LP Hiv Aids Kmb-Ayu Sri Dewi-C2119197
LP Hiv Aids Kmb-Ayu Sri Dewi-C2119197
OLEH :
C2119197
TAHUN 2020
2
1. Definisi HIV/AIDS
menyerang system imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda CD
atau dengan kata lain AIDS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit akibat
2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (Nurrarif & Hardhi,
2015).
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase, yaitu :
dan terinfeksi. Tetapi ciri -ciri terinfeksi belum terlihat meskipun sudah
melakukan tes darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum
terbentuk.
Umur infeksi 2 – 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
flu yang tidak sembuh – sembuh, nafsu makan berkurang dan badan
menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini
d. Fase 4 (AIDS)
Masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru –
usus yang menyebabkan diare parah berminggu – minggu, dan infeksi otak
Dewi, 2014).
3. Kelompok Risiko
berikut:
d. Narapidana
kekerasan seksual, hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV tanpa
(ernawati,2016).
4
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun
4. Patofisiologi
Seiring pertambahan replikais virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel limfosit
CD 4+ akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV dan timbulnya
gejala klinis pada AIDS berkisar antara 5-10 tahun. Infeksi primer HIV dapat
memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demam, nyeri kepala, faringitis
dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut
dilanjutkan dengan periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi
Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akbat reaksi autoimun, reaksi
sel- sel yang terinfeksi Human Immunideficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi
dikalenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan menurunnya jumlah sel T4,
maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya
waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah
5
sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 3000 per ml darah, 2 – 3 tahun setelah
infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala – gejala infeksi (herpes zoster
5. Manifestasi Klinis
golongan, yaitu :
a. Penderita asimptomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang
umum.
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala Lelah, demam, dan gangguan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis yang berat
dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi oportunistik dan neoplasia
a. Stadium 1 (asimptomatis)
1) Asimptomatis
2) Limfadenopati generalisata
b. Stadium 2 (ringan)
pruritic
media
c. Stadium 3 (lanjut)
6) Tuberculosis paru
9) Anemia (HB < 8 g/dl) tanpa sebab jekas, neutropenia (< 0,5x109/L) tanpa
sebab jelas, atau trombositopenia kronis (< 50x10 9/L) tanpa sebab yang
jelas
d. Stadium 4 (berat)
4) Toksoplasmosis serebral
6) Sitomegalovirus pada orang lain selain hati, limpa atau kelenjar getah
bening
14) Limfoma atau tumor padat terkait HIV : Sarkoma Kaposi, ensefalopati
6. Komplikasi
a. Oral lesi
b. Neurologik
isolasi social.
maranik endocarditis.
c. Gastrointertinal
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, srcoma Kaposi, obat illegal,
demam atritis.
3) Penyakit anorectal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
d. Respirasi
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan decubitus dengan efek nyeri, gatal,
f. Sensorik
7. Cara Penularan
seperti darah, semen, cairan vagina, dan ASI. Terinfeksi tidaknya seseorang
tergantung pada status imunitas, gizi, Kesehatan umum dan usia serta jenis
kelamin merupakan factor risiko. Seseorang akan beresiko tinggi infeksi HIV
bila bertukar darah dengan orang yang terinfeksi, pemakaian jarum suntik yang
a. Ibu hamil
dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak awal
kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah beberapa waktu
usia bayinya, melaporkan bahwa angka penularan HIV pada bayi yang
meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui. Bayi normal dengan ibu
b. Jarum suntik
1) Prevalensi 5-10%
2) Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melaluui jarum suntik
c. Transfusi darah
2) Prevalensi 3-5%
d. Hubungan seksual
1) Prevalensi 70-80%
2011).
10
8. Pencegahan Penularan
a. Secara Umum
Pecandu yang IDU (Injection Drugs User) dapat terbebas dari penularan
c. Untuk remaja
obat-obatan terlarang dan jarum suntik, tato dan tindik, tidak melakukan kontak
menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku tidak sehat dan tidak
9. Pengobatan
digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping rusaknya kekebalan
tubuh. Yang penting untuk pengobatan oportunistik adalah obat yang digunakan
untuk penyakit yang muncul sebagai efek dari rusaknya kekebalan tubuh.
11
10. Diagnosis
b. Western blot
1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada bayi yang
berisiko tinggi
HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis Disfungsi Penyakit Infek Gatal, sepsis, Gangguan
demensia biliari anorektal si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang
Nutrisi inadekuat
jalan napas
hipertermi
Gangguan sensori
nyeri
nyeri
13
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
- Hematokrit.
- LED
- CD4 limfosit
- Rasio CD4/CD limfosit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobulin
Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi dalam 1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan dengan kegiatan, dengan kriteria 2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri
kelemahan, bebas dyspnea dan takikardi tidak mampu Mengurangi kebutuhan energi
pertukaran oksigen, selama aktivitas. 3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
malnutrisi, kelelahan. mengganggu isitirahat. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
kurang dari kalori dan protein yang 2. Monitor BB, intake dan ouput tenggorokan dan mulut
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi 3. Atur antiemetik sesuai order Menentukan data dasar
berhubungan dengan kebutuhan metaboliknya 4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang Mengurangi muntah
intake yang kurang, dengan kriteria mual dan penting lainnya. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan
meningkatnya muntah dikontrol, pasien keinginan pasien
22
Daftar Pustaka
Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year
Book, Toronto.
Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua,
EGC, Jakarta.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs
Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Laporan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN TN. M.Y. DENGAN HIV – AIDS
Di Ruang Anggrek RSUD Kebumen
Pengkajian
Tanggal pengkajian : 05-09-2011
Tempat : Ruang Anggrek
I. Biodata.
A. Identitas pasien.
1. Nama : Tn. M.Y. (Laki-laki, 34 tahun).
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia.
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : Kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : Wiraswasta
6. Bahasa yang digunakan : Indonesia
7. Alamat : Kebumen
8. Kiriman dari : UGD
B. Penanggung jawab pasien : Keluarga.
VI. Psikososial.
A. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan penyakit ini karena
perilakunya yaitu konsumsi obat putaw dengan suntik. Keluarga dan pasien
mengatakan belum mengerti proses penyebaran. Konsep diri : dirasakan peran
sebagai kepala keluarga tidak bertanggung jawab. Keadaan emosi : pasien
pasrah pada keadaannya sekarang. Mekanisme koping adalah diam saja.
B. Sosial : sejak 2 tahun yang lalu pisah ranjang dengan isterinya. Kontak
mata ada, kegemaran adalah ke tempat hiburan.
C. Spiritual : di rumah jarang melakukan sholat 5 waktu, sedangkan di
rumah sakit pasien tidak melakukan, hanya berdoa dalam hati.
Analisa data
Data pendukung Masalah Etiologi
1. DS :
Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, Aktivitas Kelemahan
tidak bisa melaukan aktivitas.
DO :
Keadaan umum lemah, pucat, ADL
dibantu, pasien totaly care, terpasang
infus
2. DS:
Pasien mengatakan tidak ada napsu Nutrisi Intake yang
makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak adekuat
tidak bisa menghabiskan porsi yang
disiapkan.
DO :
Lemah, menghabiskan 2 sendok makan,
dari porsi yang disiapkan, lemah,
holitosis, lidah ada bercak-bercak
keputihan, Hb 10,5 g/dl, pucat,
konjungtiva anemis.
5. DS :
Pasien mengatakan kadang demam. Infeksi Infeksi HIV
DO :
Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit, TD
140/90 mmHg, suhu 390C, anti HIV
positif.
6. DS :
Keluarga mengatakan bagaimana dengan Koping keluarga Cemas dan takut
anak-anaknya bila mengetahui ayahnya terhadap infeksi
menderita sakit, mengatakan cemas
suaminya tersinggung karena tidak
29
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional
Gangguan rasa Pasien mengatakan nyeri 1. Kaji nyeri pasien dan anjurkan untuk Menentukan tngkat nyeri dan toleransi pasien terhadap
nyaman : nyeri berkurang dengan kriteria menjelaskan nyerinya. nyeri yang dialami
berhubungan skala nyeri 1-2, tidak 2. Jelaskan kepada pasien tentang nyeri Nyeri pasien HIV umumnya merupakan nyeri kronik.
dengan meringis, perut tidak yang dialaminya.
pembesaran kembung/tendernes 3. Anjurkan untuk menggunakan relaksasi, Meningkatkan relaksasi dan perasaan untuk mengontrol
limfanode pada setelah 2 hari perawatan imagery nyeri.
daerah GI. 4. Kolaborasi pemberian analgesik. Mengurangi nyeri
Gangguan nutrisi Setelah satu minggu 1. Monitor kemampuan mengunyah dan Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan
kurang dari perawatan pasien menelan. dan mulut
kebutuhan tubuh mempunyai intake kalori 2. Monitor intake dan ouput Menentukan data dasar
berhubungan dan protein yang adekuat 3. Rencanakan diet dengan pasien dan orang Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan
dengan intake untuk memenuhi penting lainnya. pasien
yang inadekuat. kebutuhan metaboliknya 4. Anjurkan oral hygiene sebelum makan. Mengurangi anoreksia
dengan kriteria pasien 5. Anjurkan untuk beri makanan ringan Memeunhi kebutuhan nutrisi yang kurang
makan TKTP, serum sedikit tapi sering.
albumin dan protein
dalam batas normal,
menghabiskan porsi yang
disiapkan, tidak nyeri saat
menelan
Kekurangan Keseimbangan cairan dan 1. Monitor tanda-tanda dehidrasi. Bolume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat
cairan tubuh elektrolit dipertahankan 2. Monitor intake dan ouput dikoreksi.
berhubungan dengan kriteria intake 3. Anjurkan untuk minum peroral Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
dengan diare. seimbang output, turgor 4. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
normal, membran mukosa tetes/menit. Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak
lembab, kadar urine 5. Kolaborasi pemberian antidiare. terpenuhi.
normal, tidak diare setealh Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).
5 hari perawatan.
Intolerans Pada saat akan pulang 1. Monitor respon fisiologis terhadap Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas pasien sudah mampu aktivitas Mengurangi kebutuhan energi
berhubungan berpartisipasi dalam 2. Berikan bantuan perawatan yang pasien
dengan kegiatan, dengan kriteria sendiri tidak mampu Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kelemahan. bebas dyspnea dan 3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga kebutuhan metabolik
takikardi selama aktivitas. tidak mengganggu istirahat.
31
Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting Pasien mau dan memerlukan informasikan ini
infeksi : pasien ditransmisikan, tim lainnya metode mencegah transmisi HIV dan
kontak kesehatan memperhatikan kuman patogen lainnya.
berhubungan universal precautions 2. Gunakan darah dan cairan tubuh Mencegah transmisi infeksi ke orang lain
dengan adanya dengan kriteria kontak precaution (universal precaution) bila merawat
infeksi HIV. pasien dan tim kesehatan pasien. Gunakan masker bila perlu.
tidak terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain
seperti TBC selama
perawatan.
Koping keluarga Setelah 3 kali pertemuan 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara
inefektif keluarga atau orang pasein dan perawatannya konstruktif dengan keluarga.
berhubungan penting lain 2. Biarkan keluarga mengungkapkana Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara
dengan cemas mempertahankan suport perasaan secara verbal bebas
dan takut sistem dengan kriteria 3. Ajarkan kepada keluaraga tentang Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui
terhadap infeksi pasien dan keluarga penyakit dan transmisinya. kontak sederhana.
yang dialami berinteraksi dengan cara
pasien. yang konstruktif,
mengungkapkan perasaan
32
Selasa, 6 – 09 -2011 1. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk Jam 20.00
1. 17.00 menjelaskan nyerinya. S : mengatakan nyeri, skala 3.
2. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi seperti O: meringis, T 110/80 mmHg, N 80 X/menit, RR 18 X/menit,
yang dijelaskan meringis
A : nyeri berkurang.
P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri menignkat
1. Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan. Jam 20.00
2. 17.00 2. Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan. S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu makan,
3. Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti menelan sakit
biskuit atau roti O: lemah, lidah bercak keputihan, anoreksia, pucat, konjungitva
4. Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin anemis
A : masalah belum teratasi
P: tindakan keperawatan dipertahankan
1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi. Jam 20.00
3. 17.00 2. Memonitor intake dan ouput S : mengatakan minum hanya 4 sendok, mencret 3 kali
3. Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai O: perut kembung, diare, encer, turogor menurun, membran
kemampuan pasien. mukosa keirng.
4. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit. A : masalah belum teratasi
5. Menyiapkan obat Cotrimoksasol dan Metronidazole P: tindakan keperawatan dipertahankan
untuk diminum
1. Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan Jam 20.00
34