Anda di halaman 1dari 10

Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013

Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.


Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
Pengelolaan SDA
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Melalui program
pemerintahan saat ini yaitu ketersediaan air bersih, ketahanan pangan nasional, dan energy, telah dilakukan upaya-upaya
pengelolaan dan pengembangan sumber daya air secara terpadu di suatu wilayah sungai pada daerah tersebut,
diantaranya adalah :
a. Pembangunan infrastruktur tampungan-tampungan air (embung, bendungan) sehingga dapat menampung
kelebihan air di musim hujan dan ketersediaan musim kemarau, secara tidak langsung dapat meredam banjir dan
daya rusak yang ditimbulkan;
b. Penyediaan infrastruktur air baku untuk masyarakat, guna mendukung pencapaian MDGs (Millennium
Development Goals);
c. Pengembangan irigasi, baik rehabilitasi maupun pembangunan irigasi baru.
Guna menjaga keberlanjutan fungsi infrastruktur SDA, setelah tahap konstruksi, perlu dilaksanakan kegiatan operasi dan
pemeliharaan (OP) seluruh infrastruktur SDA yang telah dibangun. Jadi dalam pengelolaan Infrastruktur sumber daya air
adalah harus berkesinambungan yang dimulai dari tahap perencanaan, konstruksi, Operasi dan pemantauan, monitoring
dan evaluasi, serta pendayagunaan infrastruktur sumber daya air, sesuai dengan NSPM yang berlaku agar memberikan
fungsi dan manfaat yang berkelanjutan.

Pendayagunaan

Nonitoring
dan Evaluasi Desain /
Perencanaan

Berkelanjutan

Konstruksi
Pemeliharaan

Operasi

Gambar Skema Pengelolaan Sumber Daya Air

Pelaksanaan Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (Misal : Bendungan) dimulai dari tahap desain adalah sebagai
berikut:

a. Perencanaan
Dalam tahapan perencanaan harus mengikuti NSPM yang berlaku dan atas Persetujuan Desain dari Menteri PUPR, melalui
tahap Sidang Komisi Keamanan Bendungan.

b. Konstruksi
Begitu juga dalam tahapan pelaksanaan konstruksi, harus mengikuti spesifikasi teknis dari dokumen perencanaan dan
harus mendapatkan Izin Pelaksanaan Konstruksi dari Menteri PUPR.

c. Pengisian Awal Waduk


Setelah pelaksanaan konstruksi selesai, sebelum dilakukan pengisian awal waduk, harus mendapatkan Izin Pengisian Awal
Waduk dari Menteri PUPR melalui tahapan Sidang Komisi Keamanan Bendungan, yang merupakan evaluasi terhadap
pelaksanaan konstruksi. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat rawan, karena jika pelaksanaan konstruksi tidak
sesuai dengan desain, kegagalan bendungan bias saja terjadi, sehingga perlu dilakukan secara bertahap guna meminimalisir
potensi bahaya yang mungkin terjadi jika terjadi kegagalan bendungan.

1
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
Pada tahapan ini, sebaiknya pedoman OP, kelembagaan (struktur organisasi OP) dan petugas OP; harus sudah disiapkan
dan ikut terlibat dalam proses pengisian awal waduk, karena sebagai transisi dan transfer pengetahuan dari pihak
kontraktor ke owner (OP).

d. Operasi dan Pemeliharaan


Setelah pelaksanaan pengisian awal waduk selesai, sebelum bendungan dioperasikan, harus terlebih dahulu mendapatkan
Izin Operasi dari Menteri PUPR, melalui tahapan Sidang Komisi Keamanan Bendungan yang merupakan evaluasi dari hasil
pengisian awal waduk.
Sebagian besar permasalahan di bidang OP adalah belum optimalnya pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
infrastruktur SDA, sehingga mengakibatkan belum semua infrastruktur SDA di-OP secara mantap, menyebabkan umur
fungsional infrastruktur tersebut tidak sesuai dengan umur rencana. Kerusakan yang terjadi pun, jika tidak cepat
tertangani, menyebabkan kebutuhan akan rehabilitasi meningkat dan hal ini membutuhkan dana yang lebih besar daripada
pelaksanaan OP itu sendiri. Untuk meminimalisir hal tersebut, manual OP harus seluruhnya tersedia; fasilitas OP cukup;
kesiapan kelembagaan dan personil pelaksana OP; tersedianya pedoman dan Angka Kebutuhan Nyata OP (AKNOP) ; dan
cukupnya penganggaran kegiatan OP sesuai dengan AKNOP.

e. Monitoring dan Evaluasi


Meskipun sudah dilakukan OP, tetapi tahap monitoring dan evaluasi terhadap system OP dan struktur bendungan harus
dilakukan secara berkala, baik bulanan, tahunan, maupun lima tahunan. Dengan adanya monev, dapat mengetahui fungsi
dari infrastruktur terhadap desain rencana (sudah optimum atau belum) melalui pola operasinya, serta dapat mengetahui
secara dini potensi bahaya yang mengkin timbul, sehingga kegagalan bendungan dapat diminimalisir.

f. Pendayagunaan
Jika mulai tahap perencanaan dan monev sudah berjalan dengan baik, makan pendayagunaan dari infrastruktur tersebut
dapat berjalan sesuai dengan desain rencana dan secara berkelanjutan.

Infrastruktur Pengendali Banjir Di Jepang


Deep Tunnel (G-Cans)
Pada saat Kanto dilanda tayfun dan mendapatkan debit air yang sangat besar, sungaisungai kecil dan sungai-sungai yang
berada di dataran rendah Kanto akan penuh dan berpotensi untuk meluap. Untuk menghindarinya maka dibuat lubang
besar di sekitar sungai-sungai tersebut untuk mengalihkan aliran ke bawah tanah untuk ditampung sementara dan
dipompa naik ke Sungai Edo untuk dialirkan ke muara.
Sistem penanggulangan banjir ini berlokasi di KasukabeSaitama, sekitar 11,5 jam perjalanan darat dari Tokyo ke arah utara.
Dapat diartikan bahwa terowongan ini berada di sekitar tengah aliran (antara hulu-hilir) sungai-sungai yang melintasi Kanto
tepat sebelum memasuki Tokyo. G-
Cans project merupakan terowongan (saluran pelimpah air bawah tanah) yang berfungsi untuk mengalihkan air dari
sungai-sungai di dataran rendah Saitama-Tokyo menuju Sungai Edo (Edogawa) yang relative lebih besar meskipun tidak
sebesar Arakawa dan Tonegawa.
Beberapa informasi umum dan teknis yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber terkait deep thunnel di Jepang yang
dapat dijadikan perbandingan jika diterapkan di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
 Terdapat 5 pintu air menuju penampungan bawah tanah dengan ketinggian 65 m dan diameter 32 m.
 5 Pintu air dihubungkan oleh saluran horizontal sepanjang 6.3 km dan diameter 10 m.
 Elevasi saluran = 50 m di bawah kota Kasukabe
 Dimensi ruang penampungan: panjang 177 m, lebar 78 m, tinggi 25,4 m.
 Terdapat 59 pilar kolom di dalam ruang penampungan yang menyangga tanah & fasilitas di atasnya.
 Daya yang dibutuhkan pompa = 10 MW, setara 78×14000 hp (tenaga kuda).
 Kapasitas pompa 200 m3/detik
 Proses konstruksi selama 17 tahun (19922009) dangan menelan biaya sebesar 240 milyar yen, atau sekitar 25 tril
yun rupiah.

2
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S

Gambar Mekanisme Kerja Deep Tunnel

DISC
Alat tes DISC adalah sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan
oleh William Moulton Marston.

DISC personality system merupakan bahasa universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik
perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang dengan gaya yang serupa cenderung
menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap individu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut
intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti :

1. Dominant (D)
Orang yang Dominant tinggi akan bersifat asertif (tegas) dan langsung. Biasanya mereka sangat independen dan ambisius.
Dalam pemecahan masalahnya, tipe dominan ini melakukan pendekatan yang aktif dan cepat menyelesaikan masalah.
Mereka ini orang yang cukup gagah, mereka sangat menyukai tantangan dan persaingan. Mereka dipandang orang lain
sebagai orang yang berkemauan keras. Oleh karena itu mereka menginginkan segala sesuatu sesuai dengan kemauan
mereka.

2. Influencing (I)
Tipe Influencing ini senang berteman. Mereka suka menghibur orang lain dan bersifat sosial. Dalam penyelesaian masalah
atau mengerjakan sesuatu, mereka banyak mengandalkan keterampilan sosial. Orang yang bersifat interpersonal ini
senang berpartisipasi dalam kelompok dan suka bekerja sama. Keterbukaan sikapnya membuat orang lain memandang
dirinya sebagai pribadi yang gampang bergaul dan ramah. Biasa nya pribadi seperti ini memiliki banyak teman. Tipe
antarpribadi ini, tipe orang yang emosional karena mereka mudah mengungkapkan emosi kepada orang lain, emosional
disini artinya bukan mudah marah, tetapi mudah mengungkapkan isi hatinya. Mereka lebih merasa nyaman berurusan
dengan emosi daripada hal lain.

3. Steadiness (S)
Orang yang bertipe Steadiness ini adalah orang yang berkeras hati, gigih, dan sabar. Mereka mendekati dan menjalani
kehidupan dengan memanfaatkan standar yang terukur dan stabil. Pada umumnya, mereka tidak begitu suka kejutan.
Pribadi steadiness ini tidak banyak menuntut dan bersifat akomodatif. Mereka sangat ramah dan memperlihatkan
kesetiaannya kepada mereka yang ada disekitarnya. Mereka sangat menghargai ketulusan. Orang yang bertipe steadiness
ini jujur dan mengatakan apa adanya dan berharap orang lain melakukan hal yang sama. Orang lain memandang mereka
sebagai orang yang tenang, berhati-hati dan konsisten dalam cara mereka menjalani kehidupan. Memiliki tingkat
ketabahan yang luar biasa. Mereka dapat mempertahankan fokus dan kepentingan mereka dalam jangka waktu yang lama
dibandingankan orang lain yang mampu melakukan.

4. Conscientiousness (C)
Teliti, begitu sebutan untuk tipe orang ini. Tipe teliti ini sangat tertarik pada presisi (ketelitian dan kecermatan) dan juga
dengan akurasi (kecepatan). Mereka menyukai segalanya serba teratur dan jelas. Dan mereka sangat fokus terhadap fakta,
menginginkan adanya bukti. Orang tipe Conscientiousness ini sangat menghargai peraturan, mereka tidak suka melanggar
peraturan. Dalam beraktivitas pun begitu, menggunakan sistematis dan aturan-aturan agar semuanya terkelola dengan
baik. Mengatasi konflik secara tidak langsung. Dihadapan orang lain, mereka dipandang pasif dan selalu mengalah.

3
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
  Ciri Umum Nilai dalam team Kemungkinan kelemahan Ketakutan terbesar
Melanggar kewenangan,
Langsung, Tegas, Rasa Bottom-line organizer, Sikap argumentatif,
ego yang tinggi, Problem Menghargai waktu, Menolak rutinitas, Dimanfaatkan orang
D
Solver, Risk Taker, Self- Menentang status quo, Cenderung mengerjakan lain
Starte Inovatif banyak hal pada saat
bersamaan

Problem solver yang kreatif, Mencari popularitas dari


Antusias, Percaya, Penggugah semangat yang pada hasil kerja nyata,
Optimistis, Persuasif, baik, Memotivasi orang Kurang perhatikan detail,
I Penolakan
Bicara aktif, Impulsif, lain, Selera humor yang Terlalu menggunakan
Emosional positif, Menengahi konflik, bahasa tubuh, Mendengar
Pembawa damai hanya bagian kesukaannya

Dapat dipercaya dan


Pendengar yang baik, Menolak perubahan, Butuh
diandalkan, Anggota team
Team player, Possessive, waktu lama untuk berubah,
yang loyal, Taat akan
S Stabil, Dapat diprediksi, Menyimpan dendam, Kehilangan rasa aman
otoritas, Pendengar yang
Memahami orang lain, Sensitif pada kritik, Sulit
baik, Sabar dan berempati,
Bersahabat menentukan prioritas
Mendamaikan koflik

Perspektifnya : “Sumber Membutuhkan batasan


realitas”, Rajin dan hati- yang jelas, Terikat pada
Akurat, Analitis, Cermat,
hati, Tuntas dalam prosedur dan metoda,
Hati-hati, Fact-Finder,
C kegiatan, Menggambarkan Sangat detail, Tidak Kritik
Presisi tinggi, Standard
situasi, Mengumpulkan, mengungkapkan perasaan,
kerja tinggi, Sistematis
mengkritisi dan menguji Cenderung menerima dari
informasi pada argumentasi
Manfaat DISC
Berikut adalah manfaat menggunakan alat Tes DISC :
1. Memberikan pemahaman tentang diri seseorang terkait dengan kelebihan dan kekurangan dirinya (secara garis
besar untuk memahami tipe kepribadian).
2. Perencanaan masa depan yang lebih baik.
3. Penempatan yang sesuai dengan keunikan seseorang.

Theory of Planned Behavior (TPB)


Theory of Planned Behavior dikembangkan untuk memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya tidak di bawah kendali
individu.
Pada intinya Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan
menggunakan informasi- informasi yang mungkin baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan
mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku-perilaku tertentu.
Teori perilaku terencana memiliki 3 variabel independen.
1. Pertama adalah sikap terhadap perilaku dimana seseorang melakukan penilaian atas sesuatu yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan.
2. Kedua adalah faktor sosial disebut norma subyektif, hal tersebut mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan
untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan.
3. Ketiga anteseden niat adalah tingkat persepsi pengendalian perilaku yang, seperti yang kita lihat sebelumnya,
mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, dan diasumsikan untuk mencerminkan
pengalaman masa lalu sebagai antisipasi hambatan dan rintangan (Ajzen, 1991)

Teori perilaku terencana membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief) yaitu behavioral belief, normative belief, dan
control belief, dimana hal tersebut terkait dengan konstruksi sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan
kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control).

4
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S

Gambar diatas menjelaskan bahwa Model teoritik dari Theory Planned Behavior (perilaku yang direncanakan)
mengandung berbagai variabel yaitu :

1. Latar belakang (background factors), seperti usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat
kepribadian, dan pengetahuan. Itu dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Di
dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga faktor latar belakang, yaitu Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor
personal adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality traits), nilai hidup
(values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman, pengetahuan dan ekspose pada
media.

2. Keyakinan Perilaku (Behavioral Belief) yaitu hal-hal yang diyakini oleh individu mengenai sebuah perilaku dari
segi positif dan negatif, sikap terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara efektif terhadap suatu
perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku tersebut.

3. Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan langsung dengan pengaruh lingkungan. Menurut Ajzen,
faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others)
dapat mempengaruhi keputusan individu.

4. Norma subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan
orang terhadap perilaku yang akan dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu adalah hak
pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka
dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya. Fishbein & Ajzen (1975)
menggunakan istilah motivation to comply untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.

5. Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs) diperoleh dari berbagai hal, pertama
adalah pengalaman melakukan perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena melihat
orang lain (misalnya teman atau keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan
bahwa ia pun akan dapat melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman, keyakinan
individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan. Selain itu ditentukan juga oleh ketersediaan waktu
untuk melaksanakan perilaku tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya, dan memiliki kemampuan
untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat pelaksanaan perilaku.

6. Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral Control), yaitu keyakinan (beliefs) bahwa individu
pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan waktu
untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya
kemampuan atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan kondisi ini
dengan “persepsi kemampuan mengontrol” (perceived behavioral control).

5
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
Niat untuk melakukan perilaku (Intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak
melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku tertentu,
dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu, dia mendapat dukungan dari orang-orang lain
yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Organizational Behavior
Organizational Behavior merupakan bidang studi yang mempelajari tentang interaksi manusia dalam organisasi,
meliputi studi secara sistimatis tentang perilaku, struktur dan proses dalam organisasi. Perilaku Organisasi
(Organizational Behavior) juga didefenisikan sebagai sebuah bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang
dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu
pengetahuan semacam ini guna meningkatkan keefektifan sebuah organisasi.
Organisasi diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama manusia juga
membutuhkan organisasi untuk mengembangkan dirinya. Oleh sebab itu antara organisasi dengan manusia
memiliki hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan. Berikut pengertian perilaku organisasi menurut
beberapa ahli :
Prof.Joe.Kelly, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana
organisasi di bentuk, tumbuh dan berkembang.
Drs. Adam Indrawijaya, perilaku organisasia dalah suatu bidang studi yang mempelajari semua aspek yang
berkaitan dengan tindakan manusia, baik aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi
terhadap anggota.
Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari dinamika organisasi
sebagai hasil interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para
anggotannya dan pengaruh lingkungan
Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada
perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan
organisasi. (Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).

Tujuan mempelajari perilaku organisasi adalah untuk memahami perilaku yang terjadi dalam organisasi, dapat
meramalkan kejadian-kejadian yang terjadi dan dapat mengendalikan perilaku-perilaku yang terjadi dalam
organisasi. Beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa perilaku organisasi diperlukan yaitu:
1.Perilaku organisasi menjadi semakin penting dalam ekonomi global ketika orang dengan berbagai latar belakang
dan nilai budaya harus bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien. Disiplin ilmu perilaku organisasi dapat
digunakan sebagai arahan/dasar bagi pelaku organisasi dalam melakukan tugasnya dalam organisasi sehingga tujuan
yang harus dicapai dalam suatu organisasi dapat terwujud.
2.Perilaku organisasi juga dapat dijadikan sebagai pedoman bagi seorang atasan yang memiliki peran sebagai
leadership atau managership dalam membuat keputusan yang baik, dimana dalam menjalankan keputusan tersebut
seorang atasan tidak keluar dariranah organisasi.
3.Perilaku organisasi juga dapat membantu dalam memahami karakteristik struktur organisasi dan pola hubungan
antar anggota dan bagian dalam organisasi, karena setiap keputusan yang diambil oleh pelaku organisasi memiliki
dampak terhadap anggota organisasi yang lain oleh karena itu perlu adanya pemahaman terhadap faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi anggota organisasi lain.
4.Selain itu perilaku organisasi diperlukan dalam upaya memperbaiki efektivitas dalam pencapaian tujuan
organisasi,dimana seluruh pengambilan keputusan dalam pencapaian tujuan organisasi diambil dengan melihat pada
hubungan sebab dan akibat, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah.
5.Perilaku organisasi juga bertujuan dalam menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan perilaku
manusia. Ketika kita mencari jawaban untuk mengapa seorang individu atau sekelompok individu melakukan sesuatu,
kita pasti akan meminta penjelasan, karena apabila kita ingin memahami sebuah fenomena kita harus mulai
dengan mencoba menjelaskan sehingga penyebab dari suatu kejadian/fenomena dapat segera kita ketahui.

PEMODELAN STOKASTIK
Persamaan model stokastik debit tahunan dan bulanan digunakan untuk mengetahui data sintetik tahunan dan bulanan
dari suatu data historik. Data sintetik bulanan akan dibangkitkan dengan metode Two-Tier, dimana data bangkitan
diperoleh dari hubungan debit bulanan yang dihasilkan oleh metode Thomas-Fiering dan debit tahunan menggunakan
metode Autoregresif (AR).

6
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
Parameter Statistik:
a. Mean
1 n 1
x = ∑ xi = ( x1 + x2 + x3 + ... + x n )
n i =1 n
Dimana :
n : banyak data
xi : data ke-i
b. Standar Deviasi

c. Koefisien kemiringan

d. Koefisien Korelasi

 Fungsi Autokorelasi (Autocorrelation function(ACF/AC))


Fungsi autokorelasi merupakan suatu fungsi yang memiliki nilai numerik dan dinyatakan sebagai suatu hubungan
keterkaitan antar data dalam satu kelompok data. Banyaknya periode yang digunakan dalam menentukan hubungan
keterkaitan itu disebut lag k. Penggunaan autokorelasi deret ukur untuk menyeleksi model Box & Jenkins yang tepat dapat
ditentukan dengan melihat bentuk grafik antara v.s lag-k, grafik yang terbentuk dinamakan correlogram.
 Fungsi Autokorelasi Parsial (Partial Autocorrelation function(PACF/PAC))
Fungsi autokorelasi parsial pada dasarnya sama dengan fungsi autokorelasi. Apabila suatu fungsi sukar ditentukan dengan
autokorelasi maka penggunaan fungsi autokorelasi parsial sangat berguna. Nilai koefisien PACF berkisar antara -1 sampai
dengan +1.

Autoregressive Model
Model AR adalah bentuk regresi yang menghubungkan suatu nilai pengamatan dengan nilai pengamatan masa lalunya
pada selang waktu tertentu. Dari hubungan tersebut, terdapat parameter model AR yang alan diduga. Untuk pendugaan
parameter dikhususkan untuk AR orde satu yang dino tasikan dengan AR(1) dan AR orde dua yang dinotasikan dengan
AR(2). Pendugaan parameter model AR(1) dan model AR(2) ini menggunakan metode momen, metode kuadrat terkecil dan
metode kemungkinan maksimum.
Secara umum, persamaan AR(p) dapat dituliskan:

7
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S

Normalisasi Data Historis Menggunakan Rumus Probability Plot of Correlation Coefficient (PPCC) :

Bendungan dan Waduk


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan, Bendungan
adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk
menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Waduk adalah
wadah air buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 98 Tahun 1993 tentang Organisasi Keamanan Bendungan, Waduk
adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangun bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan dan
berbentuk pelebaran alur/badan/palung sungai. Waduk berfungsi untuk mengendalikan tingginya fluktuasi debit aliran
sungai, sehingga dapat mengurangi banjir serta membangun kehandalan untuk kebutuhan air baku dan irigasi.
Pembagian kapasitas tampung ke dalam bagian-bagian berdasarkan fungsi yang direncanakan sangat tergantung dari
operasi waduk. Tampungan waduk dapat dibagi atas beberapa operation zone, dapat dilihat pada Gambar II.1.

8
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S

Sumber : Water Resources System Analysis #:1


Tampungan waduk dapat dibagi dalam 3 (tiga) zone, yaitu :
1. Normal Operation Zone
Zona ini disebut juga zona operasi normal, dimana pada zona ini berlaku :
V t ≥Vlc dan V t ≤Vuc , sehingga
Rt =Dt
Jika volume waduk periode t (V t) lebih besar atau sama dengan volume lower critical (Vlc) dan volume waduk periode t (V t)
lebih kecil atau sama dengan volume upper critical (Vuc), maka besarnya release (Rt) sama dengan kebutuhan/demand (Dt)
periode t.
2. Excess Operation Zone
Zona ini disebut juga zona operasi dengan tampungan berlebihan, dimana pada zona ini berlaku :
V t ≥Vuc dan V t ≤V max , sehingga
Rt =Dt +extra
Jika volume waduk periode t (Vt) lebih besar atau sama dengan volume upper critical (Vuc) dan volume waduk periode t (V t)
lebih kecil atau sama dengan volume maximum (Vmax), maka besarnya release (Rt) sama dengan kebutuhan/demand (Dt)
periode t ditambah dengan overflow.
3. Deficit Operation Zone
Zona ini disebut juga zona operasi defisit, dimana pada zona ini berlaku :
V t <Vlc dan V t ≥V min , sehingga
Rt =DSP×Dt
Jika volume waduk periode t (Vt) lebih kecil dari volume lower critical (Vlc) dan volume waduk periode t (Vt) lebih besar
atau sama dengan volume minimum (Vmin), maka besarnya release (Rt) sama dengan kebutuhan/demand (Dt) periode t
dikalikan dengan Demand Satisfaction Proportion (DSP).
Demand Satisfaction Proportion (DSP) adalah proporsi atau nilai perbandingan antara volume waduk periode t (V t) dengan
volume lower critical (Vlc). Sehingga release yang dikeluarkan disesuaikan dengan volume waduk yang ada, sehingga
tampungan waduk diatas atau sama dengan kapasitas batas volume minimum (Vmin). DSP dapat dirumuskan sebagai
berikut:
DSP={( V t −V min ) / ( Vlc−V min ) }

Pola Operasi Waduk


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010 Tentang Bendungan Pasal 40 disebutkan selama
pelaksanaan konstruksi bendungan, pembangun bendungan harus menyiapkan rencana pengelolaan bendungan yang
ditujukan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya.
Pola operasi waduk adalah sebagai dasar operasi waduk untuk jangka panjang dan menjadi acuan dalam pembuatan dan
pelaksanaan Rencana Operasi Tahunan Waduk. Pola operasi waduk harus dibuat sejak awal waduk tersebut mulai
dioperasikan dan dikaji ulang minimal setiap 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan perkembangan kondisi waduk maupun
perubahan pemanfaatan/fungsinya. Pola operasi waduk merupakan tata cara dalam memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai kebutuhan, dengan mempertimbangkan kondisi volume dan/atau muka air waduk, dimana muka air waduk tidak
boleh turun lebih rendah dari muka air minimum (MDDL). Pada prinsipnya rencana pola operasi waduk akan memberikan
panduan kepada setiap pengelola waduk dalam mengoperasikan waduk. Sesuai dengan Pasal 45 pengelolaan bendungan
wajib dilengkapi dengan pola operasi waduk.
Pola operasi waduk paling sedikit memuat tata cara pengeluaran air dari waduk sesuai dengan kondisi volume atau elevasi
air waduk dan kebutuhan air serta kapasitas sungai di hilir bendungan.

Pembuatan Rencana Tahunan Operasi Waduk

9
Rangkuman Mata Kuliah Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air (PISDA) SA-6013
Dosen : DR. Ir. Agung Wiyono, M.Eng.
Nama : Erha Intan Sukmajati
NIM : 95017015
DISC Tipe: S
Recana operasi waduk tahunan, disusun setiap tahun berdasar pola operasi waduk jangka panjang. Rencana operasi
tahunan dibuat lebih rinci dan mendekati kenyataan. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan a.l :
1). Prakiraan ketinggian muka air pada awal tahun.
2). Informasi ramalan musim yang dihadapi, dari BMG.
3). Prakiraan lengkung debit sungai.
4). Kondisi/kesiapan unit pembangkit listrik dan prasarananya (bila bendungan memiliki PLTA).
5). Rencana tahunan kebutuhan air (irigasi, air baku, PLTA)
6). Sasaran khusus produksi listrik/padi (seperti: pada tahun 2007 pemerintah mentargetkan kenaikan produksi padi
sebesar 2 juta ton).
7). Kebutuhan ketinggian muka air untuk menunjang olah raga, misal atas usulan KONI untuk kegiatan pertandingan
nasional, internasional.

Rencana tahunan operasi waduk, dibuat berdasar prakiraan dan asumsi-asumsi. Kenyataan yang terjadi, sering berbeda
dengan rencana; secara rutin kenyataan yang terjadi perlu dipantau dan dievaluasi guna penyesuian bagi rencana tahunan
operasi waduk.
Langkah-langkah yang perlu diambil bila terjadi ketidak sesuaian kenyataan dengan rencana:
1) Bila ketinggian muka air waduk tidak sesuai dengan rencana, tetapi masih berada didalam batas-batas zona operasi,
pelaksana operasi pada prinsipnya masih dianggap sesuai dengan rencana operasi; penyesuaian-penyesuaian jangka
pendek dapat dilakukan sesuai keperluan.
2) Bila muka air waduk berada diatas “garis operasi normal atas”, berarti ada kelebihan air yang harus dibuang kehilir.
Pengeluaran air tambahan tersebut sedapat mungkin dilewatkan turbin (bila ada PLTA). Bila pengeluaran lewat turbin
sudah tidak mungkin, pengeluaran dapat dilakukan lewat pintu pengeluaran lain seperti pintu untuk irigasi.
- Sebelumnya diputuskan untuk pembukaan pintu, lebih dulu perlu koordinasi kepengelola waduk di hulu untuk
mengurangi pengeluaran air diwaduknya.
- Demikian pula bila air waduk melimpas dipelimpah, juga perlu dilakukan langkah koordinasi kepengelola waduk dihulu
seperti diatas. Bila kondisi ini terjadi perlu dilakukan evaluasi efektifitas rencana operasi yang ada.
3). Bila muka air dibawah “garis operasi normal bawah”, pengeluaran air harus dikurangi, dengan mengambil langkah-
langkah sbb:
- Pertama, teliti apakah kondisi tersebut akibat penahan air di waduk-waduk hulu. Bila benar demikian, koordinasikan
dengan pengelola waduk diatas untuk menambah pengeluaran air.
- Bila penurunan muka air waduk diakibatkan kondisi musim (kering), maka harus dilaksanakan pengurangan
pengeluaran air dibawah rencana tahunan.
Besar pengurangan tergantung kebutuhan dan keadaan, dengan dilaksanakan secara bertahap (dengan menggunakan
metode empirik praktis) dan diusahakan agar dapat memenuhi kebutuhan minimum yang disepakati, misal 80%
kebutuhan.
Bila pengeluaran terpaksa harus lebih kecil dari kebutuhan pengairan, maka harus dilakukan koordinasi dengan inatansi
terkait untuk persiapan pengaturan distribusi air pada saluran-saluran pengairan di lapangan.
Kondisi darurat adalah kondisi/kejadian yang dapat mengancam keamanan dan keutuhan bendungan, yang dapat terjadi
akibat: hujan badai, banjir besar, gempa, keluaran air yang tak terkendali, longsoran besar, perilaku abnormal, sabotase,
serangan/perang.
Setiap bendungan harus dilengkapi dengan peralatan system peringatan darurat atau gawar banjir khususnya bagi
bendungan yang memiliki pelimpah berpintu. Pada saat terjadi kondisi yang dapat membahayakan masyarakat, seperti
saat pembukaan pintu pelimpah dan kondisi darurat lain seperti disebutkan diatas, lebih dulu petugas harus membunyikan
tanda peringatan darurat.
Dalam petunjuk darurat harus dijelaskan mengenai: indikiasi-indikasi kondisi darurat, prosedur operasi dan pencegahan,
prosudur pengoperasian peringatan dini, dll. Semua hal tersebut, nantinya kan menjadi bahan penyusunan Rencana Tindak
Darurat (RTD).
Setiap petugas OP harus memahami petunjuk operasi pada kondisi darurat dan selalu siap menghadapi kondisi yang
terburuk. Untuk itu secara berkala perlu dilakukan pelatihan penyegaran mengenai operasi darurat tersebut.

10

Anda mungkin juga menyukai