2.2.1 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasiaan di Indonesia sebagai Apoteker.
4. Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SPO serta program kerja pada
setiap fungsi kegiatan di apotek
5. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan dan menganalisis hasil kinerja
operasional dan kinerja keuangan apotek
e. Kompetensi Apoteker
Penyiapan obat :
1) Peracikan
2) Etiket
4) Penyerahan Obat
5) Informasi Obat
1. Mencapai tujuan.
2. Menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
4) Ruang racikan.
5) Tempat pencucian alat atau keranjang sampah yang tersedia untuk staf
maupun pasien.
a. Perencanaan
1) Pola penyakit
2) Kemampuan masyarakat
3) Budaya masyarakat
b. Pengadaan
c. Penyimpanan
1) Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain,
maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
pada wadah.
3) Wadah sekurang kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa.
4) Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan.
d. Administrasi
1.Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standart profesinya
a. Apotek;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
e. Toko Obat; atau
Pasal 21
(1)Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh
Apoteker.
(3) Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat
menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada
sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) menurut jenis Fasilitas Pelayanan Kefarmasian ditetapkan
oleh Menteri.
(5) Tata cara penempatan dan kewenangan Tenaga Teknis Kefarmasian di daerah
terpencil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi mempunyai wewenang meracik
dan menyerahkan obat kepada pasien yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 23
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui
secara terus menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang farmasi dan ketentuan peraturan, perundang-undangan.
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat:
a. Mengangkat seorang Asisten Apoteker yang memiliki SIPA;
b. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atauobat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien; dan
c. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas
resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik
modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
(3) Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
(1) Fasilitas Pelayanan Kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19E
dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki STRTTK sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(2) Dalam menjalankan praktek kefarmasian di Toko Obat, Tenaga Teknis
Kefarmasian harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian di Toko Obat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Pelayanan Kefarmasian di Toko
Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan standar pelayanan kefarmasian di
toko obat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
kesehatan masyarakat
2. Imunisasi(Anonim 2012)
3.GIZI(Anonim 2012)
6.UKS(Anonim 2012)
7.USILA(Anonim 2012)
1. Pengelolaan keuangan
2. Mengkoordinir penyusunan RBA
3. Menyiapkan DPA
4. Melakukan pengelolaan pendapatan dan biaya
5. Menyelenggarakan pengelolaan pendapatan dan biaya
6. Menyelenggarakan pengelolaan kas
7. Melakukan pengelolaan utang piutang
8. Menyediakan data keuangan
Tugas :
4. Dosis
3.Menyiapkan Obat
semula
kehendaki
obat
a. Khasiat obat
b. Cara pemakaian
c. Waktu pemakaian
d. Lama pemakaian obat
jika obat tersebut tidak tersedia, maka menanyakan kepada dokter yang membuat
2. Jika di apotek tidak ada obat yang berkhasiat sama, terkadang dokter
akan membuat resep untuk diberikan kepada pasien untuk membeli obat tersebut
di luar puskesmas
7. Sebaiknya Gudang Farmasi dan Ruang Apotek bisa dibuat lebih luas
agar obat dapat tersusun dengan rapi
1. Pelaksanaan PKL akan lebih terarah apabila disusun suatu jadwal yang
harus dilaksanakan siswa selama pkl berlangsung.