Anda di halaman 1dari 14

Integrasi Nasional

sebagai Parameter
Persatuan dan Kesatuan
Bangsa
PENDIDIKAN KEWARGANEGARA AN
BAB III
Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
Indonesia
(Pengertian Integrasi Nasional)
Integrasi nasional  upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan
wilayahnya.
“Mengintegrasikan”  membuat untuk atau menyempurnakan dengan jalan menyatukan
unsur-unsur yang semula terpisah-pisah.
Myron Weiner membedakan 5 (lima) tipe integrasi yaitu integrasi nasional, integrasi wilayah,
integrasi nilai, integrasi elit-massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan integratif).
Faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara adalah: 1) adanya ancaman dari
luar, 2) gaya politik kepemimpinan, 3) kekuatan lembaga-lembaga politik, 4) ideologi
nasional, dan 5) kesempatan pembangunan ekonomi.
Syarat integrasi: 1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental
yang dapat dijadikan rujukan bersama, 2) masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus
memiliki “croos cutting affiliation” sehingga menghasilkan “croos cutting loyality”, dan 3)
masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit sosial yang terhimpun
di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.
Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
Indonesia
(Pentingnya Integrasi Nasional)
Integrasi masyarakat merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk
membangun kejayaan bangsa dan negara, dan oleh karena itu perlu
senantiasa diupayakan.
Kegagalan dalam mewujudkan integrasi masyarakat berarti kegagalan
untuk membangun kejayaan nasional, bahkan dapat mengancam
kelangsungan hidup bangsa dan negara yang bersangkutan.
Sejarah Indonesia adalah sejarah yang merupakan proses dari
bersatunya suku-suku bangsa menjadi sebuah bangsa. Ada semacam
proses konvergensi, baik yang disengaja atau tak disengaja, ke arah
menyatunya suku-suku tersebut menjadi satu kesatuan negara dan
bangsa
Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
Indonesia
(Pluralitas Masyarakat Indonesia)
Indonesia merupakan masyarakat pluralis atau masyarakat majemuk.
Clifford Geertz, masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat
yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri
sendiri-sendiri, dalam mana masing-masing sub system terikat ke dalam
oleh ikatan-ikatan yang bersifat primordial.
Ikatan primordial di sini adalah ikatan yang muncul dari perasaan yang
lahir dari apa yang ada dalam kehidupan sosial, yang sebagian besar
berasal dari hubungan keluarga, ikatan kesukuan tertentu, keanggotaan
dalam keagamaan tertentu, budaya, bahasa atau dialek tertentu, serta
kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang membawakan ikatan yang sangat
kuat dalam kehidupan masyarakat
Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
Indonesia
(Pluralitas Masyarakat Indonesia)

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya


yang unik.
Secara horizontal masyarakat Indonesia ditandai oleh
kenyataan adanya kesatuan- kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama,
adat, serta perbedaan-perbedaan kedaerahan.
Secara vertikal struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh
adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas
dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Integrasi Nasional dan Pluralitas Masyarakat
Indonesia
(Potensi Konflik dalam Masyarakat Indonesia )

Kondisi masyarakat Indonesia yang diwarnai oleh berbagai


keanekaragaman, harus disadari bahwa masyarakat
Indonesia menyimpan potensi konflik yang cukup besar,
baik konflik yang bersifat vertikal maupun bersifat
horizontal.
Konflik vertikal di sini dimaksudkan sebagai konflik antara
pemerintah dengan rakyat, termasuk di dalamnya adalah
konflik antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat.
Konflik horizontal adalah konflik antarwarga masyarakat
atau antarkelompok yang terdapat dalam masyarakat.
Strategi Integrasi
Dalam rangka mengupayakan terwujudnya integrasi
nasional yang mantap ada beberapa strategi yang mungkin
ditempuh, yaitu:
1. Stategi Asilmilasi.
2. Strategi Akulturasi.
3. Strategi Pluralis
Strategi Integrasi
(Asimilasi)
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau
lebih menjadi satu kebudayaan yang baru, di mana dengan
percampuran tersebut maka masing-masing unsur budaya melebur
menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak
lagi identitas masing-masing budaya pembentuknya.
Ketika asimilasi ini menjadi sebuah strategi integrasi nasional, berarti
bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu
benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan
identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi pemerintah
negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara
melakukan rekayasa budaya agar integrasi nasional dapat diwujudkan.
Strategi Integrasi
(Akulturasi)
Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih
sehingga memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya
asli pembentuknya masih tampak dalam kebudayaan baru tersebut.
Apabila akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh
pemerintah suatu negara, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan adanya identitas budaya bersama
namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok atau budaya
lokal.
Akulturasi menjadi bagian dari strategi pemerintah negara dalam
mengintegrasikan masyarakatnya.
Dihat dari perspektif demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya
akulturasi dapat dikatakan sebagai cara yang cukup demokratis dalam
Strategi Integrasi
(Pluralis)
Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya
perbedaan dalam masyarakat.
Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberi kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam
masyarakat untuk hidup dan berkembang.
Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan integrasi
nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman
dalam negara, baik suku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-
perbedaan lainnya untuk tumbuh dan berkembang, serta hidup
berdampingan secara damai.
Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsur
perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-
Integrasi Nasional Indonesia
(Dimensi Integrasi Nasional)
Integrasi nasional dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan
dimensi horisontal.
Dimensi vertikal dari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan upaya
menyatukan persepsi, keinginan, dan harapan yang ada antara elite dan massa
atau antara pemerintah dengan rakyat.
Dimensi horisontal daari integrasi adalah dimensi yang berkenaan dengan
upaya mewujudkan persatuan di antara perbedaan-perbedaan yang ada dalam
masyarakat itu sendiri, baik perbedaan wilayah tempat tinggal, perbedaan suku,
perbedaan agama, perbedaan budaya, dan pernedaan-perbedaan lainnya.
Dalam dimensi horizontal tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan
horizontal yang berakar pada perbedaan suku, agama, ras, dan geografi.
Sedangkan dalam dimensi vertikal tantangan yang ada adalah berupa celah
Integrasi Nasional Indonesia
(Dimensi Integrasi Nasional)
Tantangan integrasi nasional tersebut lebih menonjol ke permukaan setelah
memasuki era reformasi tahun 1998.
Konflik horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan
melemahnya otoritas pemerintahan di pusat.
Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian dari proses
demokratisasi telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-kelompok dalam
masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri, tindakan mana kemudian
memunculkan adanya gesekan-gesekan antar kelompok dalam masyarakat
dan memicu terjadinya konflik atau kerusuhan antar kelompok.
Bersamaan dengan itu demontrasi menentang kebijakan pemerintah juga
banyak terjadi, bahkan seringkali demonstrasi itu diikuti oleh tindakan-
tindakan anarkhis.
Keinginan yang kuat dari pemerintah untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat, kebijakan pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan
Integrasi Nasional Indonesia
(Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia)
Salah satu persoalan yang dialami oleh negara-negara berkembang
termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah
masalah primordialisme yang masih kuat.
Titik pusat goncangan primordial biasanya berkisar pada beberapa
hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis bangsa (ras),
bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Di era globalisasi, tantangan itu bertambah oleh adanya tarikan global
di mana keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk
mewadahi tuntutan dan kecenderungan global.
Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan
sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung
mangabaikan batas-batas negara-bangsa, dan tarikan dari dalam
berupa kecenderungan menguatnya ikatan-ikatan yang sempit seperti
Integrasi Nasional Indonesia
(Mewujudkan Integrasi Nasional Indonesia)
Sejak awal berdirinya negara Indonesia, para pendiri negara menghendaki persatuan di negara ini diwujudkan
dengan menghargai terdapatnya perbedaan di dalamnya.

Para pendiri negara rela mengesampingkan persoalan perbedaan-perbedaan yang ada demi membangun
sebuah negara yang dapat melindungi seluruh rakyat Indonesia.

Sejalan dengan itu dipakailah semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi
tetap satu adanya.

Untuk terwujudnya masyarakat yang menggambarkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, diperlukan
pandangan atau wawasan multikulturalisme.

Multikulturalisme adalah pandangan bahwa setiap kebudayaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama
dengan kebudayaan lain, sehingga setiap kebudayaan berhak mendapatkan tempat sebagaimana
kebudayaan lainnya.

Perwujudan dari multikulturalisme adalah kesediaan orang-orang dari kebudayaan yang beragam untuk hidup
berdampingan secara damai.

Multikulturalisme menekankan pentingnya belajar tentang kebudayaan-kebudayaan lain dan mencoba


memahaminya secara penuh dan empatik sehingga dapat menghargai kebudayaan-kebudayaan lain di
samping kebudayaannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai