Anda di halaman 1dari 8

Abad Modern

Dipengaruhi oleh Filsafat Positivisme


Pengaruh ini menjadi ciri utama dalam proses
modernisasi
Ciri dari positivisme adalah empiris dan rasional
Yang lebih jelas dalam konsep August Comte
1. Kongkrit/Nyata
2. Eksak/ Pasti
3. Akurat/teliti
4. Bermanfaat

Akhirnya memunculkan istilah positif dan objektivitas


dalam segala bidang :
1. Memisahkan subjek dan objeknya
2. Memisahkan agama dan Ilmu pengetahuan
3. Memisahkan Ilmu dan Nilai
(Ilmu harus bebas Nilai)
Positivisme menjadi standar Kenenaran Ilmiah dan
Hal ini menjadi ciri utama dalam modernisme

Kegelisahan Akademiknya
Bahwa implikasi dari Positivisme dalam berbagai
kehidupan ternyata

1
Kritik

Pada awalnya kritik bermula pada wilayah sastra


Kritik adalah membatasi dan memberi penilaian

Tugas kritik :
a. mencari kelemahan
b. mencari kelebihan
c. menikmati (apresiasi)
d. Perbandingan

Maka kritik :
a. mengadakan evaluasi
b. memberikan interpretasi

Diskursus Kritik :
Kritik untuk membatasi dan menilai bukan hanya
bidang sastra saja tetapi pada bidang lainnya.

Perluasan Kritik – pada Wilayah Filsafat


Filsafat – seni kritik
- Tidak pernah puas diri
- Tidak pernah ada kata final

Filsafat sarana kritik terhadap idiologi


Idiologi cenderung mencari klaim kebenaran
Jadi kritik filsafat dalam hal ini adalah :
Kritik terhadap idiologi Modernisme

2
III. Khazanah Filsafat Islam di Iran

a. Paripatetik – Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd


Mempertahankan syllogisme-Deduktif dan dapat
serangan dari para teolog Muslim (mutakallimun)

b. Al-Isyraqi (Suhrawardi) yang mengembangakan


filsafat iluminatif sebagai kritiknya terhadap
paripatetik
c. Hikmat Muata’aliyah (Mulla Sadra)
Mulla Sadra menolak faham Ibnu Sina :
- keabadian dunai
- kemustahilan pembangkitan jasmani

IV. Sufisme
Awal munculnya sufisme berawal dari kehidupan
asketisme
Kemudian mendapat penajaman menjadi
mistisisme Dan akhirnya melalui Ghazali terjadi
pemaduan antara sufisme dan syari’ah

tasawuf falsafi :
- Abu Yazid al-Busthomi (Al-Ittihad : hilangnya
identitas manusia)
- Al-hallaj (Al-Hulul : Tuham memilih tubuh-tubuh
manusia)

3
- Ibnu Arobi (Wihdatul Wujud : Hanya yang ada
satu wujud)
- Suhrawardi (Iluminatif : pancaran dari Tuhan).

Hal ini bisa dilihat dari pendidikan yang dialami Nasr,


dia mendapatkan pendidikan tradisional
(Filsafat, Kalam, tasawuf dll) dan
pendidikan modern barat di Amerika Serikat

Nasr mencoba memadukan semua tradisi


yang berkembang menjadi sebuah teori
dan ditawarkan pada dunia modern.

Bagi Nasr. “Modern” berarti


Sesuatu yang terpisah dari yang transenden,
Terpisahnya dari prinsip-prinsip yang langgeng
(wahyu)

Modern selalu dihadapkan dengan Tradisi


Bahwa tradsi selalu terkait dengan hal-hal
yang universal-transenden.

bahwa “Modern” telah kehilangan dunia yang sakral,


Terpisahnya antara ilmu pengetahuan dan
pengetahuan spiritual, sehingga segala macam
ilmu bersifat profan

4
Pemikiran modern berkarakter antropomorfisme
Pemikiran yang berpusat kepada manusia
Berbeda dengan pemikiran tradiosonal yang non-
antropomorfis, bahwa lokus (tempat) dan wadah
pengetahuan bukan pikiran manusia tetapi pada
akhirnya kecerdasan Tuhan

Nasr menyatakan bahwa wahyu dan intuisi sebagai


jawabanya : Positivisme - Menurut Comte :

Doktrin positivisme teurutama Verifikasi


Suatu ungkapan mempunyai makna apabila
menunjuk pada pengalaman dan konkret

dalam positivisme gejala alam ditrangkan oleh akal-


budi. berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat diuji,
dan dibuktikan atas cara empiris
(Penerangan ini hanya menghasilkan
pengetahuan yang instrumental)

Positivisme – meletakkan ilmu-ilmu alam


Sebagai norma dalam penelitian empiris

Positivisme menghilangkan subjek sehingga


Mengarah hanya kepada objek (objektivisme)
Objektivisme : tidak hanya mengakui peranan subjek,
Melainkan juga mengosongkan apa-apa saja dalam
Diri subjek sedemikian rupa sehingga menjadi
Fungsi-fungsi objektif dan mekanis
5
Positivisme menempatkan Ilmu-ilmu Alam :
1. Prosedur ilmu-ilmu alam langsung ke ilmu-ilmu
sosial
2. Hasil-hasil penelitian dapat dirumuskan
dalam bentuk hukum-hukum
3. Ilmu-ilmu sosial harus bersifat teknis

Nasr : positivisme hanya melandaskan kepada


kekuatan rasio manusia untuk memperolehnya
melalui indera
Nasr melalui pemikiran tradisional yaitu
melihat dunia dalam aspek kefanaannya.

Nasr : Islam mendasarkan pada prinsip tauhid, jadi


semua ilmu pengetahuan merefleksikan doktrin
Tauhid.
Tetapi dalam Positivisme melihat bahwa
semua ilmu bersifat profan dan ini merupakan
reduksi terhadap konsep “ilmu” dalam Islam.

Objektivitas
Objektivitas merupakan bagian dasar dari
modernisme (positivisme).

Objektivitas banyak dikaitkan pada pengertian


Bahwa pengetahuan tidaklah bersifat apriori
6
Dengan adanya objektivitas maka ilmu pengetahuan :
- Ilmu pengetahuan menjadi tujuan dalam dirinya
- Berdiri sendiri, otonomi
- Lepas bebas dari filsafat dan agama

Beberapa pengandaian dalam ilmu pengetahuan


1. Pengetahuan ilmiah harus bersifat objektif
2. Ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan
hal-hal yang berulang terjadi
1. Ilmu pengetahuan positif menyoroti alam dari
segi kesalingtergantungan dan antar hubungan
unsur-unsurnya

Nasr : Objektivitas yang dipahami sebagai sifat-sifat


tidak berpihak dan adil di wilayah pengetahuan, tidak
dapat dipisahkan dari kesadaran religius tauhid.

Sebetulnya istilah objektivitas menurut Nasr


bisa dipergunakan dalam dunia ilmu pengetahuan
hanya tidak berdasarkan kepada kriteria Cartesian
dan yang membagi dunia objek dan subjek, dualisme
jasmani-rohani

Keras objektivitas dalam ilmu pengethaun


Menurut Nasr : Mengakibatkan berpisahnya teori dan
praksis Pengetahuan dari kehidupan Ilmu
pengetahuan dan etika

7
Untuk mengatasi itu semua :
Nasr : harus kembali kepada “intelek”
Refleksi intek ini yang bisa mencapai pengetahuan
diluar rasio (indra) yang bersifat hanya empiris

Positivisme Dalam Modernisme


Yang dimaksudkan bahwa pengaruh filsafat
positivisme sudah sedemikian besar dalam abad
modern sehingga melahirkan modernisme

Modern - Emansipasi
Nasr : terbebasnya manusia yang berada diposisi
periperal menuju pusat eksistensi sejati

Positivisme :
Nasr : Suatu pengatahuan yang tidak berdasarkan
cahaya intelek, tetapi berdasarkan kekuatan rasio.

Objektivitas :
Nasr : bahwa fakta (dunia) selalu terkait dengan
dimensi transendental sehingga tidak ada gambaran
dunia yang profan dan netral.

Nasr bisa membuktikan bahwa ilmu pengetahuan


tidak bersifat bebas nilai tetapi mempunyai
kepentingan-kepentingan baik diwilayah ontologisnya
ataupun diwilayah epistemologisnya.

Anda mungkin juga menyukai