Anda di halaman 1dari 17

TUGAS RUTIN III

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

OLEH :

NAMA : SYIFA ANNISA SIRAIT


NIM : 4201121001
KELAS :A
NO. ABSEN : 36
DOSEN PENGAMPU :
Dra. RAHMULYANI, M.Pd. Kons

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

1 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, yang memberikan
rahmat serta karunianya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan
“Tugas Rutin” dengan baik dan tepat pada waktunya. Tugas ini di buat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah Saya yaitu “Psikologi Pendidikan”.

Penyusunan Makalah ini merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Psikologi
pendidikan yang diampukan oleh Ibu Dra. RAHMULYANI, M.Pd. Kons dengan
adanya tugas ini diharapkan dapat mempermudah saya dan pembaca dalam
memahami Konsep Dasar Psikologi Pendidikan.
Saya mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas,karena
keterbatasan ilmu dan pemahaman saya yang belum seberapa. Karena itu saya
sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini. Atas perhatiannya saya mengucapkan
terimakasih.

P.Berandan, 19 Februari 2021

Syifa Annisa Sirait

2 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


DAFTAR ISI
Cover 1
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
1. BAB I PENDAHULUAN 4
I. Latar Belakang 4
II. Rumusan Masalah 4
III. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
I. Perkembangan Fisik 5
II. Perkembangan Otak 6
III. Perkembangan Kognitif 8
IV. Teori Belajar 12
V. Implikasi Perkembangan Fisik,Otak,dan Kognitifdalam Pembelajaran 14
BAB III Penutup 16
I. Kesimpulan 16
II. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Peserta didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang
lain untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh. Dalam
perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi
dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik, maupun dengan proses sosialisasi.
Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami
pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki
kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh
dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya. Oleh sebab itu, peserta didik harus mendapat pendidikan yang layak
agar mampu menjadi pribadi yang berguna khususnya dilingkungan sekitarnya. Setiap
waktu pola pikir seseorang pasti mengalami peningkatan, seiring dengan
berkembangnya otak seseorang. Terutama pada Anak Usia Dini, mengalami
peningkatan yang pesat pada fase tertetu. Proses belajar sangat penting untuk
menunjang kecerdasan anak di masa yang akan datang.
Perkembangan adalah salah satu proses yang harus dialami oleh setiap peserta didik
baik dalam naungan lembaga formal maupun non-formal. Tanpa sebuah perkembangan
dari peserta didik, maka perkembangan suatu Negara tidak akan pernah berjalan
dengan lancar. Untuk itu, sebagai tenaga pendidik harus mengetahui konsep – konsep
dan prinsip – prinsip dasar dari perkembangan belajar peserta didik untuk memudahkan
proses belajar mengajar.
II. Rumusan Masalah
a)Apa pengertian dari perkembangan fisik,otak dan kognitif?
b)Tahapan apa saja dalam perkembangan fisik,otak,dan kognitif?
c)Sebutkan Teori dalam perkembangan fisik,otak,dan kognitif?
d)Apa hubungan antara perkembangan fisik,otak, dan kognitif terhadap proses
pembelajaran?
e) Bagaimana implementasi teori belajar dengan perkembangan fisik,otak, dan
kognitif?
III. Tujuan
Adapun penyusunan Makalah ini untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah
Psikologi pendidikan. Selain penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca makalah ini.

BAB II
4 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif
PEMBAHASAN

a. Perkembangan Fisik
I. Pengertian
Fisik merupakan tempat bagi perkembangan psikis manusia. Oleh sebab itu ada
pepatah dalam Bahasa Latin yang menyatakan: Man sano in carpore sano (di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat).
Pertumbuhan fisik manusia dipengaruhi faktor internal dan eksternal,
sehingga bayi kembar sekalipun tidak memiliki irama perkembangan
fisik yang sama, jika tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang
berbeda. Persamaan gen tidak menjamin seseorang secara fisik akan
tumbuh dan berkembang dengan pola yang sama dengan yang lainnya.
Demikian juga kesamaan lingkungan juga tidak menyebabkan seseorang
akan tumbuh dan berkembang secara fisik sama dengan teman sebayanya.
Terjadi interaksi yang cukup intens antara faktor internal dan eksternal
dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia.
VI. Tahapan Perkembangan Fisik
 Perkembangan Fisik Pada Masa Anak-anak
Perkembangan fisik pada anak-anak dimulai dari masa bayi sampai masa anak-
anak akhir. Pertumbuhan fisik pada masa anak-anak relatif seimbang.
Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.
Peningkatan berat badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran
sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya. Pertumbuhan
dan perkembangan fisik pada masa anak-anak terdiri dari pertumbuhan dan
perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan
fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika
keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image
dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri.
Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak
terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja kadang-kadang
lebih cepat daripada perkembangan badan. Akibatnya sebagian remaja mempunyai
proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang
mendalam karena pada masa remaja ini penampilan diri sangat penting. Sebab
penampilan diri dinilai merupakan salah satu syarat yang penting dalam pergaulan
remaja. Bila remaja menilai badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang
diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap
penilaian dirinya.

5 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


Selama masa remaja, perubahan tubuh ini akan semakin mencapai keseimbangan yang
sifatnya individual. Di akhir masa remaja, ukuran tubuh remaja sudah mencapai bentuk
akhirnya dan sistem reproduksi sudah mencapai kematangan secara fisiologis. Sebagai
akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat
menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan.
Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi
dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20 sampai
dengan 30 tahun. Wanita yang berusia di bawah 20 tahun secara fisik kondisi organ
reproduksi seperti Rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup
matang dan dewasa. Perawatan pra-natal pada calon ibu yang sangat muda biasanya
kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan.
VII. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
 Keturunan (Heredity)
Faktor-faktor keturunan antara lain gen yang mempengaruhi tinggi badan, berat badan,
warna kulit, warna mata, dan warna rambut. Faktor hereditas juga berkaitan dengan puncak
perkembangan (milestones). Faktor lingkungan (environment) seperti iklim, kesehatan, gizi,
pola asuh, dan kasih sayang orang tua juga mempengaruhi perkembangan fisik anak.
 Lingkungan (Environment)
Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi anak-anak. Jika tempat tinggal
mereka tercemar maka anak-anak cenderung sakit-sakitan. Besar kecil keluarga juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga kecil lebih baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak sebab kebutuhan dasar anak lebih terpenuhi
dalam keluarga kecil.

VIII. Permasalahan Perkembangan Fisik


Permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka
mengalami pubertas. Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan
akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan
mereka terhadap keadaan fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal
yang diinginkan. Mereka juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun
idola-idola mereka. Permasalahanfisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri.
b. Perkembangan Otak
I. Pengertian Perkembangan Otak
Perkembangan otak merupakan salah satu aspek perkembangan fisik peserta didik
yang sangat penting dipelajari dan dipahami oleh orangtua, guru atau calon guru. Hal
ini karena otak menjadi penentu utama keberhasilan proses pendidikan. Dengan
kata lain, susunan dan cara kerja otak sangat mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan Allah Swt.
untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya.
Otak ada untuk mengoptimalkan perilaku, sehingga tubuh mampu menghadapi
tantangan dan kesempatan yang datang setiap saat. Pada saat yang sama, otak juga

6 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


membangkitkan kewaspadaan. Aktivitas sel saraf yang terorganisasi akan dirasakan
sebagai aktivitas mental yang teratur. Jadi, otak lebih dari sekadar suatu gumpalan
keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar ke seluruh
tubuh.
II. Tahapan Perkembangan Otak
Perkembangan otak mulai terjadi sejak masa prenatal, yakni kira- kira 25 hari setelah
konsepsi. Pada masa awal perkembangan ini otak terlihat baru seperti sebuah tabung
yang tidak rata dan sangat halus (Rayport, 1992; Johnson, 1998). Tabung-tabung
halus ini berisi sel-sel dan kemudian membentuk kantong-kantong atau ruang-ruang.
Ruang-ruang terbagi menjadi tiga mang yang menjadi forebrain (otak depan), mid-
brain (otak tengah), dan hindbrain (otak belakang).
Seiring dengan pertumbuhan janin, otak depan akan berkembang secara perlahan-
lahan, sehingga menjadi bagian atau mang yang terbesar dari ruang-ruang lainnya.
Dengan semakin meningkatnya kemampuan janin memproses informasi-informasi,
maka otak depan akan semakin besar. Pada waktu yang bersamaan, otak tengah
mengurangi besarnya, dan otak belakang besarnya relatif tetap sama seperti semula
(Davidoff, 1988).
Ketika dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Nuron-neuron ini kemudian
membentuk ribuan sambungan antameuron yang disebut dendrit, yang mirip sarang
laba-laba, dan akson yang berbentuk memanjang. Dendrit ini mengalami
perkembangan yang dramatis sejak saat lahir hingga bayi berusia 2 tahun.
Perkembangan dendrit ini menyebabkan keterkaitan antarneuron juga semakin
meningkat. Semakin banyak informasi yang masuk, dendrit yang terbentuk semakin
banyk. Pada dua bulan pertama sejak kelahiran bayi, dendrit sudah mencapai 50
sampai 1000 triliun.
Meskipun otak terus berkembang pada masa anak-anak, perkembangannya tidak
sepesat pada masa bayi. Ketika anak-anak mencapai usia 3 tahun, ukuran otaknya
adalah tiga perempat otak orang dewasa. Pada usia 5 atau 6 hingga 7 tahun, ukuran
otak anak telah mencapai dua pertiga otak orang dewasa, tetapi memiliki 5-7 kali
lebih banyak sambungan antameuron daripada otak anak usia 18 bulan atau orang
dewasa. Sampai usia 8 tahun, ukuran otak anak sudah dapat dikatakan sempurna,
tetapi cara kerjanya secara terperinci di dalam otak masih memerlukan waktu untuk
berkembang penuh.
Pada usia sekolah dan remaja, perkembangan otak banvak terjadi pada wilayah
korteks, suatu wilayah otak di mana anak dapat mengontrol tingkah lakunya sendiri.
Selama masa usia sekolah, korteks mengalami perkembangan puncak dan terus
diperbaiki dalam masa remaja, myeli- nation dalam ruang frontal dari korteks terus
mengalami penyempurnaan hingga masa remaja (Kolb & Fantien, 1998).
Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan
kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang
memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Di

7 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


samping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami
pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa
yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya. Ketika kemampuan kognitif mereka
mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai memikirkan apa yang
diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orangtua mereka, dan
bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri (Myers, 1996).
c. Perkembangan Kognitif
I. Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah kemampuan berpikir pada manusia. Menurut Terman
kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Colvin
menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan. Hunt menyatakan kemampuan kognitif merupakan
kemampuan memproses informasi yang diperoleh melalui indera. Sedangkan
Gardner menyatakan kemampuan kognitif adalah kemampuan menciptakan
karya.
Perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kemampuan mental dan fisik
untuk mengetahui objek tertentu, memasukkan informasi ke dalam pikiran,
mengubah pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru diperoleh,
dan perubahan tahapan-tahapan berpikir. Di antara ahli psikologi yang banyak
membicarakan perkembangan kognitif adalah Piaget, Bruner, dan Vigotsky.
II. Teori Perkembangan Kognitif
I. Pandangan Piaget Tentang Perkembangan Kognitif
Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun sendiri secara aktif dunia
kognitif mereka. Informasi tidak sekedar dituangkan ke dalam pikiran anak
lewat lingkungan. Anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk
meliputi gagasan-gagasan baru. Proses ini selalu dikenal dengan istilah
asimilasi dan akomodasi (Santrock, 2008: 41).
Teori perkembangan kognitif Piaget salah satu teori yang menjelaskan
bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-
kejadian sekitarnya.
Struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir
disebut Piaget dengan skema dan adaptasi. Kedua komponen ini berarti
bahwa kognisi merupakan sistem yang selalu diorganisir dan diadaptasi,
sehingga memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.
Skema adalah struktur kognitif yang merupakan proses atau cara
mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Skema adalah suatu
pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan
masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi
berbagai tantangan dan jenis situasi.
Adaptasi adalah istilah bagi struktur fungsional kognitif yang digunakan oleh
Piaget untuk menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan

8 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget,
adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi
dan akomodasi.
Piaget membagai tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap
yaitu tahap sensorimotorik (0-2 tahun), preoperasional (2-7 tahun),
operasioanal kongkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11-15 tahun).
Piaget menskemakan perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:

a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)


Pemikiran bayi termasuk ke dalam pemikiran sensoris motorik, tahap
sensoris motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur 2
tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan
perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan
dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakan-
tindakan fisik. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar 2 tahun,
polapola sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi
suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat
membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan
tangannya sebelum mainan tersebut benar-benar ada. Anak juga dapat
menggunakan kata-kata sederhana, seperti “mama” sambil melompat untuk
menunjukkan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris motorik.
b. Tahap Preoperasional (2-7 tahun)
Ciri-ciri berpikir tahap praoperasional (2-4 tahun) :
 Dicirikan dengan adanya fungsi semiotik (simbol) mulai usia 2- 4 tahun.
 Imitasi tak langsung yaitu dengan membuat imitasi yang secara tidak langsung
dari bendanya sendiri. Contoh: anak bermain pasarpasaran secara sendirian,
meskipun dia sedang bersama temannya yang lain.
 Permainan simbolis. Contoh: mobil-mobilan dengan balok-balok kecil. · Permainan
simbolis dapat merupakan ungkapan diri anak.
c. Tahap Operasioanal Kongkrit (7-11 tahun)
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
1) Pengurutan. Pengurutan adalah kemampuan untuk mengurutan

9 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila
diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
2) Classification. Klasifikasi adalah kemampuan untuk memberi nama
dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
3) Decentering. Decentering adalah kemampuan anak mulai
mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk
bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding
cangkir kecil yang tinggi.
4) Reversibility. Reversibility adalah kemampuan anak mulai memahami
bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4
sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
5) Konservasi. Konservasi adalah kemampuan memahami kuantitas,
panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan
pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak,
mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
6) Penghilangan sifat Egosentrisme. Penghilangan sifat Egosentrisme
kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan
saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
d. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget, maka pemikiran masa remaja
telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational
thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai kira-kira
11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang
atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak dan
hipotesis. Pada masa ini anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan
atau mungkin terjadi, sesuatu yang abstrak.
II. Pandangan Bruner Tentang Perkembangan Kognitif
Bruner menjabarkan 6 konsep pokok dalam perkembangan kognitif, yaitu:
a. Perkembangan intelektual ditandai oleh meningkatnya variasi respon
terhadap stimulus.
b. Pertumbuhan tergantung pada perkembangan intelektual dan sistem
pengolahan informasi yang dapat menggambarkan realita.

10 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


c. Perkembangan intelektual memerlukan peningkatan kecakapan untuk
mengatakan pada dirinya sendiri dan orang lain melalui katakata atau simbol.
d. Interaksi antara guru dengan siswa sangat penting bagi perkembangan kognitif.
e. Bahasa menjadi kunci perkembangan kognitif.
f. Pertumbuhan kognitif ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan
menyelesaikan berbagai alternatif secara simultan.
Bruner dalam memahami karakteristik perkembangan kognitif didasarkan
pada tingkah lakunya sesuai tahapannya. Tahapan tersebut digambarkan
sebagai berikut :

III. Pandangan Vigotsky Tentang Perkembangan Kognitif


Vigotsky menjabarkan 3 (tiga) konsep pokok dalam perkembangan
kognitif, yaitu:
a. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan
diinterpretasikan secara developmental (dengan cara memeriksa asal-usul
dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya).
b. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus
yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan
mentransformasi aktivitas mental. Bahasa sangat bermaknaketika orang
dewasa menyampaikan informasi kepada anak. Bahasa merupakan alat
yang sangat canggih dalam adaptasi kognitif anak. Private speech
(percakapan pribadi) sebagai kegiatan yang dilakukan oleh anak secara
terencana dan strategi dalam membantu perkembangannya. Bahasa
sejatinya adalah akselerator dari berpikir dan pemahaman anak. Vygotsky
mempercayai bahwa bahasa berkembang melalui interaksi sosial dengan
tujuan komunikasi. Kemampuan berbahasa yang terjadi melalui interaksi
tersebut selanjutnya terinternalisasi dalam pikiran anak dan menjadi
percakapan dalam pikiran (inner speech). Dengan kata lain menurut
Vygotsky pemikiranadalah hasil dari bahasa.
c. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar
belakang sosiokultural.
e. Teori Belajar

11 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


I. Teori Behavioristik (Behaviorisme)
Teori ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Agar
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan, diperlukan penggunaan
pengulangan dan pelatihan. Penerapan teori behavioristik mengharapkan hasil
berupa terbentuknya perilaku yang diinginkan. Teori ini dicetuskan oleh Gage
dan Berliner mengenai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
menggunakan model stimulus – respon. Orang yang belajar diposisikan sebagai
individu yang pasif dan menggunakan metode pelatihan untuk memicu respon
atau perilaku tertentu. Evaluasi dan penilaian pada teori behavioristik akan
didasarkan pada perilaku yang tampak. Guru tidak akan banyak memberikan
ceramah, namun akan memberikan instruksi singkat yang diikuti dengan
pemberian contoh melalui simulasi atau dari guru sendiri.
II. Teori Kognitif (Bruner)
Teori ini menekankan bagaimana cara mengembangkan fungsi kognitif
pada tiap individu sehingga individu itu belajar secara maksimal. Guru bukanlah
sumber pembelajaran utama dan bukan kepatuhan siswa yang akan dituntut
dalam teori ini , melainkan refleksi mengenai apa yang dilakukan siswa
mengenai yang diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi dalam teori
belajar ini bukanlah bertumpu pada hasil namun pada seberapa sukses siswa
mengorganisasi pengalaman belajar yang didapatnya. Peneliti yang
mengembangkan macam – macam teori belajar dalam psikologi berupa teori
belajar kognitif yaitu Ausubel, Bruner dan Gagne. Masing – masing peneliti
menekankan pada aspek yang berbeda. Ausubel menekankan aspek pengelolaan
atau organizer yang merupakan pengaruh utama terhadap belajar. Bruner
memfokuskan pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep sebagai
suatu jawaban bagaimana peserta didik dapat memperoleh informasi dari
lingkungan.
III. Teori Belajar Humanisme (Carl R. Roger)
Teori ini akan mengambil sudut pandang dari pelaku belajar dan bukan dari
pengamat. Dimana guru berperan sebagai fasilitator untuk memberikan motivasi
dan kesadaran mengenai makna kehidupan pada siswa. Pelaku utama dalam
teori ini adalah siswa yang dapat memaknai proses pengalaman belajarnya
dengan sendirinya. Teori ini menyatakan bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan asalkan bertujuan untuk memanusiakan manusia agar dapat
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri pelajar secara
optimal. Teori ini merangkum dan memanfaatkan kelebihan serta kekurangan
berbagai teori belajar untuk mencapai tujuannya.
IV. Teori Konstruktivisme
Asumsi dasar teori konstruktivisme ini ialah dimana belajar adalah bahwa
setiap orang pada dasarnya sudah memiliki pengetahuan atau bekal awal
tentang sesuatu yang akan dipelajari.

12 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


Jadi pembelajaran adalah bagaimana mengembangkan atau mengkonstruksi
(membangun) pengetahuan atau bekal awal yang sudah dimiliki oleh individu
tersebut secara maksimal dan menjadi sebuah pengetahuan baru dan utuh.
V. Teori Belajar Gestalt.
Kata Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang artinya ‘bentuk atau
konfigurasi’. Teori ini menyatakan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan
melalui sensasi atau informasi dengan melihat struktur secara menyeluruh lalu
untuk menyusunnya lagi dalam struktur yang lebih berbentuk sederhana
sehingga struktur tersebut akan lebih mudah dipahami. Pokok dari pandangan
Gestalt adalah bahwa obyek atau suatu peristiwa dipandang sebagai
keseluruhan yang terorganisasi.
VI. Teori Belajar Kecerdasan Ganda.
Hasil penelitian dari Howard Gardner mengenai kecerdasan ganda
menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan manusia satupun yang hanya
menggunakan satu macam kecerdasan saja melainkan menggunakan seluru
kecerdasan yang dimiliki manusia yang bekerja sama sebagai kesatuan yang
utuh dan terpadu, yang komposisinya berbeda pada masing – masing orang.
Kecerdasan lainnya akan dikontrol oleh kecerdasan yang paling menonjol dalam
memecahkan suatu masalah.
VII. Teori Belajar Sosial.
Pokok dari teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui
pengamatan yang dilihatnya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang banyak
melakukan riset tentang teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard
Weiner. Teori ini merupakan perluasan dari teori konstruktivisme yang
memperluas fokusnya dari pembelajaran individual kepada pembelajaran
kolaboratif dan sosial. Anak – anak dan orang dewasa akan belajar banyak dari
melakukan pengamatan dan imitasi ini. Bahkan, tipe belajar ini memainkan
peranan yang penting dalam cara membentuk karakter anak usia dini dan juga
dalam tahap perkembangan anak.
VIII.Teori Belajar Van Hiele.
Van Hiele adalah seorang guru berkebangsaan Belanda yang meneliti aspek
pembelajaran dalam pelajaran geometri, dan menemukan bahwa ada tahap –
tahap perkembangan mental anak dalam mempelajari geometri. Kesimpulan
dari beberapa penelitian yang dilakukannya melahirkan beberapa kesimpulan
yang berkaitan denga tahap – tahap perkembangan kognitif anak dalam
memahami pelajaran geometri. Lima tahap pengenalan geometri menurut Van
Hiele yaitu pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi dan akurasi.
IX. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural.
Arah dari pembahasan teori belajar ini adalah kepada dua teori belajar
menurut para ahli yaitu teori Piagetin dan teori Vygotsky. Menurut Piaget,
perkembangan kognitif adalah suatu proses yang didasarkan atas mekanisme

13 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


biologis dalam perkembangan syaraf seseorang, dan demikian kegiatan belajar
akan terjadi seiring dengan pola tahap perkembangan tertentu sesuai dengan
usia seseorang. Sedangkan Vygotsky menyatakan bahwa untuk mengerti pikiran
seseorang maka diperlukan pengetahuan mengenai latar sosial budaya dan
sejarah kehidupannya.
Yang berarti bahwa untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara
meneliti apa yang ada pada otak atau jiwanya melainkan pada asal usul dari
tindakan yang dilakukannya secara sadar berdasarkan sejarah dan latar belakang
kehidupannya.
X. Teori Belajar Sibernetik
Teori ini merupakan teori belajar yang relatif baru jika dibandingkan
dengan teori – teori lainnya. Belajar adalah pengolahan informasi, begitulah
yang dinyatakan oleh teori ini. Yang lebih penting dari proses belajar adalah
sistem informasi yang diproses dan dipelajari siswa.
Pendapat lain dari teori ini bahwa tidak ada satupun proses pembelajaran
yang cocok digunakan dalam segala situasi dan semua siswa, sebab bagaimana
cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Belajar adalah proses yang
berlangsung tidak hanya di dalam kelas saja melainkan akan berlangsung seumur
hidup manusia.
I. Implementasi Perkembangan Fisik,Otak dan Kognitif pada pembelajaran
Dalam situasi belajar peserta didik terlibat langsung dalam situasi memperoleh
pemecahan masalah. Dengan demikian tingkah laku peserta didik bergantung
kepada responnya terhadap apa yang terjadi dalam suatu situasi belajar.
Perkembangan Fisik, otak, dan kognitif saling berhubungan satu sama lain
dimana ketiga perkembangan itu harus sama-sama berkembang secara oktimal
untuk mencapai hasil yang baik.
Otak anak memang mempunyai kemampuan besar untuk menyusun ribuan
sambungan antameuron. Namun, kemampuan itu berhenti pada usia 10-11
tahun jika tidak dikembangkan dan digunakan. Oleh sebab itu, untuk terus
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses pematangan otak
harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami suatu dunia yang makin
luas. Dalam hal ini, pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan
kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang
memungkinkan otaknya berkembang.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, proses pembelajaran seharusnya lebih


mendorong anak untuk mencari dan meneliti apa yang dikehendakinya, baik di
museum, rumah dan sekolah, di buku-buku, majalah dan gambar, serta di alam
sekitarnya, sehingga ia memperoleh apa yang dikehendakinya. Pembelajaran
seperti ini akan mendorong anak untuk berpikir, mengamati, merenungkan dan
menemukan secara kreatif.

14 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


Sebaliknya, proses pembelajaran harus jauh dari upaya menjejalkan
pengetahuan ke dalam otak anak. Penjejalan pengetahuan secara berlebihan
justru akan mengganggu pemahaman dan melelahkan otak anak. Menjejali otak
anak dengan sejumlah besar informasi dan pengetahuan malah akan mematikan
kecerdasan. "Otak adalah mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-
angsur, bukan wadah yang harus langsung diisi penuh”, demikian kata Gabriel
Camyer. Bahkan Mahmud Mahdi Al-Istanbuli (2006) mengatakan: "otak yang
bagus bukanlah otak yang penuh sesak, tetapi otak yang sehat”. Oleh karena itu,
pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan segala potensi anak,
melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikiran dan
imajinasi, memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.
Pada ketiga teori belajar (behavior, neurosain dan kognitif) ditekankan
masing-masing cara pembelajaran. Seperti pada teori behavior dimana teori ini
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan, diperlukan penggunaan pengulangan dan
pelatihan. Penerapan teori behavioristik mengharapkan hasil berupa
terbentuknya perilaku yang diinginkan. Jadi perkembangan fisik,kognitif dan
otak harus berjalan oktimal namun lebih diptimalkan pada perkembangan fisik
dan otak. Begitu pula pada teori kognitif dimana teori ini menekankan
bagaimana cara mengembangkan fungsi kognitif pada tiap individu sehingga
individu itu belajar secara maksimal. Guru bukanlah sumber pembelajaran
utama dan bukan kepatuhan siswa yang akan dituntut dalam teori ini ,
melainkan refleksi mengenai apa yang dilakukan siswa mengenai yang
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Evaluasi dalam teori belajar ini bukanlah
bertumpu pada hasil namun pada seberapa sukses siswa mengorganisasi
pengalaman belajar yang didapatnya. Perkembangan kognitif ditekankan namun
tetap saja perkembangan fisik dan otak diperlukan disini.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Melalui belajar peserta didik akan berkembang dan mampu mempelajari hal-hal
yang baru. Perkembangan adalah tahapan perubahan psiko-fisik manusia yang

15 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


progresif sejak lahir hingga akhir hayat. Perkembangan akan dicapai karena
adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan
menimbulkan perilaku yang baru juga. Ada beberapa konteks perkembangan,
yaitu : Perkembangan Fisik, Perkembangan Kognitif dan Perkembangan Otak.
Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang
menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Maka menjadi tugas seorang guru
untuk memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi
peserta didik dapat melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya
berdasarkan tahap perkembangan yang di milikinya. Sehingga kesemuanya itu
dapat menjadi wujud realisasi atau penerapan proses belajar dalam konteks
perkembangan Fisik, Kognitif dan Otak.
b. Saran
Mengetahui seberapa penting perkembangan penting bagi semuanya bagi
pendidik maupun peserta didik, maka dari itu kita harus mempelajarinya dengan
benar dan paham agar proses pembelajaran bisa berjalan baik dan terwujudnya
tujuan nasional negara Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. Masganti SIT, M. (2012). Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana publishing.

M.Si, D. D. (2009). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

16 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif


Sulkifly. (2020, 10 12). Sulkifly. Retrieved 2 12, 2021, from dosen ung:
https://dosen.ung.ac.id/Sulkifly/home/2020/10/12/konsep-psikologi-pendidikan.html

17 Perkembangan Fisik,Otak, dan Kognitif

Anda mungkin juga menyukai