Menyetujui,
Puskesmas Terminal Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
Menyetujui,
Puskesmas Terminal Program Studi Sarjana Keperawatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULAUN .............................................................................1
LATAR BELAKANG...............................................................................1
TUJUAN.................................................................................................2
MANFAAT..............................................................................................3
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA...................................................................4
KONSEP KELUARGA............................................................................4
KONSEP PENYAKIT..............................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.....................................16
PENGKAJIAN ......................................................................................16
DAFTAR MASALAH ............................................................................27
SKORSING...........................................................................................28
INTERVENSI.........................................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................35
BAB V PENUTUP.....................................................................................37
KESIMPULAN .....................................................................................37
SARAN ................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia banyak sekali orang yang menderita hipertensi dan
jumlah setiap tahunnya terus bertambah. Tidak jarang penyakit
hipertensi ini menyebabkan bermacam-macam komplikasi hingga
menyebabkan terjadinya kematian. Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal
yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health Organization), batas
tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi
(Adib, 2009).
Hipertensi merupakan masalah medis yang menimbulkan dampak
bermakna pada kesehatan masyarakat secara umum. Prevalensi dan
angka perawatan pasien gagal jantung serta penyakit ginjal stadium
akhir dan stroke sebagai komplikasi terminal hipertensi terus meningkat.
Terdapat kesenjangan antara rendahnya angka deteksi kasus hipertensi
dan tingginya angka komplikasi jangka panjang hipertensi, hal ini bila
terus dibiarkan, maka hipertensi akan selalu menjadi masalah medis
dan masalah kesehatan yang serius.
Berdasarkan data Word Health Organization (2016) hampir 1 miliyar
orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun didunia dan hampir 1,5
juta orang setiap tahunnya dikawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar
sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita Hipertensi
di tahun 2020 sekitar 1,56 miliyar orang dewasa akan hidup dengan
hipertensi. Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia
sebesar 45,9 % untuk umur 55-64 tahun, 57,6 % 65-74 tahun dan 63,8%
umur lebih dari 75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
pengukuran tekanan darah pada umur ≥ 18 tahun adalah sebesar
25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang
Kemenkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, penyakit tidak menular tahun 2014 terdapat sebanyak 78.503
sehingga pada tahun 2016 meningkat sebanyak 80.849 kasus hipertensi
menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak dikota
Banjarmasin pada tahun 2016.
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan masalah besar di
Indonesia. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer. Hal itu, merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi tinggi. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum
adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia (Kemenkes,
2014)
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keluarga pada Tn. K
dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran keluarga Tn.K dengan melakukan asuhan
keperawatan keluarga
b. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.K
c. Mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan pada keluarga
Tn.K
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan keluarga pada
keluarga Tn.K
C. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi
2. Praktis
a. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
keluarga hipertensi
b. Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam proses belajar tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat digunakan
acuan praktik bagi mahasiswa keperawatan.
c. Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
keluarga dengan hipertensi
d. Keluarga
Sebagai sarana memperoleh pengetahuan tentang hipertensi
beserta penatalaksanaannya
e. Bagi pembaca
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang penyakit
hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Prevalensi dan insidensi Hipertensi Di Indonesia
Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan
menimbulkan permasalahan yang cukup komplek baik dari masalah fisik
maupun psikososial yang paling banyak terjadi pada lansia seperti,
kesepian, perasaan sedih, depresi dan kecemasan. Kecemasan atau
ansietas termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling
sering muncul, ditambah bila lanjut usia tersebut mempunyai riwayat
penyakit salah satunya hipertensi. Menurut Efendi (2009) menua bukan
suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan. Sedangkan badan kesehatan
dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia.
Berdasarkan data Word Health Organization (2016) hampir 1 miliyar
orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun didunia dan hampir 1,5
juta orang setiap tahunnya dikawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar
sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita Hipertensi
di tahun 2020 sekitar 1,56 miliyar orang dewasa akan hidup dengan
hipertensi. Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia
sebesar 45,9 % untuk umur 55-64 tahun, 57,6 % 65-74 tahun dan 63,8%
umur lebih dari 75 tahun. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan
pengukuran tekanan darah pada umur ≥ 18 tahun adalah sebesar
25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%). (Balitbang
Kemenkes RI, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan, penyakit tidak menular tahun 2014 terdapat sebanyak 78.503
sehingga pada tahun 2016 meningkat sebanyak 80.849 kasus hipertensi
menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak dikota
Banjarmasin pada tahun 2016.
2. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari
jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi
dan stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu
(Budistio, 2011).
Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah di atas
ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health
Organization), batas tekanan darah yang dianggap normal adalah kurang
dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan hipertensi (batas tersebut untuk orang dewasa di atas 18
tahun) (Adib, 2009).
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan
dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vascular.
Faktor resiko utama stroke adalah hipertensi kronik yang lebih
dikenal oleh orang awam dengan tekanan darah tinggi. Dengan demikian,
karena sebagian besar kasus hipertensi dapat diobati, dan karena
penurunan tekanan darah ke tingkat nor-mal akan mencegah stroke
(Sylvia & Lor-raine, 2005). Sering disebut sebagai the silent killer karena
hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 6 kali.
Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg.
Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin
besar, karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah
sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya
pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke terjadi berkali-kali, maka
kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin kecil.
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO :
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang >180 >105
dan berat
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi
Hipertensi sistolik 140-160 <90
perbatasan
3. Etiologi/Predisposisi
Menurut penyebabnya ada 2 jenis yaitu:
a. Hipertensi primer (essensial) :
1) Keturunan
2) Usia
3) Psikis
b. Hipertensi sekunder:
1) Penyakit ginjal (glumerulus nephitis akuta/kronika)
2) Tumor dalam rongga kepala
3) Penyakit syaraf
4) Toxemia gravidarum
Factor yang menunjang:
a. Adakah riwayat penyakit system kardiovaskuler atau ginjal
sebelumnya
b. Obesitas
c. Aktivitas yang terlalu melelahkan (gerak badan)
d. Emosional/ketegangan mental
e. Umur semakin tua makin bertambah desakan (50-60)
(Arita Murwani, 2009).
B. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan
adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi
satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan (Leininger,
1976). Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua
orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah
membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga
berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi
sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain
anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-
13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan
anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat
menyelesaikan tugassekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan
anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam
batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua
arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan
rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan
istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau
pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia
45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arah
dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungan perkawinan
yang kokoh.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan
diri terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan
keluarga antara generasi.
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumahtangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,
atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak
atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih
atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak.
3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin
sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan
sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini
anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh
pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota
keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan
fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat
anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota
keluarga
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui
keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak,
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak
sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
5. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas
keluarga sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya
dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada
keluarga. Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah:
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah, termasuk
bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit,
pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi
keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap
akibat atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat,
dan perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber
yang ada dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan
penyakit yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan
yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam
menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang
berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas
kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan
fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh
keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan
keluarga.
6. Ruang Lingkup Keperawatan Keluarga
a. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan sebagai berikut:
penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur,
rekreasi dan pendidikan seks.
b. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan : imunisasi, pemeriksaan kesehatan
berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah,
pemberian vitamin A, iodium, pemeriksaan dan pemeliharaan
kehamilan, nifas dan meyusui.
c. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang
sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan: perawatan orang
sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari
Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi
patologi, perawatan buah dada, perawatan tali pusat bayi baru lahir
d. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC,
kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan: latihan fisik pada
penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya, fisioterapi pada
penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll
e. Resosialitatif
Resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat
seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila. Penerapan
model konseptual keperawatan komunitas dari Betty Neuman
berfokus pada penurunan stres dengan cara memperkuat garis
pertahanan diri dan intervensi diarahakan pada ketiga garis
pertahanan tersebut yang terkait pada tiga level prevensi.
7. Peran perawat keperawatan keluarga
a. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk
memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan
dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan
anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan
supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak.
e. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat
keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
f. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya
individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat
memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga.
h. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat
memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. DATA UMUM KELUARGA
a. Nama kepala keluarga : Tn. K
b. Umur : 71 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SD
e. Pekerjaan : Tukang Bangunan
f. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
g. Alamat : Banjarmasin
h. Komposisi keluarga
keluargaNama Anggota
KeluargaHubungan
KesehatanKeadaan
Keterangan
Immunisasi
Pendidikan
Umur (thn)
Pekerjaan
N L/ Agama KB
o P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Tn. Ayah L 71 SD Tukan Islam Sakit Tidak Tidak
. K th g lengk
Bang ap
unan
2 Tn. Suami L 50 SMA Wiras Islam Sehat Tidak Tidak
. R th wasta lengk
ap
3 Ny. Istri P 48 SMA IRT Islam Sehat Tidak Tidak
. K th lengk
ap
4 Tn. Anak L 22 SMA Wiras Islam Sehat Tidak Lengk
. D th wasta ap
5 Ny. Anak P 19 SMA Wiras Islam Sehat Tidak Lengk
. N th wasta ap
6 Tn. Anak L 17 SMA Wiras Islam Sehat Tidak lengk
. R th wasta ap
Keterangan :
: Laki-laki : Sakit
: Perempuan : Tinggal serumah
: Meninggal
k. Sifat Keluarga
1). Pengambilan Keputusan
Jika ada masalah didalam keluarga yang mengambil keputusan
dilakukan secara musyawarah keluarga dan yang berperan Tn.K
2). Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a) Kebiasaan tidur / istirahat
Tidur siang : Keluarga Tn. K tidak memiliki kebiasan tidur siang
karena semuanya bekerja
Tidur malam : Keluarga Tn. K waktu tidur malam sekitar pukul
21.00 – 05.00 WITA
b) Kebiasaan rekreasi
Keluarga sangat jarang untuk melakukan rekreasi, terkadang
keluarga sesekali hanya ke pasar dan menonton TV untuk
menghibur diri serta sering mengobrol dengan tetangga sekitar
rumah.
c) Kebiasaan makan keluarga
Pola Makan
1) Jenis makanan : nasi, lauk pauk, buah
2) Frekuensi : 3x sehari
3) Keseimbangan gizi : Normal, namun Tn. K mengatakan
suka mengonsumsi ikan asin
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Di dalam keluarga sekarang sumber penghasilan dari hasil peternakan
bebek yang dipelihara oleh Tn.K serta kalau ada orang yang
membutuhkan jasa untuk membangun rumah Tn. K akan bekerja, dan
penghasilan tidak dapat terhitung karena tidak menentu
m. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Seluruh anggota keluarga merupakan suku jawa bangsa Indoneesia, dan
didalam anggota keluarga tidak ada satupun memiliki kebiasaan dalam
menggunakan budaya dalam kebiasaan kesehatan.
n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Seluruh anggota keluarga menganut agama islam dan sering berikhtiar
jika sedang sakit.
C. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Rumah Tn. K bertipe semi permanen, dimana dengan lantai semi beton
dan dinding dengan kayu dan seng, dengan ukuran rumah 6x5 M2, jumlah
kamar tidur 3, dapur, ruang tamu, ruang tengah, toilet leher angsa dengan
septitank sendiri
b. Ventilasi dan penerangan
Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah baik,
terdapat ventilasi di atas jendela, jendela 4 dan jendela sering dibuka,
lantai bersih sering disapu, tidak ada bau yang kurang enak, keluarga
merasa bahagia tinggal di rumah
c. Persediaan air bersih
Sumber air bersih yang dikonsumsi yaitu air PDAM
d. Pembuangan sampah
Sampah di kumpulkan dikarung dan biasanya diantar ke tempat sampah
sementara
e. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah langsung di buang ke bawah rumah
f. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
WC dan kamar mandi terpisah
g. Denah rumah
U
Kamar
Ruang tengah
Kamar
Kamar
Dapur
: pintu
Keterangan:
Pintu
Ruang Tamu
Jendela
D. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong royong
dalam melakukan suatu kegiatan.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. K tinggal menetap dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga merupakan anggota masyarakat yang dekat dengan warga
yang lain karena sering mengikuti perkumpulan warga dan warga sering
kerumah Tn.K untuk sekedar berbincang bincang pada saat sore hari
d. Sistem pendukung keluarga
Keluarga mempunyai sistem pendukung dalam kesehatan yaitu BPJS
kesehatan
E. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi yang biasa digunakan menggunakan bahasa banjar.
Komunikasi keluarga sifatnya terbuka satu sama lain dan dua arah
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan adalah Tn.K.
Keputusan diambil dengan cara membicarakan terlebih dahulu dengan
anggota keluarga. Istri dan anak-anak selalu terlibat dalam pengambilan
keputusan, namun yang paling berpengaruh adalah Tn.K.
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Tn. K sebagai kepala keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah,
Ny.K sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas tanggung
jawab rumah tangga
d. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai norma yang berlaku dikeluarga menyesuiakan dengan keadaan,
serta norma agama dan norma yang dianut masyrakat sekitar
F. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga dalam kehidupan sehari-hari mementingkan kepentingan
bersama ( keluarga), dan perasaan memiliki serta saling menghormati
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga menanamkan selalu bertegur sapa, ramah dan menghormati
yang lain bahkan masyarakat disekitar
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengatasi masalah
Keluarga mengatakan sudah mengetahui proses penyakit yang Tn.K
derita dan bagaimana cara menanganinya, membeli obat di apotek
atau warung terdekat
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
Keluarga Tn. K mengatakan untuk pengambilan keputusan untuk
pengobatan selanjutnya didasar pada tingkat keparahan karena masih
ada perasaan malas ke puskesmas karena merasa kurang puas.
3) Kemampuan keluarga merawat
Keluarga Tn.K mengatakan untuk kemampuan perawatan pada
penyakit dikeluarga kurang tahu
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga Tn.K mampu memelihara lingkungan rumah karena disekitar
rumah tidak ada sampah yang berserakan dan penataan rumah yang
baik.
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat yaitu
puskesmas
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak
Keluarga Tn.K memiliki 2 anak, keduanya anak laki-laki
2) Akseptor :tidak, alasannya
Karena faktor usia sudah mencapai 71 tahun dan sudah monopouse
e. Fungsi ekonomi
Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
J. HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan harapan yang di inginkan adalah agar seluruh anggota
keluarga selalu sehat dan tidak jatuh sakit serta tekanan darah Tn. K segera
turun.
I. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
Pemeriksaan Tn. K Ny. K Tn. R Tn. D Ny. N Tn. R
No
1 2 3 4 5 6 7
1 Penampilan Tampak baik Tampak baik Tampak baik Tampak baik Tampak baik Tampak baik
2 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis
3 Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah 160/90mmHg 130/90mmHg 120/80mmHg 110/70mmHg 110/80mmHg 110/80mmHg
b. Nadi 16x/mnt 18x/mnt 19x/mnt 16x/mnt 16x/mnt 17x/mnt
c. Respirasi 80x/mnt 85x/mnt 75x/mnt 84x/mnt 88x/mnt 80x/mnt
d. Suhu 36oC 36oC 36,5oC 36,6oC 36oC 36,5oC
e. Berat badan 60kg 55kg 58kg 62kg 52kg 54kg
4 Kepala
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Rambut Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna
c. Kulit kepala hitam hitam hitam hitam hitam hitam
Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
normal normal normal normal normal normal
5 Mata
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
c. Sclera tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
d. Fungsi Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak
penglihatan ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik
Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
normal normal normal normal normal normal
6 Hidung
a. Bentuk hidung Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penciuman penciuman baik penciuman baik penciuman baik penciuman baik penciuman baik penciuman baik
Pemeriksaan Tn. K Ny. K Tn. R Tn. D Ny. N Tn. R
No
1 2 3 4 5 6 7
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik baik baik
8 Mulut
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Bibir Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak kering
c. Gigi kering kering kering kering kering Gigi lengkap
Gigi tidak Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap Gigi lengkap
lengkap
9 Leher
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. JVP Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
c. KGB JVP JVP JVP JVP JVP JVP
d. Pergerakan Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
KGB KGB KGB KGB KGB KGB
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak gerak gerak gerak gerak gerak
10 Dada
a. Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
b. Bunyi nafas dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris
c. Bunyi jantung Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi
S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2
11 Abdomen
Pemeriksaan Tn. K Ny. K Tn. R Tn. D Ny. N Tn. R
No
1 2 3 4 5 6 7
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
10x/mnt 9x/mnt 11x/mnt 11x/mnt 8x/mnt 10x/mnt
12 Ekstrimitas
a. Atas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
b. Pergerakan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
c. Bawah gerak gerak gerak gerak gerak gerak
d. Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
e. Kekuatan otot normal normal normal normal normal normal
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak gerak gerak gerak gerak gerak
Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
normal normal normal normal normal normal
Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat Kuat
J. Tipologi Masalah Kesehatan
No Daftar masalah Kesehatan
1 Ancaman
Keluarga tampak tidak mempercayai pelayanan kesehatan yang
membuat keluarga jarang ke pelayanan sehingga membuat tekanan
darah tidak terkontrol.
2 Kurang/tidak sehat
a. Tn. K menderita tekanan darah tinggi (Hipertensi)
b. Keadaan Tn. K yang tidak menghiraukan tekanan darah nya
yang tinggi sehingga jarang ada perubahan
3 Defisit
Tn.K tidak mempercayai pelayanan kesehatan
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2 ½x2=1
diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 2 2/3x2=1,3
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1 2/2x2=2
Masalah berat harus 2
segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak 1
perlu Segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
A. Kesimpulan
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal (Triyanto,2014).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan atau
mengontrol tekanan darah yaitu memakan semangka. Metode pengobatan
menggunakan semangka merah yang segar kemudian ditimbang sebanyak
300gr setiap kali memakan. Semangka mengandung asam amino sitrulin,
kalium, air, vitamin C, vitamin A (karotenoid), dan vitamin K, sehingga
semangka dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk hipertensi.
B. Saran
Bagi perawat disarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan
dengan metode pengobatan terapi komplementer menggunakan semangka
sebagai terapi pengobatan penyakit hipertensi sehingga dapat dilakukan
upaya-upaya yang bermanfaat untuk menanganinya secara efektif dan
efisien.
Bagi mahasiswa kesehatan sebaiknya memahami dan mengetahui
konsep penyakit hipertensi dan metode terapi komplementer makan
semangka sebagai pengobatan penyakit hipertensi dan untuk melakukan
asuhan keperawatan guna untuk mengaplikasikan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public health
crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO.2013
Setiadi. 2008. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Edisi; Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
A. LATAR BELAKANG
Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah yang memberi gejala
berlanjut pada target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otat jantung. Hipertensi
harus segara ditangani dengan pengobatan farmakologi dan non-
farmakologi, pengobatan farmakologi dengan obat antihipertensi sedangkan
non-farmakologi untuk penderita hipertensi yaitu memodifikasi gaya hidup
(Amirudin, 2007). Diantaranya mempertahankan berat badan, kurangi
asupan natrium (sodium), menghindari merokok, batasi konsumsi alkohol,
menghindari merokok dan terapi musik (Radmarssy, 2007).
Pada tahun 2013, WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta orang setiap tahun di
seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia Tenggara.
Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara
memiliki tekanan darah tinggi.
Penyebab penyakit hipertensi secara umum diantaranya terbagi menjadi
dua golongan yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya seperti keturunan, umur, jenis kelamin,
tekanan psikologis, stress, kegemukan (obesitas), kurang olahraga, dan
kolestrol tinggi. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain seperti penyempitan arteri yang mensuplai
darah ke ginjal, aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan
hilangnya elastisitas pembuluh darah) (Smeltzer & Bare, 2002 dalam
Damayanti 2014).
Morbiditas dan mortalitas yang terjadi pada pasien hipertensi dapat
dicegah dengan intervensi yang mempertahankan tekanan darah di bawah
140/90 mmHg. Intervensi yang dilakukan dapat berupa intervensi
farmakologis dan nonfarmakologis. Intervensi farmakologis yaitu dengan
menggunakan obat-obatan anti hipertensi seperti diuretik, penyekat saluan
kalsium, ACE inhibitor, β-bloker, α-bloker, serta vasodilator arteriol yang
fungsinya untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup,
atau Total Peripheral Resistance (TPR) (Corwin, 2009). Sedangkan
intervensi nonfarmakologis meliputi menghentikan merokok, menurunkan
konsumsi alkohol, menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan
konsumsi buah dan sayur, penurunan berat badan berlebihan, latihan fisik
dan terapi komplementer. Terapi komplementer ini bersifat terapi pengobatan
alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi
progresif, meditasi, terapi tawa, akupuntur, akupresur, aromaterapi,
refleksiologi dan hidroterapi (Sudoyo, 2006 dalam Damayanti 2014).
Salah satu buah-buahan yang digunakan untuk mencegah hipertensi
maupun menurunkan tekanan darah adalah semangka (Citrullus vulgaris).
Semangka mengandung asam amino sitrulin, kalium, air, vitamin C, vitamin A
(karotenoid), dan vitamin K, sehingga semangka dapat digunakan sebagai
pengobatan alternatif untuk hipertensi. Buah semangka atau tembikai
(Citrullus lanatus, suku ketimun-timunan atau Cucurbitaceaea) adalah
tanaman merambat yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika
bagian selatan. Buah semangka mengandung asam amino sitrulin yang
berperan dalam menurunkan tekanan darah, selain itu kandungan karetenoid
pada buah semangka dapat mencegah pengerasan dinding arteri maupun
pembuluh vena, sehingga dapat mengurangi tekanan darah.5 Buah
semangka memiliki kandungan yang bermanfaat dalam mengontrol tekanan
darah, seperti serat, kalium, air, vitamin C, vitamin A (karetenoid), vitamin B6,
vitamin K, licopein dan asam amino sitrulin.5,10 Kandungan kalium pada
semangka mampu menurunkan efek natrium sehingga tekanan darah
menurun. Terapi komplementer memakan semangka merah selama 3
minggu berturut-turut digunakan 2 kali sehari per 300gr yaitu pagi dan sore
hari (Widya Perbryanti, 2016).
B. Tujuan
1. Umum
Kegiatan yang dilakukan berupa penyuluhan kesehatan pada keluarga
yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi
2. Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang hipertensi selama 30 menit,
diharapkan :
a. Dapat menjelaskan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan klasifikasi hipertensi pada pasien
c. Menyebutkan macam-macam hipertensi
d. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi pada pasien
e. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi kekambuhan hipertensi
pada pasien
f. Dapat menjelaskan pencegahan hipertensi pada pasien
g. Menyebutkan diet hipertensi pada pasien
h. Menyebutkan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
pada pasien hipertensi.
C. Sasaran
Tn. K dan keluarga, agar dapat memahami tentang hipertensi dan terapi
komplementer
D. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan keluarga tentang
hipertensi dan demonstrasi memakan semangka dengan berat 300gr
untuk pasien hipertensi
E. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Senin, 2 November 2020
Pukul : 17.30 WITA – selesai
Tempat Kegiatan : Rumah Tn. K
F. Metode dan Media
Metode : 1. Ceramah
2. Demonstrasi
Media : 1. Lembar Balik
2. Leaflet
G. Skema Kegiatan
KETERANGAN
1. : Pemateri
2. : Pasien
H. Alur Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Sasaran Media
kegiatan
1 Pembuk 5 menit 1. Mengucapkan salam Keluarga
aan 2. Memperkenalkan diri Tn. K
3. Menyampaikan tujuan
dan pokok materi
4. Menyampaikan pokok
pembahasan
5. Kontrak waktu
6. Menjelaskan materi
tentang Hipertensi
I. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian
dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan
b. Kontrak waktu pada hari
H
c. Pelaksanaan kegiatan
dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan
d. Peserta hadir ditempat
penyuluhan sesuai kontrak yang disepakati
2. Evaluasi Proses
Keluarga antusias dalam menyimak uraian materi dan dapat
menjelaskan kembali tentang pembahasan .
3. Evaluasi Hasil
a. Keluarga koperatif selama proses pemaparan materi
b. Keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan dari awal
hingga akhir dan tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai.
J. Materi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan systole dan
diastole mengalami kenaikan yang melebihi batas normal yaitu tekanan
darah systole > 140mmHg dan diatole . 90 mmHg. Hipertensi atau
tekanan darah tinggi adalah suatu penyakit salah satu resiko tinggi
yang bisa menjadi penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal ( Muwarni,
2011 ; Zhao, 2013).
Kapan memberikan batasan hipertensi dengan
memperhatikan usia dan jenis kelamin ( Soeparman dalam buku
Udjianti, 2010).
a. Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan
darah pada waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg
b. Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya
lebih dari 145/95 mmHg.
c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg.
2. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah klasifikasi hipertensi:
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
8. Terapi Komplementer
Salah satu buah-buahan yang digunakan untuk mencegah
hipertensi maupun menurunkan tekanan darah adalah semangka
(Citrullus vulgaris). Semangka mengandung asam amino sitrulin,
kalium, air, vitamin C, vitamin A (karotenoid), dan vitamin K, sehingga
semangka dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk
hipertensi. Buah semangka atau tembikai (Citrullus lanatus, suku
ketimun-timunan atau Cucurbitaceaea) adalah tanaman merambat
yang berasal dari daerah setengah gurun di Afrika bagian selatan.
Buah semangka mengandung asam amino sitrulin yang berperan
dalam menurunkan tekanan darah, selain itu kandungan karetenoid
pada buah semangka dapat mencegah pengerasan dinding arteri
maupun pembuluh vena, sehingga dapat mengurangi tekanan darah.5
Buah semangka memiliki kandungan yang bermanfaat dalam
mengontrol tekanan darah, seperti serat, kalium, air, vitamin C, vitamin
A (karetenoid), vitamin B6, vitamin K, licopein dan asam amino
sitrulin.5,10 Kandungan kalium pada semangka mampu menurunkan
efek natrium sehingga tekanan darah menurun. Terapi komplementer
memakan semangka merah selama 3 minggu berturut-turut digunakan
2 kali sehari per 300gr yaitu pagi dan sore hari (Widya Perbryanti,
2016).