Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Pertama

Assalamualaikum warahmatullohi wabarokaatuh

‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل‬ ِ ‫ت أَ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِدي هَّللا ُ فَالَ ُم‬ ِ ‫إن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِرْ هُ َونَعُوْ ُذ بِاهَّلل ِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيِّئَا‬
َّ
َ ْ
‫ارك َعلى‬ ِّ
ِ َ‫صلِّ َو َسل ْم َوب‬ َّ
َ ‫ اللهُ َّم‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َ ُ ُ َّ
َّ ِ‫ك لهُ َو أشهَد أن ُم َح َّمدًا َع ْبدهُ َو َرسُوْ لهُ ال نَب‬ َ ُ ْ َ َ َ َ ‫هَّللا‬ ّ َ َ َ ْ َ
َ ‫ أشهد أن ال إلهَ إِال ُ َوحْ َدهُ ال ش ِر ْي‬. ُ‫ي له‬ ُ ْ َ َ َ ‫هَا ِد‬
ِ ُ‫ أَ َّما بَ ْع ُد فَيَا ِعبَا َد هَّللا ِ أ‬.ُ‫َرسُوْ ِل هَّللا ِ َو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن َوآلَه‬
َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َو هَّللا ِ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَنتُم ُّم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬

Sesungguhnya di antara tanda diterimanya amal kita adalah menimbulkan amalan shalih yang lainnya.
Al-Hasan Al-Bashri berkata:

‫إن من جزاء العمل العمل الصالح بعدها‬

“Sesungguhnya balasan amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba adalah diberikan oleh Allah
kekuatan untuk mengamalkan amalan shalih yang lainnya.”

Maka ketika seorang hamba beramal shalih, ia shalat, ia berdzikir, ia membaca Al-Qur’anul Karim,
ternyata amal shalihnya menimbulkan ibadah yang lainnya, menyebabkan ia lebih kuat untuk beramal
shalih dan mengamalkan ibadah-ibadah yang lainnya. Maka itu pertanda bahwasannya amal-amal shalih
kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana ‘Abdullah bin ‘Umar berkata: “Kalaulah aku mengetahui ada satu shalatku yang diterima
oleh Allah, itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya,” karena Allah Ta’ala berfirman:

َ‫إِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل هَّللا ُ ِمنَ ْال ُمتَّقِين‬

“Sesungguhnya Allah hanyalah menerima dari orang-orang yang bertakwa saja.” (QS. Al-Maidah[5]: 27)

Itu menunjukkan bahwasanya amalan shalih yang menimbulkan ketakwaan dan memberikan kekuatan
untuk senantiasa beramal shalih setelahnya, itu tanda adalah amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan diterima olehNya.

Karena sesungguhnya disyariatkan amal shalih dan ibadah kepada Allah adalah menimbulkan ketakwaan
kepada Allah. Allah berfirman:

َ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُدُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬

“Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan
orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 21)

Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada Allah, lalu Allah menyebutkan tentang hikmah dan
tujuan daripada amal shalih dan ibadah, yaitu agar kalian bertakwa kepada Allah.

Maka apabila amal shalih kita, ibadah kita, tidak menimbulkan ketakwaan kepada Allah, itu pertanda
bahwasanya amal shalih itu tidak diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika kita beribadah kepada
Allah namun tidak memberikan kekuatan untuk beribadah kepada Allah setelahnya, itu pertanda
bahwasannya amal tersebut dimasuki oleh sesuatu.

Sebuah contoh, ketika kita telah shalat fardhu lalu kemudian diberikan oleh Allah kekuatan untuk
berdzikir setelahnya, setelah itu kemudian Allah berikanlah kekuatan untuk shalat sunah setelahnya,
maka itu menunjukkan mudah-mudahan bahwasanya shalat fardhu kita diterima oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

Ketika kita membaca Al-Qur’anul Karim, kemudian ketika membaca Al-Qur’an membuat kita ingat
kepada Allah, membuat kita ingat kepada kehidupan akhirat kemudian setelahnya menimbulkan rasa
rindu untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pertanda bahwasannya bacaan Al-Qur’an
kita diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun ketika kita shalat, ternyata tidak ada keinginan untuk berusaha menjaga shalat sunnah kita,
ketika kita shalat ternyata tidak memberikan kekuatan di hati kita untuk meninggalkan maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pertanda shalat kita belum diterima oleh Allah Jalla wa ‘Ala. Karena
bukankah Allah mengatakan:

‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُمن َك ِر‬


َّ ‫إِ َّن ال‬

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut[29]: 45)

Ternyata ia shalat tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Apakah ada sesuatu yang memasuki
hatinya saat ia shalat? Bisa jadi riya’ yang masuk ke dalam hatinya, bisa jadi ketika shalat tidak pernah
khusyuk, pikirannya pergi kesana-kemari, tidak bisa ia khusyuk di dalam shalatnya, sehingga akhirnya
Allah tidak menerima shalatnya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan:

‫صالَتِ ِه تُ ُس ُعهَا ثُ ُمنُهَا ُسبُ ُعهَا ُس ُد ُسهَا ُربُ ُعهَا ثُلُثُهَا نِصْ فُهَا‬
َ ‫ب لَهُ إِالَّ ُع ُش ُر‬ َ ‫إِ َّن ال َّر ُج َل لَيَ ْن‬
َ ِ‫ص ِرفَ َو َما ُكت‬

“Sesungguhnya seseorang hamba setelah selesai dari shalatnya ternyata hanya ditulis oleh Allah pahala
sepersepuluh shalatnya saja, ada yang sepersembilan, seperdelapan, sepertujuh, seperenam, seperlima,
seperempat, sepertiga, dan setengah.” (HR Abu dawud)

Maka setiap kita segera introspeksi diri, ketika kita telah beribadah kepada Allah, apakah ibadah itu
menimbulkan kekuatan kita untuk beribadah kepada Allah yang lainnya? Ketika kita telah selesai
beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera kita introspeksi dan periksa hati kita, apakah
ibadah itu menimbulkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau tidak? Apabila tidak, maka
ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Karena itu adalah musibah yang menimpa diri kita.

Khutbah Ke 2

َ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ ال َش ِريك‬ ْ ‫ أَ ْشهَ ُد‬. َ‫ُظ ِه َرهُ َعلَى الدِّي ِن ُكلِّ ِه َولَوْ َك ِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬ْ ‫ق لِي‬ ِّ ‫ين ْال َح‬
ِ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي أَرْ َس َل َرسُولَهُ بِ ْالهُدَى َو ِد‬
ٍ ‫ار ْك َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى أَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َس‬
‫ان إِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‬ ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬.‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه و َرسُولُه‬
َّ ‫ وأشه ُد‬،ُ‫لَه‬

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬
ْ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َما قَ َّد َم‬
َ‫ت لِ َغ ٍد َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ خَ بِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬

Bulan Ramadhan hampir menjelang kita, mungkin dua bulan lagi kita akan mendapatkannya bi ’idznillah.
Saat kita di bulan Ramadhan, kita terasa berat ketika melaksanakan puasa bukan karena sakit, akan
tetapi kita memandang bahwa itu bulan yang menyebabkan kita tidak bisa melaksanakan syahwat kita,
itu akibat daripada maksiat-maksiat diri kita.

Maka dari itulah para Salafush Shalih mereka mempersiapkan sebelum Ramadhan dengan ibadah-
ibadah. Mereka mulai dari bulan Rajab, kemudian mereka bersungguh-sungguh di bulan Sya ’ban, yaitu
supaya ibadah-ibadah yang mereka lakukan di bulan Rajab dan di bulan Sya’ban itu memberikan hasil
ketika mereka melakukan ibadah di bulan Ramadhan, Allah berikan kepada mereka kekuatan untuk
senantiasa beribadah di bulan Ramadhan dengan berpuasa, dengan membaca Al-Qur’an dan yang
lainnya. Karena apabila kita tidak lakukan itu, maka sungguh jiwa ini sebetulnya malas untuk beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka apabila kita tidak biasakan dari sekarang, ia tidak akan bisa melakukannya di bulan Ramadhan
nanti. Maka siapa yang ingin agar ia bisa membaca Al-Qur’an dan bisa mengkhatam Al-Qur’an di bulan
Ramadhan sebanyak-banyaknya, hari ini kita mulai untuk mengkhatam Al-Qur’anul Karim, hari ini kita
mulai membaca Al-Qur’an, agar kemudian hati kita terbiasa dengannya.

Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan amal ibadah itu menimbulkan ketakwaan di
hati-hati kita.

Pada khutbah kedua ini marilah kita akhiri dengan berdoa kepada Allah SWT, semoga Allah mengabulkan
doa-doa kita, Sehingga setiap langkah kita selalu diridhai oleh Allah SWT.

َ ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬ َ ُ‫إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫آل‬ َ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد اَللَّهُ َّم با َ ِر ْك ع‬
ِ ‫َلى ُم َح َّم ٍد َوعَل َى‬ َ ‫صلَّيْتَ ع‬
َ َّ ‫َلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوعَل َى آ ِل إِب َْرا ِه ْي َم إِنـ‬ َ َ ‫َلى ُم َح َّم ٍد َوعَل َى آ ِل ُم َح َّم ٍد َكما‬ َ ‫صلِّ ع‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬َ َّ ‫ُم َح َّم ٍد َكما َ با َ َر ْكتَ عَل َى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوعَل َى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم ِإنـ‬

ِ ‫ األَحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا‬،‫ت‬


‫ َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا‬.‫ إِنَّكَ َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ُّدعَا ِء‬،‫ت‬ ِ ‫ َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬،‫ت‬ ِ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ ِل ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
ْ ُ ْ
ْ‫ َربَّنَا اَل تُ ِزغ قُلوبَنَا بَ ْع َد إِذ هَ َد ْيتَنَا َوهَب‬. ‫وف َر ِحي ٌم‬
ٌ ‫ك َر ُء‬ ‫اًّل‬
َ َّ‫وَإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاإْل ِ ي َما ِن َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلوبِنَا ِغ لِل ِذينَ آَ َمنُوا َربَّنَا ِإن‬
َّ ُ
ُ‫ك أَ ْنتَ ْال َوهَّاب‬ َ َّ‫لَنَا ِم ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً إِن‬

َ‫ب ال َّسالَ َم َواألَ ْمن‬


ِ ُ‫ َوا ْكت‬، َ‫ َوا ْك ِسرْ َشوْ َكةَ الظَّالِ ِمين‬،ِّ‫ َوأَجْ ِم ْع َكلِ َمتَهُ ْم َعلَى ال َحق‬،‫صفُوْ فَهُ ْم‬ ُ ‫ َو َو ِّح ِد اللَّهُ َّم‬، َ‫اللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬
‫ارنَا َو ُزرُوْ ِعنَا و ُكلِّ أَرزَ اقِنَا‬ ِ ‫ار ْك لَنَا في ثِ َم‬ ِ َ‫ َوب‬،‫ض‬ ِ ْ‫ت األَر‬ ِ ‫ت ال َّس َماء َوأَ ْخ ِرجْ لَنَا ِم ْن خَ ْي َرا‬
ِ ‫ اللَّهُ َّم أَ ْن ِزلْ َعلَ ْينَا ِم ْن بَ َر َكا‬.َ‫لِ ِعبا ِدكَ أَجْ َم ِعين‬
ِ َّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫ َربَّنَا آتِنَا في ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفي اآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬. ‫يَا َذا ْال َجالَ ِل َوا ِإل ْك َر ِام‬

َ‫ إِ َّن هللاَ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوا ِإلحْ َسا ِن َوإِ ْيتَا ِء ِذي القُرْ بَى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬: ِ‫ِعبَا َد هللا‬

Anda mungkin juga menyukai