desember 1949, melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan
di Den Haag, Belanda secara de facto dan de jure mengakui kedaulatan Indonesia dengan
bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Ada satu hal yang menjadi sorotan bagi Indonesia
tersebut adalah mengenai permasalahan Irian Barat. Belanda dalam KMB menyebut akan
mengembalikan Irian Barat ke Indonesia satu tahun setelah KMB berlangsung. Pada Mei
1950, Belanda masih belum juga beriktikad baik untuk mengembalikan Irian Barat ke
Indonesia. Beberapa kebijakan pun dikeluarkan agar masalah ini segera teratasi. Pada
9 Mei 1945, diadakan pertemuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan prosedur
pembentukan negara kesatuan. Sebagai tindak lanjut pertemuan tersebut, 19 Mei 1950
pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti
a. Pembentukan panitia rekonsiliasi negara-negara bagian.
b. Pembentukan panitia persiapan deklarasi NKRI.
c. Pembentukan panitia persiapan UUD Negara Kesatuan.
Puncak kekesalan Indonesia terhadap masalah pengembalian Irian Barat pada 17
Agustus 1950. Indonesia menilai Belanda telah melanggar persetujuan yang telah mereka
buat dalam KMB. Dampaknya, Indonesia membubarkan RIS dan membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS 1950)
sebagai dasar negaranya.

1
B. CIRI-CIRI PELAKSANAAN DEMOKRASI LIBERAL DI INDONESIA

Bentuk negara
adalah NKRI

Ketidakstabilan
Dasar negara
politik (9 tahun, 7
adalah UUDS 1950
kabinet)

Ciri-ciri Pelaksanaan
Demokrasi
Liberalisme di
Indonesia

Bentuk
Peran oposisi yang
pemerintah adalah
dominan
parlementer

Menerapkan
sistem multipartai

2
C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN LIBERAL DI INDONESIA

Kabinet Kebijakan Kejatuhan

M. Natsir 1. Membentuk DPRD di seluruh Adanya mosi tidak percaya


(7 September 1950 – Indonesia. dari Hadikusumo tentang
21 Maret 1951) 2. Melakukan nasionalisasi De Javasche pembentukan DPRD yang
Bank menjadi Bank Indonesia. dianggap tidak demokrasi.
3. Indonesia diterima sebagai anggota
PBB.
4. Melaksanakan Gerakan Benteng.
5. Melaksanakan Kebijakan Senering.

Kabinet Kebijakan Kejatuhan

Sukiman-Suwirjo Mengadakan kerja sama ekonomi dan Adanya MSA yang dianggap
(26 April – Februari bantuan senjata dari Amerika Serikat yang oleh oposisi sebagai bentuk
1952) diberi nama Mutual Security Act (MSA). nyata bahwa Indonesia tidak
menjalankan politik luar negeri
yang bebas-aktif.
Wilopo Tidak ada program dari kabinet ini yang Adanya konflik sipil–militer yang
(30 Maret 1952 – 2 berjalan dengan baik sesuai dengan yang terjadi di berbagai daerah seperti:
Juni 1953) dicanangkan. 1. Peristiwa Tanjung Morawa
Konflik perkebunan kelapa
sawit yang terjadi di
Sumatera Utara.
2. Peristiwa 17 Oktober 1952
Aksi demo besar-besar
yang dilakukan oleh ABRI
karena rasa kekecewaan
terhadap kondisi Indonesia
yang tidak stabil. Menuntut
pembubaran DPR yang
dianggap telah ikut campur
dalam urusan internal ABRI.

3
Ali – Wongso 1. Melaksanakan Gerakan Ali-Baba. Pengangkatan Iwa
(13 Juli 1953 – 24 2. Menyelenggarakan Konferensi Asia- Kusumasumantri sebagai Menteri
Juli 1955) Afrika (KAA) di Bandung, pada 18-24 Pertahanan menyebabkan
April 1955. terjadinya konflik dengan ABRI.
Konferensi ini diprakarsai oleh 5
negara, yaitu:
• Indonesia (Ali Sastroamidjojo)
• India (Pandit Jawaharlal Nehru)
• Sri Lanka (Sir John Katelawala)
• Pakistan (Moh. Ali Jinnah)
• Birma/Myanmar (U Nu)
KAA ini menghasilkan beberapa point
penting, seperti:
• Dasa Sila Bandung
• Dukungan negara-negara di
Asia-Afrika terhadap masalah
Irian Barat
• Masalah status
dwikewarganegaan RI-RRT

Kabinet Kebijakan Kejatuhan

Ali Sastroamidjojo 2 Dalam masa kepemimpinannya yang kedua, Kondisi perekomian Indonesia
(24 Maret 1956 - 14 tak ada prestasi yang menonjol dari Ali yang semakin parah ditambah
Maret 1957) Sastroamidjojo ini. adanya kekecewaan rakyat karena
Ali dinilai terlalu mementingkan
urusan luar negeri dan partainya
menyebabkan Ali mengundurkan
diri.

4
Djuanda 1. Membentuk Zaken Kabinet 1. Adanya gangguan keamanan
(9 April 1957 – 10 Kabinet nonpartai yang berisi orang- dengan munculnya gerakan
Juli 1959) orang profesional. PRRI/Permesta.
2. Membentuk Deklarasi Djuanda, 2. Dekrit Presiden 1959.
membahas tentang batas teritorial laut
Indonesia.
3. Menetapkan program kerja yang
dikenal sebagai Panca Karya. Panca
Karya, yaitu:
• Membentuk Dewan Nasional
• Normalisasi keadaan Republik
• Melancarkan pelaksanaan
pembatalan KMB
• Memperjuangkan Irian Barat
• Menggiatkan pembangunan

D. DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959


Berbagai kekacauan yang terjadi pada masa Pemerintahan Liberal ini membuat
Soekarno mengeluarkan sebuah Konsepsi pada 21 Februari 1957. Konsepsi presiden
tersebut terdiri atas:
a. Penerapan sistem Demokrasi Terpimpin.
b. Pembentukan Kabinet Gotong Royong atau Kabinet Kaki Empat yang terdiri dari
PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
c. Membentuk Dewan Nasional yang bertugas memberikan nasihat kepada kabinet.
Konsepsi Presiden tersebut nyatanya banyak mengalami penolakan. Salah satunya
penolakan dari Masyumi, NU, PSII, dan Partai Katholik.
Kegagalan Dewan Konstituante menyusun UUD yang baru juga turut membuat kondisi
Indonesia semakin tidak stabil. Dengan pertimbangan tersebut, Presiden Soekarno
yang didukung oleh ABRI mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Ada pun isi dekrit
tersebut:
a. Membubarkan Dewan Konstituante
b. Kembali menggunakan UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia
c. Membantuk MPRS dan DPAS dalam waktu singkat.
Sejak dikeluarkannya dekrit tersebut, sistem Demokrasi Liberal Indonesia sudah
tidak berlaku dan digantikan dengan sistem Demokrasi Terpimpin.

5
CONTOH SOAL

1. SPMB 2003 Kode 130


Perdebatan yang berkepanjangan di Konstituante, tahun1959, dalam memutuskan
masalah UUD telah mendorong pimpinan TNI AD mendesak Presiden Soekarno agar
secepatnya menerbitkan Dekrit Presiden.
SEBAB
Perbedaan pandangan antara kekuatan politik di Konstituante, dinilai oleh pimpinan TNI
AD dan sebagian pimpinan politik, telah mengarah kepada perpecahan nasional.
Jawaban: A (pernyataan benar, alasan benar, memiliki keterkaitan)
Alasan desakan dari TNI AD agar Presiden Soekarno segera mengeluarkan Dekrit Presiden,
yaitu perbedaan pandangan antara kekuatan politik di Konstituante dinilai telah mengarah
kepada perpecahan nasional.

2. SPMB 2005 Kode 790


Pada tanggal 17 Oktober 1952 Angkatan Perang RI mengepung Istana Presiden
Soekarno.
SEBAB
Angkatan Perang RI meminta diikutsertakan di dalam pemerintah Republik Indonesia.
Peristiwa ini merintis jalan menuju Dwi Fungsi ABRI.
Jawaban : C (pernyataan benar, alasan salah)
Alasan peristiwa 17 Oktober 1952 adalah kekecewaan ABRI terhadap ketidakstabilan
politik di Indonesia juga menuntut agar DPR tidak ikut campur terhadap urusan internal
ABRI.

3. SPMB 2005 Kode 59


Sistem Kabinet Parlementer yang dilaksanakan Indonesia pada masa Demokrasi Liberal
merupakan penyimpangan terhadap UUD 1950.
SEBAB
Pada masa Demokrasi Liberal sering terjadi pergantian kabinet sehingga pembangunan
terbengkalai.
Jawaban : B (pernyataan benar, alasan benar, tidak memiliki keterkaitan)
Bentuk penyimpangan sistem Kabinet Parlementer pada saat Demokrasi Liberal, yaitu
masih ikut-campurnya presiden dalam urusan pemerintahan yang seharusnya menjadi
wewenang dari perdana menteri. Pasa masa Demokrasi Liberal, sering terjadi pergantian
kabinet menyebabkan pembangunan terbengkalai.

6
4. UM UGM 2003 Kode 421
Mosi integral Natsir yang kemudian mendapat dukungan Presiden Soekarno dan mayoritas
kabinet serta parlemen, berisikan ....
A. pengukuhan bentuk negara federal RI
B. pengembalian ke dalam bentuk negara kesatuan RI
C. pembentukan Konstituante
D. perjuangan integrasi Irian Barat ke dalam RI
E. pembentukan Kabinet Parlementer
Jawaban: B
Isi dari Mosi integral Natsir yang kemudian mendapat dukungan Presiden Soekarno dan
mayoritas kabinet serta parlemen adalah Pengembalian ke dalam bentuk negara kesatuan
RI.

Anda mungkin juga menyukai